Menteri Perhubungan RI Ir. Budi Karya Sumadi adalah satu dari sekian bany ak lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang kini berkiprah di panggung perpoliti kan nasional. Dia merupakan teknokrat yang memulai karier sebagai arsitek, menata dan merevitalisasi kota hingga memimpin BUMN, pengelolaan bandara dan dipercay a oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadi Menteri Perhubungan pada 2016 lalu. Menjabat sebagai Ketua Pengurus Harian PP Kagama (Keluarga Alumni Gadj ah Mada), Budi Karya senantiasa mengajak para alumni UGM untuk ikut berkontribu si dalam pembangunan ekonomi dengan melahirkan kreativitas dan karya inovatif ya ng nyata. Hal itu penting agar Indonesia dapat meningkatkan daya saing bangsa di t engah persaingan dunia. Menhub Budi Karya mengaku diperintahkan oleh Presiden Joko Widodo untu k memberikan warna dan semangat baru bagi seluruh rakyat Indonesia melalui berb agai terobosan penting dalam pengambilan kebijakan pembangunan. “Di bidang tran sportasi, kita diminta untuk bersaing dengan bangsa lain,” katanya beberapa waktu l alu. Oleh sebab itu, Budi Karya yang merupakan alumni Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur UGM (1981) mengajak para alumni UGM untuk ikut mendorong kemajuan bangsa. “Dengan kompetensi yang luar biasa dari lulusan UGM, disertai dengan kej ujuran, kesetiaan dan kekompakan, akan menjadi kekuatan yang luar biasa,” ujarnya menegaskan. Menurut Budi Karya, alumni UGM telah dididik untuk mempunyai integritas da n menjalankan integritas itu dengan penuh kesederhanaan. “Bekerjalah dengan low profile tapi high performance. Jadilah alumni yang inklusif, yang tidak berperan dalam lingkup kita saja namun juga harus berperan aktif bagi masyarakat di manapun kita berada,” katanya. Dalam kesempatan itu, Menhub Budi Karya juga menyampaikan keinginannya untuk berkolaborasi dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia, terutama UGM, dalam pengembangan sektor transportasi di Indonesia. D ia yakin kerjasama itu dapat meningkatkan kemampuan riset dan inovasi di bidang tr ansportasi. “Perguruan tinggi itu gudangnya ilmu pengetahuan, riset, dan inovasi. Namun, apa gunanya jika potensi itu terhalang oleh tidak adanya akses baik transportasi dan akses untuk dapat digunakan masyarakat,” tuturnya. Di era disrupsi teknologi, Budi Karya menilai penting untuk melakukan sinergi dengan perguruan tinggi. Pemerintah siap berkoordinasi dan berkolaborasi dengan p ara akademisi dalam menciptakan sinergi yang berhasil nyata. “Kementerian Perhub ungan sangat terbuka untuk berkolaborasi dengan perguruan tinggi dan lembaga ino vasi lainnya,” katanya. Dia mencontohkan penyelenggaraan TransHub Challenge yakni kompetisi ide bisnis berbasis digital bagi industri transportasi dalam mendukung pengembangan st art-up di sektor transportasi dan logistik. Selain itu, juga kolaborasi dengan perusaha an digital dalam program strategis Kemenhub seperti pengembangan sekolah vokasi di sektor transportasi. Budi Karya berharap perguruan tinggi mampu menjadi motor penggerak daya saing bangsa. Oleh sebab itu, perguruan tinggi harus bisa membuat berbagai terobo san baru, inovatif, dan hilirisasi hasil riset ke dunia industri. “Dunia pendidikan tinggi harus menjadi motor penggerak persaingan. Indonesia memiliki kesempatan untuk b ersaing di tingkat global karena pada dasarnya mempunyai potensi yang besar,” ujar nya. Dia juga memaparkan tentang aspek berkeadilan dan berkelanjutan yang har us dimiliki oleh infrastruktur transportasi, artinya transportasi harus mengandung ma kna berkeadilan guna kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Dalam konteks ini, kat a dia, Kemenhub terus melakukan pengembangan, yaitu pembangunan tol laut, tol u dara, kapal perintis, bandara perintis, serta pembangunan infrastruktur baru. Sementara Dalam mengembangkan transportasi berkelanjutan pihaknya teru s memperkuat inovasi, salah satunya dengan penggunaan teknologi ramah lingkung an di sektor transportasi, seperti pengembangan green port di terminal Teluk Lamon gan, kereta listrik, dan mobil listrik.
Hijrah ke Yogya
Budi Karya Sumadi lahir di Palembang 18 Desember 1956. Dia menghabis
kan masa kecil di kota kelahirannya. Kala itu, waktu usianya menginjak 10 tahun, Budi Karya sempat membantu usaha orang tuanya berjualan sabun, lilin, maka nan kering, dan selai pisang. Barang jualannya itu didatangkan dari luar daerah. Budi Karya kecil menjual barang dagangan tersebut dengan dua metode yaitu m enitipkan di warung dan menjajakan sendiri ke calon pembeli. Ayah Budi Karya, seorang pejuang di Sumatera Selatan bernama Abdul S omad Sumadi, saat itu bekerja di Kanwil Deppen Sumsel (1962) setelah sebelu mnya pernah bekerja sebagai guru dan utusan pemerintahan Bung Karno. Seda ngkan sang ibu, Kusmiati, bekerja sebagai guru TK yang kemudian menjadi ang gota DPRD Sumsel tahun 1956-1959. Sang ibu juga pernah menjadi pimpinan R edaksi Obor Rakyat yang terbit tahun 1962. Budi Karya mengenyam pendidikan di SD Muhammadiyah Bukit Kecil, ke mudian melanjutkan ke SMPN 1 Talang Semut Lama dan SMA Xaverius I. Setel ah itu dia hijrah ke tanah Jawa tepatnya di Yogyakarta, untuk kuliah di Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur UGM. Mengawali karier sebagai arsitek perencanaan di Departemen Real Estat e PT. Pembangunan Jaya, prestasi Budi Karya terbilang gemilang. Bahkan, keti ka dia sukses menyabet kursi Direktur Utama PT. Pembangunan Jaya Ancol Tb k. dan PT. Jakarta Propertindo yang merupakan bagian Badan Usaha Milik Daer ah (BUMD), Budi Karya banyak terlibat di berbagai proyek pembangunan di Ibuk ota. Salah satu proyek yang pernah dibangun oleh PT. Jakarta Propertindo di bawah kepemimpinan Budi Karya adalah revitalisasi taman kota Waduk Pluit da n Waduk Ria-Rio, penyelesaian rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Ma runda, serta Electronic Road Pricing (ERP). Atas kesuksesannya, Budi Karya juga dipercaya untuk memimpin Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT. Angkasa Pura II yang mengelola 13 band ara di Indonesia termasuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Budi Karya sudah mengenal Presiden Joko Widodo sejak Jokowi masih m enjabat sebagai Gubernur Pemprov DKI Jakarta. Pada reshuffle Kabinet Jilid II y ang disampaikan di Istana pada tanggal 27 Juli 2016, Budi Karya dipilih sebagai Menteri Perhubungan menggantikan Ignasius Jonan. Sebelumnya, Budi Karya sering berseberangan dengan pemikiran dan ke putusan Jonan. Salah satunya, Budi Karya menolak permintaan Jonan untuk me ncopot General Manager Bandara Soekarno-Hatta akibat kesalahan ground-han dling yang dilakukan maskapai Lion Air. Selain itu, Budi Karya juga sempat kem bali berbeda pandangan dengan Jonan masalah aktivasi Bandara Ultimate Soek arno-Hatta. Saat dilantik sebagai Menteri Perhubungan, Budi Karya mengaku dititipi d ua pesan oleh Presiden, yaitu dirinya diminta untuk memperbaiki masalah konek tivitas untuk jalur darat, laut dan udara. Lalu pesan kedua, dirinya diharapkan m ampu memberdayakan stakeholder dan memberikan pelayanan maksimal kepad a masyarakat.***