Anda di halaman 1dari 20

Lampiran Peraturan Direktur

Santosa Hospital Bandung Central


Nomor : 200.000-065/PER/DIR/SHBC/V/2017
Tentang Pedoman Pengorganisasian HIV-
AIDS Rumah Sakit

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk dapat memberikan pelayanan terhadap penjaringan pasien HIV-AIDS,
penanganan pada pasien HIV- AIDS maka SHBC harus memiliki standar yang sesuai
dengan peraturan pemerintah., maka diperlukan adanya standar pelayanan Pasien HIV-
AIDS yang dibuat dan mendukung dalam menjamin kualitas pelayanan di rumah sakit
khususnya untuk pasien HIV-AIDS.

Dengan tersusunnya pedoman ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi upaya peningkatan
mutu pelayanan kesehatan dan berguna pula untuk melindungi profesi pelaksana
pelayanan HIV-AIDS serta masyarakat pengguna jasa kesehatan.

Prosedur-prosedur yang dibuat disini akan terus dievaluasi,diperbaiki secara berkala dan
dikembangkan sesuai dengan kemajuan teknologi kedokteran/kesehatan dan tuntutan
pengguna jasa pelayanan di Santosa Bandung Hospital Central selanjutnya disebut
SHBC.

B. Kerangka Kerja (Framework)

1
1. Plan
a. Penyusunan pedoman pelayanan dan pedoman pengorganisasian Pelayanan HIV-
AIDS
b. Pengorganisasian semua unit yang berperan/terlibat dalam Pelayanan HIV- di
SHBC.
c. Koordinasi antara :
1) Divisi Pelayanan Medik, dan Divisi Penunjang Medik.
2) Divisi Keperawatan.
3) Komite Keselamatan Pasien
4) Komite Mutu
5) KPPI
6) Komite K3RS
7) Komite Medik
8) Komite Keperawatan
9) Komite Tenaga Profesi Lainnya
d. Penyusunan kebijakan dan prosedur :
e. Penentuan skala prioritas Pelayanan HIV –AIDS SHBC.
f. Penyusunan berbagai program Pelayanan HIV – AIDS SHBC.
g. Pengorganisasian Pelayanan HIV – AIDS dan staffing.

2. Do
a. Pelayanan HIV.
b. Pendidikan dan pelatihan ilmu yang terkait pelayanan HIV- AIDS untuk seluruh
tenaga kesehatan terkait pelayanan HIV-AIDS. Updating pelayanan HIV-AIDS
dengan latest evidence.
c. Monitoring dan evaluasi layanan.

2
3. Study
Merupakan upaya pengolahan data hasil monitoring yang dilakukan Tim HIV-AIDS
bersama direktur, meliputi:
a. Evaluasi pencatatan dan laporan kegiatan pelayanan HIV.
b. Evaluasi kinerja Tim HIV-AIDS.
c. Evaluasi kebijakan dan prosedur (SPO).
d. Evaluasi peralatan (equipment).

4. Action
Merupakan tindak lanjut (rekomendasi dan pelaksanaan rekomendasi) dari hasil
pengolahan data pada tahap evaluasi. Wujudnya dapat berupa suatu project, program
tahunan, atau revisi dari sistem (kebijakan dan prosedur), revisi dari metode, penambahan
alat, SDM dan lain sebagainya baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

Rumah Sakit Umum Santosa Hospital Bandung Central (SHBC) hadir di Kota Bandung
dengan nama Santosa Bandung International Hospital (SBIH) sebagai rumah sakit Kelas B
dengan alamat Jl. Kebon Jati No. 38, yang diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI Dr. dr. Siti
Fadilah Supari, Sp.JP (K) pada tanggal 4 November 2006 dengan Izin Operasional
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. YM.02.04.3.5.2519 tentang Pemberian Izin
Penyelenggaraan Kepada PT. Sanbe Prakarsa Husada Jalan Kebon Jati No. 38 Bandung
Untuk Menyelenggarakan Rumah Sakit Umum Dengan Nama “Rumah Sakit Santosa
Bandung Internasional Hospital”.

Kemudian pada tahun 2011 Rumah Sakit Santosa Bandung International Hospital berganti
nama menjadi Santosa Hospital Bandung Central dengan izin operasional berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 383/MENKES/SK/XI/2012.
Pergantian nama rumah sakit ini dikarenakan keluarnya Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 659/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas
Dunia.

Seiring semakin berkembangnya pelayanan kesehatan, kemajuan teknologi medis, dan


pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat yang semakin besar, maka pada 05 Oktober
2015 SHBC “naik kelas” dari rumah sakit umum swasta Kelas “B” menjadi rumah sakit
umum swasta Kelas “A” berdasarkan Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal Nomor 2/1/IO/KES/PMDN/2015 Tentang Rumah Sakit Umum Santosa Hospital
Bandung Central sebagai Rumah Sakit Sakit Umum Kelas A.

Berdiri di atas lahan seluas 13,442 m2 dengan total luas bangunan 40,470 m2. SHBC terdiri
dari 8 lantai, taman penyembuhan dengan landasan helikopter di lantai 9, dan
2 basement untuk parkir. Dilengkapi dengan peralatan medis yang canggih dan didukung oleh
lebih dari 200 dokter, diantaranya 60 tenaga dokter full time, tenaga medis dan paramedis
yang terlatih dan profesional, menjadikan SHBC sebagai rumah sakit swasta terkemuka di
Jawa Barat dengan pelayanan kesehatan paripurna yang berkualitas tinggi dengan
mengutamakan keselamatan pasien.

4
Sebagai bentuk komitmen peningkatan kualitas kesehatan secara berkesinambungan dan
keselamatan pasien, SHBC memperoleh pengakuan dari Joint Commission International
(JCI) sebagai satu dari sedikit rumah sakit terbaik di dunia (One of the few best hospitals in
the world) selama 2 (dua) periode berturut – turut yakni :
a. Periode 13 November 2010 – 12 November 2013
b. Periode 05 Juli 2014 – 04 Juli 2017.

Dengan seluruh usaha dan kerja keras tersebut, didukung dengan sumber daya manusia yang
kompeten dan handal melalui perekrutan yang selektif dan kompetitif, serta pendidikan dan
pelatihan yang berkelanjutan demi tercapainya tenaga – tenaga pelayanan kesehatan yang
berkualitas untuk mewujudkan visi misi Santosa Hospital Bandung Central.

Pada akhirnya Santosa Hospital Bandung Central (SHBC) tidak pernah berhenti untuk terus
menghadirkan pelayanan dan fasilitas kesehatan terbaik bagi warga Kota Bandung khususnya
dan seluruh warga Jawa Barat dan Indonesia pada umumnya.

5
BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI, DAN TUJUAN RUMAH SAKIT

A. Visi & Misi


1. Visi Santosa Hospital Bandung Central adalah Menjadi Rumah Sakit Bertaraf
Internasional Unggulan di Indonesia.

2. Misi Santosa Hospital Bandung Central adalah :


a. Memberikan pelayanan medis dan keperawatan dengan standar profesional yang
setinggi mungkin yang mengacu pada peningkatan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien.
b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan baik tenaga
medis maupun non medis.
c. Memberikan suasana pelayanan rumah sakit yang nyaman, ramah, efisien dan
efektif.

B. Falsafah, Nilai, & Tujuan


1. Falsafah Santosa Hospital Bandung Central adalah :
“Dengan semangat keramahan dan kepedulian serta profesionalisme yang tinggi untuk
memberikan pelayanan kesehatan terbaik”.

2. Nilai Santosa Hospital Bandung Central adalah :


a. Sikap kepemimpinan yang baik (Leadership).
b. Rasa memiliki (Ownership).
c. Semangat untuk menjadi yang terbaik (Passion for winning).
d. Memiliki integritas diri (Integrity).
e. Bisa dipercaya (Trust).

3. Tujuan Santosa Hospital Bandung Central adalah :


a. Rumah sakit unggulan dalam pelayanan medis, khususnya di bidang jantung dan
saraf.
b. Rumah sakit unggulan dalam bidang service excellence.
c. Rumah sakit dengan tingkat okupansi dan utilisasi yang tinggi dengan BOR rata –
rata 80% dan kunjungan rawat jalan 1000 per hari dalam jangka waktu 5 tahun.

6
d. Rumah sakit memiliki sumber daya manusia yang kompeten melalui pendidikan
dan pelatihan berkelanjutan.

7
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

8
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA

9
BAB VI
URAIAN JABATAN

A. Ketua Tim HIV


1. Menjamin terselenggaranya pelayanan HIV-AIDS di SHBC berjalan sesuai
standar
2. Mengkoordinasi dan memfasilitasi kebutuhan Pelayanan HIV-AIDS SHBC
3. Secara periodik mengadakan dan memimpin rapat rutin secara periodik
dengan anggota yang jadwalnya telah disepakati.
4. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Pelayanan HIV-AIDS
5. Bertanggung jawab atas keseluruhan proses kegiatan Pelayanan HIV-AIDS
6. Melakukan pengawasan terhadap kinerja Pelayanan HIV-AIDS

B. Wakil Ketua Tim HIV


1. Bersama Ketua melaksanakan semua tugas Ketua dari point 1 s/d 3 Tugas
Ketua Pelayanan HIV-AIDS
2. Menggantikan tugas ketua pada saat ketua berhalangan .
3. Bertanggung jawab atas keseluruhan proses kegiatan Pelayanan HIV-AIDS
4. Melakukan pengawasan terhadap kinerja Pelayanan HIV-AIDS
5. Memberikan rekomendasi pada direktur terkait kegiatan Pelayanan HIV-
AIDS
6. Memberikan teguran kepada Pelayanan HIV-AIDS
7. Memberikan persetujuan terhadap permintaan kebutuhan Pelayanan HIV-
AIDS

C. Sekretaris
1. Mengelola rapat (Membuat undangan, menjadi notulen, membuat
notulensi)
2. Menyusun laporan/dokumen sesuai dengan format yang berlaku
3. Mengarsipkan dokumen akreditasi, absensi dan notulensi rapat, surat masuk
dan keluar
4. Bertanggung jawab atas seluruh administrasi dan dokumentasi Pelayanan
HIV-AIDS SHBC.

10
5. Mengingatkan dan memberi masukan terkait pelaksanaan Pelayanan HIV-
AIDS SHBC.

D. Anggota Instalansi Rawat Inap


Mengumpulkan data terkait Pasien HIV-AIDS dan menginformasikan ke
Penanggung Pencacatatan pencatatan HIV-AIDS di SHBC

E. Anggota Instalasi Rawat Jalan


1. Mengumpulkan data terkait pasien HIV-AIDS di SHBC yang berkunjung ke
rawat jalan
2. Mengklasifikasikan informasi dari keseluruhan data HIV-AIDS di SHBC

F. Anggota Instalasi Farmasi


Mengedukasi ARV yang dikonsumsi pasien

G. Anggota Instalasi Laboratorium


1. Memastikan pemeriksaan HIV-AIDS yang dilakukan kepada pasien sesuai
standar
2. Menyerahkan hasil pemeriksaan lab pasien ke konselor

H. Tim Therapy
Untuk memberikan therapy ARV

11
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

Sesuai dengan struktur organisasi di SHBC maka Tim HIV-AIDS berada di bawah pimpinan
Direktur dalam melaksanakan tugasnya dan bekerja sama dengan Instalasi Rawat Jalan,
Instalasi Rawat Inap dan Instalasi Gawat Darurat. Dalam pelaksanaannya tim HIV-AIDS
berkoordinasi dengan:

Di Instalansi rawat jalan, Instalasi rawat inap, Instalasi bedah central, Instalasi gawat darurat
dilakukan penawaran test HIV pada pasien jika pasien setuju maka pasien menandatangani
informed concent dan di konsulkan ke konselor sampai dengan buka hasil lab, maka sampel
darah diambil oleh petugas Laboratorium, jika posisi pasien sedang dirawat inap maka akan
diobati gejala oportunistik dan jika pasien membutuhkan ARV pasien akan membawa resep
ke RS bungsu/ RSHS pada resep tersebut akan dituliskan NOTE bahwa pasien sedang
dirawat. Jika pasien pulang dari rawat inap, untuk kontrol rawat jalan pasien di rujuk ke
RSHS atau RS Bungsu. PKRS bertanggung jawab untuk memberi edukasi terhadap pasien,

12
keluarga pasien dan juga kepada kayawan. Untuk membaca hasil dari pemeriksaan HIV-
AIDS mengkonsulkan pasien ke konselor untuk mengetahui resiko tinggi HIV-AIDS pasien.

BAB VIII

13
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

A. Pola Ketenagaan
NO. NAMA JABATAN JUMLAH TENAGA
1 Ketua tim HIV-AIDS 1
2 Tim Therapy 3
2 Wakil Ketua Tim HIV-AIDS 1
3 Sekertaris 2
Penanggung Jawab Pencatatan dan
4 1
Pelaporan Pasien
5 Anggota Intalasi Rawat Inap 12
6 Anggota instalasi Intensive dewasa 1
7 Anggota Instalasi Intensive Anak 1
8 Anggota Instalasi Farmasi 1
9 Anggota instalasi Bedah Central 1
10 Konselor 3

B. Kualifikasi Personil

14
No Jabatan Kualifikasi
1 Ketua Tim HIV-AIDS 1. Dokter spesialis penyakit dalam
2. Mempunyai kemampuan dalam
manajemen HIV-AIDS
3. Pengalaman minimal 1 tahun bekerja di
SHBC

2 Wakil ketua HIV AIDS 1. Dokter spesialis penyakit dalam


2. Mempunyai kemampuan dalam
manajemen HIV-AIDS

3 1. Pendidikan minimal S1/D3 keperawatan


Penanggung jawab Keperawatan
instalasi rawat inap 2. Memiliki ketertarikan pada pelayana pasien
HIV-AIDS
3. Mengikuti pelatihan HIV-AIDS
4. Memiliki STR
4 Penanggung jawab 1. Pendidikan minimal S1/D3
Instalasi Rawat jalan keperawatan Keperawatan
2. Memiliki ketertarikan pada pelayanan
pasien HIV-AIDS
3. Mengikuti pelatihan HIV-AIDS
4. Memiliki STR
5 Penanggung Jawab 1. Dokter Spesialis
Instalasi bedah 2. Memiliki ketertarikan pada pelayanan
pasien HIV-AIDS
3. Mengikuti pelatihan HIV-AIDS
4. Memiliki SIP
6 Penanggung jawab 1. Pendidikan minimal S1/D3
pencatatan dan pelaporan keperawatan Keperawatan
pasien 2. Memiliki ketertarikan pada pelayanan
pasien HIV-AIDS
3. Mengikuti pelatihan HIV-AID
4. Memiliki STR
7 Penanggung jawab 1. Pendidikan minimal S1/D3
instalasi Intensive keperawatan Keperawatan
Dewasa 2. Memiliki ketertarikan pada pelayanan
pasien HIV-AIDS
15
3. Mengikuti pelatihan HIV-AIDS
4. Memiliki STR
8 Penanggung jawab 1.Pendidikan minimal S1/D3 keperawatan
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI

Kegiatan orientasi yang dilakukan di Instalasi Radiologi meliputi :


A. Orientasi Umum
1. Visi, misi, dan struktur organisasi di SHBC.
2. Peraturan perusahaan dan evaluasi kinerja karyawan.
3. Sistem penggajian dan fasilitas kesehatan karyawan.
4. Patient safety.
5. Pencegahan dan pengendalian Infeksi Rumah Sakit.
6. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3RS).
7. Sistem Informasi Rumah Sakit (IT).
8. Product Knowledge (hal-hal yang berkaitan dengan jenis-jenis pelayanan yang ada
di SHBC).
9. Sosialisasi JCIA.
10. Grooming dan Service Excellence.
11. Hospital Tour.
12. On Job Training.
B. Orientasi Khusus
1. Struktur Organisasi Instalasi Tim HIV-AIDS
2. Peraturan kerja TIM HIV-AIDS
3. Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk pelayanan pasien HIV-AIDS
4. Pengenalan alur pelayanan pasien penawaran test HIV – AIDS dan pelayanan pada
pasien tersebut
5. Pengenalan sarana fisik, dan prasarana yang ada di SHBC yang digunakan dalam
melakukan pelayanan pada penawaran test HIV-AIDS.

16
BAB X
PERTEMUAN/RAPAT

Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan dan kinerja tim HIV SHBC maka ketua tim HIV-
AIDS secara rutin melakukan rapat berkala untuk melakukan koordinasi kepada unit – unit
terkait sehingga dapat dilakukan tindak lanjut sebagai upaya mengatasi permasalahan yang
terjadi.
1. Rapat Bulanan Tim HIV-AIDS
2. Rapat Triwulan
3. Rapat Incidentil
Rapat Insidentil
Rapat Insidentil diselenggarakan pada :
Waktu : Sewaktu-waktu bila ada masalah atau sesuatu hal yang perlu
dibahas dan diselesaikan segera
Jam : Sesuai undangan
Tempat : Sesuai undangan
Peserta :Seluruh tim HIV-AIDS
Materi : Sesuai dengan masalah yang perlu dibahas
Kelengkapan Rapat : Undangan, daftar hadir, notulen rapat,
laporan/rekomendasi/usulan kepada pimpinan.

17
BAB XI
PELAPORAN

A. Laporan Harian
1. Laporan memasukkan data pasien ke dalam komputer.
2. Laporan penyerahan hasil lab
3. Laporan jumlah pasien yang melakukan pemeriksaan laboratorium

B. Laporan Bulanan
1.Laporan jumlah pasien yang dilakukan test HIV
C. Laporan Tahunan
1. Laporan jumlah pemeriksaan pasien

18
DAFTAR PUSTAKA

Hospital Accreditation Standard 5rd Edition-Joint Commision International.


Pedoman Nasional Tatalaksana klinis infeksi HIV dan terapi ARV, Kemenkes RI
Tahun 2011
Panduan Pelaksanaan Program Kolaborasi TB-HIV Kemenkes RI Tahun 2015

19
20

Anda mungkin juga menyukai