Anda di halaman 1dari 5

Dirut RSUP Dokter Kariadi

bukan orang sembarangan


Dirut RSUP Dr. Kariadi Semarang
drg. Farichah Hanum, M.Kes.

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dokter Kariadi adalah sebuah rumah sakit milik
Pemerintah. Dalam pelaksanaan pendidikan kedokteran, rumah sakit ini berafiliasi
dengan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. RSUP ini secara
struktural merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina
Pelayanan Medik Kemenkes. Oleh karena itu, siapa pun yang dipercaya sebagai
Direktur Utama RSUP Dr. Kariadi pasti tidak sembarang orang. Dia adalah orang
pilihan yang mumpuni, termasuk drg. Farichah Hanum, M.Kes.

Farichah Hanum adalah alumnus Fakultas Kedokteran UGM. Awalnya dia merasa
tepat jika perempuan menjadi dokter gigi. Namun, setelah masuk pada tahun 1983,
kenyataannya berbeda. Ia harus bekerja dengan kawat, tang, dan membutuhkan
tenaga ketika mencabut gigi. Kendati demikian, dia bersungguh-sungguh
menekuninya. Akhirnya dia lulus pada tahun 1988 (angkatan pertama) dengan
predikat cum laude.

Setelah lulus, Farichah Hanum bercita-cita sebagai dosen. Ia lantas mencari


informasi, kemudian mendapat kesempatan magang di Fakultas Kedokteran Undip.
Alumnus Fakultas Kedokteran UGM ini lalu ditempatkan di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Dr. Kariadi. Lama menunggu, ternyata formasi dosen tidak ada. Ia
pun beralih ke pilihan kedua mengabdi di puskesmas di Kabupaten Kendal. Melihat
komitmen dan integritasnya, dia dipanggil kembali untuk bekerja di RSUP Dr.
Kariadi Semarang. Ia mulai meniti karier sebagai staf medis, kepala seksi,
penanggung jawab, kepala instalasi, kemudian mendapat kesempatan membangun
budaya mutu dengan posisi sebagai Ketua Komite Mutu dan Keselamatan di RSUP
Dr. Kariadi.

Sekitar 2016, ada panggilan untuk mengikuti seleksi terbuka di Kementerian


Kesehatan. Akhirnya, Farichah Hanum dipercaya sebagai Direktur Mutu dan
Akreditasi karena sepak terjang dan pengalamannya mengawal mutu dan
keselamatan pasien di RSUP Dr. Kariadi memberikan hasil yang nyata. Di posisi ini,
dia relatif cukup lama, mulai 2016 hingga 2021. Ketika menduduki kursi jabatan itu
kurang lebih 5 tahun, dia memastikan berbagai regulasi besar betul-betul dapat
terimplementasikan. Pada bulan Agustus 2021, dia mengabdi kembali di RSUP Dr.
Kariadi sebagai direktur utama.

Sementara itu, aktivitasnya di luar rumah sakit, Farichah Hanum sebagai Ketua
Persatuan Dokter Gigi Indonesia  (PDGI) Cabang Semarang 2 periode,
pengurus PDGI Jawa Tengah, dan Ketua Pengurus Besar PDGI 2014—2017. Semua
itu adalah wujud perjuangannya, antara karier dan profesi, hingga saat ini.

Menyinggung soal pandemi Covid-19, dia menuturkan bahwa saat ini RSUP Dr.
Kariadi tidak lagi menangani pasien terkena virus corona atau nol pasien Covid-19.
Semua pelayanan kesehatan hampir seperti sebelum pandemi. Bahkan, dapat
dikatakan sudah pulih seperti sediakala. Akan tetapi, pihaknya masih waspada
ketika ada varian baru dan berbagai perayaan hari-hari besar yang memungkinkan
terjadi lonjakan jumlah pasien Covid-19.

Sebelumnya, sempat terjadi antrean panjang pasien Covid-19 karena rumah sakit ini
merupakan RSUP rujukan masyarakat dari berbagai RS lain. Upaya
menanggulanginya, rumah sakit ini membangun sistem melalui Sisrute (Sistem
Rujukan Terintegrasi) dan SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu) untuk pasien yang membutuhkan pelayanan cepat. Akan tetapi, kapasitas
RSUP Dr. Kariadi terbatas. Saat ini memiliki 1.067 tempat tidur dan Bed Occupation
Rate (BOR) lebih dari 80%. Jadi, turn over cukup tinggi. Namun, hal ini belum bisa
menjawab sepenuhnya kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
rumah sakit. “Jadi, harus ada skala prioritas, memastikan turn over berjalan dengan
cepat sesuai dengan kondisi medik pasien,” katanya.

Penambahan tempat tidur juga harus diiringi dengan penambahan sumber daya
manusia, tidak bisa tiba-tiba, harus merekrut tenaga medis baru sesuai dengan
tahapan. Sejauh ini pola rekrutmen tidak bisa penuh seperti swasta. Jadi, mengikuti
pola yang ada. Selain SDM, rasio lahan menjadi bahan pertimbangan. Dengan
kapasitas 1.067 tempat tidur, pihaknya tetap berusaha untuk mengelola bed
management secara efektif dan efisien.

RS Istimewa
Seperti kita ketahui bahwa RSUP Dr. Kariadi merupakan rumah sakit yang
istimewa, kedudukannya langsung di bawah Kementerian Kesehatan. RSUP Dr.
Kariadi menerapkan pola keuangan BLU (Badan Layanan Umum) dengan
memastikan fleksibilitas mengelola keuangan sesuai dengan kaidah-kaidah proses
bisnis yang sehat. Jika ditanya siapa pemilik RSUP Dr. Kariadi, menurut Farichah
Hanum, RSUP Dr. Kariadi harus mengikuti kebijakan di Kementerian Kesehatan,
mengikuti aturan-aturan di Kementerian Keuangan, dan tentang ketenagakerjaan
harus mengikuti pola-pola dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (Menpan RB).

RSUP Dr. Kariadi merupakan rumah sakit terbesar yang dikelola oleh Pemerintah.
Sampai saat ini mempunyai prestasi terakreditasi secara internasional. Hal tersebut
makin membuktikan bahwa tata kelola organisasi dan tata kelola klinis memenuhi
standar. Adapun prestasi lain, RSUP Dr. Kariadi merupakan satuan kerja rumah
sakit yang WBM (Wilayah Bersih Melayani). Status tersebut mempunyai integritas,
tata kelola, dan pelayanan yang menjadi unsur penilaiannya.

Prestasi dari berbagai institusi, antara lain Kementerian Kesehatan, Persatuan


Rumah Sakit, dan Lembaga Akreditasi adalah sebagai pemicu lain yang membuat
tidak akan berhenti untuk mencapai berbagai kebaikan dan mengalami peningkatan
secara terus-menerus di segala lini.

Terkait dengan pelayanan BPJS, pihaknya mengatakan bahwa klaim berjalan dengan
lancar. Untuk menjamin hal tersebut, diadakannya tim verifikator internal untuk
memeriksa dan memastikan segala dokumen sebagai bukti. Selain itu, proses asuhan
pun sudah sesuai dengan standar untuk menjawab need, demand, dan preferensi
pasien. “Sering juga ada persepsi yang berbeda antara BPJS dan kami dalam
menginterpretasi kondisi pasien. Akan tetapi, semua dapat diselesaikan dengan
baik,” katanya.

Claim pending dan unclaim dapat diselesaikan dengan baik secara internal maupun
eksternal dengan cara berdiskusi dengan BPJS untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi.

Monoloyalitas
Untuk mengoptimalkan pelayanan di RSUP Dr. Kariadi, ada berbagai kebijakan
yang terkait dengan pekerjaan para dokter agar lebih berkonsentrasi melayani
pasien di RSUP Dr. Kariadi dan tidak boleh banyak bekerja di rumah sakit lain.
Menurut dia, sebagai rumah sakit pemerintah, RSUP Dr. Kariadi harus menerapkan
regulasi pihak terkait, misalnya disiplin kepegawaian, serta dapat menjaga dan
mengembangkan kompetensi RSUP Dr. Kariadi, baik sarana, pelayanan, maupun
sumber daya, karena semua adalah aset RSUP Dr. Kariadi. Oleh karena itu, RSUP
Dr. Kariadi memfasilitasi tenaga kesehatan untuk pendidikan formal dan
mendorong kompetensi berikutnya melalui CPD (Continous Profesional Development)
untuk meningkatkan kapasitasnya.

Berkaitan dengan monoloyalitas yang ada untuk tenaga kesehatan, RSUP Dr.
Kariadi harus memastikan tenaga kesehatan bisa optimal di rumah sakit ini. Jika
ada institusi lain yang ingin “memanfaatkan” aset yang dibentuk (tenaga
kesehatan) harus ada mekanismenya. Perlu ada kerja sama sehingga dapat dipantau
pekerjaannya, misalnya kinerjanya dapat optimal, dan memperoleh hak yang
semestinya diterima. “Hampir semua rumah sakit menerapkan itu,” ujarnya.
Jika tentang reward tenaga kesehatan yang didapatkan dari RSUP Dr. Kariadi,
sebetulnya tidak hanya dari finansial (remunerasi), ada juga penghargaan lain
berupa fasilitas pendidikan serta publikasi nasional dan internasional sebagai reward
lain untuk para staf di rumah sakit ini.

Farichah Hanum selalu mengingatkan kepada tenaga kesehatan untuk melayani


dengan hati, tidak sekadar memberikan resep terus berhenti, tetapi bagaimana
kesiapan sepenuh hati pada saat memberikan pelayanan kepada seluruh pasien.
Menurut dia, tidak ada pembeda dalam melayani pasien, misalnya Kelas 1, Kelas 3
JKN, dan lainnya. Tindakan medik harus sama pada saat memberikan pelayanan,
apa pun latar belakang pasien tersebut.

Status Pendidikan Utama


RSUP Dr. Kariadi merupakan rumah sakit pendidikan utama Fakultas Kedokteran
Undip. Ada juga rumah sakit yang berstatus afiliasi, rumah sakit satelit. Sering dia
menyampaikan secara internal kepada peserta didik bahwa dokter yang baik hanya
bisa dihasilkan dari rumah sakit pendidikan yang baik. Jadi, RSUP Dr. Kariadi harus
dapat menunjukkan kepada peserta didik bahwa di RSUP ini harus good corporate
governance dan good clinical governance. Karena apa yang didengar, dirasakan,
didapatkan oleh peserta didik, akan terus melekat pada saat nanti menyelesaikan
pendidikan dan mengabdi di profesinya.

Ia pula sering menyampaikan tentang etika dan disiplin harus betul-betul


dikedepankan karena di sini tidak hanya memberikan pelayanan, tetapi
memberikan contoh untuk menjadi dokter yang baik. Hal ini merupakan tantangan.
Sampai saat ini lebih dari 1.000 peserta didik dokter spesialis ada di RS Dr. Kariadi.
Sering pula dia sampaikan kepada peserta didik bahwa mencari cerita dari bagian
pengabdian sebagai dokter dengan mengabdi ke daerah yang betul-betul
membutuhkan dokter. Tidak berpikir langsung mendapat rumah sakit besar
sehingga tidak ada militansi yang melekat pada diri seorang dokter.

Polemik Dokter Gigi


Yang menjadi problematika ialah pelayanan dokter gigi yang masih tidak bisa di-
cover oleh BPJS. Menurut dia, BPJS ketika men-cover ada regulasi besarnya, yaitu
kebutuhan dasar yang dibutuhkan masyarakat dijamin sebagai paket benefit
kesehatan gigi bagi masyarakat. Akan tetapi, jika membutuhkan pelayanan lanjut
karena tidak cukup bila diberi fasilitas primer, ada mekanisme rujukannya
walaupun, misalnya untuk tindakan estetik, ortodonsi, dan penambalan, biasanya
memang tidak di-cover BPJS Kesehatan. Selain itu, juga aspek lainnya terkait dengan
distribusi dokter gigi yang tidak merata, terkonsentrasi pada kota besar dan
pelayanan di daerah lainnya sangat minim. Termasuk pula karena profesi dokter
gigi itu padat modal untuk memilih berprofesi tersebut.

Pandangan awam masyarakat mengenai pelayanan gigi ialah perawatan, bukan


pengobatan. Artinya, jika ada masyarakat yang kurang mampu, tidak akan terlayani
dengan baik karena peralatannya sangat mahal. Menurut dia, mekanisme
penjaminan pemerintah bisa dijalankan. Akan tetapi, sebetulnya selain tindakan
kuratif, tindakan preventif dan promotive. Misalnya, mengedukasi masyarakat
untuk hidup sehat, merawat gigi, dan lingkungan yang sehat merupakan bagian
dari proses-proses asuhan yang dilakukan. “Jadi, tidak hanya tentang treatment yang
dilakukan,” jelasnya.

Do the Best
Sesuai dengan nilai-nilai kerakyatan yang dimiliki oleh UGM untuk
mewujudkannya, dia berpesan kepada para mahasiswa untuk do the best, artinya,
seluruh potensi yang dimiliki digali dan dimanfaatkan sebesar-besarnya pada saat
menjalani pendidikan. Ketika lulus, terjun di profesi selalu untuk mengembangkan
profesionalitas, skill, attitude secara terus-menerus dan tidak boleh berpuas diri dan
berkontribusi secara nyata untuk negara.

Anda mungkin juga menyukai