Anda di halaman 1dari 87

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan hasil penelitian bahwa diseluruh dunia terdapat kematian ibu
sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya noenatus sebesar
10.000.000 jiwa pertahun.kematian maternal bayi tersebut terjadi terutama
dinegara berkembang sebesar 99 %.WHO memperkirakan jika ibu hanya
melahirkan rata-rata bayi 3 bayi. maka kematian ibu dapat diturunkan menjadi
300.000 jiwa dan kematian nayi sebesar 5.600.000 jiwa pertahun.
Menurut WHO dinegara-negara miskin dan sedang berkembang, kematian
maternal merupakan masalah besar,namun sejumlah kematian yang cukup besar
tidak diketahui. dinegara-negara maju angka kematian maternal berkisar antara 5
10 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan dinegara-negara yang sedang
berkembang berkisar antara 750 1000 per 100.000 kelahiran hidup.tingkat
kematian maternal diindonesia diperkiraakan sekitar 450 per 100.000 kelahiran
hidup 2.
Indonesia diantara negara ASEAN merupakan negara denagn kematian ibu
dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan
kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih
bermutu.dengan perkiraan persalianan diindonesiasetiap tahunnya sekitar 5.000 .
000 jiwa, dapat dijabarkan bahwa AKI ibu sebesar 15.000 15.500 setiap
tahunnya atau terjadi setiap 30-40 menit.AKB sebesar 40/10.000 menjadi sekitar
200.000 atatau terjadi setiap 25-26 menit sekali.
Pembangunan kesehatan merupakan investasi dalam peningkatan sumber daya
manusia. pembangunan kesehatan yang dilakukan secara berkesinambungan
dalam tiga dekade terakhir telah berhasil menungkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara bermakna. derajat kesehatan masyarakat telah menunjukkan

perbaikan seperti dapat dilihat dari angka kematian bayi, angka kemataian ibu
melahirkan dan umur harapan hidup.
Angka kematian bayi menurun dari 46 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
1997 dan menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI 2007).
demikian juga angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2007 (SDKI 2007). sejalan dengan penurunan angka kematian bayi, umur
harapan hidup meningkat dari 68,6 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun
pada tahun 2007. prevalesnsi gizi kurang pada balita,menurun dari 25,8% pada
akhir tahun 2003 menjadi sebesar 18,4% pada tahun 2007 3.
Dalam upaya pencepatan dalam penurunan angaka kematian ibu (AKI). pada
tahun 2007 telah dikembangkan program perencanaan persalian dalalm
pencegahan komplikasi (P4K) dihampir seluruh kabupaten/kota. sejalan dengan
itu kunjungan dengan antenatal care (K -1) telah mningkat dari 88,9% pada tahun
2004,menjadi 92,6% pada tahun 2007.
Kunjungan antenatal care (K-4) juga meningkat dari 77% pada tahun 2004
menjadi 81,75% pada tahun 2007. persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
meningkat dari 74,3% pada tahun 2004 menjadi 79,32% pada tahun 2007.
sedangkan kunjungan neonatal (KN) menungkat dari 21%pada tahu 2004 menjadi
85,1% pada tahun 2007.
Berdasarkan survei sosial ekonomi nasional (SUSENAS) 2008, penolong
kelahiran terakhir pada balita yang tertinggi adalah oleh bidan (53,96%) diikuti
oleh dukun sebesar (30,27%), dan dokter (12,32%), diaerah perkotaan sebagian
besar penolong persalian pertama pada ibu bersalin adalah bidan (64,28%),
kemudian oleh dokter (20,71%). berbeda dengan pedesaan dimana penolong
kelahiran terakhur pada balita oleh dukun sebesar 42,72%, sedangkan diperkotaan
hanya sebesar 13,40% 4.

Berdasr hasil SUSENAS tahun 2008, presentase wanita berumur 10 tahun


keatas yang pernah kawin dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup terbesar
adalah 0-2 orang (49,72%)dan 3-5 orang (35,83%). proporsi wanita 15-49 tahun
berstatus kawin yang sedang menggunakan atau memakai alat KB tahun 2008
sebesar 56,62%. adapun cara KB yang sering digunakan adalah suntik
(58,70%) .pil 923,90%), AKDR (71,10%), susuk 4,305 dll 6,0%.
Dari hasil yang sudah kita ketahuidiatas maka asuhan kehamilan sangat
diperlukan karena dalam masa ini janin dalam rahim dan ibunya merupakan satu
kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga kesehatan yang optimal akan
meningkatakan kesehatan pertumbuhan dan perkembangan janin. ibu hamil
dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4kali.
Asuhan persalianan diberikan kepada klien saat persalinan dengan
memperhatikan prinsip asuhan sayang ibu dan sayang bayi yang merupakan
bagian dari persalinan yang bersih dan aman, salah satu bentuk dari asuhan
persalinan yaitu menghadirkan keluarga atau orang-orang terdekat pasien uuntuk
memberikan dukungan bagi ibu.
Asuhan masa nifas dibutuhkan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik bagi ibu dan bayinya, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi pada 24
jam pertama.
Asuhan masa neonatus sangat diprioritaskan karena merupakan masa kritis
dari kematian bayi,dua pertiga dari kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah
persalianan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir.
dengan pemantauan yang teratur pada waktu nifas dan bayinya, dapat mencegah
mortalitas dan morbiditas ibu dan bayinya.
Atas dasar itu upaya untuk meningkatkan kesehatan maternal dan neonatal
menjadi sangat strategis bagi upaya pembangunan sumber daya manusia yang

berkualitas, usaha tersebut dapat dilihat dari penurunan angka kematian ibu dan
angaka kematian bayi baru lahir.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman secara nyata dalam
melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, perwatan
1.2.2

bayi baru lahir dan KB.


Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa, menentukan
antisipasi masalah, dapat menentukan tindakan segera, melakukan
perencanaan dan melaksanakan perencanaan serta evaluasi pada ibu
hamil.
2. Dapat melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa, menentukan
antisipasi masalah, dapat menentukan tindakan segera, melakukan
perencannan dan melaksanakan perencanaan serta evaluasi pada ibu
bersalin.
3. Dapat melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa, menentukan
antisipasi masalah, dapat menentukan tindakan segera, melakukan
perencannan dan melaksanakan perencanaan serta evaluasi pada bayi
baru lahir.
4. Dapat melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa, menentukan
antisipasi masalah, dapat menentukan tindakan segera, melakukan
perencannan dan melaksanakan perencanaan serta evaluasi pada ibu
nifas.
5. Dapat melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa, menentukan
antisipasi masalah, dapat menentukan tindakan segera, melakukan
perencannan dan melaksanakan perencanaan serta evaluasi pada ibu
akseptor KB.

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi institusi
Sebagai bahan dokumentasi, bahan perbandingan dan evaluasi dalam
pelaksanaan program studi selanjutnya.

1.3.2

Manfaat bagi lahan praktek


Dapat memberikan pelayanan yang komprehensif sehingga komplikasi
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir dapat terdeteksi sedini

1.3.3

mungkin.
Manfaat bagi pasien
Dapat lebih mengetahui dan lebih paham akan status kesehatannya
dalam masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir dan

1.3.4

pelaksaanaan program KB.


Manfaat bagi mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan
pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan pelaksanaan program
KB.

BAB II
TINJAUAN TEORI DAN KASUS
2.1 ANTE NATAL CARE (ANC )
2.1.1

Pengertian ante natal care


Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi,

edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu
proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan (pada beberapa
kepustakaan disebut sebagai Prenatal Care).

2.1.2

Pelayanan ante natal care


Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional

(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat
bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal
pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi
badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri
dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
2.1.3

Tujuan pelayanan ante natal care

1.

Menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta

2.

mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat.


Memantau kemungkinan adanya risiko-risiko

kehamilan,

dan

merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko


3.

tinggi.
Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal.
Asuhan antenatal HARUS dimulai sedini mungkin.
Perencanaan Jadwal pemeriksaan berdasarkan usia kehamilan dari hari
pertama haid terakhir :
-

Sampai 28 minggu

: 4 minggu sekali

28 - 36 minggu

: 2 minggu sekali

Di atas 36 minggu

: 1 minggu sekali

Jika terdapat kelainan/faktor risiko pemeriksaan harus lebih sering.


2.1.4

Kunjungan ante natal care


Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional

untuk mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai standar yang
ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak hanya mengandung arti bahwa ibu
hamil yang berkunjung

kefasilitas pelayanan, tetapi adalah setiap kontak

tenaga kesehatan baik diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah

dengan ibu hamil tidak memberikan pelayananAnte Natal Care (ANC) sesuai
dengan standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI,
2001:31).
a) Kunjungan ibu hamil Kl
Kunjungan baru ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang pertama
kali pada masa kehamilan.
b) Kunjungan ulang
Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
kedua dan seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
dengan standar selama satu periode kehamilan berlangsung.
c) K4
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat
atau lebih untuk mendapatkan pelayananAnte Natal Care (ANC) sesuai
standar yang ditetapkan dengan syarat:
1. Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu).
2. Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28)
3. Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan setelah
minggu ke 36).
4. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu.

2.1.5

Tanda-tanda Bahaya dalam Kehamilan


Menurut Pusdiknakes 2003 :

a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak, kadang-kadang,
tetapi tidak selalu disertai rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa berarti
plasenta previa atau solutio plasenta.
b. Sakit kepala yang hebat
7

Sakit kepala yang menunjukkan suhu masalah yang serius adalah


sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat.
Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin
menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur dan atau berbahaya.
Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia.
c. Masalah penglihatan
Masalah yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa
adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan kabur atau
berbayang.
d. Bengkak pada muka dan tangan
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada
muka dan tangan, serta tidak hilang setelah beristirahat dan disertai
keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal
jantung dan eklamsia.
e. Nyeri abdomen yang hebat Nyeri
abdomen yang menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan
jiwa adalah yang menetap dan tidak hilang setelah istirahat. Bayi kurang
bergerak seperti biasa Jika bayi tidur, geraknya melemah, bayi harus
segera bergerak paling sedikit 8 kali dalam periode 3 jam.

2.1.6

Penatalaksanaan Ante natal care


Pelayanan Ante Natal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang

diberikan kepadaibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan


Ante Natal Care (ANC),selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik baik umum dan kebidanan, pemeriksaan
laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus sesuai dengan
resiko yang ada. Namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar
minimal 7T untuk pelayanan.
Ante Natal Care (ANC) terdiri atas:
8

a. Timbang berat badan


Ukuran berat badan dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian yang
seringan-ringannya. Berat badan kurang dari 45 kg pada trimester III
dinyatakan ibu kuruskemungkinan melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah.
b. (Ukur) Tekanan darah
Untuk mengetahui setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengenali tanda-tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil
tindakan yang tepat dan merujuknya.
c. (Ukur) Tinggi fundus uteri
Pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk
memperkirakan usia kehamilan; serta bila umur kehamilan bertambah,
memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam
rongga panggul,untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
d. Pemberian imunisasai (Tetanus Toksoid )
TT lengkap.Untuk mencegah tetanus neonatorum. Jadwal Pemberian
Imunisasi TT:Keterangan : apabila dalam waktu tiga (3) tahun WUS tersebut
melahirkan maka bayi yang dilahirkan akan terlindungi dari tetanus
neonatorum Antigen Interval(selang waktu minimal)Lama perlindungan %
PerlindunganTT
1. Pada kunjungan antenatalpertama TT.
2. 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80TT.
3. 1-6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95TT.
4. 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 95TT.
5. 1 tahun setelah TT 4 25 tahun/seumur 99.
e. Pemberian (tablet besi)
minimnal 90 tablet selama kehamilanf.(Tes) terhadap penyakit menular
seksual Melakukan pemantauan terhadap adanya PMS agar perkembangan
janin berlangsung normal.
f. (Temu) wicara dalam rangka persiapan rujukan.
Memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya
tentan gtanda-tanda resiko kehamilan. (Depkes RI, 2001:23)Menurut buku
Maternal dan Neonatal (Saifudin Abdul Bari, 2002:67).
2.1.7

Nasehat-nasehat untuk ibu hamil

Menurut Sarwono, 2005 :


a. Pemenuhan kebutuhan makanan Makanan ibu hamil harus lebih
diperhatikan, sebab kenaikan berat badan selama hamil normalnya 6,516,5 kg.
b. Kebersihan tubuh Kebersihan harus lebih dijaga pada masa hamil, baju
hendaknya longgar dan mudah menyerap keringat, mandi dianjurkan
paling sedikit 3 x sehari.
c. Pakaian hamil Pakaian yang dianjurkan adalah pakaian yang longgar dan
terbuat dari katun sehingga dapat menyerap keringat, terutama pakaian
dalam.
d. Coitus Pada umumnya coitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika
dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah
masuk ke dalam rongga panggul, koitus sebaiknya dikurangi dan
sebaiknya menggunakan kondom untuk kebersihan dan menghindarkan
infeksi
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
DI BPM ARIF DEWI LESTARI, Amd.Keb
ANC
Nama Pengkaji

: Hammi Efrina Hasibuan

Tanggal Pengkajian

: Rabu,24 juni 2015

Waktu Pengkajian

: 16.00 wib

Tempat

: BPS. Arif dewi Lestari, Amd.Keb

S. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas Pasien
Nama Klien

: Ny.N

Nama Suami : Tn. K

Umur

: 35 tahun

Umur

: 38 tahun

Suku Bangsa : Jawa

Suku bangsa : Padang

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMU

Pendidikan

: SMU

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Swasta

10

Alamat

: Taman Sari

Alamat

: Taman Sari

B. Keluhan Utama
Ibu datang untuk memeriksakan kehamilannya yang sudah semakin besar, ibu
mengatakan ini kehamilannya yang kedua dan tidak pernah mengalami
keguguran.
C. Riwayat Kehamilan Sekarang
- GPA
: G2 P1 A0
- HPHT
: 02-12-2014
- TP
: 09-08-2015
- Siklus Haid : 28 Hari
- Pergerakan janin pertama kali usia kehamilan 5 bulan
- Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir sekitar 6-7 kali
- Tanda bahaya : Tidak Ada
- Kekhawatiran : Tidak Ada
-

Imunisasi TT
TT 1
: 06 Januari 2012
TT 2
: 11 April 2013

D. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas Yang Lalu


Tgl / Th
Persalinan
17.03.07

2015

Tempat
BPS
DEWI

Usia

Jenis

Penolong

Kehamilan

Persalinan

39 Minggu

Normal

Persalinan
Bidan
DEWI

Penyulit
-

JK
LK

ANAK
BB
TB
2700

48

Keadan
Baik

HAMIL INI

E. Riwayat kesehatan / Penyakit


- Riwayat Penyakit yang diderita sekarang / dulu
- Riwayat Penyakit keluarga dan riwayat keturunan

: tidak ada
: tidak ada

F. Riwayat Psikososial
- Status Perkawinan
Suami yang
Istri yang
Lama pernikahan
- Respon ibu/keluarga terhadap kehamilan

: Pertama
: Pertama
: 12 Tahun
: Sangat mengharapkan

kehamilan ini

11

- Bentuk dukungan keluarga


Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah
Rencana Persalinan
Tempat
Penolong persalinan
Pendamping persalinan
Persiapan Persalinan
Riwayat KB terakhir
Lama Penggunaan

G. Aktivitas Sehari-hari
- Nutrisi
Pola Makan
Jenis makanan yang di konsumsi
Perubahan porsi makan
Alergi Terhadap Makanan
- Eliminasi
BAB : - Frekuensi
- kositensi
BAK : - Frekuensi
- Warna
- Pola istirahat dan tidur
Tidur malam
Tidur Ssiang
Masalah
- Kebiasaan hidup sehari-hari
Obat-obatan/jamu
alergi terhadap obat
merokok
minuman beralkohol
- Aktivitas sehari-hari
-

(masak,nyuci,nyapu)
Hubungan Seksual
Hubungan seksual dalam kehamilan
Keluhan
Personal hygine
Mandi
Ganti pakaian dalam dan luar
Iritasi Vagina
Frekuensi

: Sangat Mendukung
: Suami
: BPS Novida
: Bidan Novida
: Suami
: Sudah Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada

: 3-5 x sehari
: nasi, lauk pauk, sayur, ikan, buah
: Lebih Sering
: Tidak Ada
: 1x sehari
: padat
: 4-7 x sehari
: Kekuningan
: 7 jam
: 1 jam
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
:

Melakukan

pekerjaan

: Libido Menurun (2 x sebulan)


: Tidak Ada
: 2 x sehari
: 2-3 x sehari
: Tidak ada
: Tidak Ada

O. DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Umum

12

rumah

- Keadaan Umum
-

Kesadaran
TTV
Tekanan Darah
Nadi
Pernapasan
Suhu

: Baik
: Composmentis
: 120/80 mmHg
: 74 x/i
: 22 x/i
: 37 oc

B. Antopometri
- Tinggi badan
- BB Sebelum hamil
- BB sekarang
- Kenaikan BB selama hamil

: 155 cm
: 55 kg
: 65 kg
: 10 kg

C. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
Rambut
: bersih, tidak berketombe
Muka
: closma tidak ada, odema tidak ada
Mata
: conjungtiva tidak pucat,sklera tidak ikterus
Hidung
: pengeluaran tidak ada, tidak ada polip
Telinga: bersih, tidak ada serumen
Mulut
: stomatitis (-), gusi tidak ada pembengkakan,
caries (-)
- Leher
: tidak terdapat pembengkakan kelenjar thyroid, dan
-

kelenjar getah bening


Dada
Retraksi
: Tidak Ada
Bunyi nafas : Tidak terdengan ronkhi
Bunyi jantung : Lup Dup
Irama
: Teratur
Payudara
Bentuk
: simetris
Puting susu : Menonjol
Aroela
: hiperpigmentasi
Pengeluaran : belum ada
Benjolan
: Tidak Ada
Kebersihan : bersih
Abdomen
Bekas Luka Operasi
: tidak ada
Bentuk Perut
: membesar sesuai usia kehamilan
Kontraksi
: tidak ada
Palpasi

13

Leapod I
Leapod II

: pada bagian atas teraba bulat, lunak & tidak melenting bokong
: pada bagin kanan teraba keras, panjang, memepan (punggung).
pada bagian kiri teraba bagin-bagian kecil janin (ekstremitas).

Leapod III

: pada bagian bawah teraba bulat, keras dan melenting (kepala).

Leapod IV

: kepala belum masuk PAP (KONVERGEN)

TFU

: 25 CM

DJJ

: 138 x/i

TBJ

: TFU 11 x 155 = 25 11 x 155 = 2170 grm

Ekstremitas
Telapak tangan
Refleks patela
Edema
Lila

: Normal, tidak oedem, tidak ada varises


: kanan / kiri (+)
: tidak ada
: 26 cm

D. Pemeriksaan genetalia : TIDAK DILAKUKAN


E. Pemeriksaan Penunjang: TIDAK DILAKUKAN
A. ASSESMENT
DIAGNOSA
Ibu G2 P1 A0, hamil 28 minggu 1 hari, janin tunggal, hidup, presentasi kepala.
DASAR
G3 P1 A1
bersalin 1
Janin tunggal

: ibu mengatakan ini kehamilannya yang keduadan pernah


kali dan tidak pernah mengalami keguguran.
: dari hasil palpasi abdomen, teraba satu bagian terbesar
janin.

Hidup

: hasil auskultasi DJJ 138 x/i

Presentasi kepala

: bagian terendah janin adalah kepala.

MASALAH

14

Ibu merasa cemas akan kehamilannya serta deg degan memikirkan proses
persalinannya .
KEBUTUHAN
Memberikan dukungan serta support kepada ibu baik dari pihak keluarga, maupun
dari pihak tenaga kesehatan.

P. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan ibu dan keluarga hasil Pemeriksaan saat ini.
Rasional : ibu diberi tahu agar memahami keadaannya saat ini
( TTV: TD: 120/80, N: 74 x/i, RR: 22 x/I, S: 37 oc ). Dan djj : 138
x/i.
Evaluasi
Sumber

: ibu sudah mengetahui keadaanya saat ini


: Data Objektif

2. Menganjurkan ibu untuk makan dengan gizi seimbang dan istirahat yang cukup
ibu di anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi,
serta minum cukup cairan.
Rasional : agar kebutuhan gizi ibu terpenuhi
Evaluasi : ibu sudah makan makanan dengan gizi seimbang
Sumber : buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal halaman N3
3. Memberikan konseling kepada ibu seputar kehamilan dan persalinan serta
memberikan support dan dukungan kepada ibu agar rasa cemas dan deg degan
yang dirasakan ibu dapat berkurang.
Rasional : agar ibu mengerti keadaanya saat ini
Evaluasi : ibu sudah mengerti keadaannya saat ini
Sumber : buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal & neonatal
halaman N3
4. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya kehamilan.
Rasional : agar ibu lebih waspada akan kehamilannya
Evaluasi : ibu sudah mengerti dan tahu yang di sampaikan bidan
Sumber : buku APN 2008.

15

5. Menganjurkan ibu untuk melakukan relaksasi.


Rasional : untuk menghindari stress menghadapi persalinan.
Evaluasi : ibu sudah melaksanakan relaksasi.
Sumber : janet,penny,2009 panduan praktis bagi calon ibu,kehamilan dan
persalinan, Jakarta : PT.Buana Ilmu Pelopor hal.62
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan senam hamil.
Rasional : untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan.
Evaluasi : ibu sudah melakukan senam hamil.
Sumber : buku APN 2008.
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan jangan melakukan pekerjaan
yang terlalu berat.
Rasional : pekerjaan yg terlalu berat dapat membahayakan keselamatan ibu.
Evaluasi : ibu istirahat yang cukup.
Sumber : janet,penny,2009 panduan praktis bagi calon ibu,kehamilan dan
persalinan, Jakarta : PT.Buana Ilmu Pelopor hal.70
8. Memberitahu ibu cara merawat personal hygiene, yaitu dengan cara mandi 2 x
sehari, serta mengganti pakaian dalam maupun luar sesering mungkin.
Rasional : agar ibu terhindar dari infeksi.
Evaluasi : ibu sudah mengerti dan mau menjaga personal hygienenya.
Sumber : Indrawaty, Poppy, 2010, Panduan Perawatan Kehamilan,
Yogyakarta. Hal 55
9. Mengajarkan ibu cara melakukan hubungan seksual yang aman pada saat hamil.
Rasional : hubungan seksual dapat menjaga keharmonisan rumah tangga.
Evaluasi : ibu sudah mengerti dan tahu cara melakukan hubungan seks yang
Sumber

aman pada saat hamil


: Indrawaty, Poppy, 2010, Panduan Perawatan Kehamilan,
Yogyakarta. Hal 89.

10. Menganjurkan ibu untuk mendengarkan musik klasik bagi janinnya.


Rasional : music klasik dapat membantu perkembngan otak janin.
Evaluasi : ibu mau mendengarkan music klasik.
Sumber : buku APN 2008.
11. Memberitahu ibu mengenai tafsiran persalinan dan persiapan dana, sarana, dan
prasarana untuk proses persalinan.

16

Rasional : agar ibu mengetahui kapan kira-kira ia akan melahirkan dan agar
Evaluasi

ibu mulai mempersiapkan proses persalinannya.


: ibu mengerti konseling yang diberikan bidan dan mulai

Sumber

mempersiapkan proses persalinannya.


: Indrawaty, Poppy, 2010, Panduan Perawatan Kehamilan,
Yogyakarta. Hal 63.

2.2

INTRA NATAL CARE (INC)

2.2.1 Pengertian intra natal care


Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari
janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2001).
Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi
pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alatalat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam (Rustam Mochtar, 1998).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan ( 37 42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi

17

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik


pada ibu maupun pada janin ( Prawirohardjo, 2001 ).
2.2.2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

a. Passage (jalan Lahir)


Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,
dasar panggul, vagina dan entriotus (Lubang Luar Vagina). Meskipun
jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut
menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam
proses persalinan, Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus di
tentukan sebelum persalinan dimulai.
b. Passanger (janin dan plasenta)
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interkasi beberapa factor, yakni ukuran kepala janin, presentasi,
letak, sikap, dan posisi janin karena plasenta juga harus melewati jalan
lahir, maka dia juga dianggap sebagai bagian dari passenger yang
menyertai janin, namun plasenta jarang menghambat proses persalinan
pada kehamilan normal.
c. Power (kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontaksi
involunter dan volenter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan
plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer,
menandai dilmulainya persalinan.
2.2.3. Sebab-Sebab Mulanya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulanya
kekuatan his. Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa teori yang
memungkinkan terjadinya persalinan :
a. Teori ketegangan

18

Otot rahim mempunyai kemampuan untuk merenggang

dalam batas

tertentu setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga


persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan
menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot eterus.
b. Teori penurunan progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana
terjadi penimbunan

jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami

penyempitan.
c. Teori oksitosin internal
Dikeluarkan oleh kelenjar hipotise parst perubahan keseimbangan
estrogen dan progesterone dapat menyebabkan terjadinya Braxton hiks.
d. Teori prostaglandin
Sejak umtur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.
Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga terjadi persalinan.
e. Teori Hipotalamus-ptuitari dan Gladula Suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensepalus, sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalasmus.
f. Teori berkurangnya nutrisi
Dikatakan oleh hipokrates untuk pertamakalinya. Bila nutrisi pada janin
berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
2.2.4. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan

Perut kelihatan lebih melebar, fundus uterus menurun.


Perasaan seing-sering kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian

terbawah janin.
Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresi bertambah bisa

bercampur darah.
Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

19

2.2.5. Tahapan Persalinan


a. Kala I
Tanda mulainya persalinan yaitu bila timbul his dan terjadi
pelepasan lendir yang bercampur darah.Lendir berasal dari lendir kanalis
servikalis karena serviks mulai mendatar, sedangkan darah berasal dari
pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis
yang pecah karena pergesera-pergeseran ketika serviks membuka.
His dianggap Adekuat bila :
-

His bersifat teratur, minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung

sedikitnya 40 detik
Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak
didapatkan cekungan lagi bila dilakukan penekanan diujung

jari
Serviks membuka.

Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :


1. Fase laten : berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2. Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi yakni :
a. Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4
cm
b. Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam dari 4 cm menjadi 9
cm
c. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu
2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Mekanisme

membukanya

serviks

berbeda

antara

pada

primigravida dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum


akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan
menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada
multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri

20

internum dan eksternum menipis dan mendatar terjadi dalam saat yang
sama.
Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir
atau telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika
pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap.Bila ketuban telah pecah
sebelum mencapai pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini.Kala I
selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.Pada primigravida
kala I berlangsung kira-kira 13 14 jam,sedangkan pada multi para
berlangsung 6 7 jam.
Tindakan yang dilakukan dalam penatalaksanaan kala 1, yaitu :
a. Monitoring keadaan janin selama persalinan, meliputi
-

denyut jantung janin(N: 120-160 x/menit)

Kontraksi uterus

b.Monitoring ibu selama persalinan, meliputi


-

Tandavital (tensi, nadi, suhu)

Kandung kemih

Pemeriksaan vagina

Asupan oral/intravena

Analgesia

2. Kala II
Persalinan Kala II

dimulai ketika pembukaan lengkap

dan

berakhir dengan lahirnya seluruh bagian janin.


Gejala dan Tanda:
a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan/atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

21

Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi


obyektif) yang hasilnya adalah:
a) Pembukaan serviks telah lengkap, atau
b) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 45 60 menit, dan
multipara 15-30 menit.
Proses fisiologis kala dua persalinan diartikan sebagai serangkaian
peristiwa alamiah yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri
dengan lahirnya bayi secara normal (dengan kekuatan ibu sendiri). Gejala
dan tanda kala dua juga merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan
penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai.
Setelah terjadipembukaan lengkap, beritahukan pada ibu bahwa hanya
dorongan alamiahnya yangmengisyaratkan ia untuk meneran dan
kemudian beristirahat di antara kontraksi.
Ibu dapat memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, berjongkok
atau miring yang dapat mempersingkat kala dua.Beri keleluasaan untuk
ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan kelahiran jika ibu memang
menginginkannya atau dapat mengurangi rasa tidak nyaman yang
dialaminya.
Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu memegang kendali
dan mengatur saat meneran. Penolong persalinan hanya memberikan
bimbingan tentang cara meneran yang efektif dan benar. Harap diingat
bahwa sebagian besar daya dorong untuk melahirkan bayi, dihasilkan dari
kontraksi uterus.Meneran hanya menambah daya kontraksi untuk
mengeluarkan bayi.
Proses Meneran
a.

Posisi Ibu Saat Meneran


Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman.Ibu dapat
mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala dua karena hal ini

22

dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang


paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik.
-

Posisi duduk atau setengah duduk


dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu dan memberi kemudahan
baginya untuk beristirahat di antara kontraksi. Keuntungan dari kedua
posisi ini adalah gaya grafitasi untuk membantu ibu melahirkan
bayinya.

Jongkok atau berdiri


membantu

mempercepat

kemajuan

kala

dua

persalinan

dan

mengurangi rasa nyeri.

- Merangkak atau berbaring miring ke kiri


Beberapa ibu merasa bahwa merangkak atau berbaring miring ke kiri
(Gambar 3) membuat mereka lebih nyaman dan efektif untuk meneran.

23

Kedua posisi tersebut juga akan membantu perbaikan posisi oksiput


yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior.
Posisi merangkak seringkali membantu ibu mengurangi nyeri
punggung

saat

persalinan.

Posisi

berbaring

miring

ke

kiri

memudahkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi jika ia


mengalami kelelahan dan juga dapat mengurangi risiko terjadinya
laserasi perineum

b.

Cara meneran
-

Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya


selama kontraksi.

Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran.

Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara kontraksi.

Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah
untuk meneran jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu ditempelkan
ke dada.

Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.

Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu


kelahiran bayi.
Dorongan pada fundus meningkatkan risiko distosia bahu dan

ruptura uteri.Peringatkan anggota keluarga ibu untuk tidak mendorong


fundus bila mereka mencoba melakukan itu.
Catatan:Jika ibu adalah primigravidadan bayinya belum lahir atau
persalinan tidak akan segera terjadi setelah dua jammeneran maka ia
harus segera dirujuk ke fasilitas rujukan. Lakukan hal yang sama
24

apabila seorang multigravidabelum juga melahirkan bayinya atau


persalinan tidak akan segera terjadi setelah satu jammeneran.
Melahirkan Bayi
-

Posisi Ibu
Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun kecuali pada
posisi berbaring telentang (supine position).Alasan: Jika ibu berbaring
terlentang maka berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban, plasenta,
dll) menekan vena cava inferior ibu. Hal ini akan mengurangi pasokan
oksigen melalui sirkulasi utero-plasenter sehingga akan menyebabkan
hipoksia pada bayi. Berbaring terlentang juga akan mengganggu
kemajuan persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif
-

Pencegahan Laserasi
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat
kepala dan bahu dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi
dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu
dan gunakan perasat manual yang tepat (dibahas di bagian selanjutnya)
dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya
laserasi. Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala bayi pada
diameter 5-6 cm tengah membuka vulva (crowning) karena pengendalian
kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan
perineum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Bimbing
ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernafas dengan cepat pada
waktunya.
Di masa lalu, dianjurkan untuk melakukan episiotomi secara
rutin yang tujuannya adalah untuk mencegah robekan berlebihan pada
perineum, membuat tepi luka rata sehingga mudah dilakukan penjahitan
(reparasi), mencegah penyulit atau tahanan pada kepalan dan infeksi

25

tetapi hal tersebut ternyata tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang
cukup.
Episiotomi rutin tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan:
a) Meningkatnya jumlah darah yang hilang dan risiko hematoma
b) Kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak pada
episiotomi rutin dibandingkan dengan tanpa episiotomi
c) Meningkatnya nyeri pascapersalinan di daerah perineum
d) Meningkatnya risiko infeksi
Indikasi untuk melakukan episiotomi untuk mempercepat
kelahiran bayi bila didapatkan:
a) Gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan
b) Penyulit kelahiran per vaginam (sungsang, distosia bahu, ekstraksi
cunam (forsep) atau ekstraksi vakum)
c) Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat
kemajuan persalinan
d) Jika perlu dilakukan episiotomy.
-

Melahirkan Kepala
Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang
bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu dan siapkan
kain atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk mengeringkan bayi
segera setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan (dibawah
kain bersih dan kering), ibu jari pada salah sisi perineum dan 4 jari
tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala
bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada
saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum.Alasan:
Melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara
bertahapdan hati-hati dapat mengurangi regangan berlebihan (robekan)
pada vagina dan perineum.

26

Perhatikan

perineum

pada

saat

kepala

keluar

dan

dilahirkan.Usap muka bayi dengan kain atau kasa bersih atau DTT
untuk membersihkan lendir dan darah dari mulut dan hidung bayi.

Jangan melakukan pengisapan lendir secara rutin pada mulut


dan hidung bayi.Sebagian besarbayi sehat dapat menghilangkan lendir
tersebut secara alamiah pada dengan mekanisme bersindan menangis
saat lahir.Pada pengisapan lendir yang terlalu dalam, ujung kanul
pengisap dapatmenyentuh daerah orofaring yang kaya dengan
persyarafan parasimpatis sehingga dapatmenimbulkan reaksi vasovagal.Reaksi

ini

menyebabkan

perlambatan

denyut

jantung(bradikardia) dan/atau henti napas (apnea) sehingga dapat


membahayakan

keselamatan

jiwabayi.Dengan

alasan

itu

maka

pengisapan lendir secara rutin menjadi tidakdianjurkan.


Selalu isap mulut bayi lebih dulu sebelum mengisap
hidungnya.Mengisap hidung lebih dulu dapat menyebabkan bayi
menarik nafas dan terjadi aspirasi mekonium atau cairan yang ada di
mulutnya.Jangan masukkan kateter atau bola karet penghisap terlalu
dalam pada mulut atau hidung
bayi.Hisap lendir pada bayi
dengan

lembut,

hindari

pengisapan yang dalam dan


agresif.

27

Pemantauan Tali Pusat


Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan
bernafas cepat.Periksa leher bayi apakah terlilit oleh tali pusat.Jika ada dan
lilitan di leher bayi cukup longgar maka lepaskan lilitan tersebut dengan
melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusat sangat erat maka jepit tali pusat
dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 3 cm, kemudian potong tali pusat
diantara 2 klem tersebut.
-

Melahirkan Bahu dan Seluruh Tubuh

a) Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu
kontraksi berikut sehingga terjadi putaran paksi luar secara spontan.
b) Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu meneran
sambil menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu
depan melewati simfisis.
c) Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala keatas dan lateral tubuh bayi
sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan.

d) Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke arah perineum
dan sanggah bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut.
e) Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan
posterior saat melewati perineum.

28

f) Tangan

bawah

(posterior) menopang

samping lateral tubuh bayi saat lahir.


g) Secara simultan, tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan memegang
bahu, siku dan lengan bagian anterior.

h) Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian punggung,


bokong dan kaki.

i) Dari

arah

belakang, sisipkan jari

telunjuk tangan

atas di antara kedua kaki

bayi yang kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari tangan
lainnya.
j) Letakkan bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut
bawah ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.
k) Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi
dengan kain atau selimut di atas perut ibu. Pastikan bahwa kepala bayi
tertutup dengan baik.
-

Memotong Tali Pusat

29

Dengan menggunakan klem DTT, lakukan


penjepitan tali pusat dengan klem pada
sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal
pusat) bayi.Dari titik jepitan, tekan tali pusat
dengan dua jari kemudian dorong isi tali
pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar
pada

saat

dilakukan

pemotongan

tali

pusat).Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan


pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat di antara
kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil
melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua
klem tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi
atau steril.
Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimuti
bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan kering.Pastikan bahwa
kepala bayi terselimuti dengan baik
.
3. Kala III
Persalinan kala tiga dimulai

setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta


Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak
diatas pusat.Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 15
30 menit, dapat ditunggu sampai 1 jam, keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah.
4. Kala IV
1. Persalinan Kala IV normal
a) Pengeluaran darah total tidar lebih dari 500 cc
b) Ibu tidak tampak pucat

30

c) Kontraksi eterus (+), membulat teramat keras


d) Tanda vital ibu dalam batas normal
2. Involusi normal.
a) Posisi fundus uteri setinggi atau dibawah pusat, tonus uterus tetap
berkontraksi.
b) Pengeluaran darah tidak berlebihan
c) Cairan tidak berbau
3. Kala IV dengan penyulit
a) Sub involusi uterus, tonus tidak keras, posisi uterus diatas pusat
b) Pengeluaran darah berlebihan (>500cc)
c) Robekan jalan lahir
d) Sebagian plasenta tertinggal
e) Tanda virtal tidak normal.
2.2.6. Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme persalinan normal adalah rentetan gerakan pasif janin pada
saat persalinan berupa penyesuaian bagian terendah (kepala) janin terhadap
jalan lahir atau panggul pada saat melewati jalan lahir hingga seluruh badan
janin lahir. Adapun mekanisme persalinan normal dimulai dari :
1. Masuknya kepala janin pada PAP
Pada primigavida masuknya kepala janin dimulai pada akhir kehamilan.
Masuk periode inpartu dalam keadaan kepala engaged.(BDP). Pada
nulipara, masuknya kepala janin pada pintu atas panggul terjadi pada awal
persalinan. masuk periode inpartu dalam keadaan floating (melayang di
atas PAP).
Engagement atau kepala sudah cakap apabila diameter terbesar bagian
terendah janin telah melewati PAP.. Engagement kepala janin bergantian
pada situasi :
a. Sinklitismus jika sutura sagitalis sejajar diameter transversal PAP, berada
tepat antara simfisis pubis dan promontorium, tulang ubun-ubun depan
dan belakang sama rendah.
b. Asinklitismus jika sutura sagitalis dalam keadaan kebelakang mendekati
promontorium dan ke depan mendekati simfisis pubis. Terdapat 2 macam

31

posisi

asinklitismus.yaitu

Asinklitismus

Anterior

(sutura

sagitalis

mendekati promontorium dan tulang ubun-ubun/parietal depan lebih


rendah dari tulang ubun-ubun belakang) dan asinklitismus Posterior
(Sutura sagitalis mendekati simfisis pubis, tulang ubun-ubun/parietal
2.

belakang lebih rendah lebih rendah dari tulang ubun-ubun depan.


Turunnya kepala janin ke dasar panggul
Pada primipara, masuknya kepala janin ke dalam PAP terjadi sebelum
persalinan, sedangkan turunnya kepala terjadi setelah itu, biasanya pada
awal kala II. Pada nulipara, masuk dan turunnya kepala janin ke dalam
panggul terjadi bersamaan

3. Fleksi
Dengan turunnya kepala, fleksi kepala bertambah sehingga posisi ubunubun kecil (UUK) lebih rendah daripada ubun-ubun besar (UUB) sehingga
diameter fronto oksipital (12 cm) sebagai ukuran terpanjang terbentang
antara

fronto

diameter

anteroposterior

dan

diameter

sub

oksipitobregmatika (9,5cm) yang lebih kecil yang akan melewati jalan


lahir.
4. Putaran Paksi Dalam
Pemutaran bagian terendah janin ke depan (simfisis pubis) atau ke
belakang (sakrum). Putaran paksi dalam merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir.
5. Ekstensi / Defleksi kepala janin
Terjadi agar kepala dapat melewati PBP, sumbu jalan lahir arah
anteroposterior
6. Putaran paksi luar atau Restitusi

32

Setelah kepala lahir seluruhnya, kepala kembali memutat ke arah


punggung untuk menghilangkan torsi pada leher karena putaran paksi
dalam tadi.putaran ini disebut putaran restitusi kemudian putaran
dilanjutkan hingga kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum sepihak
(di sisi kiri)

7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simfisis dan
menjadi hypomochilion untuk melahirkan bahu belakang kemudian bahu
depan menyusul seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

33

2.2.7. 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)


1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan ersalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik
sekali pakai 2,5 ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang
akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan,
isi dengan oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah
partus set.

34

7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah


dengan gerakan vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah).
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya ke dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus
selesai (pastikan DJJ dalam keadaan batas normal 120-160
x/menit).
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu
sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (pada saat ada his bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit.
15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 56 cm.
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong
ibu.
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

35

19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm,
memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut
ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran
paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakakan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arcus pubis dan
kemudian gerakan atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
23. Setelah bahu leher, geser tangan bawah ke arah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan
dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri
punggung ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk
memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di
antara kedua lutut janin).
25. Melakukan penilaian selintas: apakah bayi menangis kuat dan
atau bernafas tanpa kesulitan; apakah bayi bergerak aktif?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
vernix. Ganti handuk basah dengan handuk/kain kering.
Membiarkan bayi di atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntuik oksitosin agar
uterus berkontraksi baik.
36

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10


unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 menit dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke
arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal
dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di
antara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang
topi di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva.
35. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
symphisis untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali
pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan
tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan
hati-hati ke arah dorsocranial. Jika plasenta tidak lahir setelah
30-40 detik, hentikan penegangan tali pusta dan menunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. Meletakkan penegangan dan dorongan dorsocranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti

posros

jalan

lahir

9tetap

lakukan

tekanan

dorsocranial).
37

38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan


plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan),
pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran
searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan pemijatan pada
fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler
menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga
kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan
tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan
selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukkan ke dalam
kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila laserasi mengalami pendarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baikdan tidak terjadi
pendarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam.
44. Setelah 1 jam lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri
tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 di paha kiri
anterolateral.
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan
imunisasi heoatitis B di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah pendarahan
pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

38

49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15


menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bayi bernafas
dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.
53. Memberishkan

ibu

dengan

menggunakan

air

DDT.

Memberishkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu


memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Memberishkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%,
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
57. Mencucui tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.

39

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN


DI BPM ARIF DEWI LESTARI, Amd.Keb
INC

Nama Pengkaji

: Hammi Efrina Hasibuan

Tanggal Pengkajian

: senin , 29 juni 2015

Waktu Pengkajian

: 09.15 wib

Tempat

: BPM.Arif Dewi Lestari,Amd.Keb

S. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas Pasien
Nama Klien

: Ny. Y

Nama Suami : Tn.M

Umur

: 19 tahun

Umur

: 34 tahun

Suku Bangsa : Jawa

Suku bangsa : Jawa

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Tiban Mas

Alamat

: Tiban Mas

B. Keluhan Utama
Ibu merasa perutnya mules sejak semalam dan saat ini mules semakin kuat
dan sering serta ibu juga mengatakan sudah keluar lendir bercampur darah
pada pukul 07.00 wib
C. Riwayat Kehamilan Sekarang

40

GPA
HPHT
TP
Siklus Haid
Pergerakan janin pertama kali usia kehamilan
Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir sekitar
Tanda bahaya
Kekhawatiran
Imunisasi TT
TT 1
: tidak ada
TT 2
: tidak ada
D. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas Yang Lalu
Tgl / Th
Persalinan

2015

Tempat

Usia

Jenis

Penolong

Kehamilan

Persalinan

Persalinan

: G1 P0 A0
: 04-08-2014
: 29-06-2015
: 28 Hari
: 5 bulan
:6-7 kali
: Tidak Ada
: Tidak Ada

Penyulit

JK

ANAK
BB
TB

HAMIL INI

E. Riwayat kesehatan / Penyakit


- Riwayat Penyakit yang diderita sekarang / dulu
- Riwayat Penyakit keluarga dan riwayat keturunan
F. Riwayat Psikososial
- Status Perkawinan
Suami yang
Istri yang
Lama pernikahan
- Respon ibu/keluarga terhadap kehamilan
- Bentuk dukungan keluarga
- Pengambilan keputusan dalam keluarga
- Rencana Persalinan
Tempat
Penolong persalinan
Pendamping persalinan
Persiapan Persalinan
- Riwayat KB terakhir
- Lama Penggunaan

G. Aktivitas Sehari-hari
- Nutrisi
Pola Makan

: tidak ada
: tidak ada

: Pertama
: Pertama
: 1 Tahun
: di harapkan
: sangat mendukung
: Suami
: BPS Dewi
: Bidan Dewi
: Suami
: Sudah Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada

: 3-5 x sehari

41

Keadan

Jenis makanan yang di konsumsi


Perubahan porsi makan
Alergi Terhadap Makanan
Eliminasi
BAB : - Frekuensi
- kositensi
BAK : - Frekuensi
- Warna
Pola istirahat dan tidur
Tidur malam
Tidur Ssiang
Masalah
Kebiasaan hidup sehari-hari
Obat-obatan/jamu
alergi terhadap obat
merokok
minuman beralkohol
Aktivitas sehari-hari
Hubungan Seksual
Hubungan seksual dalam kehamilan
Keluhan
Personal hygine
Mandi
Ganti pakaian dalam dan luar
Iritasi Vagina
Frekuensi

: nasi, lauk pauk, sayur, ikan, buah


: Lebih Sering
: Tidak Ada
: 1x sehari
: padat
: 4-7 x sehari
: Kekuningan
: 7 jam
: 1 jam
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Melakukan pekerjaan rumah
: Libido Menurun (2 x sebulan)
: Tidak Ada
: 2 x sehari
: 2-3 x sehari
: Tidak ada
: Tidak Ada

O. DATA OBJEKTIF
H. Pemeriksaan Umum
- Keadaan Umum
-

Kesadaran
TTV
TD
Nadi
Pernapasan
Suhu

I. Antopometri
- Tinggi badan
- BB Sebelum hamil
- BB sekarang
- Kenaikan BB selama hamil

: Baik
: Composmentis
: 110/70 mmHg
: 72 x/i
: 22 x/i
: 37 oc
: 155 cm
: 45 kg
: 55 kg
: 10 kg

42

J. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
Rambut
Muka
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
-

Leher

: bersih, tidak berketombe


: closma tidak ada, odema tidak ada
: conjungtiva tidak pucat,sklera tidak ikterus
: pengeluaran tidak ada, tidak ada polip
: bersih, tidak ada serumen
: stomatitis (-), gusi tidak ada pembengkakan,
caries (-)
: tidak terdapat pembengkakan

kelenjar thyroid,

dan kelenjar getah

bening
-

Dada
Retraksi
Bunyi nafas
Bunyi jantung
Irama
Payudara
Bentuk
Puting susu
Aroela
Pengeluaran
Benjolan
Kebersihan
Abdomen
Bekas Luka Operasi
Bentuk Perut
Kontraksi
Palpasi
Leapod I
Leapod II

: Tidak Ada
: Tidak terdengan ronkhi
: Lup Dup
: Teratur
: simetris
: Menonjol
: hiperpigmentasi
: belum ada
: Tidak Ada
: bersih
: tidak ada
: membesar sesuai usia kehamilan
: tidak ada

: pada bagian atas teraba bulat, lunak & tidak melenting bokong
: pada bagin kanan teraba keras, panjang, memepan(punggung).
pada bagian kiri teraba bagin-bagian kecil janin (ekstremitas).

Leapod III

: pada bagian bawah teraba bulat, keras dan melenting (kepala).

Leapod IV

: kepala sudah masuk PAP (DIVERGEN)

TFU

: 29 CM

DJJ

: 142 x/i

TBJ

: TFU 12 x 155 = 29 12 x 155 = 2635 gr

43

Ekstremitas
Telapak tangan
Refleks patela
Edema
Lila

: Normal, tidak oedem, tidak ada varises


: kanan / kiri (+)
: tidak ada
: 23 cm

K. Pemeriksaan genetalia
- Pemeriksaan dalam
Dinding vagina
Pembukaan
Portio
Ketuban
Presentasi
Penyusupan
Penurunan kepala

: tidak terdapat polip


: 4cm
: Tebal
: Negatif (-)
: kepala
: tidak ada molase
:-

L. Pemeriksaan Penunjang
USG
A. ASSESMENT
DIAGNOSA
Ibu G1P0A0, hamil 37 minggu , Inpartu Kala I fase Laten, janin tunggal, hidup,
presentasi kepala.
DASAR
G3 P1 A1

: ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama belum pernah


persalinan dan belum mengalami keguguran.

Inpartu Kala I fase laten dari hasil pemeriksaan dalam pembukaan 3 cm


Janin tunggal dari hasil palpasi abdomen, teraba satu bagian terbesar janin
Hidup dari hasil auskultasi DJJ 142 x/i
Presentasi kepala bagian terendah janin adalah kepala, masuk PAP 2/5 bagian
MASALAH
Ibu merasa cemas dan sangat kesakitan

44

KEBUTUHAN
Memberikan dukungan serta support dan asuhan sayang ibu baik dari pihak
keluarga, maupun dari pihak tenaga kesehatan.

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
TD : 120/80 mmhg, N : 74x/i, RR : 20x/i, S : 36,5c, pembukaan 8 cm,
kepala di hodge II ketuban (+).
Rasional
: Agar ibu mengetahui keadaanya dan keadaan
bayinya saat ini
Evaluasi : Ibu dan keluarga sudah mengerti dengan keadaannya saat ini.
Sumber : Buku Pelatihan klinik APN tahun 2008 halaman 77
2. Menyiapkan alat-alat dan obat-obatan yang dibutuhkan dalam persalinan
Alat-alat yang disiapkan meliputi :
Partus set : kocher , gunting tali pusat, gunting epis, handscone,
umbilikal, kasa
Heacting set : nald, nald holder, bengkok, pinset anatomis, pinset sirurgis
Obat-obatan : oxitoxin, lidocain, metergin, benang cut gut, vit k,salep tetes
mata, spuit 1 cc dan 3 cc.Peralatan ibu dan bayi : handuk untuk menutupi
bayi, kain untuk alas ibu, penutup ibu, alas bokong, baju bersih untuk ibu
dan bayi, pembalut ibu.
Rasional
: Untuk pertolongan persalinan
Evaluasi: Alat-alat dan obat-obatan untuk persalinan sudah dipersiapkan
Sumber : Buku Pelatihan klinik APN tahun 2008 halaman 51

3. Menganjurkan suami dan keluarga untuk memberikan dukungan kepada


ibu
Dukungan yang bisa diberikan seperti mengucapkan kata-kata yang
membesarkan hati ibu, pujian kepada ibu, memijat punggung ibu sampai
tulang ekor saat his.

45

Rasional : Agar ibu merasa nyaman saat proses persalinan


Evaluasi : Suami dan keluarga sudah memberi dukungan kepada ibu
Sumber : Buku Pelatihan klinik APN tahun 2008 halaman 52
4. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
Bila ibu merasa ingin berkemih maka segera mungkin ibu harus berkemih,
jika ibu

masih kuat berjalan maka ibu di anjurkan untuk ke kamar

mandi tetapi jika ibu tidak kuat maka berikan wadah urin kepada ibu.
Rasional
: Untuk mempercepat proses penurunan kepala
Evaluasi : Ibu sudah mengosongkan kandung kemih
Sumber : Buku Pelatihan klinik APN tahun 2008 halaman 52
5. Memantau proses kemajuan persalinan
Hasil pemantauan
Pukul 08.30 WIB, DJJ 135 x/i, kontraksi 4 x dalam 10 menit selama 45 detik,
N : 74 x/i
Pukul 09.00 WIB, DJJ 140 x/i, kontraksi 5x dalam 10 menit selama 50 detik, N :
74 x/i

KALA II
(Pukul 09.15 WIB)
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan adanya dorongan dan rasa sakit yang semakin kuat dan sering
serta ibu merasa ingin meneran
OBJEKTIF
-

Keadaan umum
Kesadaran
TTV

: Baik
: Composmentis
: TD : 120/80 MmHg, N : 74 x/i, RR : 24 x/i, S :

36,6c
DJJ

: 136 x/i

46

Kontraksi
Pemeriksaan Dalam

: 5 x dalam 10 menit selama 55 detik


: 10 cm, portio tidak teraba, preskep, Hodge IV,
ketuban(-)

ANALISA
Diagnosa

: G1P0A0, usia kehamilan 37 minggu, inpartu kala I fase


aktif, janin tunggal, hidup, intrauterin, Punggung kiri,
Presentasi kepala, keadaan umum ibu dan janin saat ini
baik

Dasar

: - ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama dan tidak


pernah keguguran
-HPHT : 29 04 - 2013
- Pemeriksaan leopold 1-4
- DJJ ( + ) 136x/i

Masalah

: Ibu merasa panic dan takut menghadapi persalinannya

Kebutuhan

: berikan rasa nyaman pada ibu

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
TD : 120/80 mmhg, N : 74x/i, RR : 20x/i, S : 36,6c, pembukaan 10 cm,
kepala di hodge IV ketuban (-).
Rasional
: Agar ibu mengetahui keadaannya saat ini
Evaluasi : Ibu dan keluarga sudah mengerti dengan keadaannya saat ini.
Sumber : Buku Pelatihan klinik APN tahun 2008 halaman 77
2. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minum
Rasional
: Untuk menambah energi ibu
Evaluasi : Ibu sudah minum teh manis hangat
Sumber : Buku Pelatihan klinik APN tahun 2008 halaman 78
3. Menganjurkan ibu ditemani keluarga saat proses persalinan
Keluarga diharapkan dapat memberikan semangat atau mengelap keringat
ibu.

47

Rasional
: Agar ibu merasa nyaman saat persalinan
Evaluasi : Ibu sudah ditemani oleh keluarga
Sumber : Buku Pelatihan klinik APN tahun 2008 halaman 78
4. Mendekatkan alat-alat yang diperlukan dalam proses persalinan
Penolong mendekatkan alat-alat dan obat-obatan sambil mengecek apakah
semua perlengkapan yang dibutuhkan sudah tersedia semuanya.
Rasional
: Untuk melakukan pertolongan persalinan
Evaluasi : Penolong sudah mendekatkan alat dan obat-obatan yang di
Butuhkan
Sumber : Buku Pelatihan klinik APN tahun 2008 halaman 78
5. Membantu ibu memilih posisi yang nyaman saat meneran dan ajarkan cara
meneran yang efektif.
Ibu bisa memilih posisi duduk, keuntungan posisi ini adalah membantu
proses penurunan kepala, ibu bisa memilih posisi yang membuat ibu
merasa nyaman. Cara meneran yang efektif yaitu dalam keadaan posisi
litotomi, dimana mata melihat ke arah perut, dagu menyatu dengan dada
dan kedua tangan menarik paha sampai dada.
Rasional
: Agar ibu nyaman saat proses persalinan
Evaluasi :Ibu sudah memilih posisi litotomi.
Sumber : Buku Pelatihan klinik APN tahun 2008 halaman 79
6. Lakukan pertolongan persalinan
Pembukaan serviks sudah lengkap tetapi ketuban masih utuh, penolong
melakukan amniotomi. Bila adanya tanda-tanda kala dua seperti doran,
teknus, perjo dan vulka, anjurkan ibu untuk meneran, apabila kepala sudah
tampak 5-6 cm di depan vulva maka penolong meletakkan kain bersih di
bawah bokong yang dilipat 1/3 untuk melakukan stenen. Siapkan kain
untuk di letakkan di atas perut ibu. Lindungi perineum dengan satu tangan
dan tangan kiri di atas untuk menahan defleksi maksimal dan hindari
terjadinya ruptur perineum. Kemudian dipimpin untuk meneran lagi,
lahirlah berturut-turut UUK, dahi, mata, hidung, mulut dan dagu bayi
maka lahirlah seluruh kepala. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali
pusat, jika tidak ada tunggu sampai kepala bayi melakukan putaran paksi
luar. Pegang secara biparietal, anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
48

Kemudian gerakkan kepala ke arah bawah untuk mengeluarkan bahu


depan dan ke atas untuk mengeluarkan bahu belakang, sanggah, susur
untuk mengeluarkan badan, tungkai dan kaki maka lahirlah bayi
seluruhnya.
Pukul 09.30 WIB bayi Ny. Y lahir dengan BB : 2500 gram, PB : 45 cm,
JK : Laki-laki
Evaluasi : Ibu sudah melahirkan bayi laki laki dengan BB :2500 gram,
PB : 45 cm, JK : Laki-laki
Sumber : Buku Pelatihan klinik APN tahun 2008 halaman 90
KALA III
Pukul 09.45 WIB
SUBJEKTIF
Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya dan perut ibu masih terasa mules.
OBJEKTIF
-

Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
TFU
: setinggi pusat
Kontraksi
: Baik
Kandung kemih
: kosong
Perdarahan
: 200 cc
Adanya tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu : Uterus membundar, uterus
terdorong keatas, tali pusat bertambah panjang, terjadinya perdarahan.

ANALISA
Diagnosa

: P1A0, Post partum kala III

Dasar

: Tanda-tanda pelepasan plasenta : uterus membundar, tali pusat


memanjang dan semburan darah tiba-tiba

Masalah

: Ibu merasa mules

49

Kebutuhan

: Beri kenyaman pada ibu

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
hasil pemeriksaan kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong,
perdarahan 100 cc, adanya tanda-tanda pelepasan plasenta.
Rasional
: Agar ibu mengetahui keadaannya saat ini
Evaluasi : Ibu sudah mengerti keadaannya saat ini.
Sumber : Buku pelatihan Klinik APN tahun 2008 halaman 97
2. Pastikan tidak ada lagi janin ke dua di dalam uterus
Penolong melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan tidak ada lagi
janin kedua
Rasional : Agar ibu bisa di suntikkan oksitosin
Evaluasi : Penolong sudah melakukan pemeriksaan dalam.
Sumber : Buku pelatihan Klinik APN tahun 2008 halaman 97
3. Lakukan manajemen aktif kala III
a. Berikan suntikan oksitosin
Oksitosin disuntikkan 1 menit setelah bayi lahir sebanyak 10 iu pada 1/3
paha luar.
Rasional
: Untuk mempercepat pelepasan plasenta
Evaluasi : Ibu sudah disuntik oksitoksin.
Sumber : Buku pelatihan Klinik APN tahun 2008 halaman 98
b. Lakukan peregangan tali pusat terkendali
Penolong memindahkan klem tali pusat 5-10 cm di depan vulva. Letakkan
tangan yang lain di atas simfisis untuk menahan uterus saat melakukan
PTT, setelah itu tangan kanan yang memegang tali pusat ke bawah sambil
menekan fundus, lakukan tekanan dorso cranial sampai plasenta lahir.
Rasional
: Untuk melahirkan plasenta
Evaluasi :Peregangan tali pusat terkendali sudah dilakukan.
Sumber : Buku pelatihan Klinik APN tahun 2008 halaman 98
c. Lakukan masase fundus uteri sebanyak15 kali
Dengan lembut dan mantap gerakkan tangan dengan cara memutar pada
fundus sebanyak 15 kali supaya uterus berkontraksi dengan baik.
Rasional
: Agar kontraksi uterus baik

50

Evaluasi : Masase fundus uteri sudah dilakukan.


Sumber : Buku pelatihan Klinik APN tahun 2008 halaman 98

KALA IV
PENGAWASAN 2 JAM POST PARTUM
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan senang plasenta sudah lahir dan perutnya masih terasa nyeri.
Ibu merasa lemas dan lelah
OBJEKTIF
-

Keadaan umum
Kesadaran
TTV
TD
N
RR
S
TFU
Kontraksi uterus
Kandung kemih
Perdarahan
Plasenta
selaput
Kotiledon
Berat
panjang tali pusat

: Baik
: Composmentis
: 120/70 mmHg,
: 80 x/i,
: 20 x/i,
: 36, 7 c
: 3 jari dibawah pusat
: Baik
: (-)
: 150 cc
: utuh,
: lengkap,
: tidak dilakukan
: 50 cm

ANALISA
Diagnosa

: P1A0, post partum kala IV

Dasar

: Plasenta sudah lahir lengkap

Masalah

: Ibu merasa lelah

Kebutuhan

: menganjurkan ibu untuk istirahat

51

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan TTV : TD : 120/70, N : 80 x/1, RR : 24 x/i, S: 36,7 c,
TFU 3

jari

dibawah pusat, kontraksi baik, dan jumlah darah yang

keluar 150 cc.


Rasional
: Agar ibu mengetahui keadaanya saat ini
Evaluasi
: Ibu sudah mengerti keadannya saat ini.
Sumber
: Buku Pelatihan Klinik APN tahun 2008 halaman 110

2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum


Ibu bisa makan nasi, lauk, sayur, dan minum air putih atau teh manis
hangat.
Rasional
Evaluasi

: Untuk mengembalikan energi ibu


: Ibu sudah makan nasi, sayur, lauk dan minum teh manis

Sumber

hangat.
: Buku Pelatihan Klinik APN tahun 2008 halaman 111

3. Menganjurkan ibu untuk istirahat


Istirahat boleh ibu lakukan untuk mengembalikan tenaga yang terkuras,
baik siang ataupun malam asalkan ibu merasa nyaman.
Rasional
: Agar kondisi ibu tetap stabil
Evaluasi
:Ibu sudah istirahat
Sumber
: Buku Pelatihan Klinik APN tahun 2008 halaman 111
4. Melakukan pemantauan 2 jam post partum
Pemantauan 2 jam post partum meliputi : TTV, kontraksi uterus, kandung
kemih, TFU dan perdarahan.
Rasional
: Agar perkembangan ibu diketahui
Evaluasi
:Pemantauan 2 jam post partum telah dilakukan.
Sumber
: Buku Pelatihan Klinik APN tahun 2008 halaman 111

52

2.3 BAYI BARU LAHIR


2.3.1

Pengertian Bayi Baru Lahir


Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir

selama satu jam pertama kelahiran. Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi
baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya
dengan usia gestasi 38 42 minggu. Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru
lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
2.3.2

Ciri Ciri Bayi Baru Lahir

1. Berat badan 2500 4000 gram


2. Panjang badan 48 52 cm
3. Lingkar dada 30 38 cm
4. Lingkar kepala 33 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 160 kali/menit
6. Pernafasan 60 40 kali/menit
7. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genitalia
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
Laki laki testis sudah turun, skrotum sudah ada

53

11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik


12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik
14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan.
2.3.3

Reflek-reflek fisiologis

1. Mata
a. Berkedip atau reflek corneal
Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba tiba atau pada
pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika
tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.
b. Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus
sepanjang hidup
c. Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan
mata menutup dengan rapat.
2. Mulut dan tenggorokan
a. Menghisap
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai
respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi,
bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
b. Muntah
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya
selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus
menetap sepanjang hidup.
c. Rooting

54

Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan


bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus
hilang pada usia kira kira 3 -4 bulan
d. Menguap
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah
udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup.
e. Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya
keluar harus menghilang pada usia 4 bulan.
f. Batuk
Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus
ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir
3. Ekstrimitas
a. Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki
menyebabkan fleksi tangan dan jari
b. Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang
bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi
c. Masa tubuh
(1). Reflek moro
Kejutan atau perubahan tiba tiba dalam ekuilibrium yang
menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba tiba serta
mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk C diikuti
dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan
lemah.
(2). Startle

55

Suara keras yang tiba tiba menyebabkan abduksi lengan dengan


fleksi siku tangan tetap tergenggam
(3). Tonik leher
Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan
kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang
berlawanan dan kaki fleksi.
(4). Neck righting
Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan
batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis
(5) Inkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan

pada

punggung

bayi

sepanjang

tulang

belakang

menyebabkan panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi.


2.3.4

Penanganan Segera Bayi Baru Lahir


Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (2007) asuhan segera, aman dan bersih

untuk bayi baru lahir ialah :


1. Pencegahan Infeksi

Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan


bayi

Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan

Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,


gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi
tingkat tinggi atau steril.

Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan


untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan,
pita pengukur, termometer, stetoskop.

56

2. Melakukan penilaian

Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan

Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas

Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap megap atau lemah maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
3. Pencegahan Kehilangan Panas
a. Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
b. Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh
bayi bila bayi diletakkan di atas benda benda tersebut.
c. Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin,
hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
d. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda
benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi,
karena benda benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung)

57

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


DI BPM ARIF DEWI LESTARI, Amd.Keb
BBL
Nama Pengkaji

: Hammi Efrina Hasibuan

Tanggal Pengkajian

: Senin , 29 JUNI 2015

Waktu Pengkajian

: 09.30 wib

Tempat

: BPM. Arif Dewi lestari , Amd.Keb

S. DATA SUBJEKTIF
H. Identitas
Nama bayi : By. Ny. Y
Tgl Lahir
: 29 JUNI 2015 pukul 09.30 wib
Nama Klien

: Ny. Y

Nama Suami : Tn. M

Umur

: 19 tahun

Umur

: 34 tahun

Suku Bangsa : Jawa

Suku bangsa : Jawa

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Swasta

58

Alamat

: Tiban Mas

Alamat

: Tiban Mas

I. Anamnesa Pada Ibu


1. Riwayat kehamilan sekarang
Pemeriksaan Antenatal Care
- Hamil Muda : 2 x ANC Diperiksa oleh bidan Dewi
- Hamil Tua : 2 x ANC Diperiksa oleh bidan Dewi
- HPHT
: 04-08-2014
- TP
: 29-06-2015
- Keluhan
: TM I
: Mual dan muntah
TM II
: Mual dan muntah
TM III
: Nyeri pinggang dan sering BAK
2. Riwayat persalinan sekarang
1. Jenis Persalinan
: Normal
2. Ditolong Oleh
: Bidan
3. Lama Persalinan
Kala I
:Kala II
: 12 menit
Kala III
: 15 menit
4. Keadaan bayi
: Kemerahan dan Menangis
5. Jumlah air ketuban : + 150 cc
6. Komplikasi
: Tidak Ada
O. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Khusus
Nilai Apgar
N

Aspek yang

dinilai
Frekuensi

denyut

Tidak

Kurang

Lebih dari

jantung
Usaha

ada

dari 100

100

Tidak

Lambat

Menangis

bernafas

ada

teratur
Ekstremita

kuat

Tonus otot

lumpuh

s fleksi

Reaksi

Tidak

sedikit
Gerakan

Gerakan
aktif
menangis

menit

menit

59

terhadap
rangsangan

Warna kulit

ada

Biru
pucat

sedikit
Tubuh
kemerahan
ekstremitas

jumlah

Seluruh
tubuh
kemeraha

10

2. Pemeriksaan Umum
- Keadaan Umum
- Denyut Nadi
- Pernafasan
- Suhu
- Keaktifan
- Tangisan

: Baik
: 140 x/i
: 60 x/i
: 37,1 x/i
: Fleksi sedikit
: Menangis

3. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
- Ubun-ubun
- Muka
- Mata
- Telinga
- Mulut
- Perut
- Dada
- Punggung
- Ekstremitas
- Genetalia
- Anus
- Kulit

: tidak terdapat cepal hematom/caput succedenum


: tidak terdapat molase
: bersih & tidak oedema
: tidak terdapat infeksi, tidak ada pus
: tidak ada pengeluaran & tidak ada kelainan.
: tidak terdapat labioskizis & palotokizis
: simetris dan tidak kembung
: Simetris
: normal
: bergerak aktif
: tidak terdapat kelainan
: tidak atresia ani
: kemerah-merahan

4. Refleks
- Reflek moro
- Reflek sucking
- Reflek roobing
- Reflek walking
- Reflek tonic neek
- Reflek erafs/planter

: (+)
: (+)
: (+)
: (+)
: (+)
: (+)

60

5. Antopometri
- Berat Badan
- Panjang Badan
- Lingkar Kepala
- Lingkar Dada

: 2500 gram
: 45 cm
: 29 cm
: 30 cm

A. ASSESMENT
DIAGNOSA
Bayi Ny.Y lahir normal secara spontan pada usia kehamilan cukup bulan 37
minggu jenis kelamin laki-laki dengan berat badan 2500 gram dan panjang badan
45 cm, segera menangis.
DASAR
Lahir normal : lahir secara spontan tanpa bantuan alat.
Khml ckp bln : 37 minggu
BB dan PB

: dari hasil data objektif.

MASALAH
Tidak Ada

KEBUTUHAN
Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
P. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu keadaan bayi nya saat ini .
Rasional : ibu di beritahu tentang keadaan bayi nya saat ini baik
Evaluasi

: ibu sudah mengetahui keadaan bayinya saat ini

Sumber

: Data Objektif

2. Memberikan salep mata kepada bayi

61

Rasional : agar tidak terjadi infeksi


Evaluasi : Bayi sudah diberikan salep mata
Sumber : Buku Apn 2008
3. Bayi diberi injeksi vit K 0,1 cc/im
Rasional : agar tidak terjadi perdarahan tali pusat pada bayi
Evaluasi : bayi sudah diberikan vitamin K
Sumber : Buku Panduan Maternal & neonatal N-36
4. Memberikan Penyuluhan Kepada Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat yaitu tali
pusat dibungkus menggunakan kassa steril kering dan sebaiknya sebelum
pelaksanaannya ibu harus mencuci tangan terlebih dahulu serta tetap
memastikan tali pusat dan area sekelilingnya bersih & kering.
Rasional : agar ibu mengetahui cara perawatan tali pusat bayi yang benar
Evaluasi : ibu sudah mengerti yang dijelaskan bidan
Sumber : Buku Apn 2008
5. Mengajarkan ibu cara menyusui bayi yang benar dan menganjurkan ibu untuk
memberika ASI sesering mungkin pada bayinya
Rasional : agar bayi tetap mendapatkan ASI eksklusif
Evaluasi : ibu mau mengikuti anjuran yang disampaikan oleh bidan
Sumber : Buku Apn 2008
6. Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan cara mengganti
handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan selimut, serta
mengusahakan terjadi kontak antara kulit ibu dan anak.
Evaluasi : bayi sudah dihangatkan
Sumber : Buku Apn 2008
7. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang dengan membawa bayinya 1
minggu setelah kelahiran serta segera datang bila terdapat tanda-tanda infeksi
pada bayi dan jangan lupa untuk melakukan imunisasi.
Rasional : Agar pemantauan kesehatan bayi & ibu terkontrol.
Evaluasi : Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang, 1 minggu mendatang.
Sumber

: Buku Panduan Kesehatan Maternal & Neonatal Hlm N-36

62

2.4 MASA NIFAS


2.4.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.
(Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary
cunningham,Mac Donald,1995:281).
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya
memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).
2.4.2

Tujuan Asuhan Masa Nifas


Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

63

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,


nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5. Mendapatkan kesehatan emosi.

2.4.3

Peran Dan Tanggung Jawab Bidan


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian
asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa
nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu
dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.

64

8. Memberikan asuhan secara professional.

2.4.4

Kebijakan Program Nasional Mengenai Masa Nifas


Kebijakan nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :

1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.


2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:
Kunjungan Waktu

Asuhan
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara

mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.


6-8 jam Pemberian ASI awal.
post Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan
partum bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka
bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru
lahir dalam keadaan baik.

65

Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal,


uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
II

dan

6 hari perdarahan.
post Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
partum Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan
cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta
tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
2

III

minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan


post

yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.

partum
6
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama
IV

minggu masa nifas.


post
partum

Memberikan konseling KB secara dini.

66

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


DI BPM ARIF DEWI LESTARI, Amd.Keb
PNC

Nama Pengkaji

: Hammi Efrina Hasibuan

Tanggal Pengkajian

: Senin , 29 JUNI 2015

Waktu Pengkajian

: 10.15 wib

Tempat

: BPM. Arif Dewi lestari , Amd.Keb

S. DATA SUBJEKTIF
Identitas Pasien
Nama Klien

: Ny.Y

Nama Suami : Tn. M

Umur

: 19 tahun

Umur

: 34 tahun

Suku Bangsa : Jawa

Suku bangsa : Jawa

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Tiban Mas

Alamat

: Tiban Mas

Keluhan Utama
Ibu merasa perutnya masih mules dan nyeri di daerah perineum
Riwayat Kehamilan Sekarang
- Menarche
: usia 15 tahun
- Siklus Haid : 28 Hari
- Lamanya
: 6 hari
- HPHT
: 04-08-2014
- TP
: 29-06-2015

67

Riwayat Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas Yang Lalu


Tgl / Th
Persalinan
29.06.15

Tempat
BPS
dewi

Usia

Jenis

Penolong

Kehamilan

Persalinan

37 Minggu

Normal

Persalinan
Bidan
dewi

Penyulit
-

JK
LK

ANAK
BB
TB
2500

45

Riwayat kontrasepsi yang digunakan


-

Jenis KB
Lamanya

: Tidak Ada
: Tidak Ada

Riwayat kesehatan / Penyakit


Riwayat Penyakit yang diderita sekarang / dulu
Riwayat Penyakit keluarga dan riwayat keturunan

: tidak ada
: tidak ada

Riwayat Kehamilan Dan Persalinan Terakhir


Masa Kehamilan
: 37 Minggu
Tempat Persalinan
: BPS dewi
Penolong
: Bidan dewi
Jenis Persalinan
: Spontan
Komplikasi
: tidak ada
Episiotomi
: tidak dilakukan
Tindakan Lain
: Tidak Ada
Perdarahan
Kala I
: Tidak Ada
Kala II
: 200 cc
Kala III
: 200 cc
- Lama Persalinan
Kala I
:Kala II
: 12 menit
Kala III
: 15 menit
Kala IV
: 2 jam
Keadaan Bayi Baru Lahir
Lahir tanggal 29 juni 2015 Pukul 09.30 wib
- Masa Genetasi : 37 minggu
- BB / PB lahir : 2500 gram, 45 cm
- Nilai apgar
: 1 menit (8), 5 menit (10)
-

O. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum
68

Keadan
Baik

- Keadaan Umum
-

: Baik

Kesadaran
TTV
TD
Nadi
Pernapasan
Suhu

: Composmentis
: 120/90 mmHg
: 72 x/i
: 24 x/i
: 37,5oc

Pemeriksaan Fisik
- Odema Wajah
- Mata
- Leher
- Payudara
- Pengeluaran Asi
- Abdomen
- TFU
- Kontraksi Uterus
- Kandung Kemih
- Varices
- Prenium
- Anus

: Tidak Ada
: Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus
: Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
: Simetris, puting susu menonjol
: Belum lancar
: Dinding perut terdapat linca alba
: 3 jari dibawah pusat
: Baik
: Kosong
: Tidak Ada
: Bersih
: Tidak ada hemoroid

A. ASSESMENT
DIAGNOSA
Ibu P1 A0 Cukup Bulan, H1 8 Jam Post Partum
DASAR
P1 A0

: ibu mengatakan ini persalinannya yang pertama dan belum


pernah keguguran .

Cukup Bulan : 37 minggu


H1 8 Jam PP : dihitung sejak waktu selesainya persalinan.
yaitu tanggal 29 juni 2015 pukul 09.30 wib
MASALAH
Ibu merasa perutnya masih mules dan nyeri di daerah perineum dan pengetahuan
ibu mengenai cara mengurus dan merawat bayi masih kurang.

69

KEBUTUHAN
Memberikan konseling kepada ibu mengenai keluhan yang ibu rasakan saat ini.
P. PENATALAKSANAAN
1. Memberi tahu ibu hasil Pemeriksaan saat ini.
Rasional : ibu diberi tahu agar memahami keadaannya saat ini
( TTV: TD: 110/70 N: 72x/i, RR: 24x/I, S: 37,5oc ).
Evaluasi : ibu sudah mengetahui keadaanya saat ini
Sumber : Data Objektif.

2. Memastikan involusi uterus berjalan normal


Rasional : agar bidan tahu masa nifasnya bermasalah atau tidak
selama 6-8 jam post partum
Evaluasi

: involusi uterus ibu baik.

Sumber

: Buku panduan kesehatan maternal & neonatal N-25

3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan & istirahat.


Rasional : agar kondisi ibu membaik dan dapat segera pulih.
Evaluasi : ibu sudah makan & istirahat
Sumber : Buku panduan kesehatan maternal & neonatal N-25
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini dan belajar untuk
menyusui bayinya serta melakukan bounding attachement antara ibu dan bayi
agar tercipta ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi dan bayi terhindar dari
hipotermi
Rasional : agar kondisi ibu dapat segera pulih.
Evaluasi : ibu mau melakukan mobilisasi dini dan belajar menyusui bayinya
Sumber : Buku panduan kesehatan maternal & neonatal N-25
5. Memastikan ibu agar menyusui bayinya dengan baik.
Rasional : agar bayi mendapatkan ASI yang cukup & mendapatkan
asi eksklusif.
Evaluasi : ibu telah memberikan Asi kepada bayinya dengan baik
Sumber : Buku Panduan Kesehatan Maternal & Neonatal N-24
6. Memberi Konseling pada ibu tentang perawatan tali pusat bayi agar ibu bisa
menjaga dan mengurus bayinya dengan baik dan benar.
70

Rasional : agar bayi terhindar dari infeksi


Evaluasi : ibu mengerti asuhan yang diberikan
Sumber

: Buku Panduan Kesehatan Maternal & Neonatal N-24

7. Mengajari dan menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan nya yaitu
mandi 2 sehari , mengganti pakaian dalam dan mengganti kassa steril dengan
betadin jika sudah kering di daerah vagina.
Rasional : agar kondisi ibu dapat segera pulih dan ibu terhindar dari infeksi.
Evaluasi : ibu mau mengikuti anjuran yang disampaikan oleh bidan.
Sumber : Buku Apn 2008.

71

2.5 KELUARGA BERENCANA ( KB )

2.5.1

Pengertian KB
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan
kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun
tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan
keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang
dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi
yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia
tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima
sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan
seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Depkes RI,
1998).
Masa nifas Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan, upaya itu dapat bersifat sementara dapat pula bersifat
permanent (Sarwono, P. 2002: 905).
Salah satu kontrasepsi yang bersifat sementara adalah suntik.
Perkembangan hormon untuk pengobatan dimulai pada awal 1950-an.
Hormon progestin yang pertama kali digunakan untuk mengobati
endometriosis, kanker endometrium, ketidakteraturan haid, kelainan
perdarahan akibat hormonal dan hirsutim.
Pil KB adalah alat kontrasepsi pencegah kehamilan atau pencegah
konsepsi yang digunakan dengan cara per-oral/kontrasepsi oral. Pil KB
merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang banyak digunakan. Pil KB
disukai karena relatif mudah didapat dan digunakan, serta harganya murah
(Saifuddin, 2006).
Pil KB atau oral contraceptives pill merupakan alat kontrasepsi
hormonal yang berupa obat dalam bentuk pil yang dimasukkan melalui
mulut (diminum), berisi hormon estrogen dan atau progesteron. bertujuan
untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah kehamilan dengan

72

menghambat pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya. Pil KB akan
efektif dan aman apabila digunakan secara benar dan konsisten
(Sastrawinata, 2000).

2.5.2

Jenis PiL KB
Ada 5 jenis pil KB/kontrasepsi oral, yaitu : (Saifuddin, 2006)
1.

Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill

Pil KB yang mengandung estrogen dan progesteron dan diminum sehari


sekali. Estrogen dalam pil oral kombinasi, terdiri dari etinil estradiol dan
mestranol. Dosis etinil estradiol 30-35 mcq. Dosis estrogen 35 mcq sama
efektifnya dengan estrogen 50 mcq dalam mencegah kehamilan.
Progestin dalam pil oral kombinasi, terdiri dari noretindron, etindiol
diasetat , linestrenol, noretinodel, norgestrel, levonogestrel, desogestrel
dan gestoden.
Terdiri dari 21-22 pil KB/kontrasepsi oral dan setiap pilnya berisi derivat
estrogen dan progestin dosis kecil, untuk pengunaan satu siklus. Pil
KB/kontrasepsi oral pertama mulai diminum pada hari pertama
perdarahan haid, selanjutnya setiap pil hari 1 pil selama 21-22 hari.
Umumnya setelah 2-3 hari sesudah pil KB/kontrasepsi oral terakhir
diminum, akan timbul perdarahan haid, yang sebenarnya merupakan
perdarahan putus obat. Penggunaan pada siklus selanjutnya, sama seperti
siklus sebelumnya, yaitu pil pertama ditelan pada hari pertama
perdarahan haid.

Pil oral kombinasi mempunyai 2 kemasan, yaitu :

73

a.

Kemasan 28 hari
7 pil (digunakan selama minggu terakhir pada setiap siklus) tidak
mengandung hormon wanita. Sebagai gantinya adalah zat besi atau zat
inert. Pil-pil ini membantu pasien untuk membiasakan diri minum pil
setiap hari.

b.

Kemasan 21 hari
Seluruh pil dalam kemasan ini mengandung hormon. Interval 7 hari
tanpa pil akan menyelesaikan 1 kemasan (mendahului permulaan
kemasan baru) pasien mungkin akan mengalami haid selama 7 hari
tersebut tetapi pasien harus memulai siklus pil barunya pada hari ke-7
setelah menyelesaikan siklus sebelumnya walaupun haid datang atau
tidak. Jika pasien merasa mungkin hamil, ia harus memeriksakan diri.
Jika pasien yakin ia minum pil dengan benar, pasien dapat mengulangi
pil tersebut sesuai jadwal walaupun haid tidak terjadi.

2.

Pil KB atau kontrasepsi oral tipe sekuensial


Pil dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap
siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya
diberikan selama 14-16 hari pertama diikuti oleh kombinasi progestron
dan estrogen selama 5-7 hari terakhir. Terdiri dari 14-15 pil
KB/kontrasepsi oral yang berisi derivat estrogen dan 7 pil berikutnya
berisi kombinasi estrogen dan progestin. Cara penggunaannya sama
dengan tipe kombinasi. Efektivitasnya sedikit lebih rendah dan lebih
sering menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.

3.

Pil KB atau kontrasepsi oral tipe pil mini

74

Pil mini kadang-kadang disebut pil masa menyusui. Pil mini yaitu
pil KB yang hanya mengandung progesteron saja dan diminum sehari
sekali. Berisi derivat progestin, noretindron atau norgestrel, dosis
kecil, terdiri dari 21-22 pil. Cara pemakaiannya sama dengan cara tipe
kombinasi. Dosis progestin dalam pil mini lebih rendah daripada pil
kombinasi. Dosis progestin yang digunakan adalah 0,5 mg atau
kurang. Karena dosisnya kecil maka pil mini diminum setiap hari pada
waktu yang sama selama siklus haid bahkan selama haid.
Contoh pil mini, yaitu :
a.

Micrinor, NOR-QD, noriday, norod menganddung 0,35 mg


noretindron.

b.

Microval,

noregeston,

microlut

mengandunng

0,03

mg

levonogestrol.

4.

c.

Ourette, noegest mengandung 0,5 mg norgeestrel.

d.

Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol.

e.

Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat

Pil KB atau kontrasepsi oral tipe pil pascasanggama (morning after

pill)
Morning after pill merupakan pil yang mengandung hormon
estrogen dosis tinggi yang hanya diberikan untuk keadaan darurat saja,
seperti kasus pemerkosaan dan kondom bocor. Berisi dietilstilbestrol
25 mg, diminum 2 kali sehari, dalam waktu kurang dari 72 jam
pascasanggama, selama 5 hari berturut-turut.

5.

Once A Moth Pill

75

Pil hormon yang mengandung estrogen yang long acting yaitu pil
yang diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological Half Life
panjang.
Jenis kontrasepsi oral yang lain dan sudah tersedia, namun masih
terbatas antara lain.
a.

Mifepristone, yaitu alat kontrasepsi oral harian yang


mengandung anti progesteron yang digunakan dalam uji klinis
penelitian.

b.

Ormeloxifene (centchroman), yaitu alat kontrasepsi oral yang


berupa modulator reseptor estrogen yang digunakan 1-2 kali per
minggu dan hanya tersedia di India.

2.5.3

Cara Kerja

a. Pil KB kombinasi (Combined Oral Contraceptives = COC) Mengandung 2


jenis hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron. Mekanisme kerjanya
untuk mencegah kehamilan adalah sebagai berikut:
1.

Mencegah pematangan dan pelepasan sel telur

2.

Mengentalkan lendir leher rahim, sehingga menghalangi penetrasi sperma

3.

Membuat dinding rongga rahim tidak siap untuk menerima dan


menghidupi hasil pembuahan

b.

Pil KB progesteron (Mini pill = Progesterone Only Pill = POP) hanya

berisi progesteron, bekerja dengan mengentalkan cairan leher rahim dan


membuat kondisi rahim tidak menguntungkan bagi hasil pembuahan.
Pil KB Andalan akan mencegah pelepasan sel telur yang telah diproduksi
oleh indung telur sehingga tidak akan terjadi pembuahan. Hormon yang
terkandung dalam pil KB Andalan akan memperkental lendir leher rahim

76

sehingga mempersulit sel sperma masuk kedalam rahim. Hal ini berguna
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembuahan dan kehamilan. Selain
itu, Pil KB Andalan akan menebalkan dinding rahim, sehingga tidak akan siap
untuk kehamilan.

2.5.4

Efektifitas
Bila dipakai dengan benar dan teratur, kegagalannya sangat kecil
yakni 0.1% kehamilan pada 100 wanita pemakai atau tahun pertama
pemakaian (1:1000) Dalam pemakaian sehari-hari karena faktor kesalahan
manusia atau lupa, maka kegagalannya dapat menjadi 6-8 kehamilan atau
100 wanita pemakai atau tahun pemakaian. Kesalahan yang sering terjadi
adalah lupa menelan pil atau terlambat memulai kemasan yang baru

2.5.5

Keuntungan

a. Keuntungan pil KB secara umum :


1. Sangat efektif bila dipakai dengan benar
2. Tidak mengurangi kenyamanan hubungan suami istri
3. Menstruasi (Haid) menjadi teratur, lebih sedikit dan lebih singkat
waktunya, juga mengurangi rasa nyeri haid.
4. Dapat dipakai selama diinginkan, tidak harus beristirahat dulu
5. Dapat dipakai oleh semua wanita usia reproduktif
6. Dapat dipakai oleh wanita yang belum pernah hamil
7. Dapat dihentikan pemakaiannya dengan mudah kapan saja
8. Kesuburan segera kembali setelah pemakaian pil dihentikan

77

9. Dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi emergensi setelah hubungan


suami istri
2.5.6

Kerugian
1.
2.

Mahal
Penggunaan pil harus diminum setiap hari dan bila lupa

3.
4.

minum akan meningkatkan kegagalan.


Perdarahan bercak dan breakthrough bleeding.
Ada interaksi dengan beberapa jenis obat (rifampisin,

5.

barbiturat, fenitoin, fenilbutason dan antibiotik tertentu).


Tidak mencegah penyakit menular seksual,

HBV,

HIV/AIDS.
6.

Efek

samping

ringan/jarang,

namun

dapat

berupa

amenorea, mual, rasa tidak enak di payudara, sakit kepala, mengurangi


ASI, berat badan meningkat, jerawat, perubahan mood, pusing, serta
retensi cairan, tekanan darah tinggi, komplikasi sirkulasi yang jarang
namun bisa berbahaya khususnya buat perokok.

2.5.7

Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Pil Kb


Secara Umum, kebanyakan wanita dapat memakai Pil KB sebagai cara
kontrasepsi secara aman dan efektif, meskipun mereka :

2.5.8

1.

belum mempunyai anak

2.

remaja

3.

gemuk atau kurus

4.

> 35 tahun , tidak merokok

5.

merokok tapi < 35 tahun

6.

segera setelah keguguran

Kontra Indikasi

78

Kontra indikasi dari penggunaan berbagai jenis pil KB adalah sebagai


berikut :
a.

Kehamilan

b. Kecurigaan atau adanya Carcinoma mammae


c.

Adanya neoplasma yang dipengaruhi oleh estrogen

d. Menderita penyakit thromboemboli atau varices yang luas


e.

Faal hepar yang terganggu,

f.

Perdarahan per vagina yang tidak diketahui sebabnya.

Selain itu, indikasi untuk memilih pil kontrasepsi dengan dosis estrogen
yang lebih tnggi (misalnya sequential), adalah :
1.

Siklus yang sangat tidak teratur

2.

Acne,

3.

Depresi premenstruil.

Dalam keadaan lain seperti laktasi dan adanya riwayat keluarga dengan
penyakit thromboemboli, sebaiknya dipilih mini pil (Sastrawinata, 2000).
Kontra indikasi setiap jenis pil berbeda-beda. Kontra indikasi untuk
absolut pil oral kombinasi, yaitu tromboplebitis atau tromboemboli,
sebelumnya dengan tromboplebitis atau tromboemboli, kelainan
serebrovaskuler atau penyakit jantung koroner, diketahui atau diduga
karsinoma mammae, diketahui atau diduga karsinoma endometrium, diketahui
atau diduga neoplasma yang tergantung estrogen, perdarahan abnormal
genitalia yang tidak diketahui penyebabnya, adenoma hepar, karsinoma atau
tumor-tumor jinak hepar, diketahui atau diduga hamil, gangguan fungsi hati,

79

serta tumor hati yang ada sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau produk lain
yang mengandung estrogen.
Kontra indikasi untuk relatif pil oral kombinasi, yaitu sakit kepala
(migrain), disfungsi jantung atau ginjal, diabetes gestasional atau pre diabetes,
hipertensi, depresi, varices, umur lebih 35 tahun, perokok berat, fase akut
mononukleosis, penyakit sickle cell, asma, kolestasis selama kehamilan,
hepatitis atau mononukleosis tahun lalu, riwayat keluarga (orang tua, saudara)
yang terkena penyakit rheumatik yang fatal atau tidak fatal atau menderita DM
sebelum usia 50 tahun, serta kolitis ulseratif
Kontra indikasi pil mini, yaitu wanita yang berusia lebih tua dengan
perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya, ada riwayat kehamilan ektopik,
diketahui atau dicurigai hamil melalui anamnesis, gejala atau tanda kehamilan
positif, benjolan di payudara atau dicurigai kanker payudara, gangguan
tromboemboli aktif (bekuan di tungkai, paru atau mata), serta ikterus, penyakit
hati aktif atau tumor hati jinak atau ganas (Saifuddin, dkk. 2000).
2.5.8 Cara Penggunaan Pil Kb
Panduan cara penggunaan pil KB adalah sebagai berikut
1.

Petunjuk Umum

Panduan penggunaan pil kombinasi secara umum :


a.

Pil kombinasi sebaiknya diminum setiap hari pada saat yang sama.

b.

Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke tujuh
siklus haid.

c.

Penggunaan pil kombinasi dianjurkan diminum pada hari pertama


haid.

d.

Pada kemasan 28 pil, dianjurkan mulai minum pil plasebo sesuai


dengan hari yang ada pada kemasan.

80

e.

Bila kemasan 28 pil habis, sebaiknya mulai minum pil dari


kemasan yang baru.

f.

Bila kemasan 21 pil habis, tunggu 1 minggu kemudian mulai


minum pil dari kemasan yang baru.

g.

Minum pil yang lain, apabila terjadi muntah dalam waktu 2 jam
setelah meminumnya.

h.

Penggunaan pil kombinasi dapat diteruskan, apabila tidak


memperburuk keadaan saat terjadi muntah hebat atau diare lebih
dari 24 jam.

i.

Penggunaan pil apabila terjadi muntah dan diare berlangsung


sampai 2 hari atau lebih sama dengan aturan minum pil lupa.

j.

Tes kehamilan dilakukan apabila tidak haid

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BERENCANA

DI BPM ARIF DEWI LESTARI, Amd.Keb


81

KB
Nama Pengkaji

: Hammi Efrina Hasibuan

Tanggal Pengkajian

: Jumat ,26 Juni 2015

Waktu Pengkajian

: 18.00 wib

Tempat

J.

: BPS. Arif Dewi Lestari, Am.Keb

S.
DATA SUBJEKTIF
Identitas Pasien

Nama Klien

: Ny. L

Nama Suami : Tn. J

Umur

: 27 tahun

Umur

: 34 tahun

Suku Bangsa : Jawa

Suku bangsa : Jawa

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMU

Pendidikan

: SMU

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Taman Sari

Alamat

: Taman Sari

B. Keluhan Utama
Ibu mengatakan selama memakai pil Kb , ibu merasakan mual dan pusing dan
berat badan ibu semakin hari semakin naik ibu khawatir ketidak cocokan Pil Kb Yang
ibu pakai.
C. Riwayat perkawinan
Kawin
Kawin pertama kali umur
Dengan suami sekarang sudah

: 1 kali
: 20 tahun
: 7 tahun

D. Riwayat haid

E.

Menarche umur

: 15 tahun

siklus

Teratur/tidak
Disminorhea
Sifat darah
Riwayat obstetri

: Teratur
: Kadang-kadang
: Terdapat gumpalan

28 hari

82

Jumlah anak lahir, hidup


: 2 orang
Jumlah anak meninggal
: Tidak Ada
Jenis kelamin anak yang dilahirkan : laki laki
Persalinan terakhir
: 04 Mei 2013
Jenis persalinan terakhir
: Normal
Komplikasi
: Tidak ada
Keadaan nifas terakhir
: Baik
F. Riwayat Keluarga Berencana
KB sekarang
KB sebelumnya
Lama KB sekarang
Keluhan selama memakai alat kontrasepsi

: Pil Microgynon
: Suntik 1 Bulan
: 6 Bulan
:-

G. Riwayat Penyakit Yang Lalu Dan Sekarang


Hepatitis
Diabetes mellitus
Penyakit jantung
Kelainan pembekuan
Radang orchitis
Hypertensi
Endrometriosis

: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada

H. Ekstremitas
Oedem
Varices

: Tidak ada
: Tidak ada

O. DATA OBJEKTIF
F. Pemeriksaan Umum

- Keadaan Umum
-

Kesadaran
TTV
Tekanan Darah
Nadi
Pernapasan
Suhu

: Baik
: Composmentis
: 120/70 mmHg
: 69 x/i
: 23 x/i
: 37,oc

83

Berat badan
Tinggi badan

: 68 kg
: 150 cm

G. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Rambut
Muka
Mata
Hidung
Telinga
Mulut / gigi
2. Leher

: Bersih
: Hitam dan tidak berketombe
: Tidak ada cloasma dan tidak oedem
: konjungtiva tidak enemis dan sklera tidak ikterik
: Tidak ada pengeluaran dan tidak ada polip
: Bersih dan tidak ada serumen
: Tidak stomatitis, gusi tidak bengkak, tidak ada caries
: Tidak ada kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran getah
bening,
vena jugularis Normal

3. Dada
Payudara

: Retraksi dinding dada Normal, bunyi penafasan tidak


terdengar ronchi, bunyi jantung dup dup, irama teratur
: Bersih, tidak membesar, tidak ada tumor, bentuk simetris,
sudah ada pengeluaran, tidak ada benjolan, tidak ada
tanda-tanda retraksi

4. Abdomen

: Tidak ada jaringan parut

5. Ano genital

: Tidak dilakukan

6. P. penunjang

: Tidak dilakukan

A. ASSESMENT
DIAGNOSA
Ibu P2 A0, Akseptor KB Pil
DASAR
P2 A1

: Ibu mengatakan telah 2 kali melahirkan dan Tidak pernah


keguguran

Akseptor Pil KB

: Pil Kb Microgynon

MASALAH
Pengetahuan ibu mengenai efek samping kb masih kurang

84

KEBUTUHAN
Memberikan ibu konseling mengenai kb mulai dari jenis dan cara penggunaan
serta kelebihan dan kekurangan kb tersebut
P. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.
( TD : 120/70 mmHg, S : 37 C, N : 69 x/I, RR : 23 x/i )
Dasar : Agar ibu dan keluarga mengetahui kondisi ibu saat ini.
Evaluasi : Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
Sumber
: Data objektif.
2. Melakukan komunikasi terapeutik terhadap ibu.

Dasar

: Menciptakan suasana yang harmonis dan ibu lebih


kooperatif dalam setiap tindakan yang akan di lakukan.

Evaluasi

: Ibu mengerti dengan penjelasan tenaga kesehatan.

Sumber

: Ambarawati, Eny retra dan Wulandari, Diah. 2009.


Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra cendikia.

3. Memberitahu ibu cara kerja pil KB adalah dengan mencegah pelepasan sel
telur serta memberitahu ibu mengenai kelebihan dan kekurangan KB pil serta
efek samping yang mungkin ditimbulkan.
Kelebihan :

Sangat efektif bila diminum teratur

Tidak mengurangi kenyamanan hubungan suami istri

Dapat dihentikan pemakaiannya kapan saja jika menginginkan kehamilan

Kekurangan :

Mual terutama tiga bulan pertama

Tidak cocok untuk mereka yang pelupa

Kemasan baru selalu harus tersedia setelah pil kemasan sebelumnya habis

Efek samping :

Mual, Spooting, Pusing, BB naik

Amenorrhea, Depresi, Tidak mencegah IMS


85

Dasar

: agar ibu tidak kaget saat terjadi hal seperti disebutkan diatas

Evaluasi

: Ibu mengerti asuhan yang diberikan bidan

Sumber

: Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi

4. Memberitahu ibu cara mengkonsumsi pil kb yang baik dan benar yaitu dengan
cara : minumlah pil tepat waktu sesuai dengan arah panah dan hari yang sudah
ditentukan pada belakang bungkus pil. Jika baru pertama kali menggunakan
pil KB, mulai minum pil saat haid yaitu mulai di hari ke lima haid atau paling
baik di hari pertama haid. Bila dimulai pada saat haid sudah berhenti, jika
hendak melakukan hubungan intim, gunakan kondom selama 7 hari pertama
menelan pil untuk mencegah terjadinya kehamilan. Untuk mencegah lupa
minum pil, minumlah pil KB secara teratur setiap harinya pada jam yang
sama, disarankan untuk menelan pil pada malam hari (sebelum tidur atau
setelah makan malam).
Jika lupa minum satu pil KB ( aktif bukan placebonya ) minum segera saat
teringat dan minum pil dosis hari itu di saat waktu rutin biasanya. Jika lupa 1
hari (24 jam) maka masih dapat diminum 2 tablet langsung pada saatnya
minum pil. Namun jika lupa lebih dari 1 hari, buang pil yang terlupa dan
lanjutkan minum pil sesuai harinya, namun karena efektifitas berkurang, perlu
dikombinasikan dengan kontrasepsi kondom saat berhubungan intim.
Dasar

: agar ibu tidak binggung dalam mengkonsumsi kb pil

Evaluasi

: Ibu mengerti asuhan yang diberikan bidan

Sumber

: Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi

5. Menganjurkan ibu segera datang ke pelayanan kesehatan bila ada masalah


selama penggunaan pil seperti nyeri perut bagian bawah yang hebat, nyeeri
dada yang berat, batuk, sesak, pusing, gangguan penglihatan, nyeri kaki berat
Dasar

: untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan

Evaluasi

: Ibu mengerti asuhan yang diberikan bidan

86

Sumber

: Buku panduan Pelayanan Kontrasepsi

6. Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang setelah pil kb habis


Dasar

: agar ibu dapat melanjutkan penggunaan pil kb

Evaluasi

: Ibu mengerti asuhan yang diberikan bidan

Sumber

: Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi

87

Anda mungkin juga menyukai