Anda di halaman 1dari 37

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu
lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin
(H.Weihrich dan H. Koontz dalam Suarli dan Bahtiar, 2009). Manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2013). Fungsi
manajemen keperawatan sejalan dengan fungsi manajemen secara umum yaitu
pengorganisasian, perencanaan, kepemimpinan, dan pengawasan (Suarli dan
Bahtiar, 2009).
Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatanprofesional
yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan
lainnya(Sabarguna, 2008).Suatu rumah sakitmemerlukan pengorganisasian untuk
melancarkan jalan sukses. Organisasi rumah sakitmemiliki pemimpin dan staf-
staf yang bergerak dibidangnya agar organisasi di rumah sakit mampu
mejalankan pelayanan yang optimal. Pengorganisasian dalam manajemen
keperawatan mempunyai banyak aktifitas penting, antara lain bagaimana asuhan
keperawatan dikelola secara efektif dan efisien untuk sejumlah pasien di rumah
sakit dengan jumlah staf keperawatan dan fasilitas yang ada. Untuk diperlukan
pembagian tugas, kerja sama, dan koordinasi sehingga semua pasien
mendapatkan pelayanan yang optimal. Oleh karena itu menejer keperawatan
perlu menetapkan kerangka kerja, yaitu dengan cara: mengelompokan dan
membagi kegitan yang harus dilakukan, menentukan jalinan hubungan kerja
antara tenaga dan menciptakan hubungan antara kepala-staf melalui
penugasan,delegasi dan wewenang.
Dalam model pengembangan praktik keperawatan profesional peran dan
fungsi kepala ruang merupakan hal yang sangat penting sehingga kompetensi
kepemimpinan dan manajemen yang mutlak dibutuhkan karena kemampuan itu
manajer kepala ruang akan diuji untuk menata pengorganisasian staf dan
menentukan sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien sebagai
refleksi pelaksanaan praktik keperawatan profesional. Peran dan fungsi kepala
ruang sangatlah penting dalam melakukan pengaturan organisasi dalam sebuah
bangsal di suatu rumah sakit. Peran dan fungsi kepala ruang antara lain
mengidentifikasi masalah, merencanakan fungsi ketenagaan, merencanakan
pengorganisasian, melakukan pengarahan dan melakukan pengendalian
organisasi. Sedangkan menajer sendiri yang berarti seseorang yang tanggung
jawab utamanya adalah melakukan proses manajemen dalam suatu organisasi
memiliki tugas dan fungsi antara lain peran interpersonal, peran pemberi
informasi serta peran pengambilan keputusan.
Hasil pengkajian pada tanggal 06 Januari 2020 didapatkan bahwa di ruang
hemodialisa RSU Bangli sudah menggunakan model keperawatan MPKP Tim
sudah cukup optimal. Berdasarkan fenomena diatas, maka kami mencoba
menerapkan model praktik keperawatan professional (MPKP) dengan metode
pemebrian asuhan keperawatan Primary Nursing.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan praktik manajemen keperawatan, diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip – prinsip manajeman
keperawatan dengan menggunakan model pelayanan keperawatan
professional (MPKP) dengan metode pemberian asuhan keperawatan primer.
2. Tujuan Khusus
Metode pengkajian situasi ruangan di Ruang Hemodialisa RSU Banggli
dengan metode pendekatan 5M (Man, Material, Method, Money , Market)
a. Melakukan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT
b. Merumuskan permasalahan yang di temukan di Ruang Hemodialisa RSU
Banggli
c. Menyusun rencana strategis dan operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Pelayanan Keperawatan Profesional, antara lain: (1)
timbang terima, (2) ronde keperawatan (3) supervisi keperawatan, (4)
dokumentasi keperawatan, (5) sentralisasi obat, (6) discharge planning,
(7) aplikasi peran.
d. Menyusun rencana strategis untuk menjalankan program inovasi yang
telah ditemukan.

C. Manfaat
1. Bagi Pasien
Tercapainya kepuasan klien tentang pelayanan keperawatan.
2. Bagi Perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja optimal.
b. Terbinanya hubungan atau komunikasi yang adekuat baik antara perawat
dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan
pasien serta keluarga.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
3. Bagi Rumah Sakit
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
b. Dapat menganalisa masalah yang ada dengan metode SWOT serta
menyusun rencana strategi
c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan.
D. Tempat dan Waktu
Tempat dilaksanakan praktik manajemen keperawatan ini adalah di ruang
Hemodialisa Rumah Sakit Umum Bangli yang dilaksanakan selama 18 hari mulai
tanggal 06 Januari sampai 23 Januari 2020.
BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Gambaran Umum Rumah Sakit


Menelusuri sejarah tentang berdirinya RSU Bangli tak lepas dari keberadaan RSJ
di Bangli, dimana pada tahun 1932 seorang dokter berkebangsaan Belanda yaitu
dr. K. Lording mengusulkan kepada pemerintah Hindia Belanda di Batavia agar
di Bangli didirikan sebuah tempat khusus untuk merawat penderita gangguan
jiwa. Akhirnya pada tahun 1933 berdirilah rrumah perawatan sakit jiwa Bangli
yang dalam perkembangannya mencangkup juga merawat pasien bukan saja sakit
jiwa meskipun secara pasti belum dapat dikatakan sebagai Rumah Sakit Umum.
Setelah berjalan sekian tahun diera kemerdekaan maka mulai ada peraturan-
peraturan yang memisahkan antara RSJ dan RSU untuk berdiri sendiri sesuai
dengan fungsinya masing-masing. Pada tahun 1958 RSU Bangli dikembangkan
melayani pasien umum sedangkan RSJ terpisah melayani pasien dengan
gangguan jiwa yang pada awalnya kapasitas RSU Bangli berjumlah 41 tempat
tidur. Seiring perkembangan pembangunan bidang kesehatan maka pada tahun
1997 berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 85/MENKES/SK/V/1997 RSU
Bangli ditetapkan menjadi RS kelas C dengan kapasitas 81 tempat tidur.
Pengembangan RSU Bangli terus dilakukan oleh Pengkab Bangli, secara brtahap
agar bisa menjadi lebih representative dalam melaksanakan pelayanan kepada
pengguna jasa. Untuk bisa mengembangkan layanan kesehatan dengan kapasitas
yang lebih besar, maka pemerintah Kabupaten Bangli mendesign perkembangan
RSU Bangli di Jalan Brigjen Ngurah Rai No 99x Bangli dengan luas areal kurang
lebih 2 hektar dengan kapasitas 243 tempat tidur. Mulai tanggal 1 April 2011
secara bertahap manajemen dan pelayanan RSU Bangli dipindahkan
operasionalisasinya ke lokasi RSU Bangli tersebut.
Pada tanggal 12 November 2011 sesuai dengan peraturan Bupati No 38 Tahun
2011 RSU Bangli dikelola dengan pola pengelolaan keuangan badan layanan
umum daerah (PPK-BLUD) yang dilaksanakan mulai tanggal 1 Januari 2012.
Kapasitas tempat tidur RSU Bangli secara bertahap terus ditambah untuk
memennuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat dan sampai dengan bulan
Juli 2013 RSU Bangli sudah memiliki kapasitas 159 tempat tidur serta sampai
akhir bulan Desember 2013 berkapasitas 203 tempat tidur.
Pada tanggal 6 Mei 2014 RSU Bangli ditingkatkan statusnya menjadi Rumah
Sakit Umum Kelas B, berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.HK
02.03/I/0838/2014. Dalam hal setruktur organisasi dan tata kerja selanjutnya
sesuai dengan peraturan daerah Kabupaten Bangli No.8 tahun 2014 struktur
organisasi RSU Bangli juga mengalami perubahan dan disesuaikan pengisian
jabatannya sebanyak 25 penjabat struktual berdasarkan Keputusan Bupati Bangli
No 821.2/475/BKD.
Pada tanggal 3-5 Desember 2015 tim komisi akreditasi Rumash Sakit (KARS)
melakukan survey akreditasi versi 2012 ke RSU Bangli dan selanjutnya RSU
Bangli diberrikan pengakuan sebagai rumah sakit yang telah emmenuhi standar
akreditasi rumah sakit serta dinyatakan lulus tingkat utama sesuai dengan
sertifikat KARS No KARS-SERT/207/II/2016.
Hingga pada saat ini RSU Bangli terus melakukan pengembangan SDM dan juga
pembangunan saranan dan prasarana pelayanan termasuk kelengkapan, kebutuhan
sebagai rumah sakit pendidikan. Pengembangan sebagai rumah sakit pendidikan
dilakukan dengan fakultas kedoteran, univikan pengakuan sebagai rumah sakit
yang telah emmenuhi standar akreditasi rumah sakit serta dinyatakan lulus tingkat
utama sesuai dengan sertifikat KARS No KARS-SERT/207/II/2016.
Hingga pada saat ini RSU Bangli terus melakukan pengembangan SDM dan juga
pembangunan saranan dan prasarana pelayanan termasuk kelengkapan, kebutuhan
sebagai rumah sakit pendidikan. Pengembangan sebagai rumah sakit pendidikan
dilakukan dengan Fakultas Kedoteran Universitas Islam AL-Azhar Mataram dan
Fakultas Kedokteran Univertas Udayana Denpasar.
1. Visi, Misi, Falsafah, Budaya Organisasi, Motto dan Tujuan Rumah Sakit
a. Visi
Menjadikan Rumah Sakit Umum Bangli sebagai kebanggaan masyarakat.
b. Misi
1) Memberi pelayanan kesehatan secara professional, efektif, dan
efisien serta selalu berusaha meningkatkan mutu pelayanan secara
berkesinambungan.
2) Memenuhi kebutuhan SDM baik kualitas maupun kuantitas dan
selalu berkomitmen peningkatan kualitas SDM dengan pendidikan
dan latihan berkelanjutan.
3) Menjadi pusat pelayanan, pendidikan dan penelitian secara
terintegrasi bidan kedokteran dan kesehatan lainnya untuk
menghasilkan tenaga kesehatan yang professional.
4) Menyediakan kebutuhan sarana dan prasarana yang berkualitas dalam
rangka menunjang pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan.
5) Mewujudkan rasa persaudaraan, rasa memiliki, dan membutuhkan
budaya organisasi yang kuat, berkomitmen tinggi dan bertanggung
jawab.
c. Falsafah
d. Budaya Organisasi
e. Motto
Pelayanan tulus ikhlas dengan senyum, sopan dan sapa.
f. Tujuan Rumah Sakit
1) Terselenggaranya pelayanan kesehatan paripurna sesuai standar mutu
dengan mengutamakan keselamatan pasien
2) Terpenuhinya kebutuhan SDM yang professional baik kualitas
maupun kuantitas
3) Terselenggaranya program pelayanan, pendidikan dan penelitian
dibidang kedokteran dan kesehatan lainnya
4) Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan
kebutuhan pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan
5) Terwujudnya budaya dan ertos kerja yang berkomitmen tinggi dalam
penyelenggaraan manajemen rumah sakit
2. Tata Kerja dan Struktur Organisasi Bidang Keperawatan
a. Tata Kerja
b. Struktur Organisasi Bidang Keperawatan

Direktur

Wadir pelayanan

Ka. Bid. Keperawatan Ka. Bid. Pelayanan Medis

Kasi. Keperawatan R.Darurat, Kasi. Pelayanan Medis


Operatif & Unit Khusus R. Darurat, Operatif &
Unit Khusus
Kepala Instalasi
Hemodialisa Ka. Ru. HD

Dokter Waka.Ru
Pelaksanan
Hemodialisa

Katim I Katim II

Anggota 1 Anggota 1

Anggota 2 Anggota 2

Anggota 3 Anggota 3

Anggota 4 Anggota 4

Anggota 5 Anggota 5
B. Gambaran Umum Ruangan
RSU Bangli melaksanakan kerjasama operasional (KSO) dalam pengadaan
pelayanan kesehatan cuci darah. Tersedia 10 (sepuluh) unit alat hemodialisis
untuk memisahkan darah dari sisa metabolisme dan racun tubuh ketika ginjal
tidak berfungsi lagi. Hal ini sangat membantu bagi penderita gagal ginjal agar
bisa memperbaiki kondisi tubuhnya. Pelayanan hemodialisa ditangani oleh dokter
spesialis terlatih dan tenanga keperawatan yang bersertifikat. Kapasitas pelayanan
sedang dikembangkan dengan menambah 6 unit alat hemodialisis dioperasikan
pada akhir 2016. Hingga saat ini jumlah alat hemodialisis sejumlah 16 unit.

Denah Ruang Hemodialisa RSU Bangli

1 3
2

Pintu keluar 4

5 6

Pintu masuk

5 8 9 12

7 10 11 13

Pintu 14
belakang

Keterangan :

1 : ruang pencucian filter

2 : ruang spoelhoek

3 : ruang severseosmosis dan sterilisasi UV


4 : ruang tangki air

5 : bed pasien

6 : ruang isolasi

7 : gudang

8 : ruang dokter

9 : ruang perawat

10 : ruang admin

11 : dapur

12 : kamar mandi pasien

13 : ruang ganti perawat

14 : kamar mandi perawat

C. Analisa SWOT Ruangan

M1-MAN
Strength Weakness Opportunity Threat
1. Satu-satunya 1. Masih 1. Adanya 1. Munculnya
unit HD di adanya system klinik atau
Kabupaten tenaga pelayanan pelayanan
Bangli perawat BPJS kesehatan
2. Adanya yang 2. Kelengkapan yang
kerjasama berpendid fasilitas di terdapat
dengan pihak ikan SPK ruang fasilitas
BPJS dan 2. Beberapa Hemodialisa Hemodialis
pemerintah perawat a
daerah di ruang
Kabupaten Hemodial
Bangli isa
3. Kemudahan pendidika
dalam nnya
layanan belum
administrasi S.Kep,Ns
4. Kelengkapan 3. 1 perawat
mesin memegan
Hemodialisa g 3 mesin
satu pasien
satu mesin
5. Penggunaan
dialeser
elision 15k
dan blood
line satu
pasien satu
dan setelah
itu alat tidak
digunakan
kembali
6. Sudah
adanya
dokter
pelaksana
dan dokter
penanggung
jawab
7. Sudah
adanya
pelatihan
yang setiap
tahunnya
mengirimkan
2 pegawai
untuk
mengikuti
pelatihan
Hemodialisa

M2- MATERIAL
Strength Weakness Opportunity Threat
1. Mempunyai 1. Sarana 1. Adanya 1. Kesenjangan
sarana dan administrasi pengadaan antara jumlah
prasarana yang penunjang sarana dan pasien dengan
memadai untuk belum prasarana yang peralatan yang
pasien, tenaga tertata rusak dari ada.
kesehatan, dan dengan rapi bagian 2. Ada tuntutan
keluarga pasien 2. Di ruang pengadaan tinggi dari
termsuk sarana isolasi barang. masyarakat
prasarana belum ada 2. Adanya untuk
universal tanda program melengkapi
precaution penggunaan pelatihan/semin sarana dan
untuk perawat. APD ar khusus prasarana
2. RS pemerintah sebelum tentang 3. Masih alat
tipe B sekaligus masuk pengoperasian yang
sebagai RS ruangan alat mengalami
pendidikan dan 3. Belum ada hemodialisa. kerusakan.
rujukan. ruang
3. Terdapat Kepala
administrasi Ruangan
penunjang 4. Di ruang
(misal: buku administrasi
injeksi, buku tidak ada
TT, buku visite, computer
SOP, dan lain- 5. Tidak ada
lain) yang denah
memadai. ruangan
4. Tersedianya
nurse station.
5. Pemeliharaan
dan perawatan
dari sarana dan
prasarana
penunjang
kesehatan
sudah ada.

M3-METHODE
Strength Weakness Opportunity Threat

M4-MONEY
Strength Weakness Opportunity Threat
4. Pengelolaa 1. Tidak 1. Dengan 1. System
n ada diterapka rujukan
keuangan bantuan nnya RS berjenjan
mengguna dana sebagai g BPJS
kan dari rumah yang
system luar sakit mengaki
manual misalny pendidik batkan
sentralisas a an bisa penuruna
i rumah donator membant n
sakit atau . u dari kunjunga
BLUD segi n RS
dengan pendapat harus
status an rumah dapat
hokum sakit. direncan
tidak akan
terpisah guna
dari meningk
pemerinta atkan
h daerah kunjunga
yang n pasien
memberik 2. Rumah
an Sakit
fleksibilita harus
s sehingga bisa
rumah bersaing
sakit dapat dengan
mengatur rumah
sendiri sakit
pengeluara swasta
n dan dan
pendapata negeri
n rumah lainnya
sakit. dalam
5. Pengadaan bidang
sarana pelayana
prasarana n dan
operasiona harga
l ruangan
berasal
dari rumah
sakit
dengan
melakukan
system
pengampr
ahan
sesuai
kebutuhan
ruangan
ke bagian
pengadaan
.

M5-MARKET
Strength Weakness Opportunity Threat
1. RS telah 1. Belum 1. Meningkatkan 1. Persaingan dengan
melakukan adanya jumlah kualitas pelayanan rumah
promosi melalui survey tigkat pelayanan sakit lain
media social kepuasanan 2. Tingginya tuntutan
2. RS telah memiliki pelayanan masyarakat akan
media promosi pada ruang pelayanan kesehatan
tertulis hemodialisa yang bermutu
3. Jumlah tindakan di
ruang hemodialisa
pada tahun 2019
sebanyak 8.276,
rata-rata tindakan
disetiap bulannya
sebanyak 670 dan
rata-rata sebanyak
28 tindakan
perharinya
BAB III PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

A. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 6 - 7 Januari 2020. Pengumpulan data
ruangan dilakukan berdasarkan metode 5M yaitu Man, Material, Method, Money
dan Machine. Adapun hasil pengumpulan data yang diperoleh selama pengkajian
yaitu :
1. Mengidentifikasi ketenagaan (M1-Man)
a. Sumber Daya Manusia
Jumlah ketenagaan di ruangan Hemodialisa RSU Bangli untuk tenaga
keperawatan sebanyak 7 orang dengan pendidikan S.Kep, Ns, untuk
pendidikan D3 Keperawatan 6 orang, Untuk pendidikan SPK sebanyak
satu orang, untuk tenaga non keperwatan seperti admin 1 orang dengan
pendidikan SMU, petugas kebersihan 1 orang, sedangkan untuk tenaga
medis ada 2 dokter dimana ada dokter penanggung jawab dan dokter
pelaksana.
b. Menghitung Kebutuhan Tenaga Mengacu Pada Tingkat Ketergantungan
Pasien
Tingkat ketergantungan klien di ruang Hemodialisa RSU Bangli dengan
menggunakan instrument penilaian ketergantungan klien menurut Orem
(Minimal, Partial, Total Care). Klasifikasi ketergantungan pasien dibagi
menjadi 3 kategori, yaitu :
1) Perawatan minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam
2) Perawatan partial dengan waktu 3-4 jam/24 jam
3) Perawatan total care dengan waktu 5-6 jam/24 jam
a) Tingkat ketergantungan klien di ruang Hemodialisa dihitung
dengan menggunakan instrument penilaian ketergantungan
menurut Orem (Minimal, parsial, total care) (Nursalam, 2009).
Pada tanggal 3 januari 2020 didapatkan jumlah pasien pada pagi
hari sebanyak 15 pasein. Tingkat ketergantungan :
5 MC X 2 jam = 10
6 PC X 4 jam = 24
4 TC X 6 jam = 24
58 : 15 = 3,8 jam
b) Tingkat ketergantungan klien di ruang Hemodialisa dihitung
dengan menggunakan instrument penilaian ketergantungan
menurut Orem (Minimal, parsial, total care) (Nursalam, 2009).
Pada tanggal 3 januari 2020 didapatkan jumlah pasien pada pagi
hari sebanyak 13 pasein. Tingkat ketergantungan :
4 MC X 2 jam = 8
6 PC X 4 jam = 24
3 TC X 6 jam = 18
50 : 13 = 3,8 jam
c) Tingkat ketergantungan klien di ruang Hemodialisa dihitung
dengan menggunakan instrument penilaian ketergantungan
menurut Orem (Minimal, parsial, total care) (Nursalam, 2009).
Pada tanggal 6 januari 2020 didapatkan jumlah pasien pada pagi
hari sebanyak 14 pasein. Tingkat ketergantungan :
4 MC X 2 jam = 8
6 PC X 4 jam = 24
4 TC X 6 jam = 24
56 : 14 = 4 jam
d) Rata-rata pasien per shift
15+14+13
3
= 14 orang
e) Perhitungan jumlah tenaga perawat yang dinas di ruangan
Hemodialisa
Rumus :
14x4x365
365-86x7
= 20.440
1.953
= 10 orang
f) Perhitungan jumlah tenaga perawat per 7 jam
14x4
7
= 8 0rang

2. M2 (Material)
a. Penataan Gedung dan Denah Ruang Hemodialisa RSU Bangli

1 3
2

Pintu keluar 4

5 6

Pintu masuk

5 8 9 12

7 10 11 13

Pintu 14
belakang

Keterangan :

1 : ruang pencucian filter

2 : ruang spoelhoek

3 : ruang severseosmosis dan sterilisasi UV

4 : ruang tangki air

5 : bed pasien

6 : ruang isolasi

7 : gudang

8 : ruang dokter

9 : ruang perawat

10 : ruang admin
11 : dapur

12 : kamar mandi pasien

13 : ruang ganti perawat

14 : kamar mandi perawat

Tabel. Jumlah tempat tidur di Ruang Hemodialisa RSU Bangli

Kondisi
Jumlah Keterangan
Baik Buruk
16 16 - Baik

Tabel. Daftar alat medis dan non medis di Ruang Hemodialisa RSU Bangli

Kondisi
No Nama Alat Jumlah
Baik Buruk
1 Steteskup Dewasa 3 Baik
2 Tromor Kecil 1 Baik
3 Tromol Sedang 1 Baik
4 Kupet Sedang 1 Baik
5 Kupet Kecil 1 Baik
6 Reflak Humer 1 Baik
7 Arteri Cleam Lurus 1 Rusak Berat
8 Lampu Tindakan 1 Rusak Berat
9 Brancard 1 Baik
10 Tensimeter 4 Baik
11 Tempat Sampah Otomatis 5 Baik
12 Kursi Roda 3 Baik
13 Tv Toshiba 3 Baik
14 Kursi Putar 1 Baik
15 Troli Emergency 2 Baik
16 Papan Struktur 1 Baik
17 Kaca Cermin 1 Baik
18 Sterilisator 1 Baik
19 Lemari Linen 1 Baik
20 Rak Kayu 1 Baik
21 Troli Linen Kotor 1 Baik
22 Tong Sampah Kuning 2 Baik
Besar
23 Lemari Loker Pasien 1 Baik
24 Ac Unit 6 Baik
25 Kotak Saran 1 Baik
26 Meja Visite 1 Baik
27 Troli Kerja 3 Baik
28 Meja Bundar Kerja 1 Baik
29 Meja Panjang 1 Baik
30 Kursi Goyang Tanpa 1 Baik
Sandaran
31 Meja Nerstation 1 Baik
32 Apar 1 Baik
33 Helm Warna Putih 1 Baik
34 Helm Warna Kuning 1 Baik
35 Helm Warana Kuning 1 Baik
36 Helm Warna Biru 1 Baik
37 Helm Warna Merah 1 Baik
38 Papan White Bord Kecil 1 Baik
39 Kipas Angin Dingding 2 Baik
40 Almari Instrumen 1 Baik
41 Almari Kayu Kaca 1 Baik
42 Papan White Bord Sedang 1 Baik
43 Kulkas 2 Pintu Putih 1 Baik
44 Bingkai Surat Ijin 1 Baik
Opesional
45 Manometer O2 1 Baik
46 Kursi Kayu/Kursi Tunggu 2 Baik
47 Termometer Air Raksa 1 Baik
48 Senter Kecil Pulpen 1 Baik
49 Pulsa Oximeter 1 Baik
50 Amubag 1 Baik
51 ECG 1 Baik
52 Alarem Api Asap 1 Baik
53 Alarm Gempa 1 Baik
54 Tempat Sampah Bundar 1 Baik
55 Komputer 1 Baik
56 Printer 1 Baik
57 Tempat Sampah Ijak 2 Baik
Kotak
58 Timbangan Baru Digital 1 Baik

3. M3 (Methode)
a. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Metode merupakan cara yang dipergunakan untuk mengelola sistem
pelayanan di suatu instansi. Dalam pengelolaan keperawatan, terdapat
beberapa metode namun dalam kajian teori ini, akan dipaparkan 3 model
pengelolaan keperawatan yang paling sering dipakai saat ini.
1) Metode Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok
pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984
dalam Sitorus, 2011). Metode ini digunakan bila perawat pelaksana
terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya.
Tujuan metode penugasan keperawatan tim untuk memberikan
keperawatan yang berpusat pada pasien. Oleh karena kegiatan
dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim seringkali
melakukan pertemuan bersama dengan anggota timnya (konferensi
tim) guna membahas kejadian-kejadian yang dihadapi dalam
pemberian askep.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 tim/group yang terdiri dari
katim dan anggota dalam satu grup kecil yang saling membantu.
Kelebihan :
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
c) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah
diatasi dan memberi kepuasan pada anggota tim.
Kelemahan:
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Konsep Metode Tim menurut Kron & Gray (2007) pelaksanaan
model tim harus berdasarkan konsep berikut:
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan teknik kepemimpinan.
b) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
c) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
Tugas dan Tanggung Jawab Anggota Tim
a) Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan
ketua tim.
b) Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan.
c) Membantu ketua tim melakukan pengkajian, menentukan
diagnose keperawatan dan membuat rencana keperawatan.
d) Membantu ketua tim mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
e) Membantu/bersama dengan ketua tim mengorientasikan pasien
baru.
f) Mengganti tugas pembantu keperawatan bila perlu.
Tugas dan Tanggung Jawab Ketua Tim
a) Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan
pasien sejak masuk sampai pulang.
b) Mengorientasikan pasien yang baru dan keluarganya.
c) Mengkaji kondisi kesehatan pasien dan keluarganya.
d) Membuat diagnose keperawatan dan rencana keperawatan.
e) Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada anggota tim.
f) Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan
tindakan keperawatan.
g) Mengevaluasi tindakan dan rencana keperawatan.
h) Melaksanakan tindakan keperawatan tertentu.
i) Mengembangkan perencanaan pulang.
j) Memonitor pendokumentasian tindakan keperawatan yang
dilakukan oleh anggota tim.
k) Melakukan/mengikuti pertemuan dengan anggota tim/tim
kesehatan lainnya untuk membahas perkembangan kondisi
pasien.
l) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota
kelompok dan memberikan bimbingan melalui konferensi.
m) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta
pendokumentasiannya.
Tanggung Jawab Kepala Ruangan
a. Perencanaan
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing.
b) Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya.
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien bersama
ketua tim.
d) Mengidentifikasi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan pasien bersama ketua
tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan, dan mendiskusikan dengan doketr tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk
kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,
membimbing pelaksanaan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan
masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau
keluarga yang baru masuk.
b. Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara
jelas.
d) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2
ketua tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-
lain.
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
h) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di
tempat kepada ketua tim.
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi psien
j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.
k) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.

c. Pengarahan
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b) Memberi pujian pada anggota tim yang telah melaksanakan
tugas dengan baik.
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berkaitan dengan askep pasien.
e) Melibatkan bawahan dari awal hingga akhir kegiatan.
f) Membimbing bawahan yang kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

d. Pengawasan
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
b) Melalui supervisi: (a) pengawasan langsung dilakukan
melalui inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan
langsung secara lisan, dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelamahanyang ada saat itu juga, (b) pengawasan
tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama atau sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua
tim tentang pelaksanaan tugas, (c) evaluasi, (d) mengevaluasi
upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim, (e) audit
keperawatan.

4. M4 (Money)
Sistem yang digunakan dalam hal keuangan adalah sistem manual

sentralisasi rumah sakit atau yang lebih dikenal Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD). Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) merupakan

bagian dari perangkat pemerintah daerah, dengan status hukum tidak

terpisah dari pemerintah daerah. Penerimaan fungsional Badan Layanan

Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit adalah penerimaan yang diperoleh


sebagai imbalan atas pelayanan baik berupa barang dan/ atau jasa yang

diberikan oleh Rumah Sakit dalam menjalankan fungsinya melayani

kepentingan masyarakat atau instansi pemerintah lainnya. Pengadaan sarana

dan prasarana operasional ruangan berasal dari rumah sakit dimana

sebelumnya ruangan melakukan proses amprahan sesuai kebutuhan ruangan

ke bagian pengadaan. Masing-masing unit kerja pemakaian barang

mengajukan permintaan barang ke pengurus dan penyimpanan barang.

Pengurus dan penyimpan barang melihat ada/ tidaknya stok barang yang

diminta. Pengurus dan penyimpanan barang melakukan koordinasi dengan

bidang teknis terkait untuk mendapatkan persetujuan. Barang diserahkan

kepada unit kerja. Pengurus dan penyimpanan barang memberikan tanda-

tanda bukti pengeluaran barang dan selanjutnya mencatat ke dalam kartu

inventaris barang. Jika barang sudah diterima oleh unit kerja pemakai

barang, maka unit tersebut harus mencatat barang tersebut pada buku

inventaris barang.

Tabel. Sistem budgeting untuk ruangan secara umum


di RSU Bangli

DPA RSUD Klungkung Tahun 2018 dan 2019 Budget

Biaya alat kesehatan dan bahan habis pakai Rp. 657.733.665,95

ruangan/unit Tahun 2018

Biaya alat kesehatan dan bahan habis pakai Rp 752.280.596,30

ruangan/unit Tahun 2019

Tabel. Kisaran Gaji Petugas di Ruang Hemodialisa

Status Kepegawaian Kisaran Gaji


PNS 2.500.000 – 3.500.000

Kontrak 1.100.000 - 1.500.000

a. Tarif pelayanan kesehatan di Ruang Hemodialisa

Ruang Hemodialisa merupakan ruang perawatan pasien melayani

pasien dengan status pembayaran sebagai pasien Askes, JKBM,

Jamkesmas, dan Perda. Sebagian besar sumber keuangan yang digunakan

untuk pengelolaan ruangan baik pengadaan dana bagi ruangan, pendanaan

alat kesehatan, pendanaan bahan kesehatan habis pakai bersumber dari

RSU Bangli

Sumber kesejahteraan karyawan RSU Bangli berasal dari Jasa

Pelayanan Rumah Sakit. Setiap karyawan memiliki jasa pelayanan yang

berbeda-beda berdasarkan status karyawan (PNS atau non PNS) dan

Golongan karyawan. Secara umum Ketentuan Tunjangan Kinerja bagi

pegawai RSU Bangli :

1) Gaji Pokok PNS/Uang Representasi

2) Tunjangan Keluarga

3) Tunjangan Jabatan

4) Tunjangan Fungsional

5) Tunjangan Beras

6) Jaminan Kesehatan

7) Jaminan Kecelakaan Kerja

8) Jaminan Kematian

9) Jaminan Hari Tua

10) Tambahan Penghasilan Berdasarkan Beban Kerja

2. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan pasien saat pengkajian pada tanggal 03 sampai 06

Januari 2020 yaitu berasal dari BPJS. Dimana jumlah pasien yang

menggunakan jasa pelayanan, Jasa pelayanan BPJS sebanyak 82 orang

selama 3 hari. Jadi pendapatan terbesar berasal dari klaim BPJS.

5. M5 (Market)
a. Pengkajian Sistem Pemasaran
Rumah Sakit Umum Bangli sudah memanfaatkan media sosial maupun
secara tertulis seperti brosur sebagai upaya untuk melakukan promosi
terkait dengan perawatan ruangan hemodialisa
b. BOR
Bed Occupancy Rate (BOR) adalah persentase pemakaian tempat tidur
pada waktu tertentu yang didefinisikan sebagai jumlah tempat tidur yang
terpakai untuk perawatan pasien di dalam ruangan terhadap jumlah
tempat tidur yang tersedia. Standar nilai BOR menurut Barber Johnson
adalah 75% - 85% (Standar Internasional), sedangkan standar nilai
Depkes RI adalah 60% - 85%. Adapun perhitungan Bor adalah sebagai
berikut :

Jumlah Tempat Tidur yang Terisi


BOR = x 100%
Kapasitas Tempat Tidur yang Tersedia

AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang


pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi,
juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan
pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang
lebih lanjut. Secara umum niali AVLOS yang ideal antara 6-9 hari
(Depkes, 2005).
Rumus :
Jumlah Lama dirawat
AVLOS =
Jumlah Pasien Keluar (Hiudp + Mati)

Ruang Hemodialisa merupakan tempat pelayanan kesehatan cuci darah,


untuk memisahkan darah dari sisa metabolisme dan racun tubuh ketika
ginjal tidak berfungsi lagi. Sebagai ruang tempat pelayanan cuci darah,
ruang hemodialisa memiliki 16 unit alat hemodialisis. Jumlah tindakan
selama 1 tahun terakhir yaitu pada tahun 2019 sejumlah 8.276 tindakan
yang dilakukan di ruang hemodialisa, sedangkan jumlah rata-rata
tindakan selama satu bulan sejumah 670 tindakan, dan jumlah rata-rata
tindakan perharinya yaitu 28 tindakan.

B. Analisa Data
No Data Wawancara, Observasi, Kuesioner Masalah

BAB IV TINJAUAN TEORITIS

A. Teori Program Inovasi


1. Media Edukasi
a. Persiapan
Membuatkan leaflet 4 penyakit terbanyak di Ruang Dahlia dan
menyiapkan tempat leaflet.
b. Pelaksanaan
Pembuatan leaflet dimulai pada tanggal 08 Januari 2020. Pelaksanaan
kegiatan meliputi menempatkan leaflet di leaflet corner, dan
membagikan leaflet ke keluarga pasien yang sudah boleh pulang
maupun yang masih dirawat inap.
c. Hasil
Leaflet yang telah dibuat ditempatkan pada tempat edukasi yang ada di
ruangan yaitu dekat nurse station. Beberapa leaflet diberikan kepada
pasien, terutama pasien yang akan pulang dan yang kurang informasi
tentang penyakit yang diderita.
d. Hambatan
Keluarga maupun pengunjung kurang aktif dalam mencari informasi
mengenai kesehatan khusus pada sarana ataupun tempat edukasi yang
telah disiapkan.

B. Teori MPKP
1. Pengertian MPKP
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu kerangka kerja
yang mendefinisikan empat unsur: yakni standar, proses keperawatan,
pendidikan keperawatan, dan sistem MPKP (Nursalam, 2014)
2. Tujuan MPKP
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan.
3. Karakteristik MPKP
a. Penetapan Jumlah Tenaga Keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai
dengan derajat ketergantungan klien.
b. Penetapan Jenis Tenaga Keperawatan
Pada suatu ruang rawat MPKP, terdapat beberapa jenis tenaga yang
memberikan asuhan keperawatan yaitu Clinical Care Manager (CCM),
Perawat Primer (PP), dan Perawat Asosiet (PA). Selain jenis tenaga
tersebut terdapat juga seorang kepala ruang rawat yang bertanggung
jawab terhadap manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat
tersebut. Peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan
kemampuannya dan terdapat tanggungjawab yang jelas dalam sistem
pemberian asuhan keperawatan.
c. Penetapan Standar Rencana Asuhan Keperawatan
Standar rencana asuhan keperawatan perlu ditetapkan, karena berdasarkan
hasil observasi, penulisan rencana asuhan keperawatan sangat menyita
waktu karena fenomena keperawatan mencakup 14 kebutuhan dasar
manusia (Potter & Perry, 2007).Pada MPKP digunakan metode
modifikasi keperawatan primer, sehingga terdapat satu orang perawat
profesional yang disebut perawat primer yang bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Disamping
itu, terdapat Clinical Care Manager (CCM) yang mengarahkan dan
membimbing PP dalam memberikan asuhan keperawatan. CCM
diharapkan akan menjadi peran Ners spesialis pada masa yang akan
datang.

4. Langkah-Langkah dalam MPKP


a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu: (Sitorus, 2011).
1) Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang digunakan
sebagai tempat proses belajar bagi mahasiswa keperawatan, sebaiknya
kelompok kerja ini melibatkan staf dari institusi yang berkaitan
sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi antara
pelayanan/rumah saklit dan institusi pendidikan. Tim ini bisa terdiri
dari seorang koordinator departemen, seorang penyelia, dan kepala
ruang rawat serta tenaga dari institusi pendidikan. (Sitorus, 2011).

2) Rancangan Penilaian Mutu


Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan klien/keluarga
kepatuhan perawat terhadap standar yang diniali dari dokumentasi
keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi noksomial (Sitorus,
2011).
3) Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil penilaian
mutu asuhan kepada pimpinan rumah sakit, departemen,staf
keperawatan, dan staf lain yang terlibat. Pada presentasi ini juga, sudah
dapat ditetapkan ruang rawat tempat implementasi MPKP akan
dilaksanakan (Sitorus, 2011).
a) Penentuan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan tempat
implementasi MPKP, antara lain (Sitorus, 2011) :
i. Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang
tersebut. Hal ini diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat
tersebut akan mendapat pembinaan tentang kerangka kerja
MPKP
ii. Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut
terdiri dari 1 swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan
dikembangkan sebagai pusat pelatihan bagi perawat dari ruang
rawat lain.
b) Penetapan Tenaga Keperawatan
Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat
ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan.
Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan di suatu ruangrawat
didahului dengan menghitung jumlah klien berdasarkan derajat
ketergantungan dalam waktu tertentu, minimal selama 7 hari
berturut-turut. (Sitorus, 2011).
c) Penetapan Jenis Tenaga
Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang
digunakan adalah metode modifikasi keperawatan primer. Dengan
demikian, dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa jenis tenaga,
meliputi (Sitorus, 2011):
i. Kepala ruang rawat
ii. Clinical care manager
iii. Perawat primer
iv. Perawat asosiate
d) Pengembangan Standar Rencana Asuhan Keperawatan
Pengembangan standar rencana asuhan keperawatan bertujuan
untuk mengurangi waktu perawat menulis, sehingga waktu yang
tersedia lebih banyak dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai
kebutuhan klien. Adanya standar rencana asuhan keperawatan
menunjukan asuhan keperawatan yang diberikan berdasarkan
konsep dan teori keperawatan yang kukuh, yang merupakan salah
satu karakteristik pelayanan profesional. Format standar rencana
asuhan keperawatan yang digunakan biasanya terdiri dari bagian-
bagian tindakan keperawatan: diagnosa keperawatan dan data
penunjang, tujuan, tindakan keperawatan dan kolom keterangan
(Sitorus, 2011).
e) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan
Selain standar rencana asuhan keperawatan, format dokumentasi
keperawatan lain yang diperlukan adalah (Sitorus, 2011) :
i. Format pengkajian awal keperawatan
ii. Format implementasi tindakan keperawatan
iii. Format kardex
iv. Format catatan perkembangan
v. Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
vi. Format laporan pergantian shif
vii. Resume perawatan
f) Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama
dengan fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun
fasilitas tambahan yang di perlukan adalah (Sitorus, 2011) :
i. Badge atau kartu nama tim
Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim
yang berisi nama PP dan PA dalam tim tersebut. Kartu ini
digunakan pertama kali saat melakukan kontrak dengan
klien/keluarga.
ii. Papan MPKP
Papan MPKP berisi daftar nama-nama klien, PP, PA, dan
timnya serta dokter yang merawat klien.

b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini
(Sitorus, 2011):
1) Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang
yang sudah ditentukan.
2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan setelah melakukan operan dinas, sore atau malam
sesuai dengan jadwal dinas PP. Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat
tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar (Sitorus, 2011).
3) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde
dengan porawat asosiate (PA).
Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap
hari. Ronde ini penting selain untuk supervisi kegiatan PA, juga sarana
bagi PP untuk memperoleh tambahan data tentang kondisi klien (Sitorus,
2011).
4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar rencana
asuhan keperawatan
Standar rencana asuhan keperawatan merupakan acuan bagi tim dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Semua masalah dan tindakan yang
direncenakan mengacu pada standar tersebut (Sitorus, 2011).
5) Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi dengan
klien/keluarga.
Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan kesepakatan antara
perawat dan klien/keluarganya dalam pemberian asuhan keperawatan.
Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan
klien dapat terbina. Kontrak diawali dengan pemberian orientasibagi klien
dan keluarganya (Sitorus, 2011).
6) Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam
tim.
PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus klien
yang dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih mempelajari
kasus yang ditanganinya secara mendalam. (Sitorus, 2011).
7) Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam
membimbing PP dan PA.
Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan implementasi
MPKP dilakukan melalui supervisi secara berkala. Agar terdapat
kesinambungan bimbingan, diperlukan buku komunikasi CCM. Buku ini
menjadi sangat diperlukan karena CCM terdiri dari beberapa orang yaitu
anggota tim/panitia yang diatur gilirannya untuk memberikan bimbingan
kepada PP dan PA. Bila sudah ada CCM tertentu untuk setiap ruangan,
buku komunikasi CCM tidak diperlukan lagi (Sitorus, 2011).
8) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan.
Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat kepada
klien. Oleh karena itu, pengisisan dokumentasi secara tepat menjadi
penting.
c. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen
evaluasi MPKP oleh CCM. Evaluasi proses dilakukan oleh CCM dua kali
dalam seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini
masalah-masalah yang ditemukan dan dapat segera diberi umpan balik atau
bimbingan. Evaluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan (Sitorus, 2011)
:
1) Memberikan instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap
klien pulang.
2) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai
berdasarkan dokumentasi.
3) Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).
4) Penilaian rata-rata lama hari rawat.
d. Tahap Lanjut
MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian
asuhan keperawatan. Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang
lebih optimal, perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan
keperawatan. Pada ruang MPKP diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan
karena sudah ada sistem yang tepat untuk menerapkannya (Sitorus, 2011).
1) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini, PP
pemula diberi kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga
mempunyai kemampuan sebagai SKep/Ners. Setelah mendapatkan
pendidikan tambahan tersebut berperan sebagai PP (bukan PP pemula)
Sitorus, 2011).
2) MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP
tingkat I, PP adalah SKep/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan
keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi mutakhir, diperlukan
kemampuan seorang Ners spesialis yang akan berperan sebagai CCM.
Oleh karena itu, kemampuan perawat SKep/Ners ditingkatkan menjadi
ners spesialis (Sitorus, 2011).
3) MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat ini
perawat dengan kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan menjadi
doktor keperawatan. Perawat diharapkan lebih banyak melakukan
penelitian keperawatan eksperimen yang dapat meningkatkan asuhan
keperawatan sekaligus mengembangkan ilmu keperawatan (Sitorus,
2011).
5. Pilar-Pilar MPKP
a. Pilar 1 : Pendekatan Manajemen Keperawatan
Terdiri dari:
1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang
MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana
jangka pendek, harian, bulanan dan tahunan).
2) Pengorganisasian dengan menyusun struktur organisasi, jadwal dinas,
dan daftar alokasi pasien.
3) Pengarahan
Terdapat kegiatan delegasi, supervisi, menciptakan iklim motivasi,
manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencakup pre dan post
conference, dan manajemen konflik.
b. Pilar 2 : Sistem Penghargaan
Manajemen sumber daya manusia diruang MPKP berfokus pada proses
rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kerja, staf perawat. Proses ini
selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawatan baru.
c. Pilar 3 : Hubungan Profesional
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim
kesehatan) dalam penerimaan pelayanan keperawatan (klien dan
keluarga). Pada pelaksanaannya hubungan profesional secara internal
artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan
misalnya perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan lain,
sedangkan hubungan profesional secara eksternal adalah hubungan antara
pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
d. Pilar 4: Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan
keperawatan dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di
MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan di
MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses
keperawatan.
MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL

PROFESSIONAL VALUE

MANAGEMENT COMPENSATORY PROFESSIONAL PATIENT CARE


APPROACH REWARDS RELATIONSHIP DELIVERY SYSTEM

SISTEM REKRUTMEN 1. Tim Keperawatan MANAJEMEN PENKES KELUARGA


MANAJEMEN • Rapat ASKEP
1. Orientasi • Case Conference Fase 1
1. Perencanaan 2. Manajemen 2. Tim Kesehatan • Proses Permulaan Hubungan
2. Pengorganisasi Kinerja • Rapat Keperawatan
an 3. Standar • Case Conference • Pedoman Fase 2
3. Pengarahan Kinerja ASKEP KeterampilanMerawat
4. Pengendalian 4. Pengembangan • Pedoman Klien
SDM Komunikasi
• SOP/IK Fase 3
Aplikasi Perawatan

Fase 4
Mempertahankan peran
serta keluarga dalam
merawat klien di
keluarga/masyarakat

Gambar 2.1. Model Praktik Keperawatan Profesional

6. Proses Rekrutan Tenaga Perawat di Ruang MPKP


Perekutan di ruang MPKP berfokus pada perekrutan perawat yang ada
dirumah sakit bukan mencari tenaga perawat baru dari luar rumah sakit.
Dalam menentukan perawat di ruang MPKP, perlu diketahui kategori ruang
MPKP yang akan dikembangkan. Ruang MPKP dikategorikan menjadi 3
tingkat, yaitu: tingkat Profesional I, II, III, Pemula, dan Transisi. Proses
perekrutan perawat di ruang MPKP adalah sebagai berikut:
a. Seluruh perawat di rumah sakit harus menyepakati tingkat MPKP yang
akan dipilih, disesuaikan dengan sumber daya keperawatan yang ada di
rumah sakit tersebut, dan diharapkan minimal memilih tingkat MPKP
Pemula.
b. Setelah tingkat MPKP disepakati, Kepala Bidang Keperawatan
melakukan sosialisasi pembentukan ruang MPKP kepada pimpinan dan
para pejabat struktural yang ada dirumah sakit untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan.
c. Kepala Ruangan melakukan sosialisasi kepada semua perawat yang ada di
ruangan tentang pembentukan ruang MPKP disertai kriteria perawat yang
dibutuhkan dengan tujuan merekrut perawat yang memenuhi kriteria.
Kepala Ruangan memotivasi perawat di ruangannya yang memenuhi
kriteria untuk mendaftarkan diri dengan mengisi formulir pendaftaran dan
biodata.
Sebelum menetapkan proses perekrutan, jumlah perawat yang
dibutuhkan harus ditetapkan. Jenis tenaga perawat terdiri dari: Kepala
Ruangan (KaRu), Perawat Primer sebagai ketua tim, dan Perawat Pelaksana.
Berdasarkan pengalaman pada pengembangan MPKP di RSMM Bogor,
perbandingan pasien Ran perawat adalah 1:1 atau 1,7:1, ditambah Karu.
Kriteria dari tiap tenaga perawat ditetapkan dan umumnya perawat memiliki
latar belakang pendidikan D3 Keperawatan.
Kriteria perawat yang akan bekerja di ruang MPKP adalah sebagai berikut:
a. Kepala Ruangan
1) Pendidikan minimal S1 Keperawatan, jika belum ada, diperbolehkan
D3 Keperawatan pada MPKP Pemula.
2) Pengalaman menjadi Kepala Ruangan minimal 2 tahun, dan bekerja
pada area keperawatan medik minimal 2 tahun.
3) Sehat jasmani dan rohani.
4) Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat):
a) Asuhan keperawatan
b) Standar asuhan keperawatan atau audit keperawatan.
c) Terapi modalitas keperawatan atau terapi aktifitas kelompok
(TAK).
d) Komunikasi keperawatan
e) Manajemen keperawatan
5) Bimbingan klinik (untuk RS Pendidikan)
a) Lulus tes tulis
b) Lulus wawancara
c) Lulus tes presentasi
b. Perawat Primer/Ketua Tim
1) Pendidikan minimal S1 Keperawatan (Perawat Primer), jika belum
ada, D3 Keperawatan diperbolehkan pada MPKP Pemula.
2) Pengalaman kerja di area keperawatan medik untuk D3 Keperawatan
minimal 2 tahun dan S1 Keperawatan magang 3 bulan.
3) Sehat jasmani rohani
4) Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat):
a) Asuhan keperawatan
b) Standar asuhan keperawatan atau audit keperawatan.
c) Terapi modalitas keperawatan atau terapi aktifitas kelompok
(TAK).
d) Komunikasi keperawatan
e) Manajemen keperawatan
f) Lulus tes tulis
g) Lulus tes wawancara
c. Perawat Pelaksana (Asosiate)
1) Pendidikan minimal D3 Keperawatan
2) Pengalaman kerja dibagian kesehatan umum minimal 1 tahun
3) Sehat jasmani dan rohani
4) Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat): asuhan keperawatan
5) Lulus tes tulis
6) Lulus tes wawancara
7. Proses Seleksi Tenaga Perawat di Ruang MPKP
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruang MPKP dituntut untuk
mengikuti proses seleksi. Berikut ini adalah proses seleksi:
a. Proses seleksi dimulai dari peninjauan dokumen untuk menetapkan
perawat yang memenuhi syarat menjadi Kepala Ruangan maupun
Perawat Primer/Ketua Tim dan Perawat Pelaksana (Asosiate).
b. Semua perawat yang memenuhi kriteria, dipanggil untuk tes tulis. Hasil
tes tulis menetapkan perawat pelaksana yang memenuhi kriteria dan calon
ketua tim dan kepala ruangan.
c. Perawat yang lulus tes tulis mengikuti tes wawancara.
d. Tahap seleksi selanjutnya adalah presentasi yang diikuti oleh perawat
yang memenuhi kriteria Karu dan Katim untuk memilih kepala ruangan
dan ketua tim.
Tes tulis dilakukan oleh orang yang independen. Materi yang diujikan adalah
pengetahuan perawat terkait konsep MPKP. Tes ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan perawat tentang konsep MPKP.
Jumlah yang lulus disesuaikan dengan kebutuhan perawat di ruang MPKP
dengan nilai yang tertinggi. Wawancara dilakukan oleh Tim Rumah Sakit
yang terdiri dari: bagian administrasi dan bidang keperawatan dengan
menggunakan pedoman wawancara. Tes wawancara diikuti oleh calon Karu,
Katim, dan Perawat Pelaksana. Tujuan wawancara calon Karu dan Katim
adalah mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka terhadap konsep
manajemen, asuhan keperawatan, kemampuan menyelesaikan konflik,
motivasi, dan disiplin. Wawancara dengan calon Perawat Pelaksana bertujuan
mengetahui pengetahuannya terhadap pengelolaan asuhan keperawatan,
motivasi dan disiplin. Presentasi dilakukan oleh calon Karu dan Katim. Tim
penilai terdiri dari Konsultan, Bidang Keperawatan, Bagian Personalia,
Pimpinan Rumah Sakit. Presentasi berisi visi, misi dan program kerja serta
sesuai standar MPKP yang akan dijalankan jika terpilih jadi Karu. Kemudian
semua nilai direkapitulasi dan hasilnya dikonsulkan kepada Pimpinan Rumah
Sakit untuk menetapkan Kepala Ruangan. Jika nama dan jumlah perawat
telah ditetapkan sesuai dengan hasil tes, Pimpinan Rumah Sakit membuat
Surat Keputusan (SK) penempatan Perawat yang bekerja di ruang MPKP.
Sebelum perawat bekerja di ruang MPKP, mereka diminta untuk membuat
pernyataan akan kesediaannya bekerja dan mengembangkan ruang MPKP
serta menandatanganinya. Perawat diberi kejelasan tentang lingkup kerja dan
pengembangan karier.
BAB V RUMUSAN MASALAH DAN PERENCANAAN

A. Rumusan Masalah
B. Prioritas Masalah
C. Analisis Penyebab Masalah (Fishbone Analisis)
D. Alternatif Penyelesaian Masalah
E. Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah
F. Plan Of Action (POA)
G. Kriteria Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai