Anda di halaman 1dari 4

KASUS 1

Dr. Omdak sibarani adalah manajer eksekutif public relation di Rumah Sakit Aduhai Husada
Internasional. Kedudukan Dr. Omdak berada di bawah Direktur Operasinal dan Umum. Kewajiban
utama dari dokter muda ini adalah sebagai PR di bidang pelayanan, baik untuk menjalankan
komunikasi internal maupun komunikasi eksternal. Topik yang menjadi fokus dari pekerjaannya
adalah yang terkait dengan pelayanan klinik di rumah sakit swasta yang setara tipe B tersebut.
Semua masalah yang terjadi dalam pelayanan klinik tidak akan terlepas dari keterlibatannya,
terutama dalam proses komunikasinya.

Pagi ini Dr Omdak dipusingkan dengan masuknya RS Aduhai Husada Internasional dalam
pemberitaan 2 media cetak nasional. Cerita dalam berita tersebut tentu saja bukan cerita yang
menarik bagi pengelola rumah sakit. Dalam berita tersebut diinformasikan kejadian malpraktek di RS
Aduhai, dimana dlm point berita disebutkan bahwa kejadian ini bukan yang pertama kalinya dan
menjadi kejadian yang kelima kalinya dalam tahun ini.

Dokter yang menjadi sorota adalah dokter Daniyel, dokter yang menjadi selebritis dan langganan
masuk koran, sayangnya untuk berita-berita yang negatif. Dokter daniyel adalah dokter bedah
umum, belum termasuk senior, tetapi menjadi andalan rumah sakit karena menjadi satu-satunya
home staff surgeon di RS Aduhai.

Dalam pemberitaan koran pagi ini, Dr Daniyel dikabarkan melakukan kesalahan dalam mengoperasi
pasien usus buntu, karena setelah dioperasi, pasien masih mengalami nyeri perut yang hebat,
bahkan lebih hebat dibanding saat sebelum dioperasi.

Kebetulan pasien yang dioperasi adalah kemenakan dari bapak Kapolres setempat sehingga berita
kegagalan operasi tersebut segera tersebar dan menjadi santapan para wartawan. Dalam
statemennya, Bapak Kapolres mengancam akan menuntut RS Aduhai secara moril da material.

Tugas Dr Omdok adalah untuk menggali kebenaran berita tersebut dan mengkomunikasikan hasilnya
kepada Dokter Daniyel dan Keluarga bapak Kapolres

Bagaimana cara Dr Omdok untuk berbicara kepada Dr Daniyel?bagaimanakah pula cara dr Odok
menjelaskan kepada bapak Kapolres mengenai situasi sebenarnya?apa yang perlu diklarifikasi
kepada wartawan mengenai kasus tersebut?
KASUS 2

Rumah sakit Mana Janjimu merupakan satu-satunya rumah sakit yang ada di Kab Bolang utara dan
mulai tahun 1997 menjadi rumah sakit tipe C. Rumah sakit Mana Janjimu mempunyai jumlah tempat
tidur sebanyak 49 buah dan sejak Pebruari 2006 hanya mempunyai dokter spesialis sebanyak 2
orang yaitu spesialis penyakit dalam dan kandungan, dan 7 orang dokter umum dengan masa kerja 9
tahun dan telah mengikuti ketrampilan klinik. Tersedia 3 orang dokter gigi, paramedis 119 orang
seluruhnya telah mengikuti pelatihan tingkat lanjutan. Terdapat pegawai paramedis non perawatan
sebanyak 28 orang dan pegawai non paramedis ada 42 orang. Rumah sakit ini mulai pertengahan
tahun 2006 dipimpin oleh Direktur, berlatar belakang dokter dengan pendidikan manajemen rumah
sakit. Direktur dibantu oleh 2 wakil direktur, dengan latar belakang pendidikan dokter. Manajer
madya yang membantu Direksi sebanyak 6 orang.

Sebagai rumah sakit satu-satunya di kab Bolang Utara, RS Mana Janjimu menjadi tumpuan dan
harapan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan, terutama pelayanan medis
spesialistik. Hal ini dapat dilihat apabila dokter spesialis ada maka masyarakat yang datang berobat
meningkat jumlahnya. Tetapi bila dokter spesialis tidak ada atau tidak berada di tempat maka
masyarakat yang datang berobat ke rumah sakit jumlahnya langsung menurun.

Saat ini direksi dihadapkan pada berbagai masalah operasional. Diantaranya : perawat menuntut
diberi kewenangan untuk menetapkan pola jasa keperawatan secara mandiri. Selama ini perawat
mengikuti pola yang ditetapkan oleh dokter spesialis. Pola tersebut berganti-ganti, bergantung pada
dokter spesialis yang mengaturnya.

Dokter umum menuntut untuk diberi kewenangan merawat pasien dengan kasus khusus (kasus
spesialistik), terutama yang sudah terlanjur masuk rumah sakit. Selama ini dokter umum dilarang
menangani kasus yang sudah ditangani dokter spesialis. Jika dokter spesialis tidak di tempat, maka
dokter umum hanya bertindak sebagai kepanjangan tangan dokter spesialis dan wajib konsultasi
untuk mendapatkan setiap tindakan yang akan diambil. Situasi ini erat kaitannya dengan pola jasa
medis yang diterapkan di rumah sakit ini. Jika kewenangan-kewenangan tersebut tidak diberikan,
maka dokter dan perawat akan mengadakan aksi mogok selama 3 hari.

Pada sisi lain, dokter spesialis yang datang ke rumah sakit ini selalu dijanjikan unruk mendapatkan
kewenangan penuh atas pelayanan, seperti menentukan obat yang masuk dalam daftar obat rumah
sakit, hubungan hirarki dengan dokter umum, penetapan rumus insentif internal rumah sakit, pola
jasa medis untuk dokter maupun perawat dan sebagainya. Pelayanan kepada dokter spesialis sangat
luar biasa, mengingat peran mereka dalam menghidupkan pelayanan di RS Mana Janjimu. Sudah
menjadi budaya di rumah sakit ini bahwa dokter spesialis adalah sumber daya utama yang harus
difasilitasi maksimal dan wajib dituruti kemaunnya oleh seluruh staf rumah sakit.

Apapu yang terjadi, pelayanan tetap harus berjalan. Dalam kondisi kekurangan dokter spesialis, RS
Mana Janjimu tetap diharapkan terus melayani masyarakat.
Kasus 3

Direktur rumah sakit meminta manajer keuangan melakukan lobi dengan


dewan legislatif dalam rangka terbitnya tarif baru di rumah sakit.

Namun, Badan Legislatif tidak setuju dengan usulan tersebut karena sudah
ada subsidi dari pemerintah untuk rumah sakit dan mereka menganggap
rumah sakit tersebut tidak berkinerja baik dalam memberikan pelayanan.

Peran:
- Direktur Rumah Sakit
- Ketua Tim Tarif/Manajer Keuangan Rumah Sakit
- Badan Legislatif (3 orang)
- konsultan ahli tarif
Kasus : 4

Dr. Jais adalah Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Wora Wari yang baru 3 bulan menjabat. Beliau
sedang berpikir keras mengenai masyarakat miskin yang banyak berkumpul di daerah bantaran
sungai Cole. Keadaan pemukiman tersebut sangat memprihatinkan, baik dari aspek lingkungan
secara fisik dan aspek lingkungna non-fisik. Angka kriminalitas sangat tinggi dan angka kejadian
wabah jauh lebih banyak di daerah miskin dibanding daerah yang baik. Propinsi Wora Wari memang
merupakan kota yang terkotak-kotak. Masyarakat kelas menengah dan atas banyak bertempat
tinggal di bagian kota sebelah sebelah selatan, sedangkan kelas menengah ke bawah terkonsentrasi
di daerah utara. Di Propinsi Wora Wiri banyak real-estate yang kelasnya bervariasi mulai dari yang
sederhana sampai real-estate super mewah. Secara sosial ekonomi, di Propinsi Wora Wari gap
antara masyarakat miskin dan kaya sangat besar. Yang menarik walaupun PAD Propinsi Wora Wari
termasuk di atas rata-rata nasional, namun angka kesakitan dan usia harapan hidup termasuk di
bawah rata-rata nasional.

Dr. Jais mengawali karier sebagai dokter Puskesmas di kabupaten Primasari di propinsi lain,
yang berbeda jauh dari keadaan Propinsi Wora Wari. Di kabupaten tersebut, secara ekonomi PAD
tidak terlalu tinggi dan pendapatan masyarakat tidak besar dibanding dengan Propinsi Wora Wari.
Sebagai dokter Puskesmas di Kabupaten Primasari dr.Jais merasakan bahwa solidaritas masyarakat
sangat kuat. Program-program kesehatan puskesmas dengan mudah dapat dijalankan dan banyak
mendapat dukungan masyarakat. Ada berbagai kelompok di masyarakat yang selalu siap membantu
program kesehatan, msial dari kelompok ibu-ibu, petani, anak sekolah, sampai ke pedagang kaum
pendatang aktif membantu program-program kesehatan. Keadaan masyarakat ini yang dia rasakan
tidak ada di Wora Wari.

Dr.Jais dan tim melakukan lobby dan negosiasi dengan para Kasubdin dan 4 Kepala Dinas Kabupaten
di Propinsi Wora Wari agar dapat memaksimalkan kondisi kesehatan di Propinsi Wora Wari.

Anda mungkin juga menyukai