Disusun Oleh :
Dewi Marlina
BP. 1821312011
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Oleh karena itu rumah sakit di tuntut
data dilakukan dalam bentuk kegiatan pengendalian mutu. Kegiatan ini dapat
berupa program kendali mutu yang diawali dengan penetapan kriteria pengendalian
mutu. Indikator kualitas mutu pelayanan di rumah sakit yaitu keselamatan pasien
(Patient Safety) yang meliputi angka infeksi nosokomial, angka pasien jatuh,
dekubitus, cidera akibat restrain, kesalahan dalam pemberian obat dan kepuasan
dengan dimensi pokok kualitas jasa pelayanan yang meliputi keandalan atau
reliabilitas (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance),
empati atau kepedulian (empathy), dan bukti langsung fisik atau berwujud
(Sitorus, 2011).
residensi diharapkan mahasiswa dapat membantu rumah sakit lahan residensi untuk
of Better Health (PSBH) khususnya Problem Solving for Better Nursing Service
(PSBNS). Untuk itu dibutuhkan institusi pelayanan keperawatan yaitu rumah sakit
Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman Barat adalah salah satu SKPD
Sebagai salah satu Satuan Kerja Pemerintah Daerah dilingkungan PEMDA dan
barang /jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan dan sejalan dengan praktek bisnis yang
sehat. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan diharapkan dapat menjangkau
efisiensi pelayanan rumah sakit maka dapat dilakukan penilaian akan kinerja
pelayanan dari RSUD Pasaman Barat, Indikator pemanfaatan sarana dan prasarana
rumah sakit dilakukan dengan melihat parameter BOR, ALOS, TOI, BTO, NDR
dan GDR.
Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman Barat termasuk dalam katagori type
C, dan RS ini telah lulus Akreditasi versi 2012 dengan lulus perdana pada tanggal 5
pelayanan rawat jalan dan juga pelayanan rawat inap. Pelayanan rawat jalan
dilakukan oleh 11 poliklinik yang ada, lengkap dengan dokter spesialisnya, kecuali
poli umum dan poli gigi. Selain itu ditunjang dengan unit penunjang antara lain unit
juga farmasi serta instalasi rawat darurat yang melayani selama 24 jam. Walaupun
sumber daya yang ada cukup memadai namun pada tahun-tahun terakhir ini
pelayanan sejenis disatu sisi sebagai mitra tapi dapat menjadikan competitor yang
potensial apabila RSUD Pasaman Barat tidak segera berbenah akan mengakibatkan
jalan, rawat inap dan IGD. Berdasarkan pembagian tugas wilayah praktek
Darurat, Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap seperti IGD, Poliklinik dan
ruang rawat inap. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam usaha meningkatkan
mutu pelayanan dari rumah sakit agar menjadi baik. Hal ini dapat dilakukan
terutama pada pemanfaatan sumber daya yang ada di dalam rumah sakit, baik itu
fasilitas rumah sakit yang belum optimal. Dan ini juga tidak terlepas dari
Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang pasien untuk
tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menginap (opname). Pelayanan Rawat jalan
RSI Ibnu Sina Padang dapat di terima bagi seluruh lapisan masyarakat Kota
Padang. Pelayanan rawat jalan di poliklinik RSUD Pasaman Barat bukanya setiap
hari kerja 08.00 - 12.00 WIB dan hari Jumat jam 08.00 – 11.00 WIB . Pada tahun
2017 Pelayanan poliklinik degan 15 0rang dokter spesialis dan 1 tenaga spesialis
mengalami peningkatan tiap tahunnya sejak rumah sakit berdiri. Secara umum
kunjungan rawat jalan RSUD Pasaman Barat pada tahun 2015 kunjungan rawat
jalan RSUD Pasaman Barat sebesar 18.189 pasien, tahun 2016 jumlah kunjungan
rawat jalan rumah sakit meningkat menjadi 29.952 pasien, tahun 2017 jumlah
kunjungan rawat jalan rumah sakit meningkat menjadi 39.375 pasien. Dapat dilihat
peningkatan kunjungan dari tahun 2015 ke 2016 sebanyak 11.763 kunjungan dan
dari 2016 ke 2017 sebanyak 9.423 kunjungan (Profil RSUD Pasaman Barat 2017).
Pelayanan Gawat Darurat adalah bagian terdepan dan sangat berperan di
rumah sakit, baik buruknya bagian ini akan memberi kesan secara menyeluruh
dilakukan selama 24 jam dengan 3 shift. Data kunjungan pasien IGD dari tahun
jalan di IGD RSUD Pasaman Barat pada tahun 2015 kunjungan rawat jalan sebesar
7.470 pasien, tahun 2016 jumlah kunjungan rawat jalan rumah sakit meningkat
menjadi 8.618 pasien, tahun 2017 jumlah kunjungan rawat jalan rumah sakit
meningkat menjadi 10.051 pasien, peningkatan kunjungan IGD dari tahun 2015 ke
tahun 2016 sebanyak 1.146 kunjungan dan dari tahun 2016 ke 2017 sebanyak 1.433
ditangani oleh para tenaga medis yang ada dilingkungan RSUD Pasaman Barat
sesuai dengan diagnose penyakit yang dideritanya. Pelayanan Rawat Inap di RSUD
Pasaman Barat dilakukan selama 24 jam dengan 3 shift. Data kunjungan pasien di
rawat inap dari tahun 2015-2017 juga mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Total kunjungan rawat jalan di IGD RSUD Pasaman Barat pada tahun 2015
kunjungan rawat jalan sebesar 5.086 pasien, tahun 2016 jumlah kunjungan rawat
jalan rumah sakit meningkat menjadi 7.712 pasien, tahun 2017 jumlah kunjungan
rawat jalan rumah sakit meningkat menjadi 8.978 pasien, peningkatan kunjungan
rawat inap dari tahun 2015 ke tahun 2016 sebanyak 2.626 kunjungan dan dari tahun
2016 ke 2017 sebanyak 1.266 kunjungan. (Profil RSUD Pasaman Barat 2017). Data
Indikator RSUD Pasaman Barat Pada Tahun 2018 didapat juga nilai BOR: 49,28
%, LOS: 3,46, TOI: 3 Hari, GDR: 34/1000, BTO: 67 Kali, NDR: 17/1000. (Profil
pelayanan, Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ada di rumah sakit dimana
masih ditemukan beberapa data indicator SPM yang belum mencapai target capaian
kontribusi sangat besar terhadap citra di rumah sakit. Oleh karena itu mahasiswa
Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap sebagai proses
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memaparkan hasil identifikasi terkait manajemen keperawatan di Instalasi
Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Inap RSUD Pasaman
Barat.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa bersama kabid keperawatan, kepala seksi keperawatan, kepala
ruangan dan perawat pelaksana mampu:
a. Mengidentifikasi masalah layanan kesehatan yang terkait dengan manajemen
keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di Instalasi Rawat Jalan,
Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Inap RSUD Pasaman Barat.
b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan di
Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Inap
RSUD Pasaman Barat.
c. Menyusun tujuan dan rencana alternative pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian masalah yang telah ditetapkan di Instalasi Rawat Jalan, Instalasi
Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Inap RSUD Pasaman Barat.
C. Manfaat
1. Program Studi Magister Keperawatan
Pelaksanaan residensi dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar yang
melibatkan mahasiswa secara aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen
secara nyata di rumah sakit.
2. Rumah Sakit
Pelaksanaan residensi dapat memberikan kontribusi terhadap rumah sakit atau
instansi pelayanan kesehatan untuk menyelesaikan masalah yang bersifat teknis
operasional dari suatu aspek manajemen pelayanan keperawatan tertentu,
sehingga diharapkan dapat membantu rumah sakit atau instansi pelayanan
kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan terutama pelayanan
keperawatan.
3. Mahasiswa
Mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama perkuliahan
pada tatanan nyata di rumah sakit sehingga dapat meningkatkan wawasan dan
pengalaman terutama di bidang kepemimpinan dan manajemen keperawatan
BAB II GAMBARAN UMUM DAN PENGKAJIAN
2. Struktur Organisasi
Adapun Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola RSUD
Pasaman Barat sebagaimana ditetapkan dalam Perda Pasaman Barat Nomor 10
Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah sebagai berikut:
1. Direktur
2. Bagian Tata Usaha
- Subag Umum dan Perlengkapan
- Subag Kepegawaian dan Diklat
- Subag Keuangan
3. Bidang Pelayanan
- Seksi Pelayanan Medis
- Seksi Pelayanan Keperawatan
4. Bidang Penunjang
- Seksi Penunjang Pelayanan Medis
- Seksi Penunjang Non Medis
5. Bidang Perencanaan dan Program
- Seksi Sarana dan Prasarana
- Seksi Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
6. Kelompok jabatan Fungsional:
a. Instalasi
- Rawat Jalan
- Rawat Inap
- Gawat Darurat
- Bedah Sentral
- Perawatan Intensif
- Radiologi
- Farmasi
- Gizi
- Laboratorium
- Medical Record
- Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
b. Komite Medis dan Staf Medis Fungsional
c. Komite Keperawatan dan Staf Perawat Fungsional
d. Komite tenaga kesehatan lainnya.
3. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman Barat
Pendidikan Jumlah
No Ruangan
Ners S1 Kep D III
1 IGD 5 5 12 22
2 Poliklinik 4 0 21 25
3 Rawat Inap 26 5 99 130
JUMLAH 35 10 132 177
Persentase (%) 19,6 5,6 74,57 100
Sumber: bidang keperawatan RSUD Pasaman Barat 2019
Tabel 2.3
Gambaran Indikator Pelayanan RSUD Pasaman Barat
Tahun 2015 - 2018
Standar RS Tahun
N
Indikator Tipe C
o 2015 2016 2017
Tahun 2018 2018
1. BOR (Bed Occupancy Rate) 60-85 % 52,14 56,11 58,12 49,28
2. BTO (Bed Turn Over) 40-50 kali 53 61 72 67
3. LOS (Length Of Stay) 6 – 9 hari 4,03 3,68 3,52 3,46
4. TOI (Turn Over Interval) 1 – 3 hari 4 3 2 3
5. NDR (Net Death Rate) < 2,5% 14 27 17 17
6. GDR (Gross Death Rate) < 4,5% 45 39 42 34
Sumber : Rekam Medik RSUD Pasaman Barat Tahun 2018
Metode Data
Wawancara a) Hasil wawancara dengan Bidang Keperawatan,
mengatakan bahwa seluruh ruangan sudah memiliki SAK
dan SOP serta sudah disosialisasian dan sudah di
distribusikan ke semua ruangan.
b) Hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa mereka
Sudah terdapat SAK dan SOP diruangan poliklinik dan
IGD, SAK dan SOP tersusun dalam map.
kuesioner Didapatkan 96,7% perawat melaksanakan asuhan
keperawatan berpedoman pada SPO dan SAK.
Observasi a) Sudah terdapat SAK dan SOP diruangan poliklinik dan
IGD, SAK dan SOP tersusun dalam map
b) Dari hasil pengamatan terhadap perawat pelaksana masih
ada tindakan yang tidak sesuai dengan SOP
Analisis Kebijakan organisasi di bidang keperawatan bisa dilakukan
terhadap metode pelayanan asuhan keperawatan atau system
pendukungnya.Semua peraturan yang baru harus disusun
dalam bentuk tertulis dan disosialisasikan secara terus
menerus terutama dibuat Standar Prosedur Operasional (SPO)
di semua ruangan (Winardi, 2004).
Masalah Belum optimalnya pelaksanaan SAK dan SOP di ruangan.
2) Ketenagaan (SDM)
Metode Data
Wawancara a) Wawancara dengan Kepala Bidang Keperawatan bahwa
bidang keperawatan mengatakan analisis kebutuhan tenaga
keperawatan dilakukan dengan menggunakan rumus Gillis
dan Departemen Kesehatan, jika terjadi kekurangan tenaga
di beberapa ruangan, upaya awal yang di lakukan Ka.Bid
adalah merotasi tenaga perawat yang berada di ruangan lain
yang di anggap lebih dari segi ketenagaannya. Tetapi
Ka.Bid tetap merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan
pertahun teori Gillis dan Depkes. Dan pengklasifikasiannya
berdasarkan teori Gillis dan Depkes yang di laporkan oleh
Karu setiap tiga bulan ke Bidang Keperawatan.
b) Kepala ruangan rawat jalan dan IGD menyatakan bahwa
masih kekurangan jumlah tenaga perawat diruangan dan
selalu diusulkan pertiga bulan kepada bidang Keperawatan.
c) Wawancara dari kepala ruangan menyatakan tidak ada
standar prosedur untuk mengajukan pendidikan
berkelanjutan bagi perawat ruangan. Tetapi perawat
mengajukan permohonan kepada pimpinan melalui bidang
keperawatan untuk disetujui izin melanjutkan pendidikan,.
Perawat yang mengikuti pendidikan menggunakan biaya
sendiri. sedangkan untuk pengembangan staf dapat
mengikuti pelatihan internal RS dan Beberapa pelatihan ada
yang di biayai dari RS.
d) Kepala ruangan dan perawat ruangan mengatakan belum
ada aturan tentang jenjang karir pengembangan pendidikan
Kuesioner a) 30% perawat mengatakan bahwa jumlah tenaga perawat
yang ada diruangan IGD, Poliklinik dan rawat inap tidak
sesuai dengan beban kerja.
b) 60% perawat belum mengetahui rencana pengembangan
tenaga perawat.
c) 70% perawat belum diberi kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan.
d) 80% perawat belum mengetahui tentang jenjang karir.
Observasi a) Masih terlihat kekurangan tenaga di ruangan, hal ini terjadi
ketika kunjungan pasien (IGD) yang datang di waktu yang
sama.
b) Terlihat dari laporan Kepala Ruangan pertiga bulan sudah
diajukan penghitungan tenaga dan jumlah kekurangan
tenaga yang dilaporkan setiap bulan kepada kasi
keperawatan.
Analisis Salah satu aspek yang sangat penting untuk mencapai
pelayanan keperawatan yang bermutu adalah tersedianya
tenaga keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan
baik kuantitas maupun kualitasnya. Untuk itu diperlukan
perencanaan yang baik dalam menetukan pengembangan
tenaga perawat. Perencanaan yang salah akan mengakibatkan
kekurangan tenaga atau kelebihan tenaga, bila tenaga berlebih
akan mengakibatkan kerugian pada rumah sakit, dan apabila
tenaga kurang akan mengakibatkan beban kerja yang tinggi
sehingga kualitas pelayanan akan menurun. Manajer
keperawatan dituntut untuk selalu merencanakan jumlah
tenaga perawat yang betul-betul sesuai dengan kebutuhan yang
real, sehingga mutu pelayanan dapat terjamin (Swanburg :
2000 ).
Masalah a) Belum optimalnya kebutuhan tenaga perawat sesuai
dengan beban kerja
b) Belum terpenuhinya jumlah tenaga keperawatan di ruangan
rawat jalan dan IGD.
2) Supervisi
Metode Data
Wawancara a) Informasi Kepala Bidang
Keperawatan bahwa kegiatan suprvisi dilakukan ke
ruangan dan sudah mempunyai jadwal supervisi yang
dilakukan oleh kabid dan kasi tetapi belum ada pedoman
supervisi.
b) Dari hasil wawancara
dengan kepala ruangan kegiatan supervisi yang dilakukan
hanya melihat tindakan yang dilakukan perawat pelaksana.
Karu menyatakan belum melaksanakan system supervisi,
belum melakukan supervisi terjadual dan terstruktur dan
belum memberikan umpan balik saat melakukan supervisi
Kuesioner a) 56,6 % perawat menyatakan belum pernah dilakukan
system supervisi karu dan 40% menyatakan tidak mendapat
bimbingan supervisi dari karu.
Observasi Belum ada dokumen tertulis hasil kegiatan supervisi dan
belum adanya instrumen pelaksanaan supervisi
Analisis Menurut Gillies (1996) fungsi Kepala Ruang meliputi empat
area penting yaitu area personil, area lingkungan dan peralatan,
asuhan keperawatan dan area pengembangan. Struktur
organisasi ruangan merupakan area asuhan keperawatan yang
seharusnya mendapatkan supervisi yang intensif karena
berkaitan langsung dengan cara bagaimana pelayanan
diorganisasikan dan dilakukan dengan pembagian kerja yang
jelas. Apabila fungsi ini tidak dilakukan maka siklus perbaikan
mutu tidak akan terjadi, karena tidak ada proses umpan balik
dari manajer tingkat tinggi.
Masalah Belum optimalnya kegiatan supervisi
3) Professional Relationshif
Metode Data
Wawancara a) Informasi dari bidang keperawatan .
b) Wawancara dengan kepala ruangan IGD bahwa beliau
mengatakan tidak pernah melakukan overan secara pre dan
post conference dengan alasan bahwa kegiatan di IGD
tidak terprediksi dengan keadaan pasien.
Kuesioner a) 80% perawat menyatakan melakukan pre dan post
conference tetapi masih belum maksimal.
Observasi a) Untuk diruangan IGD Kegiatan serah terima antar
shif/operan hanya dilakukan perorangan, tidak terlihat
precomfrens yang dipimpin oleh kepala ruangan.
b) Untuk poliklinik ada terlihat pre conference tetapi masih
belom optimal dan tidak pernah melakukan post
conference.
Analisis Cameron, 1997 dalam Sitorus (2006) hubungan supervisi
dalam pemberian pelayanan keperawatan merupakan standar
dari hubungan antara pemberi pelayanan keperawatan (tim
kesehatan) dan penerima pelayanan keperawatan (klien dan
keluarga). Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok
manajemen khususnya pengarahan. Setiap orang
berkomunikasi dalam suatu organisasi. Komunikasi yang
kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam
mencapai tujuan organisasi. Di ruang MPKP komunikasi
horizontal dapat terjadi antara Ketua Tim, antar perawat
pelaksana, sedangkan komunikasi vertikal antara Kepala
Ruangan dan Ketua Tim dan Perawat Pelaksana dan antara
Ketua Tim dan Perawat Pelaksana. Komunikasi diagonal
dilakukan antara perawat dan profesi lain (Sitorus : 2006).
Masalah Belum optimalnya kegiatan pre & post conference serta
pelaksanaan sistem overan.
2) Audit Keperawatan
Metode Data
Wawancara a) Dari Kepala Bidang Keperawatan diperoleh informasi
bahwa belum pernah dilakukan audit keperawatan di
RSUD Pasaman Barat.
b) Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan semua
Kepala Ruangan belum tahu tentang audit keperawatan dan
belum pernah dilakukan audit keperawatan.
Kuesioner a) 100% perawat menyatakan tidak pernah dilakukan audit
terhadap asuhan keperawatan dan pendokumentasian yang
dilakukan.
Observasi a) Assesment awal untuk poliklinik 100% tidak terisi pada
dokumen yang telah disediakan.
b) Hasil pengamatan selama melakukan residensi kepala
ruang hanya sekilas memeriksa dokumentasi dan jarang
sekali memberikan komentar atau dorongan-dorongan
terhadap perawat.
c) Hasil observasi dokumentasi proses keperawatan sudah
menggunakan format baku akan tetapi
pendokumentasiannya belum dilakukan dengan baik
Analisis Evaluasi merupakan kegiatan penilaian keberhasilan pelayanan
keperawatan yang dilakukan secara obyektif sebagai upaya
yang dapat mendorong terjadinya perubahan perkembangan
sistem dalam peningkatan mutu pelayanan. Adanya umpan
balik dan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi akan
memudahkan manajer dalam melakukan upaya perbaikan
(Gillies : 1996).
Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara profesional
terhadap mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada
klien. Hal ini cukup penting karena kekurangan dalam
pelayanan keperawatan dapat mengancam jiwa dan kehilangan
nyawa klien. Disamping itu, tuntutan akan pelayanan
keperawatan yang baik dan bermutu semakin meningkat
dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat dan kesadaran
tentang kesehatannya.. Agar terhindar dari tuntutan itu, kita
dituntut untuk memberikan pelayanan kepada klien sesuai
dengan standar profesi yang berlaku serta memuaskan klien.
Masalah a) Belum pernah dilakukan audit keperawatan.
b) Kurangnya motivasi perawat.
F. Identifikasi Masalah
Hasil analisis SWOT, meliputi:
Man Power Jumlah Perawat di ruang IGD, Pendidikan perawat Banyak peminat yang Menurunnya
Poliklinik dan Rawat inap sebanyak sebagian besar masih D.III berminat masuk ke RSUD kompetensi lulusan
37 orang atau > 86,7% Pasaman Barat perguruan tinggi
Masa Kerja Perawat rata-rata lebih Kurangnya pelatihan khusus Merupakan rumah sakit terhadap tuntungan
dari 2 tahun BTCLS, PONEC, Transfer dengan beberapa pelayanan rumah sakit
Terdapat system orientasi perawat pasien, pelatihan triase dan unggulan sesuai dengan Makin tingginya
baru diruangan keterampilan skill perawat kebutuhan dan permintaan tuntutan masyarakat
Adanya kesempatan melanjutkan poliklinik, IGD dan Rawa masyarakat terhadap kualitas
pendidikan dan ada beberapa Inap Digunakannya rumah sakit pelayanan kesehatan
karyawan sedang melanjutkan Belum optimal sebagai lahan praktek oleh yang bermutu
pendidikan profesi keperawatan pengembangan jenjang karir berbagai institusi Adanya penerimaan
(ners) dan komite keperawatan pendidikan kesehatan yang pegawai pemerintah
Pertemuan staf perawat ruangan Belum optimal system berada di wilayah Sumbar dan swasta.
dilaksanakan 1 bulan sekali penilaian kinerja staf dan sekitarnya
Pelatihan yang dilakukan bagi tenaga perawat perawat poliklinik, Melayani pasien dengan
perawat diruangan dengan IGD dan HD asuransi kesehatan dan
Belum optimalnya reward kontrak dengan beberapa
melaksanakan in house training dan punishment. perusahaan.
Terdapat tenaga yang sudah pelatihan Belum optimal supervisi dan
BTCLS, komunikasi efektif, dll belum ada audit
Terdapat perawat yang sedang keperawatan.
melanjutkan pendidikan. Belum optimalnya metoda
tim pada IGD, Poliklinik.
Methode Terdapat visi, misi dan filosofi Visi, misi, rumah sakit Adanya penilaian Adanya RS Swasta
rumah sakit dan islami. belum terpajang di ruang akreditasi RS yang berada di
Mempunyai standar asuhan rawat jalan sehingga belum Adanya kegiatan residensi Pasaman Barat dengan
keperawatan (SAK) dan Standar menjadi acuan dalam kepemimpinan dan mencetuskan beberapa
Operasional Prosedur (SOP) pemberian pelayanan asuhan manajemen keperawatan di pelayanan unggulan
Sudah terdapat sturktur organisasi keperawatan. RSUD Pasaman Barat. dengan akses mudah
rumah sakit, struktur organisasi 6,7% perawat bekerja belum dijangkau
bidang keperawatan dan strukrur menyesuaikan dengan visi, Adanya pelayanan
organisasi masing-masing ruangan. misi RS alternative seperti :
Menggunakan system pendelegesaian SAK masih dalam revisi. home care, praktek
praktik keperawatan dengan metode Struktur organisasi bidang mandiri, perawat/bidan,
kasus untuk IGD. keperawatan belum dll.
Sudah ada jadwal dinas diruangan terpasang. Meningkatnya
rawat jalan, IGD dan rawat inap Sturktur metode kasus di kesadaran masyarakat
Tersedianya berbagai jenis pelayanan IGD sudah ada tetapi tentang tanggung jawab
medis dan penunjang medis penerapannya masih dan tanggung gugat.
Fungsi
No Masalah
Manajemen
1 2 3
1. Perencanaan Potensial peningkatan sosialisasi visi misi RS sebagai
(Planning)
pedoman kerja staf RS dalam memberikan
pelayanankeperawatan
Belum optimalnya penyusunan rencana kegiatan
perawatan diruang rawat jalan, IGD dan rawat inap
karena belum dipahaminya pembuatan rencana
jangka pendek
Belum optimalnya pelaksanaan SAK dan SOP di
ruangan
2. Pengorganisasian Belumoptimalnya kebutuhan tenaga perawat sesuai
(Organizing)
dengan beban kerja
Belum terpenuhinya jumlah tenaga keperawatan di
ruangan rawat jalan dan IGD
Potensial peningkatan metode penugasan di
poliklinik
3 Kepegawaian potensial peningkatan metode penugasan
(Staffing)
Belum optimalnyafungsi sistem penilaian kinerja
dan pengembangan karir perawat.
Belum optimalnya tentang jenjang karir perawat
Belun optimalnya pelaksanaan komite
keperawatan.
4. Pengarahan Belum ada mekanisme pemberian reward dan
(Actuating/
punishment bagi perawat berprestasi.
Directing)
Kurangnya motivasi kerja perawat
Belum optimalnya kegiatan supervisi
Belum optimalnya kegiatan pre & post conference
serta pelaksanaan system operan
5. Pengendalian Belum pernah dilakukan audit keperawatan
(Controlling) Belum optimalnya kegiatan supervisi
H. PRIORITAS MASALAH
Untuk memudahkan penentuan urutan masalah yang menjadi prioritas, maka
dilakukan penghitungan dengan pembobotan pada setiap masalah yang
ditemukan. Proses memprioritaskan masalah akan dilakukan deng
anpembobotan yang memperhatikan aspek sebagai berikut :
11 Belum optimalnya 5 5 25 5 25 5 25 5 25 25 12 I
kegiatansupervisi praktik 5 5
keperawatan
Dari hasil pembobotan diatas maka alternatif pemecahan masalah dengan urutan
prioritasnya berdasarkan metode CARL adalah sebagai berikut:
1. Melakukan desiminasi ilmu terkait audit keperawatan
2. Melakukan desiminasi ilmu terkait metode penugasan (SP2KP)
3. Merancang tentang metode penugasan di poliklinik
4. Melakukan desiminasi ilmu terkait Metode Supervisi
5. Merancang format tentang supervisi poliklinik.
6. Melakukan sosialisasi tentang Metode Supervisi
7. Melakukan Simulasi pelaksanaan supervisi kinerja perawat menggunakan
format supervisi sesuai SPO
C. Rencana Tindakan/ Plan Of Action (POA)
1. Adapun rencana tindakan/ plan of action (POA) penyelesaian masalah Belum optimalnya Supervisi kinerja perawat di RSUD Pasaman
Barat adalah sebagai berikut:
PELAKSANAAN
1. Melakukan desiminasi ilmu terkait Metode Supervisi Diskusi 10 November 2019 Kepala Ruangan, ketua Kasie
Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
2. Sosialisasi ulang SPO supervisi Sosialisasi 26 November 2019 Karu,, ketua Tim, perawat Kasie kep
pelaksana, mahasiswa
3. Melakukan Simulasi pelaksanaan supervisi kinerja perawat Role Play/ 28 November 2019 Kepala Ruangan, ketua Kasie
menggunakan format supervisi sesuai SPO pendampingan Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
EVALUASI
1. Tersusunnya jadwal supervisi rawat jalan Observasi dan 08 Desember 2019 Kepala Ruangan, ketua Kasie
diskusi Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
2. Tersusunnya Format Supervisi Observasi 08 Desember 2019 Kepala Ruangan, ketua Kasie
Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
3. Kepala ruangan mampu melakukan Supervisi kinerja Observasi dan 08 Desember 2019 Kepala Ruangan, ketua Kasie
perawat sesuai SPO diskusi Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
4. Laporan Penilaian hasil supervisi Diskusi 13 Desember 2019 Kepala Ruangan, ketua Kasie
Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
2. Adapun rencana tindakan/ plan of action (POA) penyelesaian masalah peningkatan metode pengasan adalah sebagai berikut:
EVALUASI
1. Tersusunnya jadwal metode penugasan di ruang rawat jalan Observasi 01 Desember 2019 Kepala Ruangan, ketua Kabid
/ poliklinik. Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
2. 100% Perawat poliklinik mampu melaksanakan metode Observasi 06 Desember 2019 Kepala Ruangan, ketua Kabid
penugasan yang telah di sepakati Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
3. Laporan tersusunnya SPO Penugasan untuk dapat digunakan Diskusi 07 Desember 2019 Kepala Ruangan, ketua Kabid
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di poliklinik Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
3. Adapun rencana tindakan/ plan of action (POA) penyelesaian masalah belum pernah dilakukan audit keperawatan perawat RSUD Pasaman
Barat adalah adalah sebagai berikut:
Pada bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil pelaksanaan
residensi pengkajian dan identifikasi masalah di Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman
Barat. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan implementasi yang dilakukan pada kegiatan
residensi ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengkajian di Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat
(IGD) dan Rawat Inap, teridentifikasi 15 (lima belas) masalah yang
berhubungan dengan manajemen pelayanan keperawatan.
B. Saran
1. Universitas Andalas
Sebagai bahan rujukan tentang praktek residensi yang dilaksanakan di RSUD
Pasaman Barat dan sumber literature bagi kegiatan residensi berikutnya, serta
dapat dijadikan bahan masukan untuk penelitian.
2. RSUD Pasaman Barat
a. Pimpinan RSUD Pasaman Barat
Menetapkan kebijakan seperti Pemberian reward dan punishment pada staf
untuk mendukung optimalisasi mutu pelayanan di RSUD Pasaman Barat
khususnya Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat dan Rawat Inap
Gillies, Dee Ann. (1996). Manajemen Keperawatan, Sebagai Suatu Pendekatan Sistem,
penerjemah Dika Sukmana,Rika Widya Sukmana, Yayasan IAPKP., Bandung.
Hasibuan,SP., (2005).,Malayu,H. Manajemen Sumber Daya Manusia., Edisi revisi
Cetakan ke tujuh, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Handoko TH. (2000) Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi ke-
2.Yogyakarta : BPFE
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 49, (2013), komite keperawatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 69, (2014) kewajiban rumah sakit
dan kewajiban pasien
Komisi Akreditasi Rumah Sakit, (2018) Standar Akreditasi Rumah Sakit, Edisi 1
Widodo, w. N., wungow, h., & hamel, r. S. (2016). Hubungan peran ketua tim dengan
kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di
irina f rsup prof dr. R. D. Kandou manado. E-journal keperawatan, 4, 3–7.