Anda di halaman 1dari 57

PBL SKENARIO 1

Kesehatan Ibu, Anak, dan Remaja


Kelompok A-14
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Tahun Akademik 2013/2014

KETUA
: AYU ANNISA CHARANTIA (1102011055)
SEKRETARIS : ANNISA EKA NOVA W
(1102011032)
ANGGOTA :
AIRIZA ASZELEA ATHIRA
AJENG ASTRINI NUR KANNIA
ANNISA NADYA KARMELITA
ANNISA FADHILAH
CINDIKIA AYU SHOLEKHA HANI
CINDY AULIA MAESSY
DANIA AHDARIYAH PUTRI
INDAH NUR P

(1102010011)
(1102010012)
(1102011030)
(1102011033)
(1102011065)
(1102011066)
(1102011069)
(1102011125)

SKENARIO 1
Kesehatan Ibu, Anak, dan Remaja
Wanita umur 16 tahun, datang ke puskesmas diantar oleh
teman lelakinya dengan perdarahan segar dan banyak lewat
jalan lahir sejak 1 hari yang lalu. Menurut temannya, wanita
tersebut merupakan kekasihnya yang sedang mengandung,
mereka telah berhubungan dekat sejak kelas 2 SMP.
Sebelumnya pasien pergi ke dukun untuk menggugurkan
kandungan, diajak oleh tetangganya yang pernah
menggugurkan kandungan karena anaknya yang sudah
terlalu banyak dan masih kecil kecil, pasien juga ada
riwayat minum obat perluruh haid atau obat penggugur
kandungan, namun saying keadaan pasien sudahtidak dapat
ditolong lagi saat tiba di puskesmas.

Dokter puskesmas mengatakan pasien memiliki


risiko tinggi kehamilan dan terlambat dibawa ke
puskesmas, sehingga terlambat juga dilakukan
penanganan.Kondisi seperti ini ikut berkontribusi
terhadao tingginya AKI (Angka Kematian Ibu)/IMR
(Infant Mortility Rate) akibat kehamilan dan persalinan
di Indonesia.Berdasarkan data SDKI 2007, AKI
Indonesia 228/100/000 kelahiran hidup.
Dengan kejadian tersebut,kemudian puskesmas
melakukan pencatatan untuk audit kematian maternal
perinatal terhadap pasien tersebut.
Dalam pandangan Islam, hubungan suami istri
diluar pernikahan dan menggugurkan kandungan tidak
dibenarkan dalam agama.

Sasaran belajar
LI.1

Memahami dan Menjelaskan Kehamilan Yang Tidak


Diinginkan
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Penyimpangan
Perilaku Kesehatan dan Perilaku Berisiko
LI.3 Memahami dan MenjelaskanAudit Kematian
Maternal Perinatal
LI.4 Memahami dan Menjelaskan Faktor Risiko Tinggi
Kehamilan
LI.5 Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam
Terhadap Kehamilan Diluar Nikah dan Pengguguran
Kehamilan

1. Kehamilan yang tidak


diinginkan

Definisi
Suatu kehamilan yang oleh karena suatu sebab
maka keberadaannya tidak diinginkan atau
diharapkan oleh salah satu atau kedua calon
orang tua bayi tersebut.
Kehamilan ini bisa merupakan akibat suatu
prilaku seksual/hubungan seksual baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja.

Faktor Penyebab
1. Kehamilan akibat pemerkosaan
2. Kehamilan pada saat yang tidak diharapkan
3. Kehamilan yang terjadi akibat hubungan
seksual di luar nikah
4. Alasan karir atau masih sekolah
5. Persoalan ekonomi
6. Kegagalan kontrasepsi

Dampak resiko

2. Penyimpangan perilaku
kesehatan dan perilaku
beresiko

Perilaku Kesehatan
Suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan.
Contoh penyimpangan kesehatan :
merokok, konsumsi junkfood, konsumsi alkohol,
bergonta ganti pasangan (penyimpangan
kesehatan reproduksi), tidak menerapkan pola
hidup sehat dan bersih.

Perilaku Beresiko
Perilaku yang dapat membahayakan aspek-aspek
psikososial sehingga remaja sulit berhasil dalam melalui
masa perkembangannya. Perilaku berisiko dilakukan
remaja dengan tujuan tertentu yaitu untuk dapat
memenuhi perkembangan psikologisnya.
Contoh : Merokok, penggunaan narkoba agar diterima
teman sebayanya atau bukti kemandirian dari orang tua
Konsekuensi medis dari perilaku berisiko dapat
berdampak jangka pendek maupun jangka panjang dari
tingkah laku berisiko.

Dampak jangka pendek terlihat dalam beberapa minggu


atau bulan, yaitu selama masa remaja; efek jangka panjang
akan muncul umumnya setelah masa remaja.
Konsekuensi jangka pendek
Penggunaan alkohol terlihat pada umumnya di ruang
gawat darurat yang dikaitkan dengan kecelakaan.
Konsumsi bahan psikoaktif delta-9-tetra hidrokanabinol
dalam mariyuana menyebabkan perubahan suasana hati.
Konsekuensi jangka panjang
Penggunaan alkohol sirosis hati, HCC
Merokok Ca paru

Akibat Perilaku Beresiko

3. Audit Kematian Maternal


dan Perinatal

Definisi
merupakan suatu kegiatan untuk menelusuri
sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal
dengan maksud mencegah kesakitan dan
kematian di masa yang akan datang.
Penelusuran ini memungkinkan tenaga
kesehatan menentukan hubungan antara faktor
penyebab yang dapat dicegah dan
kesakitan/kematian yang terjadi.
merupakan kegiatan death and case follow up.

Dari kegiatan ini dapat ditentukan:


Sebab dan faktor-faktor terkaitan dalam
kesakitan/kematian ibu dan perinatal
Dimana dan mengapa berbagai sistem program
gagal dalam mencegah kematian
Jenis intervensi dan pembinaan yang diperlukan

Audit maternal perinatal juga dapat berfungsi sebagai


alat pemantauan dan sistem rujukan.
Agar fungsi ini berjalan dengan baik, maka dibutuhkan :
1. Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di
semua tingkat pelayanan kesehatan
2. Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
puskesmas dengan cara otopsi verbal, yaitu wawancara
kepada keluatga atau orang lain yang mengetahui
riwayat penyakit atau gejala serta tindakan yang
diperoleh sebelum penderita meninggal sehingga dapat
diketahui perkiraan sebab kematian.

Mekanisme pencatatan

Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara


berjenjang
1.Laporan dari RS kabupaten/kota ke dinas
kesehatan
2.Laporan dari puskesmas ke dinas kesehatan
kabupaten/kota
3.Laporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota
ke tingkat propinsi

Metoda pelaksanaan AMP sebagai berikut:


Penyelenggaraan pertemuan dilakukan teratur sesuai
kebutuhan oleh dinas kesehatan kab/kota bersama
dengan RS kab/kota, berlangsung sekitar 2 jam.
Pertemuan sebaiknya dilakukan di RS kab/kota dan
kadinkes/direktur RS memimpin acara tetapi moderator
pembahasan klinik adalah dokter ahli. Presentasi kasus
dilakukan oleh dokter/bidan RS kab/kota atau
puskesmas terkait, tergantung dimana kasus ditangani
Kasus yang dibahas dapat berasal dari kab/kota atau
puskesmas. Semua kasus ibu/perinatal yang meninggal
di RS kab/kota/puskesmas hendaknya di audit,
demikian pula kasus kesakitan yang menarik dan dapat
diambil pelajaran darinya

Audit yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat


penanganan kasus sejak dari:
Timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh
keluarga/tenaga kesehatan dirumah
Siapa saja yang memberikan pertolongan dan apa saja
yang telah dilakukan
Sampai kemudian meninggal atau dapat dipertahankan
hidup. Dari pengkajian tersebut diperoleh indiksai
dimana letak kesalahan/kelemahan dalam penanganan
kasus. Hal ini memberi gambaran kepada pengelola
program KIA dalam menentukan apa yang perlu
dilakukan untuk mencegah kesakitan/kematian
ibu/perinatal yang tidak perlu terjadi. Kesimpulan
hasil dicatat dalam from MA untuk kemudian
disampaikan dan dibahas oleh tim AMP dalam
merencanakan kegiatan tindak lanjut secara nyata

Pertemuan ini bersifat pertemuan penyelesaian


masalah dan tidak bertujuan untuk
menyalahkan atau memberi sanksi salah satu
pihak
Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir,
notulen hasil pertemuan dan rencana tindak
lanjut yang akan disampaikan dan dibahas
dalam pertemuan tim AMP yang akan datang
RS kab/kota dan puskesmas membuat laporan
bulanan kasus ibu perinatal ke dinas kab/kota
dengan memakai format yang disepakati

Indikator mortalitas
1. Angka Kematian Kasar (AKK) atau
Crude Death Rate (CDR).
Angka yang menunjukkan banyaknya
kematian per 1000 penduduk pada
pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah
tertentu.
x 1000

2. Age Specific Death Rate (ASDR = Angka


Kematian Menurut Umur)

3. Angka Kematian Bayi (AKB)


Banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu
tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu
tahun tertentu.
x 1000

Angka kematian neo-natal


kematian yang terjadi sebelum bayi berumur
satu bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran
hidup pada satu tahun tertentu.

Angka kematian Post Neo-natal


Kematian yang terjadi pada bayi yang berumur
antara 1 bulan sampai dengan kurang 1 tahun
per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun
tertentu.

4. Angka Kematian Balita (AKBa 0-5


tahun)
Jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun
selama satu tahun tertentu per 1000 anak
umur yang sama pada pertengahan tahun
itu (termasuk kematian bayi)

5. Angka Kematian Anak (AKA 1-5 tahun)


Jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama
satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang
sama pada pertengahan tahun itu. Jadi Angka
Kematian Anak tidak termasuk kematian bayi.

6. Angka Kematian IBU (AKI)


Banyaknya kematian perempuan pada saat
hamil atau selama 42 hari sejak terminasi
kehamilan tanpa memandang lama dan tempat
persalinan, yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan
karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran
hidup.

Indikator praktis atau indikator


outcome AKI

Cakupan penanganan kasus obstetrik


Case fatality rate kasus obstetric yang ditangani.
Jumlah kematian absolute
Penyebaran fasilitas pelayanan obstetric yang
mampu PONEK dan PONED
Persentase bedah sesar terhadap seluruh
persalinan di suatu wilayah

Intervensi Strategis dalam Upaya


Save Motherhood
SAFE MOTHERHOOD
ASUHAN
KB

ANTE
NATAL

PERSALINAN
BERSIH DAN
AMAN

PELAYANAN KEBIDANAN DASAR

PELAYANAN KESEHATAN PRIMER


PEMBERDAYAAN WANITA

PELAYANAN
OBSTETRI
ESENSIAL

4. Faktor Resiko Tinggi


Kehamilan

4T (Terlambat)
1. Terlambat deteksi dini adanya resiko tinggi
pada ibu hamil di tingkat keluarga
2. Terlambat untuk memutuskan mencari
pertolongan pada tenaga kesehatan
3. Terlabat untuk datang di fasilitas pelayanan
kesehatan
4. Terlambat untuk mendapatkan pertolongan
pelayanan kesehatan yang cepat dan
berkualitas di fasilitas pelayanan kesehatan

4T (Terlalu)
1.
2.
3.
4.

Terlalu muda
Terlalu tua
Terlalu sering
Terlalu banyak

Menurut Azrul Azwar (2008) faktor-faktor resiko pada ibu hamil


meliputi:
1. Umur
Terlalu muda yaitu < 20 tahun
Terlalu tua yaitu > 35 tahun
2. Paritas
Paritas lebih dari 3
3. Interval
< 2 tahun
4. Tinggi badan
Tinggi badan < 145 cm
5. Lingkar Lengan Atas
Bila < 23,5 cm, ini berarti ibu beresiko memderita KEK (Kekurangan
Energi Kronik) atau kekurangan gizi yang lama.
6. Riwayat Keluarga menderita penyakit kencing manis (DM), Hipertensi
dan riwayat cacat kongenital.
7. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau
panggul

Resiko Tinggi Kehamilan

Anemia
Gamelli
Malaria
Kehamilan dengan
TBC paru
kelainan letak
Penyakit jantung
Perdarahan dalam
Diabetes Melitus
kehamilan
Infeksi Menular Sekual
Riwayat Obstetrik buruk
Preeklamsi
Eklamsia

LI.5 Memahami dan Menjelaskan


Pandangan Islam Terhadap
Kehamilan Diluar Nikah dan
Pengguguran Kehamilan

Zina
Zina (bahasa Arab : , bahasa Ibrani :
zanah ) adalah perbuatan bersanggama antara
laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh
hubungan pernikahan (perkawinan). Secara
umum, zina bukan hanya di saat manusia telah
melakukan hubungan seksual, tapi segala
aktivitas-aktivitas seksual yang dapat merusak
kehormatan manusia termasuk dikategorikan
zina.

Merupakan perbuatan yang menimbulkan kerusakan


besar dilihat secara ilmiah. mengakibatkan kerusakan
dan kehancuran peradaban, menularkan penyakit yang
sangat berbahaya, misalnya AIDS, dan penyakit seks
menular.
Berdasarkan hukum Islam, perzinaan termasuk salah
satu dosa besar. Dalam agama Islam, aktivitas-aktivitas
seksual oleh lelaki/perempuan yang telah menikah
dengan lelaki/perempuan yang bukan suami/istri
sahnya, termasuk perzinaan. Dalam Al-Quran, dikatakan
bahwa semua orang Muslim percaya bahwa berzina
adalah dosa besar dan dilarang oleh Allah.

Hukum mengitikah wanita hamil di


luar nikah
Pendapat Yang Membolehkan
Dari Imam As-SyafiI, syaratnya kedua keluarga dan
pasangan tersebut tidak mengekspos kepada yang lain,
cukup mereka dan pihak Kantor Urusan Agama. Tujuannya,
supaya yang lain tidak melakukan perbuatan yang sama.
Ulama yang membolehkan juga menggambarkan, misal
wanita yang dihamili oleh si A, boleh dinikahi oleh si A
walaupun belum lepas masa iddah karena masa iddah
dipandang untuk memperjelas siapa ayah biologis si anak
karena selama masa iddah, si wanita tidak disentuh oleh
siapapun.

Jadi, laki laki yang berzina dengan seorang wanita,


kemudian wanita tersebut hamil, maka laki-laki itu
boleh menikahi wanita itu, karena sudah jelas bahwa
anak yang dikandung tersebut adalah anak laki-laki
tersebut.
Riwayat Sebuah Hadits
" Sesungguhnya Ummar pernah pukul seorang lakilaki dan wanita yang berzina, kemudian Ummar
menyuruhnya untuk menikahi, akan tetapi laki-laki
tersebut menolaknya (Al-Mughni) "

Pendapat Yang Melarang atau Mengharamkan


Sebagian ulama lagi mengatakan tidak halal untuk ditikahkan,
walaupun laki-laki tersebut yang menghamilinya, kecuali jika
wanita tersebut telah melahirkan.
Surat At-Thalaq ayat 4,
" . . . . wanita yang mengandung, iddahnya adalah setelah
dia melahirkan anaknya
Ada juga dari sebuah hadits
" Seorang laki-laki yang berhubungan badan dengan
seorang wanita lalu wanita tersebut mengandung,
kemudian dia bertanya kepada Rasul SAW, lalu nabi
berkata, pisahkan mereka."

Status Nasab Anak


Anak tersebut tidak mendapatkan hak wali, juga tidak
mendapatkan hak waris dari garis Ayahnya, kalau dari
garis Ibu, kakek dan neneknya dia mendapatkannya.
Islam hanya mengakui hubungan darah ( nasab )
seseorang melalui jalinan perkawinan yang sah.
pernikahan yang didahului zinah dan dan hamil
sebelum dilangsungkan aqad nikah maka anak yang
terlahir dinasabkan pada ibu. Sebagai konsekwensi, si
ayah tidak berhak menjadi wali nikah, mewariskan, dan
hukum lainnya yang berkaitan dengan nasab.
Tidak dinasabkan kepada ayahnya.

Aborsi
Dan barang siapa yang membunuh seorang
mukmin dengan sengaja, maka balasannya
adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di
dalamnya,dan Allah murka kepadanya dan
melaknatnya serta menyediakan baginya
adzab yang besar( Qs An Nisa : 93 )

Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Masud


bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan
penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat
puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua,
terbentuklah segumlah darah beku. Ketika genap
empat puluh hari ketiga , berubahlah menjadi
segumpal daging. Kemudian Allah mengutus malaikat
untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk
menulis empat perkara, yaitu penentuan rizki, waktu
kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka,
maupun yang bahagia. ( Bukhari dan Muslim )

Hukum pengguguran janin sebelum


peniupan roh
Pendapat Pertama :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh.
Bahkan sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan janin
tersebut dengan obat. ( Hasyiat Al Qalyubi : 3/159 )
Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, SyafiI,
dan Hambali. Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari
kedua orang tuanya,( Syareh Fathul Qadir : 2/495 )
Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Masud di atas yang
menunjukkan bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke
janin dan penciptaan belum sempurna, serta dianggap benda mati,
sehingga boleh digugurkan.

Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh
hukumnya makruh. Dan jika sampai pada waktu
peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram.
Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak
diketahui secara pasti, maka tidak boleh
menggugurkan janin jika telah mendekati waktu
peniupan ruh , demi untuk kehati-hatian .
Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama
madzhab Hanafi dan Imam Romli salah seorang
ulama dari madzhab SyafiI .( Hasyiyah Ibnu
Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416 )

Pendapat ketiga :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya
haram. Dalilnya bahwa air mani sudah tertanam dalam
rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita
sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak
wujud ini adalah tindakan kejahatan . Pendapat ini
dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu
Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53,
Inshof : 1/386)
Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya
(empat bulan) , telah dianggap benda mati, maka tidak
perlu dimandikan, dikafani ataupun disholati. Sehingga
bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam
fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya
dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat.

Hukum pengguguran janin setelah


peniupan roh

Pendapat Pertama :
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah
peniupan roh hukumnya tetap haram, walaupun
diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan
keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini
dianut oleh Mayoritas Ulama.
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan
suatu (alasan) yang benar. ( Q.S. Al Israa: 33 )

Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu


masih diragukan, sedang keberadaan janin merupakan
sesuatu yang pasti dan yakin, maka sesuai dengan
kaidah fiqhiyah : Bahwa sesuatu yang yakin tidak
boleh dihilanngkan dengan sesuatu yang masih ragu.,
yaitu tidak boleh membunuh janin yang sudah ditiup
rohnya yang merupakan sesuatu yang pasti , hanya
karena kawatir dengan kematian ibunya yang
merupakan sesuatu yang masih diragukan. ( Hasyiyah
Ibnu Abidin : 1/602 ).

Pendapat Kedua :
Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah
ditiupkan roh kepadanya, jika hal itu merupakan satusatunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari kematian.
Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari
pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu
lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan
janin belum yakin dan keberadaannya terakhir.
( Mausuah Fiqhiyah : 2/57 )

Anda mungkin juga menyukai