A. Latar Belakang
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu
lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin
(H.Weihrich dan H. Koontz dalam Suarli dan Bahtiar, 2009). Manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2013). Fungsi
manajemen keperawatan sejalan dengan fungsi manajemen secara umum yaitu
pengorganisasian, perencanaan, kepemimpinan, dan pengawasan (Suarli dan
Bahtiar, 2009).
Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatanprofesional
yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan
lainnya(Sabarguna, 2008).Suatu rumah sakitmemerlukan pengorganisasian untuk
melancarkan jalan sukses. Organisasi rumah sakitmemiliki pemimpin dan staf-
staf yang bergerak dibidangnya agar organisasi di rumah sakit mampu
mejalankan pelayanan yang optimal. Pengorganisasian dalam manajemen
keperawatan mempunyai banyak aktifitas penting, antara lain bagaimana asuhan
keperawatan dikelola secara efektif dan efisien untuk sejumlah pasien di rumah
sakit dengan jumlah staf keperawatan dan fasilitas yang ada. Untuk diperlukan
pembagian tugas, kerja sama, dan koordinasi sehingga semua pasien
mendapatkan pelayanan yang optimal. Oleh karena itu menejer keperawatan
perlu menetapkan kerangka kerja, yaitu dengan cara: mengelompokan dan
membagi kegitan yang harus dilakukan, menentukan jalinan hubungan kerja
antara tenaga dan menciptakan hubungan antara kepala-staf melalui
penugasan,delegasi dan wewenang.
Dalam model pengembangan praktik keperawatan profesional peran dan
fungsi kepala ruang merupakan hal yang sangat penting sehingga kompetensi
kepemimpinan dan manajemen yang mutlak dibutuhkan karena kemampuan itu
manajer kepala ruang akan diuji untuk menata pengorganisasian staf dan
menentukan sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien sebagai
refleksi pelaksanaan praktik keperawatan profesional. Peran dan fungsi kepala
ruang sangatlah penting dalam melakukan pengaturan organisasi dalam sebuah
bangsal di suatu rumah sakit. Peran dan fungsi kepala ruang antara lain
mengidentifikasi masalah, merencanakan fungsi ketenagaan, merencanakan
pengorganisasian, melakukan pengarahan dan melakukan pengendalian
organisasi. Sedangkan menajer sendiri yang berarti seseorang yang tanggung
jawab utamanya adalah melakukan proses manajemen dalam suatu organisasi
memiliki tugas dan fungsi antara lain peran interpersonal, peran pemberi
informasi serta peran pengambilan keputusan.
Hasil pengkajian pada tanggal 06 Januari 2020 didapatkan bahwa di ruang
hemodialisa RSU Bangli sudah menggunakan model keperawatan MPKP Tim
sudah cukup optimal. Berdasarkan fenomena diatas, maka kami mencoba
menerapkan model praktik keperawatan professional (MPKP) dengan metode
pemebrian asuhan keperawatan Primary Nursing.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan praktik manajemen keperawatan, diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip – prinsip manajeman
keperawatan dengan menggunakan model pelayanan keperawatan
professional (MPKP) dengan metode pemberian asuhan keperawatan primer.
2. Tujuan Khusus
Metode pengkajian situasi ruangan di Ruang Hemodialisa RSU Banggli
dengan metode pendekatan 5M (Man, Material, Method, Money , Market)
a. Melakukan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT
b. Merumuskan permasalahan yang di temukan di Ruang Hemodialisa RSU
Banggli
c. Menyusun rencana strategis dan operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Pelayanan Keperawatan Profesional, antara lain: (1)
timbang terima, (2) ronde keperawatan (3) supervisi keperawatan, (4)
dokumentasi keperawatan, (5) sentralisasi obat, (6) discharge planning,
(7) aplikasi peran.
d. Menyusun rencana strategis untuk menjalankan program inovasi yang
telah ditemukan.
C. Manfaat
1. Bagi Pasien
Tercapainya kepuasan klien tentang pelayanan keperawatan.
2. Bagi Perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja optimal.
b. Terbinanya hubungan atau komunikasi yang adekuat baik antara perawat
dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan
pasien serta keluarga.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
3. Bagi Rumah Sakit
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
b. Dapat menganalisa masalah yang ada dengan metode SWOT serta
menyusun rencana strategi
c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan.
D. Tempat dan Waktu
Tempat dilaksanakan praktik manajemen keperawatan ini adalah di ruang
Hemodialisa Rumah Sakit Umum Bangli yang dilaksanakan selama 18 hari mulai
tanggal 06 Januari sampai 23 Januari 2020.
BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
Direktur
Wadir pelayanan
Dokter Waka.Ru
Pelaksanan
Hemodialisa
Katim I Katim II
Anggota 1 Anggota 1
Anggota 2 Anggota 2
Anggota 3 Anggota 3
Anggota 4 Anggota 4
Anggota 5 Anggota 5
B. Gambaran Umum Ruangan
RSU Bangli melaksanakan kerjasama operasional (KSO) dalam pengadaan
pelayanan kesehatan cuci darah. Tersedia 10 (sepuluh) unit alat hemodialisis
untuk memisahkan darah dari sisa metabolisme dan racun tubuh ketika ginjal
tidak berfungsi lagi. Hal ini sangat membantu bagi penderita gagal ginjal agar
bisa memperbaiki kondisi tubuhnya. Pelayanan hemodialisa ditangani oleh dokter
spesialis terlatih dan tenanga keperawatan yang bersertifikat. Kapasitas pelayanan
sedang dikembangkan dengan menambah 6 unit alat hemodialisis dioperasikan
pada akhir 2016. Hingga saat ini jumlah alat hemodialisis sejumlah 16 unit.
1 3
2
Pintu keluar 4
5 6
Pintu masuk
5 8 9 12
7 10 11 13
Pintu 14
belakang
Keterangan :
2 : ruang spoelhoek
5 : bed pasien
6 : ruang isolasi
7 : gudang
8 : ruang dokter
9 : ruang perawat
10 : ruang admin
11 : dapur
M1-MAN
Strength Weakness Opportunity Threat
1. Satu-satunya 1. Masih 1. Adanya 1. Munculnya
unit HD di adanya system klinik atau
Kabupaten tenaga pelayanan pelayanan
Bangli perawat BPJS kesehatan
2. Adanya yang 2. Kelengkapan yang
kerjasama berpendid fasilitas di terdapat
dengan pihak ikan SPK ruang fasilitas
BPJS dan 2. Beberapa Hemodialisa Hemodialis
pemerintah perawat a
daerah di ruang
Kabupaten Hemodial
Bangli isa
3. Kemudahan pendidika
dalam nnya
layanan belum
administrasi S.Kep,Ns
4. Kelengkapan 3. 1 perawat
mesin memegan
Hemodialisa g 3 mesin
satu pasien
satu mesin
5. Penggunaan
dialeser
elision 15k
dan blood
line satu
pasien satu
dan setelah
itu alat tidak
digunakan
kembali
6. Sudah
adanya
dokter
pelaksana
dan dokter
penanggung
jawab
7. Sudah
adanya
pelatihan
yang setiap
tahunnya
mengirimkan
2 pegawai
untuk
mengikuti
pelatihan
Hemodialisa
M2- MATERIAL
Strength Weakness Opportunity Threat
1. Mempunyai 1. Sarana 1. Adanya 1. Kesenjangan
sarana dan administrasi pengadaan antara jumlah
prasarana yang penunjang sarana dan pasien dengan
memadai untuk belum prasarana yang peralatan yang
pasien, tenaga tertata rusak dari ada.
kesehatan, dan dengan rapi bagian 2. Ada tuntutan
keluarga pasien 2. Di ruang pengadaan tinggi dari
termsuk sarana isolasi barang. masyarakat
prasarana belum ada 2. Adanya untuk
universal tanda program melengkapi
precaution penggunaan pelatihan/semin sarana dan
untuk perawat. APD ar khusus prasarana
2. RS pemerintah sebelum tentang 3. Masih alat
tipe B sekaligus masuk pengoperasian yang
sebagai RS ruangan alat mengalami
pendidikan dan 3. Belum ada hemodialisa. kerusakan.
rujukan. ruang
3. Terdapat Kepala
administrasi Ruangan
penunjang 4. Di ruang
(misal: buku administrasi
injeksi, buku tidak ada
TT, buku visite, computer
SOP, dan lain- 5. Tidak ada
lain) yang denah
memadai. ruangan
4. Tersedianya
nurse station.
5. Pemeliharaan
dan perawatan
dari sarana dan
prasarana
penunjang
kesehatan
sudah ada.
M3-METHODE
Strength Weakness Opportunity Threat
M4-MONEY
Strength Weakness Opportunity Threat
4. Pengelolaa 1. Tidak 1. Dengan 1. System
n ada diterapka rujukan
keuangan bantuan nnya RS berjenjan
mengguna dana sebagai g BPJS
kan dari rumah yang
system luar sakit mengaki
manual misalny pendidik batkan
sentralisas a an bisa penuruna
i rumah donator membant n
sakit atau . u dari kunjunga
BLUD segi n RS
dengan pendapat harus
status an rumah dapat
hokum sakit. direncan
tidak akan
terpisah guna
dari meningk
pemerinta atkan
h daerah kunjunga
yang n pasien
memberik 2. Rumah
an Sakit
fleksibilita harus
s sehingga bisa
rumah bersaing
sakit dapat dengan
mengatur rumah
sendiri sakit
pengeluara swasta
n dan dan
pendapata negeri
n rumah lainnya
sakit. dalam
5. Pengadaan bidang
sarana pelayana
prasarana n dan
operasiona harga
l ruangan
berasal
dari rumah
sakit
dengan
melakukan
system
pengampr
ahan
sesuai
kebutuhan
ruangan
ke bagian
pengadaan
.
M5-MARKET
Strength Weakness Opportunity Threat
1. RS telah 1. Belum 1. Meningkatkan 1. Persaingan dengan
melakukan adanya jumlah kualitas pelayanan rumah
promosi melalui survey tigkat pelayanan sakit lain
media social kepuasanan 2. Tingginya tuntutan
2. RS telah memiliki pelayanan masyarakat akan
media promosi pada ruang pelayanan kesehatan
tertulis hemodialisa yang bermutu
3. Jumlah tindakan di
ruang hemodialisa
pada tahun 2019
sebanyak 8.276,
rata-rata tindakan
disetiap bulannya
sebanyak 670 dan
rata-rata sebanyak
28 tindakan
perharinya
BAB III PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
A. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 6 - 7 Januari 2020. Pengumpulan data
ruangan dilakukan berdasarkan metode 5M yaitu Man, Material, Method, Money
dan Machine. Adapun hasil pengumpulan data yang diperoleh selama pengkajian
yaitu :
1. Mengidentifikasi ketenagaan (M1-Man)
a. Sumber Daya Manusia
Jumlah ketenagaan di ruangan Hemodialisa RSU Bangli untuk tenaga
keperawatan sebanyak 7 orang dengan pendidikan S.Kep, Ns, untuk
pendidikan D3 Keperawatan 6 orang, Untuk pendidikan SPK sebanyak
satu orang, untuk tenaga non keperwatan seperti admin 1 orang dengan
pendidikan SMU, petugas kebersihan 1 orang, sedangkan untuk tenaga
medis ada 2 dokter dimana ada dokter penanggung jawab dan dokter
pelaksana.
b. Menghitung Kebutuhan Tenaga Mengacu Pada Tingkat Ketergantungan
Pasien
Tingkat ketergantungan klien di ruang Hemodialisa RSU Bangli dengan
menggunakan instrument penilaian ketergantungan klien menurut Orem
(Minimal, Partial, Total Care). Klasifikasi ketergantungan pasien dibagi
menjadi 3 kategori, yaitu :
1) Perawatan minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam
2) Perawatan partial dengan waktu 3-4 jam/24 jam
3) Perawatan total care dengan waktu 5-6 jam/24 jam
a) Tingkat ketergantungan klien di ruang Hemodialisa dihitung
dengan menggunakan instrument penilaian ketergantungan
menurut Orem (Minimal, parsial, total care) (Nursalam, 2009).
Pada tanggal 3 januari 2020 didapatkan jumlah pasien pada pagi
hari sebanyak 15 pasein. Tingkat ketergantungan :
5 MC X 2 jam = 10
6 PC X 4 jam = 24
4 TC X 6 jam = 24
58 : 15 = 3,8 jam
b) Tingkat ketergantungan klien di ruang Hemodialisa dihitung
dengan menggunakan instrument penilaian ketergantungan
menurut Orem (Minimal, parsial, total care) (Nursalam, 2009).
Pada tanggal 3 januari 2020 didapatkan jumlah pasien pada pagi
hari sebanyak 13 pasein. Tingkat ketergantungan :
4 MC X 2 jam = 8
6 PC X 4 jam = 24
3 TC X 6 jam = 18
50 : 13 = 3,8 jam
c) Tingkat ketergantungan klien di ruang Hemodialisa dihitung
dengan menggunakan instrument penilaian ketergantungan
menurut Orem (Minimal, parsial, total care) (Nursalam, 2009).
Pada tanggal 6 januari 2020 didapatkan jumlah pasien pada pagi
hari sebanyak 14 pasein. Tingkat ketergantungan :
4 MC X 2 jam = 8
6 PC X 4 jam = 24
4 TC X 6 jam = 24
56 : 14 = 4 jam
d) Rata-rata pasien per shift
15+14+13
3
= 14 orang
e) Perhitungan jumlah tenaga perawat yang dinas di ruangan
Hemodialisa
Rumus :
14x4x365
365-86x7
= 20.440
1.953
= 10 orang
f) Perhitungan jumlah tenaga perawat per 7 jam
14x4
7
= 8 0rang
2. M2 (Material)
a. Penataan Gedung dan Denah Ruang Hemodialisa RSU Bangli
1 3
2
Pintu keluar 4
5 6
Pintu masuk
5 8 9 12
7 10 11 13
Pintu 14
belakang
Keterangan :
2 : ruang spoelhoek
5 : bed pasien
6 : ruang isolasi
7 : gudang
8 : ruang dokter
9 : ruang perawat
10 : ruang admin
11 : dapur
Kondisi
Jumlah Keterangan
Baik Buruk
16 16 - Baik
Tabel. Daftar alat medis dan non medis di Ruang Hemodialisa RSU Bangli
Kondisi
No Nama Alat Jumlah
Baik Buruk
1 Steteskup Dewasa 3 Baik
2 Tromor Kecil 1 Baik
3 Tromol Sedang 1 Baik
4 Kupet Sedang 1 Baik
5 Kupet Kecil 1 Baik
6 Reflak Humer 1 Baik
7 Arteri Cleam Lurus 1 Rusak Berat
8 Lampu Tindakan 1 Rusak Berat
9 Brancard 1 Baik
10 Tensimeter 4 Baik
11 Tempat Sampah Otomatis 5 Baik
12 Kursi Roda 3 Baik
13 Tv Toshiba 3 Baik
14 Kursi Putar 1 Baik
15 Troli Emergency 2 Baik
16 Papan Struktur 1 Baik
17 Kaca Cermin 1 Baik
18 Sterilisator 1 Baik
19 Lemari Linen 1 Baik
20 Rak Kayu 1 Baik
21 Troli Linen Kotor 1 Baik
22 Tong Sampah Kuning 2 Baik
Besar
23 Lemari Loker Pasien 1 Baik
24 Ac Unit 6 Baik
25 Kotak Saran 1 Baik
26 Meja Visite 1 Baik
27 Troli Kerja 3 Baik
28 Meja Bundar Kerja 1 Baik
29 Meja Panjang 1 Baik
30 Kursi Goyang Tanpa 1 Baik
Sandaran
31 Meja Nerstation 1 Baik
32 Apar 1 Baik
33 Helm Warna Putih 1 Baik
34 Helm Warna Kuning 1 Baik
35 Helm Warana Kuning 1 Baik
36 Helm Warna Biru 1 Baik
37 Helm Warna Merah 1 Baik
38 Papan White Bord Kecil 1 Baik
39 Kipas Angin Dingding 2 Baik
40 Almari Instrumen 1 Baik
41 Almari Kayu Kaca 1 Baik
42 Papan White Bord Sedang 1 Baik
43 Kulkas 2 Pintu Putih 1 Baik
44 Bingkai Surat Ijin 1 Baik
Opesional
45 Manometer O2 1 Baik
46 Kursi Kayu/Kursi Tunggu 2 Baik
47 Termometer Air Raksa 1 Baik
48 Senter Kecil Pulpen 1 Baik
49 Pulsa Oximeter 1 Baik
50 Amubag 1 Baik
51 ECG 1 Baik
52 Alarem Api Asap 1 Baik
53 Alarm Gempa 1 Baik
54 Tempat Sampah Bundar 1 Baik
55 Komputer 1 Baik
56 Printer 1 Baik
57 Tempat Sampah Ijak 2 Baik
Kotak
58 Timbangan Baru Digital 1 Baik
3. M3 (Methode)
a. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Metode merupakan cara yang dipergunakan untuk mengelola sistem
pelayanan di suatu instansi. Dalam pengelolaan keperawatan, terdapat
beberapa metode namun dalam kajian teori ini, akan dipaparkan 3 model
pengelolaan keperawatan yang paling sering dipakai saat ini.
1) Metode Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok
pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984
dalam Sitorus, 2011). Metode ini digunakan bila perawat pelaksana
terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya.
Tujuan metode penugasan keperawatan tim untuk memberikan
keperawatan yang berpusat pada pasien. Oleh karena kegiatan
dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim seringkali
melakukan pertemuan bersama dengan anggota timnya (konferensi
tim) guna membahas kejadian-kejadian yang dihadapi dalam
pemberian askep.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 tim/group yang terdiri dari
katim dan anggota dalam satu grup kecil yang saling membantu.
Kelebihan :
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
c) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah
diatasi dan memberi kepuasan pada anggota tim.
Kelemahan:
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Konsep Metode Tim menurut Kron & Gray (2007) pelaksanaan
model tim harus berdasarkan konsep berikut:
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan teknik kepemimpinan.
b) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
c) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
Tugas dan Tanggung Jawab Anggota Tim
a) Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan
ketua tim.
b) Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan.
c) Membantu ketua tim melakukan pengkajian, menentukan
diagnose keperawatan dan membuat rencana keperawatan.
d) Membantu ketua tim mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
e) Membantu/bersama dengan ketua tim mengorientasikan pasien
baru.
f) Mengganti tugas pembantu keperawatan bila perlu.
Tugas dan Tanggung Jawab Ketua Tim
a) Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan
pasien sejak masuk sampai pulang.
b) Mengorientasikan pasien yang baru dan keluarganya.
c) Mengkaji kondisi kesehatan pasien dan keluarganya.
d) Membuat diagnose keperawatan dan rencana keperawatan.
e) Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada anggota tim.
f) Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan
tindakan keperawatan.
g) Mengevaluasi tindakan dan rencana keperawatan.
h) Melaksanakan tindakan keperawatan tertentu.
i) Mengembangkan perencanaan pulang.
j) Memonitor pendokumentasian tindakan keperawatan yang
dilakukan oleh anggota tim.
k) Melakukan/mengikuti pertemuan dengan anggota tim/tim
kesehatan lainnya untuk membahas perkembangan kondisi
pasien.
l) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota
kelompok dan memberikan bimbingan melalui konferensi.
m) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta
pendokumentasiannya.
Tanggung Jawab Kepala Ruangan
a. Perencanaan
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing.
b) Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya.
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien bersama
ketua tim.
d) Mengidentifikasi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan pasien bersama ketua
tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan, dan mendiskusikan dengan doketr tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk
kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,
membimbing pelaksanaan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan
masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau
keluarga yang baru masuk.
b. Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara
jelas.
d) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2
ketua tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-
lain.
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
h) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di
tempat kepada ketua tim.
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi psien
j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.
k) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c. Pengarahan
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b) Memberi pujian pada anggota tim yang telah melaksanakan
tugas dengan baik.
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berkaitan dengan askep pasien.
e) Melibatkan bawahan dari awal hingga akhir kegiatan.
f) Membimbing bawahan yang kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
b) Melalui supervisi: (a) pengawasan langsung dilakukan
melalui inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan
langsung secara lisan, dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelamahanyang ada saat itu juga, (b) pengawasan
tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama atau sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua
tim tentang pelaksanaan tugas, (c) evaluasi, (d) mengevaluasi
upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim, (e) audit
keperawatan.
4. M4 (Money)
Sistem yang digunakan dalam hal keuangan adalah sistem manual
sentralisasi rumah sakit atau yang lebih dikenal Badan Layanan Umum
Pengurus dan penyimpan barang melihat ada/ tidaknya stok barang yang
inventaris barang. Jika barang sudah diterima oleh unit kerja pemakai
barang, maka unit tersebut harus mencatat barang tersebut pada buku
inventaris barang.
RSU Bangli
2) Tunjangan Keluarga
3) Tunjangan Jabatan
4) Tunjangan Fungsional
5) Tunjangan Beras
6) Jaminan Kesehatan
8) Jaminan Kematian
2. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan pasien saat pengkajian pada tanggal 03 sampai 06
Januari 2020 yaitu berasal dari BPJS. Dimana jumlah pasien yang
5. M5 (Market)
a. Pengkajian Sistem Pemasaran
Rumah Sakit Umum Bangli sudah memanfaatkan media sosial maupun
secara tertulis seperti brosur sebagai upaya untuk melakukan promosi
terkait dengan perawatan ruangan hemodialisa
b. BOR
Bed Occupancy Rate (BOR) adalah persentase pemakaian tempat tidur
pada waktu tertentu yang didefinisikan sebagai jumlah tempat tidur yang
terpakai untuk perawatan pasien di dalam ruangan terhadap jumlah
tempat tidur yang tersedia. Standar nilai BOR menurut Barber Johnson
adalah 75% - 85% (Standar Internasional), sedangkan standar nilai
Depkes RI adalah 60% - 85%. Adapun perhitungan Bor adalah sebagai
berikut :
B. Analisa Data
No Data Wawancara, Observasi, Kuesioner Masalah
B. Teori MPKP
1. Pengertian MPKP
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu kerangka kerja
yang mendefinisikan empat unsur: yakni standar, proses keperawatan,
pendidikan keperawatan, dan sistem MPKP (Nursalam, 2014)
2. Tujuan MPKP
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan.
3. Karakteristik MPKP
a. Penetapan Jumlah Tenaga Keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai
dengan derajat ketergantungan klien.
b. Penetapan Jenis Tenaga Keperawatan
Pada suatu ruang rawat MPKP, terdapat beberapa jenis tenaga yang
memberikan asuhan keperawatan yaitu Clinical Care Manager (CCM),
Perawat Primer (PP), dan Perawat Asosiet (PA). Selain jenis tenaga
tersebut terdapat juga seorang kepala ruang rawat yang bertanggung
jawab terhadap manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat
tersebut. Peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan
kemampuannya dan terdapat tanggungjawab yang jelas dalam sistem
pemberian asuhan keperawatan.
c. Penetapan Standar Rencana Asuhan Keperawatan
Standar rencana asuhan keperawatan perlu ditetapkan, karena berdasarkan
hasil observasi, penulisan rencana asuhan keperawatan sangat menyita
waktu karena fenomena keperawatan mencakup 14 kebutuhan dasar
manusia (Potter & Perry, 2007).Pada MPKP digunakan metode
modifikasi keperawatan primer, sehingga terdapat satu orang perawat
profesional yang disebut perawat primer yang bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Disamping
itu, terdapat Clinical Care Manager (CCM) yang mengarahkan dan
membimbing PP dalam memberikan asuhan keperawatan. CCM
diharapkan akan menjadi peran Ners spesialis pada masa yang akan
datang.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini
(Sitorus, 2011):
1) Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang
yang sudah ditentukan.
2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan setelah melakukan operan dinas, sore atau malam
sesuai dengan jadwal dinas PP. Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat
tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar (Sitorus, 2011).
3) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde
dengan porawat asosiate (PA).
Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap
hari. Ronde ini penting selain untuk supervisi kegiatan PA, juga sarana
bagi PP untuk memperoleh tambahan data tentang kondisi klien (Sitorus,
2011).
4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar rencana
asuhan keperawatan
Standar rencana asuhan keperawatan merupakan acuan bagi tim dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Semua masalah dan tindakan yang
direncenakan mengacu pada standar tersebut (Sitorus, 2011).
5) Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi dengan
klien/keluarga.
Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan kesepakatan antara
perawat dan klien/keluarganya dalam pemberian asuhan keperawatan.
Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan
klien dapat terbina. Kontrak diawali dengan pemberian orientasibagi klien
dan keluarganya (Sitorus, 2011).
6) Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam
tim.
PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus klien
yang dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih mempelajari
kasus yang ditanganinya secara mendalam. (Sitorus, 2011).
7) Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam
membimbing PP dan PA.
Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan implementasi
MPKP dilakukan melalui supervisi secara berkala. Agar terdapat
kesinambungan bimbingan, diperlukan buku komunikasi CCM. Buku ini
menjadi sangat diperlukan karena CCM terdiri dari beberapa orang yaitu
anggota tim/panitia yang diatur gilirannya untuk memberikan bimbingan
kepada PP dan PA. Bila sudah ada CCM tertentu untuk setiap ruangan,
buku komunikasi CCM tidak diperlukan lagi (Sitorus, 2011).
8) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan.
Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat kepada
klien. Oleh karena itu, pengisisan dokumentasi secara tepat menjadi
penting.
c. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen
evaluasi MPKP oleh CCM. Evaluasi proses dilakukan oleh CCM dua kali
dalam seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini
masalah-masalah yang ditemukan dan dapat segera diberi umpan balik atau
bimbingan. Evaluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan (Sitorus, 2011)
:
1) Memberikan instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap
klien pulang.
2) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai
berdasarkan dokumentasi.
3) Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).
4) Penilaian rata-rata lama hari rawat.
d. Tahap Lanjut
MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian
asuhan keperawatan. Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang
lebih optimal, perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan
keperawatan. Pada ruang MPKP diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan
karena sudah ada sistem yang tepat untuk menerapkannya (Sitorus, 2011).
1) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini, PP
pemula diberi kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga
mempunyai kemampuan sebagai SKep/Ners. Setelah mendapatkan
pendidikan tambahan tersebut berperan sebagai PP (bukan PP pemula)
Sitorus, 2011).
2) MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP
tingkat I, PP adalah SKep/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan
keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi mutakhir, diperlukan
kemampuan seorang Ners spesialis yang akan berperan sebagai CCM.
Oleh karena itu, kemampuan perawat SKep/Ners ditingkatkan menjadi
ners spesialis (Sitorus, 2011).
3) MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat ini
perawat dengan kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan menjadi
doktor keperawatan. Perawat diharapkan lebih banyak melakukan
penelitian keperawatan eksperimen yang dapat meningkatkan asuhan
keperawatan sekaligus mengembangkan ilmu keperawatan (Sitorus,
2011).
5. Pilar-Pilar MPKP
a. Pilar 1 : Pendekatan Manajemen Keperawatan
Terdiri dari:
1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang
MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana
jangka pendek, harian, bulanan dan tahunan).
2) Pengorganisasian dengan menyusun struktur organisasi, jadwal dinas,
dan daftar alokasi pasien.
3) Pengarahan
Terdapat kegiatan delegasi, supervisi, menciptakan iklim motivasi,
manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencakup pre dan post
conference, dan manajemen konflik.
b. Pilar 2 : Sistem Penghargaan
Manajemen sumber daya manusia diruang MPKP berfokus pada proses
rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kerja, staf perawat. Proses ini
selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawatan baru.
c. Pilar 3 : Hubungan Profesional
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim
kesehatan) dalam penerimaan pelayanan keperawatan (klien dan
keluarga). Pada pelaksanaannya hubungan profesional secara internal
artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan
misalnya perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan lain,
sedangkan hubungan profesional secara eksternal adalah hubungan antara
pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
d. Pilar 4: Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan
keperawatan dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di
MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan di
MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses
keperawatan.
MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL
PROFESSIONAL VALUE
Fase 4
Mempertahankan peran
serta keluarga dalam
merawat klien di
keluarga/masyarakat
A. Rumusan Masalah
B. Prioritas Masalah
C. Analisis Penyebab Masalah (Fishbone Analisis)
D. Alternatif Penyelesaian Masalah
E. Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah
F. Plan Of Action (POA)
G. Kriteria Evaluasi