Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dokter Kariadi adalah sebuah rumah sakit milik
Pemerintah. Dalam pelaksanaan pendidikan kedokteran, rumah sakit ini berafiliasi
dengan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. RSUP ini secara
struktural merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina
Pelayanan Medik Kemenkes. Oleh karena itu, siapa pun yang dipercaya sebagai
Direktur Utama RSUP Dr. Kariadi pasti tidak sembarang orang. Dia adalah orang
pilihan yang mumpuni, termasuk drg. Farichah Hanum, M.Kes.
Farichah Hanum adalah alumnus Fakultas Kedokteran UGM. Awalnya dia merasa
tepat jika perempuan menjadi dokter gigi. Namun, setelah masuk pada tahun 1983,
kenyataannya berbeda. Ia harus bekerja dengan kawat, tang, dan membutuhkan
tenaga ketika mencabut gigi. Kendati demikian, dia bersungguh-sungguh
menekuninya. Akhirnya dia lulus pada tahun 1988 (angkatan pertama) dengan
predikat cum laude.
Sementara itu, aktivitasnya di luar rumah sakit, Farichah Hanum sebagai Ketua
Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Semarang 2 periode,
pengurus PDGI Jawa Tengah, dan Ketua Pengurus Besar PDGI 2014—2017. Semua
itu adalah wujud perjuangannya, antara karier dan profesi, hingga saat ini.
Menyinggung soal pandemi Covid-19, dia menuturkan bahwa saat ini RSUP Dr.
Kariadi tidak lagi menangani pasien terkena virus corona atau nol pasien Covid-19.
Semua pelayanan kesehatan hampir seperti sebelum pandemi. Bahkan, dapat
dikatakan sudah pulih seperti sediakala. Akan tetapi, pihaknya masih waspada
ketika ada varian baru dan berbagai perayaan hari-hari besar yang memungkinkan
terjadi lonjakan jumlah pasien Covid-19.
Sebelumnya, sempat terjadi antrean panjang pasien Covid-19 karena rumah sakit ini
merupakan RSUP rujukan masyarakat dari berbagai RS lain. Upaya
menanggulanginya, rumah sakit ini membangun sistem melalui Sisrute (Sistem
Rujukan Terintegrasi) dan SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu) untuk pasien yang membutuhkan pelayanan cepat. Akan tetapi, kapasitas
RSUP Dr. Kariadi terbatas. Saat ini memiliki 1.067 tempat tidur dan Bed Occupation
Rate (BOR) lebih dari 80%. Jadi, turn over cukup tinggi. Namun, hal ini belum bisa
menjawab sepenuhnya kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
rumah sakit. “Jadi, harus ada skala prioritas, memastikan turn over berjalan dengan
cepat sesuai dengan kondisi medik pasien,” katanya.
Penambahan tempat tidur juga harus diiringi dengan penambahan sumber daya
manusia, tidak bisa tiba-tiba, harus merekrut tenaga medis baru sesuai dengan
tahapan. Sejauh ini pola rekrutmen tidak bisa penuh seperti swasta. Jadi, mengikuti
pola yang ada. Selain SDM, rasio lahan menjadi bahan pertimbangan. Dengan
kapasitas 1.067 tempat tidur, pihaknya tetap berusaha untuk mengelola bed
management secara efektif dan efisien.
RS Istimewa
Seperti kita ketahui bahwa RSUP Dr. Kariadi merupakan rumah sakit yang
istimewa, kedudukannya langsung di bawah Kementerian Kesehatan. RSUP Dr.
Kariadi menerapkan pola keuangan BLU (Badan Layanan Umum) dengan
memastikan fleksibilitas mengelola keuangan sesuai dengan kaidah-kaidah proses
bisnis yang sehat. Jika ditanya siapa pemilik RSUP Dr. Kariadi, menurut Farichah
Hanum, RSUP Dr. Kariadi harus mengikuti kebijakan di Kementerian Kesehatan,
mengikuti aturan-aturan di Kementerian Keuangan, dan tentang ketenagakerjaan
harus mengikuti pola-pola dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (Menpan RB).
RSUP Dr. Kariadi merupakan rumah sakit terbesar yang dikelola oleh Pemerintah.
Sampai saat ini mempunyai prestasi terakreditasi secara internasional. Hal tersebut
makin membuktikan bahwa tata kelola organisasi dan tata kelola klinis memenuhi
standar. Adapun prestasi lain, RSUP Dr. Kariadi merupakan satuan kerja rumah
sakit yang WBM (Wilayah Bersih Melayani). Status tersebut mempunyai integritas,
tata kelola, dan pelayanan yang menjadi unsur penilaiannya.
Terkait dengan pelayanan BPJS, pihaknya mengatakan bahwa klaim berjalan dengan
lancar. Untuk menjamin hal tersebut, diadakannya tim verifikator internal untuk
memeriksa dan memastikan segala dokumen sebagai bukti. Selain itu, proses asuhan
pun sudah sesuai dengan standar untuk menjawab need, demand, dan preferensi
pasien. “Sering juga ada persepsi yang berbeda antara BPJS dan kami dalam
menginterpretasi kondisi pasien. Akan tetapi, semua dapat diselesaikan dengan
baik,” katanya.
Claim pending dan unclaim dapat diselesaikan dengan baik secara internal maupun
eksternal dengan cara berdiskusi dengan BPJS untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi.
Monoloyalitas
Untuk mengoptimalkan pelayanan di RSUP Dr. Kariadi, ada berbagai kebijakan
yang terkait dengan pekerjaan para dokter agar lebih berkonsentrasi melayani
pasien di RSUP Dr. Kariadi dan tidak boleh banyak bekerja di rumah sakit lain.
Menurut dia, sebagai rumah sakit pemerintah, RSUP Dr. Kariadi harus menerapkan
regulasi pihak terkait, misalnya disiplin kepegawaian, serta dapat menjaga dan
mengembangkan kompetensi RSUP Dr. Kariadi, baik sarana, pelayanan, maupun
sumber daya, karena semua adalah aset RSUP Dr. Kariadi. Oleh karena itu, RSUP
Dr. Kariadi memfasilitasi tenaga kesehatan untuk pendidikan formal dan
mendorong kompetensi berikutnya melalui CPD (Continous Profesional Development)
untuk meningkatkan kapasitasnya.
Berkaitan dengan monoloyalitas yang ada untuk tenaga kesehatan, RSUP Dr.
Kariadi harus memastikan tenaga kesehatan bisa optimal di rumah sakit ini. Jika
ada institusi lain yang ingin “memanfaatkan” aset yang dibentuk (tenaga
kesehatan) harus ada mekanismenya. Perlu ada kerja sama sehingga dapat dipantau
pekerjaannya, misalnya kinerjanya dapat optimal, dan memperoleh hak yang
semestinya diterima. “Hampir semua rumah sakit menerapkan itu,” ujarnya.
Jika tentang reward tenaga kesehatan yang didapatkan dari RSUP Dr. Kariadi,
sebetulnya tidak hanya dari finansial (remunerasi), ada juga penghargaan lain
berupa fasilitas pendidikan serta publikasi nasional dan internasional sebagai reward
lain untuk para staf di rumah sakit ini.
Do the Best
Sesuai dengan nilai-nilai kerakyatan yang dimiliki oleh UGM untuk
mewujudkannya, dia berpesan kepada para mahasiswa untuk do the best, artinya,
seluruh potensi yang dimiliki digali dan dimanfaatkan sebesar-besarnya pada saat
menjalani pendidikan. Ketika lulus, terjun di profesi selalu untuk mengembangkan
profesionalitas, skill, attitude secara terus-menerus dan tidak boleh berpuas diri dan
berkontribusi secara nyata untuk negara.