Anda di halaman 1dari 4

KASUS PELANGGARAN

KODE ETIK PSIKOLOGI


OLEH KELOMPOK 1

Aan Hanapi (C03419001)


Zulkarnain Tilome (C03419055)
Zulvikran Domili (C03419056)
Ikna Ekafebri Labaco (C03419013)
Masita Rahma Ajilahu (C03419018)
Regina Saleh (C03419038)
Siskawati (C03419046)
Susiati A. Karno (C03419056)
KASUS
Seorang psikolog yang berinisial DW lulusan S2 Psikologi di Universitas ternama di Jakarta
telah melakukan pelanggaran kode etik psikologi. DW ini merupakan seorang psikolog
dan sekaligus menjadi dosen di Universitas ternama di Jakarta. DW mendapat gugatan
dari klien bernama Ani Annisa ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (4/11/2012).
Pasalnya, gugatan yang dilayangkan oleh Ani Annisa tersebut disebabkan oleh DW
membocorkan masalah Ani Annisa yang aborsi tanpa sepengetahuan orang tuanya kepada
mahasiswa yang kebetulan sedang diajar oleh DW tanpa menyamarkan identitas kliennya .
“Saya tidak ada maksud lain, saya hanya memberi didikan kepada mahasiwa saya agar
mahasiswa saya tidak terjurumus ke hal-hal negatif seperti klien saya” ungkap DW
melakukan pembelaan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Pengacara Ani Annisa, Yanto, angkat bicara pada media masa yang sedang
mewawancarainya. “Seharusnya jika merujuk kode etik psikolog, pihak DW tidak
memberikan informasi hasil konseling klien. Katanya psikolog profesional? Tapi ternyata
tidak menjaga kerahasiaan masalah klien kami”. Akibatnya, klien kami merasa nama
baiknya tercemar karena DW telah membeberkan masalah tersebut tanpa menyamarkan
identitas klien kami, jelas Yanto.
ANALISA
Analisa kasus dengan pasal yang terdapat di kode etik :
Membicarakan data Ani Annisa kepada pihak ketiga tanpa merahasiakan identitasnya
 Hal ini dapat melanggar pasal 24 ayat c, Pasal 24 “Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi wajib
memegang teguh rahasia yang menyangkut klien atau pengguna layanan psikologi dalam hubungan
dengan pelaksanaan kegiatannya. Penggunaan keterangan atau data mengenai pengguna layanan
psikologi atau orang yang menjalani layanan psikologi yang diperoleh Psikolog dan/atau Ilmuwan
Psikologi dalam rangka pemberian layanan Psikologi, hendaknya mematuhi hal-hal sebagai berikut”
Dan ayat c “Dapat dikomunikasikan dengan bijaksana secara lisan atau tertulis kepada pihak ketiga
hanya bila pemberitahuan ini diperlukan untuk kepentingan pengguna layanan psikologi, profesi, dan
akademisi. Dalam kondisi tersebut indentitas orang yang menjalani pemeriksaan psikologi tetap dijaga
kerahasiaannya”.
 Dan juga pasal 27 ayat 1 yang berbunyi “Pemanfaatan untuk Tujuan Pendidikan Data dan informasi
hasil layanan psikologi bila diperlukan untuk kepentingan pendidikan, data harus disajikan
sebagaimana adanya dengan menyamarkan nama orang atau lembaga yang datanya digunakan”.
 
Mendiskusikan data Ani Annisa tanpa ada persetujuan dari dari klien atau penasehat hukumnya
Hal ini dapat melanggar pasal 25 ayat 2 poin B yang berbunyi “Keterangan atau data yang
diperoleh dapat diberitahukan kepada orang lain atas persetujuan pemakai layanan psikologi atau
penasehat hukumnya”.
THANK YOU…!!!

Anda mungkin juga menyukai