Anda di halaman 1dari 50

UNIVERSITAS ANDALAS

LAPORAN LOKA KARYA MINI I (SATU)


KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI INSTALASI RAWAT JALAN, INSTALASI GAWAT DARURAT DAN
INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PASAMAN BARAT

Disusun Oleh :
Dewi Marlina
BP. 1821312011

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS
2019
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Oleh karena itu rumah sakit di tuntut

untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, aman dan

professional sesuai dengan perkembangan IPTEK kesehatan serta kebutuhan dan

tuntutan masyarakat. (PerMenKes N0 69, 2014).

Rumah sakit berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan

dan upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan

pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit

(preventif), penyembuhan pnyakit dan pemulihan kesehatan yang diselenggarakan

secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Siregar, 2004).

Pelaksanaan kegiatan jaminan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit

data dilakukan dalam bentuk kegiatan pengendalian mutu. Kegiatan ini dapat

berupa program kendali mutu yang diawali dengan penetapan kriteria pengendalian

mutu. Indikator kualitas mutu pelayanan di rumah sakit yaitu keselamatan pasien

(Patient Safety) yang meliputi angka infeksi nosokomial, angka pasien jatuh,

dekubitus, cidera akibat restrain, kesalahan dalam pemberian obat dan kepuasan

pasien terhadap pelayanan kesehatan. (Nursalam, 2010).

Pelayanan keperawatan dikatakan bermutu baik apabila di dalam pemberian

asuhan keperawatan sesuai dengan aspek-aspek dasar perawatan yang meliputi

penerimaan, perhatian, tanggung jawab, komunikasi dan kerjasama dan sesuai

dengan dimensi pokok kualitas jasa pelayanan yang meliputi keandalan atau
reliabilitas (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance),

empati atau kepedulian (empathy), dan bukti langsung fisik atau berwujud

(tangibles). Keseluruhan aspek tersebut dapat terlaksana dengan adanya peran

manajer yang handal dalam meningkatkan kinerja pelayanan di Rumah Sakit

(Sitorus, 2011).

Pelaksanaan praktek mata ajar Residensi, Program Magister Keperawatan

Kekhususan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan memberikan bekal

pengalaman nyata pelaksanaan manajemen keperawatan bagi mahasiswa. Kegiatan

residensi diharapkan mahasiswa dapat membantu rumah sakit lahan residensi untuk

meningkatkan pelayanan keperawatan melalui alternatif pemecahan masalah

kepemimpinan dan manajemen keperawatan dengan pendekatan Problem Solving

of Better Health (PSBH) khususnya Problem Solving for Better Nursing Service

(PSBNS). Untuk itu dibutuhkan institusi pelayanan keperawatan yaitu rumah sakit

sebagai tempat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat, diantaranya

adalah Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman Barat.

Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman Barat adalah salah satu SKPD

dilingkungan Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat yang merupakan unsur

penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang Pelayanan Kesehatan.

Sebagai salah satu Satuan Kerja Pemerintah Daerah dilingkungan PEMDA dan

dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan

barang /jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam

melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Hal

tersebut bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat, memberikan

fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan dan sejalan dengan praktek bisnis yang
sehat. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang

bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan diharapkan dapat menjangkau

seluruh lapisan masyarakat. Dengan mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan

efisiensi pelayanan rumah sakit maka dapat dilakukan penilaian akan kinerja

pelayanan dari RSUD Pasaman Barat, Indikator pemanfaatan sarana dan prasarana

rumah sakit dilakukan dengan melihat parameter BOR, ALOS, TOI, BTO, NDR

dan GDR.

Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman Barat termasuk dalam katagori type

C, dan RS ini telah lulus Akreditasi versi 2012 dengan lulus perdana pada tanggal 5

Desember 2017. Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman Barat memberikan

pelayanan rawat jalan dan juga pelayanan rawat inap. Pelayanan rawat jalan

dilakukan oleh 11 poliklinik yang ada, lengkap dengan dokter spesialisnya, kecuali

poli umum dan poli gigi. Selain itu ditunjang dengan unit penunjang antara lain unit

laboratorium, radiologi, fisioteraphy, Instalasi Gizi, Pelayanan transfusi darah, dan

juga farmasi serta instalasi rawat darurat yang melayani selama 24 jam. Walaupun

sumber daya yang ada cukup memadai namun pada tahun-tahun terakhir ini

terdapat kecendrungan adanya RS dan klinik kesehatan swasta yang memberikan

pelayanan sejenis disatu sisi sebagai mitra tapi dapat menjadikan competitor yang

potensial apabila RSUD Pasaman Barat tidak segera berbenah akan mengakibatkan

masalah yang besar bagi pengelolaan RS di masa mendatang.

Rumah Sakit Umum Pasaman Barat memiliki fasilitas pelayanan rawat

jalan, rawat inap dan IGD. Berdasarkan pembagian tugas wilayah praktek

manajemen keperawatan dan kepemimpinan, penulis mengelola Instalasi Gawat

Darurat, Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap seperti IGD, Poliklinik dan
ruang rawat inap. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam usaha meningkatkan

mutu pelayanan dari rumah sakit agar menjadi baik. Hal ini dapat dilakukan

terutama pada pemanfaatan sumber daya yang ada di dalam rumah sakit, baik itu

dari dokter-dokter maupun dari pelayanan paramedis, kemudian dari pemanfaatan

fasilitas rumah sakit yang belum optimal. Dan ini juga tidak terlepas dari

pencatatan data-data kegiatan pelayanan yang berlangsung di rumah sakit.

Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang pasien untuk

tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan rehabilitasi dan pelayanan kesehatan

lainnya, tanpa mengharuskan pasien tersebut di rawat inap. Keuntungannya, pasien

tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menginap (opname). Pelayanan Rawat jalan

RSI Ibnu Sina Padang dapat di terima bagi seluruh lapisan masyarakat Kota

Padang. Pelayanan rawat jalan di poliklinik RSUD Pasaman Barat bukanya setiap

hari kerja 08.00 - 12.00 WIB dan hari Jumat jam 08.00 – 11.00 WIB . Pada tahun

2017 Pelayanan poliklinik degan 15 0rang dokter spesialis dan 1 tenaga spesialis

kontrak sehingga pelayanan dapat berjalan dengan kondusif.

Kunjungan pasien rawat jalan di Poliklinik RSUD Pasaman Barat selalu

mengalami peningkatan tiap tahunnya sejak rumah sakit berdiri. Secara umum

kunjungan rawat jalan RSUD Pasaman Barat pada tahun 2015 kunjungan rawat

jalan RSUD Pasaman Barat sebesar 18.189 pasien, tahun 2016 jumlah kunjungan

rawat jalan rumah sakit meningkat menjadi 29.952 pasien, tahun 2017 jumlah

kunjungan rawat jalan rumah sakit meningkat menjadi 39.375 pasien. Dapat dilihat

peningkatan kunjungan dari tahun 2015 ke 2016 sebanyak 11.763 kunjungan dan

dari 2016 ke 2017 sebanyak 9.423 kunjungan (Profil RSUD Pasaman Barat 2017).
Pelayanan Gawat Darurat adalah bagian terdepan dan sangat berperan di

rumah sakit, baik buruknya bagian ini akan memberi kesan secara menyeluruh

terhadap pelayanan rumah sakit. Pelayanan IGD di RSUD Pasaman Barat

dilakukan selama 24 jam dengan 3 shift. Data kunjungan pasien IGD dari tahun

2015-2017 juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Total kunjungan rawat

jalan di IGD RSUD Pasaman Barat pada tahun 2015 kunjungan rawat jalan sebesar

7.470 pasien, tahun 2016 jumlah kunjungan rawat jalan rumah sakit meningkat

menjadi 8.618 pasien, tahun 2017 jumlah kunjungan rawat jalan rumah sakit

meningkat menjadi 10.051 pasien, peningkatan kunjungan IGD dari tahun 2015 ke

tahun 2016 sebanyak 1.146 kunjungan dan dari tahun 2016 ke 2017 sebanyak 1.433

kunjungan (Profil RSUD Pasaman Barat 2017).

Pelayanan Instalasi Rawat Inap adalah bagian proses tahapan rehabilitasi

dimana pasien menerima pelayanan harus menjalani proses perawatan yang

ditangani oleh para tenaga medis yang ada dilingkungan RSUD Pasaman Barat

sesuai dengan diagnose penyakit yang dideritanya. Pelayanan Rawat Inap di RSUD

Pasaman Barat dilakukan selama 24 jam dengan 3 shift. Data kunjungan pasien di

rawat inap dari tahun 2015-2017 juga mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Total kunjungan rawat jalan di IGD RSUD Pasaman Barat pada tahun 2015

kunjungan rawat jalan sebesar 5.086 pasien, tahun 2016 jumlah kunjungan rawat

jalan rumah sakit meningkat menjadi 7.712 pasien, tahun 2017 jumlah kunjungan

rawat jalan rumah sakit meningkat menjadi 8.978 pasien, peningkatan kunjungan

rawat inap dari tahun 2015 ke tahun 2016 sebanyak 2.626 kunjungan dan dari tahun

2016 ke 2017 sebanyak 1.266 kunjungan. (Profil RSUD Pasaman Barat 2017). Data

Indikator RSUD Pasaman Barat Pada Tahun 2018 didapat juga nilai BOR: 49,28
%, LOS: 3,46, TOI: 3 Hari, GDR: 34/1000, BTO: 67 Kali, NDR: 17/1000. (Profil

RSUD Pasaman Barat 2018).

Dengan mengamati sistem manajemen keperawatan, indikator mutu

pelayanan, Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ada di rumah sakit dimana

masih ditemukan beberapa data indicator SPM yang belum mencapai target capaian

sesuai standar nasional dan berperan serta membantu mencarikan alternatif

penyelesaian permasalahan keperawatan yang sedang dihadapi, mahasiswa

diharapkan dapat mengaplikasikan secara nyata pengetahuan yang diperoleh selama

kuliah dan dapat memperluas wawasan selama proses residensi.

Melihat fenomena tersebut, pelayanan keperawatan yang memiliki

kontribusi sangat besar terhadap citra di rumah sakit. Oleh karena itu mahasiswa

tertarik untuk melakukan residensi di RSUD Pasaman Barat khususnya di Instalasi

Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap sebagai proses

pembelajaran dalam bidang manajemen keperawatan sebagai upaya untuk

meningkatkan kualitas keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memaparkan hasil identifikasi terkait manajemen keperawatan di Instalasi
Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Inap RSUD Pasaman
Barat.

2. Tujuan Khusus
Mahasiswa bersama kabid keperawatan, kepala seksi keperawatan, kepala
ruangan dan perawat pelaksana mampu:
a. Mengidentifikasi masalah layanan kesehatan yang terkait dengan manajemen
keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di Instalasi Rawat Jalan,
Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Inap RSUD Pasaman Barat.
b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan di
Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Inap
RSUD Pasaman Barat.
c. Menyusun tujuan dan rencana alternative pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian masalah yang telah ditetapkan di Instalasi Rawat Jalan, Instalasi
Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Inap RSUD Pasaman Barat.

C. Manfaat
1. Program Studi Magister Keperawatan
Pelaksanaan residensi dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar yang
melibatkan mahasiswa secara aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen
secara nyata di rumah sakit.
2. Rumah Sakit
Pelaksanaan residensi dapat memberikan kontribusi terhadap rumah sakit atau
instansi pelayanan kesehatan untuk menyelesaikan masalah yang bersifat teknis
operasional dari suatu aspek manajemen pelayanan keperawatan tertentu,
sehingga diharapkan dapat membantu rumah sakit atau instansi pelayanan
kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan terutama pelayanan
keperawatan.
3. Mahasiswa
Mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama perkuliahan
pada tatanan nyata di rumah sakit sehingga dapat meningkatkan wawasan dan
pengalaman terutama di bidang kepemimpinan dan manajemen keperawatan
BAB II GAMBARAN UMUM DAN PENGKAJIAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman Barat

1. Riwayat Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman Barat


Secara histories Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman Barat pada
mulanya merupakan sebuah Puskesmas Jambak yang berada di Kecamatan
Luhak Nan duo. RSUD Pasaman Barat berdiri pada bulan April tahun 2005
menggunakan gedung Puskesmas Jambak dengan 30 TT. Pada tanggal 5
Oktober tahun 2006 RSUD Pasaman barat memperoleh izin uji coba
penyelenggaraan rumah sakit kelas D oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat.
RSUD Pasaman saat ini merupakan Rumah sakit Kelas C yang berdiri
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2005 pada tanggal 1 April 2005
dalam bentuk Lembaga Teknis Daerah (LTD) yang merupakan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) bertanggung jawab langsung kepada kepala daerah
(Bupati) melalui Sekretaris Daerah (Sekda). Penetapan RSUD Pasaman Barat
sebagai Rumah sakit Kelas C dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI
dengan Surat Keputusan Nomor : 1070/Menkes/SK/XI/2008 Tanggal 18
November 2008 dan penetapan Nomor Kode RS : 1312024 pada tanggal 16
Desember 2009. Pada tanggal 14 Oktober tahun 2011 RSUD sudah akreditasi 5
pelayanan penuh dan dilanjutkan penilaian akreditasi versi 2012 dengan nilai
akreditasi lulus perdana pada tanggal 5 Desember 2017.
Pada Bulan Agustus 2015 RSUD Pasaman Barat telah diresmikan
sebagai PPK BLUD dengan Surat Keputusan Bupati Pasaman Barat dan
Pelaksanaan PPK BLUD telah dimulai pada Januari 2016. Wilayah cakupan
pelayanan RSUD Pasaman Barat meliputi Kabupaten Pasaman Barat dan
Kabupaten Mandailing Natal bagian Selatan

2. Struktur Organisasi
Adapun Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola RSUD
Pasaman Barat sebagaimana ditetapkan dalam Perda Pasaman Barat Nomor 10
Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah sebagai berikut:
1. Direktur
2. Bagian Tata Usaha
- Subag Umum dan Perlengkapan
- Subag Kepegawaian dan Diklat
- Subag Keuangan
3. Bidang Pelayanan
- Seksi Pelayanan Medis
- Seksi Pelayanan Keperawatan
4. Bidang Penunjang
- Seksi Penunjang Pelayanan Medis
- Seksi Penunjang Non Medis
5. Bidang Perencanaan dan Program
- Seksi Sarana dan Prasarana
- Seksi Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
6. Kelompok jabatan Fungsional:
a. Instalasi
- Rawat Jalan
- Rawat Inap
- Gawat Darurat
- Bedah Sentral
- Perawatan Intensif
- Radiologi
- Farmasi
- Gizi
- Laboratorium
- Medical Record
- Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
b. Komite Medis dan Staf Medis Fungsional
c. Komite Keperawatan dan Staf Perawat Fungsional
d. Komite tenaga kesehatan lainnya.
3. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman Barat

Visi Menjadi Rumah Sakit Pilihan Utama Masyarakat pasaman barat


B. dan Sekitarnya.
Misi 1. Mewujudkan Pelayanan Sesuai Standar Dan Berorientasi Pada
Kepuasaan Pelanggan
2. Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Profesional Dan
Berakhlak Mulia
3. Meningkatkan Sarana Dan Prasarana Pelayanan Sesuai
Standarisasi Rumah Sakit
4. Menciptakan Manajemen Yang Sehat Dan Harmonis.
Fasilitas, Sarana dan Prasarana
RSUD Pasaman Barat di bangun sejak tahun 2005 diatas tanah dengan luas ±
26.600 m² dengan luas bangunan ± 9000 m² dengan rencana penyelesaian pada
akhir 2021.
1. Sarana Prasarana
a. Sarana/ bangunan Terdiri dari:
a) Gedung IGD
b) Gedung Poli Klinik, yang terdiri dari :
- Poli Klinik Spesialis Anak
- Poli Klinik Spesialis Kebidanan
- Poli Klinik Spesialis Penyakit Dalam
- Poli Klinik Spesialis Bedah
- Poli Klinik Spesialis Mata
- Poli Klinik Spesialis THT
- Poliklinik Spesialis Paru
- Poli Klinik Spesialis Neorologi
- Poliklinik Orthopedy
- Poli Klinik Gigi
- Poli Klinik Umum
c) Gedung Rawat Inap VIP
d) Gedung Rawat Inap Klas I dan II
e) Gedung Rawat Inap Kelas III
f) Gedung Medical Record
g) Gedung Gizi
h) Gedung Laboratorium
i) Gedung Radiologi
j) Gedung Farmasi
k) Gedung Gudang Barang
b. Fasilitas
Fasilitas lain terdiri dari:
a) Listrik PLN: 110 Kva
b) Generator set: 30 KVA dan 200 KVA/160 KWA
c) Sumur Air Bersih Diperoleh Dari:
1. PDAM 1 Titik
2. Sumur Bor 6 Unit
C. Ketenagaan
1. Sumber Daya Manusia
Menurut data yang didapat dari bagian Sumber Daya Manusia (SDM)
diketahui bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman Barat memiliki jumlah
tenaga sebagai berikut:
Tabel 2.1
Daftar Susunan Kepegawaian RSUD Pasaman Barat Berdasarkan
Pendidikan dan status KetenagaanTahun 2017

No. Jenis Tenaga Status Jumlah


ASN THL
I. Tenaga Medis 25 12 37
II Tenaga Keperawatan 112 102 214
III Kefarmasian 10 12 22
IV Kesehatan Masyarakat 4 5 9
V Gizi 7 2 9
VI Keterampilan Fisik 2 2 4
VII Keteknisan Medis 25 32 57
VII Tenaga Non Kesehatan 17 58 75
I
Jumlah 204 223 472
Sumber: Data SDMK Periode Desember 2017
2. Sumber Daya Manusia di Rawat Jalan, Rawat Inap dan IGD
Tabel 2.2
Klasifikasi Ketenagaan Perawat di Instalasi Rawat Jalan, IGD, dan Rawat
Inap Berdasarkan Tingkat Pendidikan RSUD Pasaman Barat Tahun 2019

Pendidikan Jumlah
No Ruangan
Ners S1 Kep D III
1 IGD 5 5 12 22
2 Poliklinik 4 0 21 25
3 Rawat Inap 26 5 99 130
JUMLAH 35 10 132 177
Persentase (%) 19,6 5,6 74,57 100
Sumber: bidang keperawatan RSUD Pasaman Barat 2019

D. Indikator Pelayanan Rawat Inap RSUD Pasaman Barat

Tabel 2.3
Gambaran Indikator Pelayanan RSUD Pasaman Barat
Tahun 2015 - 2018

Standar RS Tahun
N
Indikator Tipe C
o 2015 2016 2017
Tahun 2018 2018
1. BOR (Bed Occupancy Rate) 60-85 % 52,14 56,11 58,12 49,28
2. BTO (Bed Turn Over) 40-50 kali 53 61 72 67
3. LOS (Length Of Stay) 6 – 9 hari 4,03 3,68 3,52 3,46
4. TOI (Turn Over Interval) 1 – 3 hari 4 3 2 3
5. NDR (Net Death Rate) < 2,5% 14 27 17 17
6. GDR (Gross Death Rate) < 4,5% 45 39 42 34
Sumber : Rekam Medik RSUD Pasaman Barat Tahun 2018

E. Analisi Hasil Pengkajian Manajemen


Pelaksanaan Residensi Program S2 Keperawatan peminatan kepemimpinan
dan manajemen keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas dimulai
dengan kegiatan pengkajian keperawatan pada 1 Oktober – 17 Oktober 2019.
Kegiatan meliputi pengkajian, analisis, prioritas masalah, dan penyusunan planning
of action (POA). Kegiatan diawali dengan perizinan resmi dari pihak Fakultas
Keperawatan kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman Barat serta izin
dari Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman Barat untuk pelaksanaan
residensi. Mahasiswa menghadap KaDiklat dan Kabid Keperawatan untuk
memperoleh pengarahan terkait dengan pelaksanaan residensi dan dilanjutkan
dengan serah terima secara resmi yang dihadiri pembimbing akademik,
pembimbing klinik, Diklat, Wadir Umum Dan SDM, Kepala Instalasi Rawat Jalan,
Kepala Instalasi Gawat Darurat, Kepala Instalasi rawat inap dan seluruh kepala
ruangan.
1. Proses Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dimulai pada tanggal 16 Septeber – 18 Oktober
2019 Metode yang digunakan yaitu wawancara, observasi, penyebaran angket
dan studi dokumentasi, yang menjadi responden adalah Kasie Keperawatan,
kepala ruangan, perawat pelaksana dan pasien, berikut uraiannya:
a. Bidang Keperawatan
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada Kabid Keperawatan
yang dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2018
b. Kepala ruangan
Pengumpulan data dilakukan dengan Wawancara dan observasi kepada
kepala ruangan yang dilakukan pada tanggal, 14-18 Oktober 2019.
c. Perawat Pelaksana
Observasi dan penyebaran angket kuisioner dilakukan terhadap perawat yang
dinas di Poliklinik, IGD dan ruang Rawat Inap.
d. Pasien
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan penyebaran angket yang
dilakukan terhadap pasien yang berkunjung ke IGD, Poliklinik dan dirawat
Inap. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 14 s/d 18 Oktober 2019.
e. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan melakukan observasi rekam medis dan
dokumen standar pelayanan IGD, Poliklinik dan Rawat Inap

2. Analisis Pengkajian Fungsi Manajemen


a. Fungsi perencanaan (Planning)
1) Visi, misi dan filosofi bidang keperawatan
Metode Data
Wawancara a) Kasie Keperawatan : Hasil wawancaran dengan Kasie
keperaatan Visi, misi yang ada di Bidang sudah pernah
dibuat, akan tetapi tidak lagi dipakai karena berdasarkan
rekomendasi pelaksanaan akreditasi, visi dan misi tidak
perlu ada di bidang dan diruangan cukup memakai visi
misi Rumah Sakit. Penyusunan visi dan misi rumah sakit
dilakukan melalui rapat kerja dengan semua manajemen
rumah sakit dan melibatkan seluruh kepala ruangan.
Sosialisasi visi, misi rumah sakit dengan melakukan
penerbitan buku saku, dan juga melalui banner yang
ditempelkan di masing-masing ruangan.
b) Hasil wawancara dengan kepala ruangan : untuk masing-
masing ruangan tidak membuat visi dan misi ruangan lagi,
karena sudah ada visi dan misi Rumah sakit sebagai
pedoman dalam melakukan tugas dan fungsinya. Tetapi
kadang-kadang masih lupa dengan visi dan misi tersebut.
c) Hasil wawancara dengan perawat pelaksana sebagian besar
lupa dengan visi misi RS.
Kuesioner a) Didapatkan 100% perawat mengetahui visi dan misi RS.
b) 6,7% perawat bekerja belum menyesuaikan dengan visi,
misi RS.
Observasi Pada umumnya sudah terpajang visi dan misi di masing-
masing ruangan, ada buku saku, tetapi masih ada ruangan yang
tidak tampak terpajang visi dan misi RS.
Analisis Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi,
filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis &
Houston, 2010). Visi dan Misi suatu organisasi merupakan
ujung tombak penentu perencanaan suatu organisasi, sehingga
dapat memfokuskan, mengarahkan, memotivasi dan bahkan
merangsang organisasi untuk mencapai kinerja yang unggul
dan lebih baik. Budaya organisasi yang baik mengarah pada
titik awal tujuan organisasi sehingga visi dan misi merupakan
kekuatan bagi rumah sakit dalam mencapai tujuan organisasi.
(Jhon Keane & Gillies, 1996, Marquis & Huston, 2012).
Masalah Potensial peningkatan sosialisasi visi misi RS sebagai
pedoman kerja staf RS dalam memberikan pelayanan
keperawatan.

2) Program Rencana Strategik dan Rencana Jangka Pendek


Metode Data
Wawancara a) Informasi dari Bidang Keperawatan bahwa proses
penyusunan rencana strategi bidang keperawatan yang
berlaku 5 tahun dirumuskan dalam rapat kerja.
b) Hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa mereka
belum membuat rencana harian dan hanya membuat
laporan perbulan dan menyerahkan ke kasi keperawatan.
Dan untuk perencanaan kegiatan diruangan disesuaikan
rutinitas tugas. Dari wawancara juga terungkap bahwa
kepala ruangan belum memahami pentingnya serta cara
pembuatan rencana kegiatan harian dan rencana jangka
pendek.
c) Informasi dari perawat ruangan, mereka tidak membuat
rencana kegiatan harian.
Observasi Pendokumentasian perencanaan harian dan perencanaan
jangka pendek tidak disusun secara kronologis dan belum
menggambarkan kegiatan manejerial dan askep
Analisis Perencanaan kepala ruang sebagai manajer meliputi
perencanaan tahunan, bulanan, mingguan dan harian.
Perencanaan yang adekuat mendorong pengelolaan terbaik
sumber daya manusia yang ada. Dalam perencanaan yang
efektif, manajer harus mengidentifikasi tujuan jangka panjang
dan jangka pendek serta melakukan perubahan yang
diperlukan untuk menjamin kontinuitas pencapaian tujuan
oleh unit (Marquis & Huston, 2013)
Masalah Belum optimalnya penyusunan rencana kegiatan perawatan
diruang rawat jalan, IGD dan Rawat Inap karena belum
dipahaminya pembuatan rencana jangka pendek

3). Standar Prosedur Operasional dan Standar Asuhan Keperawatan

Metode Data
Wawancara a) Hasil wawancara dengan Bidang Keperawatan,
mengatakan bahwa seluruh ruangan sudah memiliki SAK
dan SOP serta sudah disosialisasian dan sudah di
distribusikan ke semua ruangan.
b) Hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa mereka
Sudah terdapat SAK dan SOP diruangan poliklinik dan
IGD, SAK dan SOP tersusun dalam map.
kuesioner Didapatkan 96,7% perawat melaksanakan asuhan
keperawatan berpedoman pada SPO dan SAK.
Observasi a) Sudah terdapat SAK dan SOP diruangan poliklinik dan
IGD, SAK dan SOP tersusun dalam map
b) Dari hasil pengamatan terhadap perawat pelaksana masih
ada tindakan yang tidak sesuai dengan SOP
Analisis Kebijakan organisasi di bidang keperawatan bisa dilakukan
terhadap metode pelayanan asuhan keperawatan atau system
pendukungnya.Semua peraturan yang baru harus disusun
dalam bentuk tertulis dan disosialisasikan secara terus
menerus terutama dibuat Standar Prosedur Operasional (SPO)
di semua ruangan (Winardi, 2004).
Masalah Belum optimalnya pelaksanaan SAK dan SOP di ruangan.

b. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)


1) Struktur Organisasi
Metode Data
Wawancara a) wawancara dengan Bidang Keperawatan mengatakan
bahwa struktur organisasi sudah sesuai dengan konsep
managerial, sehingga telah mewakili dan menjadi media
bagi setiap tenaga keperawatan di RSUD Pasaman Barat.
Secara struktur unit keperawatan juga berada langsung
dibawah wadir pelayanan, sehingga kebutuhan unit
perawatan dapat ditangani oleh bidang keperawatan dan
instalasi. Dan untuk struktur di masing-masing ruangan
sudah ada di pajang di masing-masing ruangan.
b) Informasi dari kepala ruangan IGD menyatakan bahwa
struktur organisasi sedang direvisi. Dan untuk struktur
organisasi ruangan poliklinik belum di ganti dengan yang
baru yang sesuai dengan bagian SDM.
Kuesioner Informasi yang diperoleh dari kuesioner sebanyak 7%
menyatakan tidak mengetahui struktur organisasi
Observasi Terlihat terpajang struktur organisasi di IGD, Rawat Inap dan
Poli.
Uraian tugas ada terlihat difile pegawai
Analisis Bagan organisasi menentukan hubungan formal dalam
institusi. Hubungan formal, hubungan komunikasi, dan
kewenangan digambarkan dalam bagan menggunakan garis
yang utuh dan garis putus-putus. Garis utuh yang digunakan
adalah garis utuh vertikal atau horizontal. Garis utuh horizontal
menunjukkan hubungan komunikasi antara orang dengan
lingkup tanggung jawab dan kekuasaan yang sama, tetapi
memiliki fungsi yang berbeda. Garis utuh vertikal antara posisi
menunjukkan rantai komando resmi, jalur formal komunikasi
dan kewenangan. Sedangkan garis putus-putus pada bagan
organisasi menunjukkan posisi staf, karena posisi ini berfungsi
sebagai penasehat, anggota staf memberikan informasi dan
bantuan kepada manager, tetapi memiliki kewenangan
organisasi yang terbatas.(Marquis & Huston, 2013).

2) Ketenagaan (SDM)
Metode Data
Wawancara a) Wawancara dengan Kepala Bidang Keperawatan bahwa
bidang keperawatan mengatakan analisis kebutuhan tenaga
keperawatan dilakukan dengan menggunakan rumus Gillis
dan Departemen Kesehatan, jika terjadi kekurangan tenaga
di beberapa ruangan, upaya awal yang di lakukan Ka.Bid
adalah merotasi tenaga perawat yang berada di ruangan lain
yang di anggap lebih dari segi ketenagaannya. Tetapi
Ka.Bid tetap merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan
pertahun teori Gillis dan Depkes. Dan pengklasifikasiannya
berdasarkan teori Gillis dan Depkes yang di laporkan oleh
Karu setiap tiga bulan ke Bidang Keperawatan.
b) Kepala ruangan rawat jalan dan IGD menyatakan bahwa
masih kekurangan jumlah tenaga perawat diruangan dan
selalu diusulkan pertiga bulan kepada bidang Keperawatan.
c) Wawancara dari kepala ruangan menyatakan tidak ada
standar prosedur untuk mengajukan pendidikan
berkelanjutan bagi perawat ruangan. Tetapi perawat
mengajukan permohonan kepada pimpinan melalui bidang
keperawatan untuk disetujui izin melanjutkan pendidikan,.
Perawat yang mengikuti pendidikan menggunakan biaya
sendiri. sedangkan untuk pengembangan staf dapat
mengikuti pelatihan internal RS dan Beberapa pelatihan ada
yang di biayai dari RS.
d) Kepala ruangan dan perawat ruangan mengatakan belum
ada aturan tentang jenjang karir pengembangan pendidikan
Kuesioner a) 30% perawat mengatakan bahwa jumlah tenaga perawat
yang ada diruangan IGD, Poliklinik dan rawat inap tidak
sesuai dengan beban kerja.
b) 60% perawat belum mengetahui rencana pengembangan
tenaga perawat.
c) 70% perawat belum diberi kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan.
d) 80% perawat belum mengetahui tentang jenjang karir.
Observasi a) Masih terlihat kekurangan tenaga di ruangan, hal ini terjadi
ketika kunjungan pasien (IGD) yang datang di waktu yang
sama.
b) Terlihat dari laporan Kepala Ruangan pertiga bulan sudah
diajukan penghitungan tenaga dan jumlah kekurangan
tenaga yang dilaporkan setiap bulan kepada kasi
keperawatan.
Analisis Salah satu aspek yang sangat penting untuk mencapai
pelayanan keperawatan yang bermutu adalah tersedianya
tenaga keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan
baik kuantitas maupun kualitasnya. Untuk itu diperlukan
perencanaan yang baik dalam menetukan pengembangan
tenaga perawat. Perencanaan yang salah akan mengakibatkan
kekurangan tenaga atau kelebihan tenaga, bila tenaga berlebih
akan mengakibatkan kerugian pada rumah sakit, dan apabila
tenaga kurang akan mengakibatkan beban kerja yang tinggi
sehingga kualitas pelayanan akan menurun. Manajer
keperawatan dituntut untuk selalu merencanakan jumlah
tenaga perawat yang betul-betul sesuai dengan kebutuhan yang
real, sehingga mutu pelayanan dapat terjamin (Swanburg :
2000 ).
Masalah a) Belum optimalnya kebutuhan tenaga perawat sesuai
dengan beban kerja
b) Belum terpenuhinya jumlah tenaga keperawatan di ruangan
rawat jalan dan IGD.

c. Fungsi Kepegawaian (Staffing)


1) Metode Penugasan/Pengorganisasian Perawatan Pasien
Metode Data
Wawancara a) Menurut Bidang keperawatan bahwa metode penugasan
yang dibuat untuk seluruh unit rawat inap dan rawat jalan
adalah metode Tim, namun beberapa ruangan sudah
melaksanakannya dan sebagaian ruangan tidak
menjalankan metode tim melainkan dengan metode kasus
atupun metode fungsional.
b) Menurut Kepala Ruangan IGD metode penugasan
menggunakan metode kasus. Jadi setiap pasien masuk baik
kasus bedah, non bedah, dan anak terdapat masing-masing
perawat pelaksana penanggung jawab masing-masing
pasien pada setiap shift, dan untuk pasien kebidanan ada
bidan di setiap shif, menurut karu IGD metode ini lebih
efektif dan tidak ada hambatan karna mempermudah dalam
assessment setiap pasien.
c) Menurut Karu poliklinik dan rawat inap tidak
menggunakan metode penugasan, seperti di rawat inap
karu membagi tanggung jawab pasien berdasarkan ruangan
saja dan saling membantu.
Kuesioner Hasil kuesioner ditemukan bahwa di IGD 100% perawat
mengatakan tidak menggunakan metode tim, melainkan
metode kasus, sedangkan untuk poli dan rawat inap tidak
menggunakan metode penugasan. Dan di poliklinik belum
menggunakan metode penugasan dan 90 % perawat poliklinik
mengatakan belum mengerti tentang metode penugasan.
Observasi Dari hasil observasi ditemukan data bahwa IGD menggunakan
metode kasus, namun pelaksanaannya masih belum efektif
sementara Poliklinik dan rawat inap tidak menggunakan
metode penugasan.
Analisis Perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi
kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan yang baik
mempertimbangkan : klasifikasi klien berdasarkan tingkat
ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan,
jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan
jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi
dari manager keperawatan dalam menganalisis dan
merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit
rumah sakit (Gillies : 1996).
Masalah potensial peningkatan metode penugasan di poliklinik

2) Recruitment, seleksi dan Orientasi


Metode Data
Wawancara a) Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid keperawatan
mengatakan recruitment tenaga dilakukan berdasarkan
kebutuhan tenaga di RS, akan tetapi system rekruitmen
belum mampu memenuhi kebutuhan tenaga yang ada.
beliau mengatakan kalau setiap perawat baru selalu di
orientasikan ke ruangan dan di tempatkan di berbagai
ruangan, dan program rotasi perawat dilakukan sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan serta derajat kesehatan
perawat yang bersangkutan.
b) Hasil wawancara dengan kepala ruangan, beliau tidak ikut
terlibat langsung dalam proses rekruitmen tenaga perawat
tetapi beliau dilibatkan jika rekrukment untuk ruangan
bersangkutan, dan juga beliau dilibatkan untuk proses
orientasi perawat baru.
c) Kepala ruangan mengatakan untuk penempatan di ruangan
belum berdasarkan jenjang karir.
Kuesioner a) Pada perawat pelaksana di dapatkan 86,7% mengatakan di
lakukan orientasi pada saat ditempatkan di ruangan, dan
13,3% mengatakan kadang-kadang dan tidak pernah
dilakukan orientasi.
b) Dari hasil kuesioner diketahui dari 30 perawat IGD, rawat
inap dan Poli sebanyak 26 (86,6%) perawat mengatakan
sudah ditempatkan sesuai dengan keterampilan. Sebagian
besar perawat tidak paham tentang penempatan
berdasarkan PK (jenjang karir) dan 100% perawat belum
pernah mendapatkan seminar tentang jenjang karir.
Observasi Format orientasi pegawai baru ada di ruangan
Masalah -

3) Pengembangan staf dan jenjang karir


Metode Data
Wawancara a) Kepala Bidang Keperawatan menyatakan aturan tentang
jenjang karir perawat sudah ada terdokumentasi, tapi
belum terlaksana dengan optimal
b) Informasi dari Kepala Bidang Keperawatan bahwa untuk
penilaian pengembangan staf dilakukan penilaian kinerja
sekali dalam tiga bulan.Sudah ada instrument penilaian
kinerja perawat dan penilaian dilakukan oleh kepala
ruangan kemudian dilaporkan ke kasi keperawatan.
c) Untuk melanjutkan pendidikan dan pelatihan diberikan
kesempatan.
d) Informasi dari Kepala ruangan untuk penilaian kinerja
dilakukan sekali 3 bulan tetapi tidak berjalan dengan
optimal.
e) Informasi dari kepala ruangan mereka belum mengetahui
program pengembangan SDM bagi perawat tetapi pihak
rumah sakit mengizinkan setiap perawat yang akan
melanjutkan pendidikan
f) Kepala ruangan IGD mengatakan ada 2 orang yang sedang
izin belajar, untuk poliklinik izin belajar 1 orang dan untuk
rawat inap tidak ada yang sedang izin belajar.
Kuesioner a) 82 % mengatakan belum memahami pengembangan
jenjang karir, dan belum mengetahui tentang komite
keperawatan yang membuat tentang jenjang karir.
b) 70% perawat pelaksana mengatakan tidak pernah diberi
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan 13,8%
mengatakan tidak pernah mendapat kesempatan untuk
pelatihan.
c) Tidak terlihat aturan tentang sisten pendidikan
berkelanjutan.
Observasi a) Tidak tampak adanya aturan yang mengatur tentang
jenjang karir dan belum ada perencanaan operasional
pengembangan staf
b) Belum terdapat dokumen perencanaan pengembangan
karir perawat.
Analisis Fungsi manajemen SDM meliputi : analisis pekerjaan,
pengembangan organisasi. Staffing, hubungan pekerja, dan
evaluasi. Jernigan 1998 dalam Sitorus (2006) mengidentifikasi
ada delapan proses yang berhubungan dengan manajemen
SDM, yaitu: rekruitmen, seleksi, orientasi, evaluasi/penilaian
kinerja konseling dan coaching. Retensi dan produktifitas,
pengembangan staf, dan hubungan pekerja (labor relations).
Masalah a) Belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan
pengembangan karir perawat.
b) Belum optimalnya tentang jenjang karir perawat
c) Belun optimalnya pelaksanaan komite keperawatan.

d. Fungsi Pengarahan (Actuating/Directing)


1) Motivasi Kerja Perawat
Metode Data
Wawancara a) Berdasarkan hasil wawancara dengan bidang keperawatan
mengatakan bahwa bentuk motivasi yang diberikan
kepada perawat berupa jasa pelayanan, reward, mutasi,
promosi dan pelatihan belum tersusun secara sistematis
akan tetapi sifatnya masih incidental dan subjektif saja.
Selain itu adanya pemberian punishment bagi perawat
yang melakukan pelanggaran disiplin kerja atau disiplin
pelayanan. Bentuk punishment berupa teguran,
pemotongan gaji dan surat peringatan. Tetapi system
reward belum jelas dan penghargaan kepada perawat atas
prestasi kerja juga belum ada.
b) Dari hasil wawancara bersama kepala ruangan
menyatakan bahwa kepala ruangan ada memberi motivasi
kepada perawat pelaksana
c) 70% perawat pelaksana mengatakan bekerja hanya
berdasarkan rutinitas saja.
Kuesioner a) 80% Perawat menyatakan jarang diberikan pengarahan
dalam melaksanakan tugas sehari-hari, perawat pelaksana
merasakan manfaat dimotivasi oleh atasan, hanya saja
mereka jarang menerimanya
b) 53% perawat mengatakan tidak termotivasi untuk
melakukan asuhan keperawatan karena tidak ada reward
dan punishmen.
c) 40% perawat merasa tidak pernah di libatkan dalam
pertemuan atau rapat dalam pengambilan keputusan.
d) 56,7% perawat tidak merasa puas dengan insentif yang
diterima.
e) 16,7% perawat merasa perlu untuk pemberian insentif
secara adil sesuai dengan prestasi kerja perawat.
Analisis Arahan adalah sebuah perencanaan yang merupakan proses
pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan
dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan (Swansburg, 2000). Kecenderungan
yang timbul pada diri seseorang dalam keadaan sadar maupun
tidak sadar, melakukan tindakan dalam tujuan tertentu atau
usaha-usaha yang menyebabkan seseorang/kelompok orang
tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
dikendaki
Masalah a) Belum ada mekanisme pemberian reward dan punishment
bagi perawat berprestasi.
b) Kurangnya motivasi kerja perawat

2) Supervisi
Metode Data
Wawancara a) Informasi Kepala Bidang
Keperawatan bahwa kegiatan suprvisi dilakukan ke
ruangan dan sudah mempunyai jadwal supervisi yang
dilakukan oleh kabid dan kasi tetapi belum ada pedoman
supervisi.
b) Dari hasil wawancara
dengan kepala ruangan kegiatan supervisi yang dilakukan
hanya melihat tindakan yang dilakukan perawat pelaksana.
Karu menyatakan belum melaksanakan system supervisi,
belum melakukan supervisi terjadual dan terstruktur dan
belum memberikan umpan balik saat melakukan supervisi
Kuesioner a) 56,6 % perawat menyatakan belum pernah dilakukan
system supervisi karu dan 40% menyatakan tidak mendapat
bimbingan supervisi dari karu.
Observasi Belum ada dokumen tertulis hasil kegiatan supervisi dan
belum adanya instrumen pelaksanaan supervisi
Analisis Menurut Gillies (1996) fungsi Kepala Ruang meliputi empat
area penting yaitu area personil, area lingkungan dan peralatan,
asuhan keperawatan dan area pengembangan. Struktur
organisasi ruangan merupakan area asuhan keperawatan yang
seharusnya mendapatkan supervisi yang intensif karena
berkaitan langsung dengan cara bagaimana pelayanan
diorganisasikan dan dilakukan dengan pembagian kerja yang
jelas. Apabila fungsi ini tidak dilakukan maka siklus perbaikan
mutu tidak akan terjadi, karena tidak ada proses umpan balik
dari manajer tingkat tinggi.
Masalah Belum optimalnya kegiatan supervisi

3) Professional Relationshif
Metode Data
Wawancara a) Informasi dari bidang keperawatan .
b) Wawancara dengan kepala ruangan IGD bahwa beliau
mengatakan tidak pernah melakukan overan secara pre dan
post conference dengan alasan bahwa kegiatan di IGD
tidak terprediksi dengan keadaan pasien.
Kuesioner a) 80% perawat menyatakan melakukan pre dan post
conference tetapi masih belum maksimal.
Observasi a) Untuk diruangan IGD Kegiatan serah terima antar
shif/operan hanya dilakukan perorangan, tidak terlihat
precomfrens yang dipimpin oleh kepala ruangan.
b) Untuk poliklinik ada terlihat pre conference tetapi masih
belom optimal dan tidak pernah melakukan post
conference.
Analisis Cameron, 1997 dalam Sitorus (2006) hubungan supervisi
dalam pemberian pelayanan keperawatan merupakan standar
dari hubungan antara pemberi pelayanan keperawatan (tim
kesehatan) dan penerima pelayanan keperawatan (klien dan
keluarga). Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok
manajemen khususnya pengarahan. Setiap orang
berkomunikasi dalam suatu organisasi. Komunikasi yang
kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam
mencapai tujuan organisasi. Di ruang MPKP komunikasi
horizontal dapat terjadi antara Ketua Tim, antar perawat
pelaksana, sedangkan komunikasi vertikal antara Kepala
Ruangan dan Ketua Tim dan Perawat Pelaksana dan antara
Ketua Tim dan Perawat Pelaksana. Komunikasi diagonal
dilakukan antara perawat dan profesi lain (Sitorus : 2006).
Masalah Belum optimalnya kegiatan pre & post conference serta
pelaksanaan sistem overan.

e. Fungsi Pengendalian (Controlling)


1) Mutu pelayanan keperawatan
Metode Data
Wawancara a) Informasi dari Kepala Bidang Keperawatan bahwa
pengendalian mutu keperawatan dibawah koordinasi
komite mutu dan Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien (PMKP).
b) Hasil wawancara dengan komite mutu bahwa indikator
mutu untuk IGD hanya satu indikator, yaitu troli emegensi,
sedangkan untuk poliklinik juga satu indikator yaitu
asessment awal.
c) Wawancara dengan kepala ruangan IGD menyatakan
bahwa untuk indikator mutu hanya satu indikator yaitu troli
emergensi dan untuk setiap bulannya dilaporkan ke bagian
komite mutu dengan mengisi format yang tersedia.
Kuesioner a) 10% perawat pelaksana tidak mengetahui indikator mutu di
ruangan
Analisis Pengendalian manajemen adalah usaha sistematis untuk
menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan,
untuk mendesain supervisi umpan balik informasi, untuk
membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan standar
yang telah ditetapkan, untuk menetapkan apakah ada deviasi
dan untuk mengukur signifikansinya, serta mengambil
tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa sumber
daya digunakan dengan cara yang seefektif dan seefisien
mungkin untuk mencapai tujuan. Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam pengendalian meliputi: menetapkan standar
dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja, melakukan
pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi kerja
sesuai dengan standar, mengambil tindakan korektif (Gillies :
1996).
Masalah -

2) Audit Keperawatan
Metode Data
Wawancara a) Dari Kepala Bidang Keperawatan diperoleh informasi
bahwa belum pernah dilakukan audit keperawatan di
RSUD Pasaman Barat.
b) Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan semua
Kepala Ruangan belum tahu tentang audit keperawatan dan
belum pernah dilakukan audit keperawatan.
Kuesioner a) 100% perawat menyatakan tidak pernah dilakukan audit
terhadap asuhan keperawatan dan pendokumentasian yang
dilakukan.
Observasi a) Assesment awal untuk poliklinik 100% tidak terisi pada
dokumen yang telah disediakan.
b) Hasil pengamatan selama melakukan residensi kepala
ruang hanya sekilas memeriksa dokumentasi dan jarang
sekali memberikan komentar atau dorongan-dorongan
terhadap perawat.
c) Hasil observasi dokumentasi proses keperawatan sudah
menggunakan format baku akan tetapi
pendokumentasiannya belum dilakukan dengan baik
Analisis Evaluasi merupakan kegiatan penilaian keberhasilan pelayanan
keperawatan yang dilakukan secara obyektif sebagai upaya
yang dapat mendorong terjadinya perubahan perkembangan
sistem dalam peningkatan mutu pelayanan. Adanya umpan
balik dan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi akan
memudahkan manajer dalam melakukan upaya perbaikan
(Gillies : 1996).
Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara profesional
terhadap mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada
klien. Hal ini cukup penting karena kekurangan dalam
pelayanan keperawatan dapat mengancam jiwa dan kehilangan
nyawa klien. Disamping itu, tuntutan akan pelayanan
keperawatan yang baik dan bermutu semakin meningkat
dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat dan kesadaran
tentang kesehatannya.. Agar terhindar dari tuntutan itu, kita
dituntut untuk memberikan pelayanan kepada klien sesuai
dengan standar profesi yang berlaku serta memuaskan klien.
Masalah a) Belum pernah dilakukan audit keperawatan.
b) Kurangnya motivasi perawat.
F. Identifikasi Masalah
Hasil analisis SWOT, meliputi:

Tabel 2.4: Analisa SWOT Pemecahan masalah

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL


KOMPONEN
Strength Weakness Opportunity Threat
(kekuatan) (kelemahan) (peluang) (ancaman)

Man Power  Jumlah Perawat di ruang IGD,  Pendidikan perawat  Banyak peminat yang  Menurunnya
Poliklinik dan Rawat inap sebanyak sebagian besar masih D.III berminat masuk ke RSUD kompetensi lulusan
37 orang atau > 86,7% Pasaman Barat perguruan tinggi
 Masa Kerja Perawat rata-rata lebih  Kurangnya pelatihan khusus  Merupakan rumah sakit terhadap tuntungan
dari 2 tahun BTCLS, PONEC, Transfer dengan beberapa pelayanan rumah sakit
 Terdapat system orientasi perawat pasien, pelatihan triase dan unggulan sesuai dengan  Makin tingginya
baru diruangan keterampilan skill perawat kebutuhan dan permintaan tuntutan masyarakat
 Adanya kesempatan melanjutkan poliklinik, IGD dan Rawa masyarakat terhadap kualitas
pendidikan dan ada beberapa Inap  Digunakannya rumah sakit pelayanan kesehatan
karyawan sedang melanjutkan  Belum optimal sebagai lahan praktek oleh yang bermutu
pendidikan profesi keperawatan pengembangan jenjang karir berbagai institusi  Adanya penerimaan
(ners) dan komite keperawatan pendidikan kesehatan yang pegawai pemerintah
 Pertemuan staf perawat ruangan  Belum optimal system berada di wilayah Sumbar dan swasta.
dilaksanakan 1 bulan sekali penilaian kinerja staf dan sekitarnya
 Pelatihan yang dilakukan bagi tenaga perawat perawat poliklinik,  Melayani pasien dengan
perawat diruangan dengan IGD dan HD asuransi kesehatan dan
 Belum optimalnya reward kontrak dengan beberapa
melaksanakan in house training dan punishment. perusahaan.
 Terdapat tenaga yang sudah pelatihan  Belum optimal supervisi dan
BTCLS, komunikasi efektif, dll belum ada audit
 Terdapat perawat yang sedang keperawatan.
melanjutkan pendidikan.  Belum optimalnya metoda
tim pada IGD, Poliklinik.

Methode  Terdapat visi, misi dan filosofi  Visi, misi, rumah sakit  Adanya penilaian  Adanya RS Swasta
rumah sakit dan islami. belum terpajang di ruang akreditasi RS yang berada di
 Mempunyai standar asuhan rawat jalan sehingga belum  Adanya kegiatan residensi Pasaman Barat dengan
keperawatan (SAK) dan Standar menjadi acuan dalam kepemimpinan dan mencetuskan beberapa
Operasional Prosedur (SOP) pemberian pelayanan asuhan manajemen keperawatan di pelayanan unggulan
 Sudah terdapat sturktur organisasi keperawatan. RSUD Pasaman Barat. dengan akses mudah
rumah sakit, struktur organisasi  6,7% perawat bekerja belum dijangkau
bidang keperawatan dan strukrur menyesuaikan dengan visi,  Adanya pelayanan
organisasi masing-masing ruangan. misi RS alternative seperti :
 Menggunakan system pendelegesaian  SAK masih dalam revisi. home care, praktek
praktik keperawatan dengan metode Struktur organisasi bidang mandiri, perawat/bidan,
kasus untuk IGD. keperawatan belum dll.
 Sudah ada jadwal dinas diruangan terpasang.  Meningkatnya
rawat jalan, IGD dan rawat inap  Sturktur metode kasus di kesadaran masyarakat
 Tersedianya berbagai jenis pelayanan IGD sudah ada tetapi tentang tanggung jawab
medis dan penunjang medis penerapannya masih dan tanggung gugat.

 Fungsi kendali mutu dilaksanakan situasional


oleh komite mutu  Metode penugasan di rawat
jalan dan rawat inap tidak
ada
 Penerapan system
kewenangan klinis belum
maksimal
 Belum optimal komite
keperawatan
 Belum ada system supervisi
dan belum pernah dilakukan
audit keperawatan.
 kurangnya motivasi perawat
Material  Gedung dan lahan milik sendiri  Ruangan IGD yang terbatas  Kebutuhan logistic
 Area Parkir yang luas dalam penempatan pasien didukung oleh yayasan.
 Tersedianya kebutuhan logistic yang (ruangan PONEC dan triage
ada diruangan rawat jalan, IGD dan yang masih kurang)
Rawat inap
 Memiliki ruangan rawat jalan yang
nyaman, dan rawat ianp yang lengkap
sarana dan prasarana
 Ada pembangunan gedung untuk
IGD dan ruangan lainnya
 Akses yang cepat dan mudah
dijangkau
Money  Sumber dana dari yayasan rumah  Belum adanya subsidi  Terdapatnya kebijakan  Sistem pengawasan
sakit pembiayaan dari rumah sakit untuk melayani pasieni dalam budgeting dan
 Adanya insentif bagi seluruh untuk biaya studi lanjut BPJS dan IKS dengan penggangaran
karyawan di RS  Adanya pemotongan gaji perusahaan.
terhadap karyawan yang
menjalankan pendidikan
Machine  Sudah terdapat SIM RS sebagai  Belum ada SIM Kep dalam  Adanya kerja sama dengan
dokumentasi data pasien penunjang dalam dokter spesialis untuk
pelaksanaan dokumentasi praktek di RS
asuhan keperawatan  Lengkapnya sarana dan
prasarana untuk
pemeriksaan penunjang.
Measurement  Akreditasi rumah sakit sudah  Perawat mengatakan bahwa  Perubahan tentang
mencapai Tingkat MADYA dan sistem akreditasi belum pelaksanaan kebijakan
dalam proses pencapaian diterapkan secara konsisten Akreditasi
PARIPURNA oleh ruangan  Lokasi wilayah
 Lingkungan yang cukup nyaman dan  Belum ada SIM Kep sumatera barat yang
tenang merupakan daerah
rawan bencana
G. DAFTAR MASALAH
Tabel 2.5: Daftar Masalah Keperawatan

Fungsi
No Masalah
Manajemen
1 2 3
1. Perencanaan  Potensial peningkatan sosialisasi visi misi RS sebagai
(Planning)
pedoman kerja staf RS dalam memberikan
pelayanankeperawatan
 Belum optimalnya penyusunan rencana kegiatan
perawatan diruang rawat jalan, IGD dan rawat inap
karena belum dipahaminya pembuatan rencana
jangka pendek
 Belum optimalnya pelaksanaan SAK dan SOP di
ruangan
2. Pengorganisasian  Belumoptimalnya kebutuhan tenaga perawat sesuai
(Organizing)
dengan beban kerja
 Belum terpenuhinya jumlah tenaga keperawatan di
ruangan rawat jalan dan IGD
 Potensial peningkatan metode penugasan di
poliklinik
3 Kepegawaian  potensial peningkatan metode penugasan
(Staffing)
 Belum optimalnyafungsi sistem penilaian kinerja
dan pengembangan karir perawat.
 Belum optimalnya tentang jenjang karir perawat
 Belun optimalnya pelaksanaan komite
keperawatan.
4. Pengarahan  Belum ada mekanisme pemberian reward dan
(Actuating/
punishment bagi perawat berprestasi.
Directing)
 Kurangnya motivasi kerja perawat
 Belum optimalnya kegiatan supervisi
 Belum optimalnya kegiatan pre & post conference
serta pelaksanaan system operan
5. Pengendalian  Belum pernah dilakukan audit keperawatan
(Controlling)  Belum optimalnya kegiatan supervisi

H. PRIORITAS MASALAH
Untuk memudahkan penentuan urutan masalah yang menjadi prioritas, maka
dilakukan penghitungan dengan pembobotan pada setiap masalah yang
ditemukan. Proses memprioritaskan masalah akan dilakukan deng
anpembobotan yang memperhatikan aspek sebagai berikut :

1) Magnitude(M) : Kecenderungan dan seringnya kejadian masalah


2) Severity (S) : Besarnya kerugian yang ditimbulkan
3) Manageable (Mn) : Bisa di pecahkan
4) Nursing consern (Nc) : Melibatkan perhatian dan pertimbangan perawat
5) Affordability (Af) : Ketersediaan sumber daya
Aspek – aspek diatas dapat diukur dengan cara yaitu :

1) Magnitude/ Prevalensi Masalah yaitu apabila masalah tersebut lebih


banyak ditemukan (prevalensinya tinggi)
2) Severity/ Akibat yang ditimbulkan yaitu apabila akibat yang
ditimbulkan suatu masalah lebih serius
3) Manageable/ Bisa dipecahkan yaitu apabila masalah yang ada diyakini
dapat terpecahkan(menemukan jalan keluar)
4) Nursing consern/ keterlibatan perawat yaitu jika masalah tersebut akan
selalu melibatkan dan memerlukan pertimbangan perawat
5) Affordability/ ketersediaan sumber daya yaitu adanya sumber daya
yang mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu masalah.
Dengan rentang nilai 1 – 5 yaitu 5= sangat penting, 4 = penting, 3 = cukup
penting, 2 = kurang penting, 1 = sangat kurang penting. Dimana yang menjadi
prioritas adalah masalah dengan jumlah nilai/ skor paling besar. Skor akhir
dirumuskan dengan cara : M x S x Mn xNc x Af.

Tabel 2.6: Prioritas Masalah Keperawatan


Prior
Bo Pembobotan
itas
No Masalah bo
M S M N A To
t N B N N
g v n C f tal
1 Potensial peningkatan sosialisasi 4 4 16 4 16 3 12 4 16 3 12 72  IX
visi misi RS sebagai pedoman
kerja staf RS dalam memberikan
pelayanankeperawatan.

2 Belum optimalnya penyusunan 4 4 16 3 12 4 16 4 16 4 16 76 VII 


rencana kegiatan perawatan
diruang rawat jalan, IGD dan
rawat inap karena belum
dipahaminya pembuatan rencana
jangka pendek.

3 Belum optimalnya pelaksanaan 4 4 16 4 16 3 12 3 12 4 16 72  XIII


SAK dan SOP di ruangan.

4 Potensial peningkatan metode 5 5 25 5 25 5 25 4 20 5 25 12  II


penugasan di poliklinik. 0

5 Belum terpenuhinya jumlah 4 4 16 4 16 3 12 3 12 4 16 72  X


tenaga keperawatan di rawat
jalan dan IGD

6 Belum efektifnya kinerja tim 4 3 12 4 16 3 12 4 16 3 12 68 XIV


pengendalian dan pengukuran
mutu pelayanan keperawatan  

7 Potensial peningkatan metode 5 4 20 4 20 4 20 4 20 4 20 10 V 


penugasan 0

8 Belum Optimalnya fungsi system 4 4 16 4 16 4 16 4 16 5 20 84  VI


penilaian kinerja dan
pengembangan karir perawat.

9 Belum optimalnya tentang 4 4 16 4 16 3 12 3 12 4 16 72  XI


jenjang karir perawat

10 Belum ada mekanisme 4 4 16 4 16 3 12 4 16 3 12 72  XII


pemberian reward bagi perawat
berprestasi.

11 Belum optimalnya 5 5 25  5 25 5  25 5  25   25 12 I
kegiatansupervisi praktik 5 5
keperawatan

12 Belumoptimalnya pelaksanaan 4 4 16 3 12 4 16 4 16 4 16 76 VIII 


komite keperawatan

13 Kurangnya motivasi kerja 4 3 12 4 16 3 12 4 16 3 12 68 XV


perawat
 

14 Belum optimalnya kegiatan pre 5 4 20 5 25 4 20 4 20 5 25 11  IV


dan post comfrens serta 0
pelaksanaan sistem overan

15 Belum pernah dilakukan audit 5 5 25 5 25 4 20 4 20 4 20 11 III 


keperawatan 0
Berdasarkan tabel diatas diketahui masalah-masalah yang sudah diprioritaskan antara lain:
1. Belum optimalnya pelaksanaan supervisi
2. Potensial peningkatan metode penugasan di poliklinik
3. Belum pernah dilakukan audit keperawatan
I. ANALISIS DIAGRAM ISHIKAWA (FISH BONE DIAGRAM)
1. Belum optimalnya pelaksanaan supervisi
2. Potensial peningkatan metode penugasan di poliklinik
3. Belum pernah dilakukan audit keperawatan
BAB III PERENCANAAN

A. Tujuan dan Rencana penyelesaian masalah


Pada tahap perencanaan yang dilakukan berangkat dari identifikasi masalah setelah
masalah diprioritaskan, maka dalam penyelesaian masalah menggunakan pendekatan
“Problem Solving for Better Health (PSBH)/Problem Solving for Better Nursing
(PSBN)”. Tujuan dan alternatif pemecahan masalah dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan yang mencakup apa,siapa, dimana, berapa lama tujuan dapat dicapai.
Pada residensi pertama ini dilakukan analisis alternatif pemecahan masalah terhadap
4 (empat) masalah berdasarkan prioritas masalah hasil pembobotan.
1. Alternatif Pemecahan Masalah
a. Apakah dengan melakukan desiminasi ilmu kepada Kepala keperawatan,
kepala ruangan dan ketua tim tentang audit keperawatani akan dapat
meningkatkan kemampuan kepala bidang, kasi keperawatan, kepala ruangan
dan ketua tim melaksanakan audit keperawatan dalam mempertahankan mutu
asuhan keperawatan?
b. Apakah dengan melakukan desiminasi ilmu kepada Kepala keperawatan,
kepala ruangan dan ketua tim tentang supervisi akan dapat meningkatkan
kemampuan kepala ruangan dan ketua tim melaksanakan supervisi dalam
mempertahankan mutu asuhan keperawatan?
c. Apakah dengan memberikan informasi kepada perawat pelaksana akan
meningkatkan pemahaman perawat pelaksana akan pentingnya supervisi dalam
memecahkan masalah yang dihadapi?
d. Apakah dengan melakukan desiminasi kepada kepala ruangan, ketua tim dan
perawat pelaksana akan meningkatkan pemahaman tentang uraian tugas dan
rentang kendali/ mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan asuhan
keperawatan?
e. Apakah dengan melakukan desiminasi bersama dengan Kepala Bidang
kepertawatan dan kepala ruangan selama 1 (satu) hari dapat mengoptimalkan
sistem reward dan motivasi perawat.
2. Prioritas alternatif penyelesaian masalah
Hasil alternatif penyelesaian masalah terhadap masalah yang telah teridentifikasi
dipilih berdasarkan prioritas. Selanjutnya dilakukan seleksi alternatif penyelesaian
masalah tersebut dengan metode CARL, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Capability (C) : kemampuan melaksanakan alternatif.
b. Accesability (A) : kemudahan untuk melaksanakan alternatif.
c. Readiness (R) : kesiapan dalam melaksanakan alternatif.
d. Leverage (L) : daya ungkit alternatif tersebut dalam menyelesaikan
masalah.
Penilaian dilakukan menurut Wijono (2000) dengan rentang 1 sampai dengan 5,
yaitu: Angka 1 sangat tidak mampu, angka 2 kurang mampu, angka 3 cukup
mampu, angka 4 mampu, serta angka 5 sangat mampu. Nilai masing-masing
dikalikan, sehingga jumlah terbesar menjadi priroritas utama.
Tabel 2.7 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

No. Alternatif Pemecahan Masalah C A R L Skor


1 2 3 4 5 6 7
1. Merancang dan mengembangkan SPO 4 3 3 4 192
audit keperawatan
2. Merancang aturan tentang pemberian 4 3 3 2 72
reward dan punishmen
3. Melakukan seminar terkait metode 4 4 4 4 256
penugasan
4. Merancang format tentang supervisi 4 4 3 4 192
5. Melakukan desiminasi ilmu terkait audit 4 4 4 4 256
keperawatan
6. Merancang tentang metode penugasan 4 4 3 4 192
di poliklinik
7. Melakukan desiminasi ilmu terkait 4 4 3 4 192
Metode Supervisi
8. Melakukan sosialisasi tentang Metode 4 4 3 4 192
Supervisi
9. Melakukan Simulasi pelaksanaan 4 2 3 4 96
supervisi kinerja perawat menggunakan
format supervisi sesuai SPO

Dari hasil pembobotan diatas maka alternatif pemecahan masalah dengan urutan
prioritasnya berdasarkan metode CARL adalah sebagai berikut:
1. Melakukan desiminasi ilmu terkait audit keperawatan
2. Melakukan desiminasi ilmu terkait metode penugasan (SP2KP)
3. Merancang tentang metode penugasan di poliklinik
4. Melakukan desiminasi ilmu terkait Metode Supervisi
5. Merancang format tentang supervisi poliklinik.
6. Melakukan sosialisasi tentang Metode Supervisi
7. Melakukan Simulasi pelaksanaan supervisi kinerja perawat menggunakan
format supervisi sesuai SPO
C. Rencana Tindakan/ Plan Of Action (POA)
1. Adapun rencana tindakan/ plan of action (POA) penyelesaian masalah Belum optimalnya Supervisi kinerja perawat di RSUD Pasaman
Barat adalah sebagai berikut:

No Kegiatan Metode Waktu Sumber Daya Penanggung


Jawab
PERSIAPAN
1. Mentelusuri teori dari jurnal, books, pakar manajemen Diskusi 08 November 2019 Kepala Ruangan, ketua Kasie
tentang supervisi Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
2. Merancang metode supervisi (metode supervisi klinik) dan Diskusi 19 November 2019 Kepala Ruangan, ketua Kasie
menyesuaikan dengan SPO yang sudah ada terkait Supervisi Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
3. Menyusun jadwal supervisi secara berkala Diskusi 28 November 2019 Kepala Ruangan, ketua Kasie
Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
4. Menyepakati metode Supervisi, koordinasi keperawatan Rapat 21 November 2019 Kepala Ruangan, ketua Kasie
untuk validasi dan pengambilan keputusan koordinasi Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
5. Merancang Format Supervisi (supervisi klinik) Diskusi 21 November 2019 Kepala Ruangan, ketua Kasie
Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa

PELAKSANAAN
1. Melakukan desiminasi ilmu terkait Metode Supervisi Diskusi 10 November 2019 Kepala Ruangan, ketua Kasie
Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
2. Sosialisasi ulang SPO supervisi Sosialisasi 26 November 2019 Karu,, ketua Tim, perawat Kasie kep
pelaksana, mahasiswa
3. Melakukan Simulasi pelaksanaan supervisi kinerja perawat Role Play/ 28 November 2019 Kepala Ruangan, ketua Kasie
menggunakan format supervisi sesuai SPO pendampingan Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
EVALUASI
1. Tersusunnya jadwal supervisi rawat jalan Observasi dan 08 Desember 2019 Kepala Ruangan, ketua Kasie
diskusi Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
2. Tersusunnya Format Supervisi Observasi 08 Desember 2019 Kepala Ruangan, ketua Kasie
Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
3. Kepala ruangan mampu melakukan Supervisi kinerja Observasi dan 08 Desember 2019 Kepala Ruangan, ketua Kasie
perawat sesuai SPO diskusi Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
4. Laporan Penilaian hasil supervisi Diskusi 13 Desember 2019 Kepala Ruangan, ketua Kasie
Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa

2. Adapun rencana tindakan/ plan of action (POA) penyelesaian masalah peningkatan metode pengasan adalah sebagai berikut:

No Kegiatan Metode Waktu Sumber Daya Penanggung


Jawab
PERSIAPAN
1. Mentelusuri teori dari jurnal, books, pakar manajemen Diskusi 12 November 2019 Kepala Ruangan, ketua Kabid
terkait metode penugasan Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
2. Merancang jadwal metode penugasan (metode tim) dan Diskusi 13 November 2019 Kepala Ruangan, ketua Kabid
SPO Penugasan di Poliklinik Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
3. Menyepakati metode TIM dan SPO serta rentang kendali Rapat 26 November 2019 Kepala Ruangan, ketua Kabid
penugasan instalasi rawat jalan, koordinasi keperawatan koordinasi Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
untuk validasi dan pengambilan keputusan mahasiswa
PELAKSANAAN
1. Melakukan desiminasi ilmu Metode Penugasan Diskusi 10 November 2019 Kepala Ruangan, ketua Kabid
Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
2. Sosialisasi SPO metode Penugasan dan role play serta Diskusi 27 November 2019 Kepala Ruangan, ketua Kabid
membuat rentang kendali di Poliklinik Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
3. Melakukan Simulasi pelaksanaan Metode penugasan sesuai Dsikusi dan 27 November 2019 Kepala Ruangan, ketua Kabid
SPO Praktek Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa

EVALUASI
1. Tersusunnya jadwal metode penugasan di ruang rawat jalan Observasi 01 Desember 2019 Kepala Ruangan, ketua Kabid
/ poliklinik. Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
2. 100% Perawat poliklinik mampu melaksanakan metode Observasi 06 Desember 2019 Kepala Ruangan, ketua Kabid
penugasan yang telah di sepakati Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa
3. Laporan tersusunnya SPO Penugasan untuk dapat digunakan Diskusi 07 Desember 2019 Kepala Ruangan, ketua Kabid
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di poliklinik Tim, perawat pelaksana, Keperawatan
mahasiswa

3. Adapun rencana tindakan/ plan of action (POA) penyelesaian masalah belum pernah dilakukan audit keperawatan perawat RSUD Pasaman
Barat adalah adalah sebagai berikut:

No Kegiatan Metode Waktu Sumber Daya Penanggung


Jawab
PERSIAPAN
1. Mentelusuri teori dari jurnal, books, pakar manajemen Diskusi 13 November 2019 Komite keperawatan, Kabid
tentang audit keperawatan mahasiswa Keperawatan
2. Menyusun Panduan, SOP dan format dan tenaga yang Rapat 21 November 2019 Bidang keperawatan kabid
berwenang melakukan audit keperawatan Koordinasi Kepala Ruangan, komite Keperawatan
keperawatan, mahasiswa
PELAKSANAAN
1. Melakukan desiminasi ilmu terkait audit keperawatan Sosialisasi , 10 November 2019 Bidang keperawatan Kabid
diskusi Kepala Ruangan, komite Keperawatan
kelompok keperawatan, mahasiswa
2. Sosialisasi tentang audit keperawatan Diskusi 27 November 2019 Komite keperawatan, Kabid
mahasiswa Keperawatan
EVALUASI
1. Tersusunnya panduan, SOP dan Format serta tenaga yang Observasi dan 14 Desember 2019 Bidang keperawatan Kasie
berwenang tentang audit keperawatan diskusi Kepala Ruangan, Keperawatan
mahasiswa
2. Laporan tersusunnya panduan, tenaga yang berwenang Dokumen 14 Desember 2019 Bidang keperawatan Kasie
tentang audit keperawatan Kepala Ruangan, Keperawatan
mahasiswa
BAB IV PENUTUP

Pada bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil pelaksanaan
residensi pengkajian dan identifikasi masalah di Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman
Barat. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan implementasi yang dilakukan pada kegiatan
residensi ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengkajian di Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat
(IGD) dan Rawat Inap, teridentifikasi 15 (lima belas) masalah yang
berhubungan dengan manajemen pelayanan keperawatan.

2. Berdasarkan kesepakatan bersama dengan bidang keperawatan ditetapkan


prioritas masalah yang memerlukan pemecahan dalam residensi kedua adalah 1)
pelaksanaan kegiatan supervisi 2) peningkatan metode penugasan dan 3) belum
pernah dilakukan audit keperawatan, dari semua itu maka di rangkum dan di
sepakati untuk mengadakan seminar dan workshop tentang managemen bangsal
dimana materinya terkait dengan masalah yang di atas yang ditemukan di RSUD
Pasaman Barat, khususnya di Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat
(IGD) dan Rawat Inap.

3. Alternatif pemecahan masalah yang diusulkan dan disepakati meliputi,


melakukan desiminasi ilmu tentang 1) Fungsi manajerial Kepala ruangan, 2)
Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) 3) Supervisi
Kepala Ruangan dan 4) audit keperawatan dengan indikator.

B. Saran
1. Universitas Andalas
Sebagai bahan rujukan tentang praktek residensi yang dilaksanakan di RSUD
Pasaman Barat dan sumber literature bagi kegiatan residensi berikutnya, serta
dapat dijadikan bahan masukan untuk penelitian.
2. RSUD Pasaman Barat
a. Pimpinan RSUD Pasaman Barat
Menetapkan kebijakan seperti Pemberian reward dan punishment pada staf
untuk mendukung optimalisasi mutu pelayanan di RSUD Pasaman Barat
khususnya Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat dan Rawat Inap

b. Bidang Keperawatan RSUD Pasaman Barat


1) Memfasilitasi dan memotivasi tenaga/petugas Instalasi rawat jalan,
Instalasi Gawat Darurat dan Rawat Inap untuk melanjutkan
pendidikan/pelatihan dan pembaruan keterampilan dan pengetahuan yang
mendukung dalam meningkatkan mutu kegiatan pelayanan Instalasi
Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat dan Rawat Inap.

2) Tingginya angka kunjungan poliklinik, dan IGD RSUD Pasaman Barat


meningkatkan beban kerja perawat, sehingga diperlukan pertimbangan
untuk pengusulan penambahan tenaga keperawatan di Instalasi rawat
jalan dan Instalasi Gawat Darurat yang handal dan lebih berkompeten.

3) Meningkatkan fungsi evaluasi dan supervisi dari Kepala Sub Bidang


Keperawatan dan Kepala Instalasi Rawat Inap sehingga dapat
memelihara motivasi kerja para Kepala Ruang

4) Menyusun kebijakan tentang sistem seleksi dalam pengangkatan Kepala


Ruang yang berbasis kompetensi.

c. Kepala Ruangan Instalasi Rawat jalan, Instalasi Gawat darurat Dan


Rawat Inap
1) Memotivasi staf dan petugas untuk selalu bekerja sesuai dengan SPO yang
telah ditetapkan.
2) Memberikan reward bagi perawat yang memiliki kinerja baik dan
memberikan punishment bagi perawat/petugas yang bekerja tidak sesuai
dengan standar.
3) Melakukan supervisi dan evaluasi indikator mutu pelayanan secara
berkala.
4) Mendukung dan memfasilitasi staf untuk melanjutkan pendidikan dan
memperbaharui pelatihan keterampilan terutama bagi staf yang sudah
habis masa berlaku sertifikat pelatihannya.
d. Komite Keperawatan RSUD Pasaman Barat
1) Mengaktifkan komite keperawatan sebagai ajang untuk memfasilitasi dan
memotivasi perawat sehingga dapat diimplementasikan, berkontribusi
meningkatkan kinerja pengelolaan klinik bagi tenaga keperawatan yang
akhirnya dapat menjamin pasien dan masyarakat menerima pelayanan
yang berkualitas dan aman.
2) Mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan
melalui mekanisme Kredensial, penjagaan mutu profesi dan pemeliharaan
etika serta disiplin profesi sehingga pelayanan asuhan keperawatan kepada
pasien diberikan secara benar, sesuai standar yang baik sesuai kode etik
profesi, serta hanya diberikan oleh tenaga keperawatan yang berkompeten
dengan kewenangan yang jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Gillies, Dee Ann. (1996). Manajemen Keperawatan, Sebagai Suatu Pendekatan Sistem,
penerjemah Dika Sukmana,Rika Widya Sukmana, Yayasan IAPKP., Bandung.
Hasibuan,SP., (2005).,Malayu,H. Manajemen Sumber Daya Manusia., Edisi revisi
Cetakan ke tujuh, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Handoko TH. (2000) Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi ke-
2.Yogyakarta : BPFE

Kasim, m., & abdurraouf, m. (2016). Peningkatan kualitas pelayanan dan


pendokumentasian asuhan keperawatan dengan metode tim. Nurseline journal,
1(1).

La Monica L. Elaine. Alih Bahasa Nurachmah. Elly. (1998),. Kepemimpinan dan


Manajemen Keperawatan, Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. EGC. Jakarta

Marquis, B.L, dan C.J.Houston.,Alih Bahasa Widyawati,Wilda Eka Handayani,


Fruriolina Ariani., (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Teori
& Aplikasi Edisi 4, EGC, Jakarta

Nurahmah, E. (2005). Leadership Dalam Keperawatan.,Artikel FK UI, tidak diterbitkan


Nursalam M. Nurs (Honours)., (2010) Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam
Praktik Keperawatan Profesional., Edisi 3,Salemba Medika, Jakarta.

Nursalam m. Nurs (honours)., (2013) manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik


keperawatan profesional., edisi 3,salemba medika, jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 49, (2013), komite keperawatan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 69, (2014) kewajiban rumah sakit
dan kewajiban pasien

Robbins, Stephen, P. (2001) Perilaku Organisasi. Jilid 2 ( Edisi Bahasa Indonesia).


Prenhallindo ; Jakarta.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit, (2018) Standar Akreditasi Rumah Sakit, Edisi 1

Saljan, (2005) pengaruh pelatihan supervisi Terhadap peningkatakan kinerja perawat


pelaksana

S.Suarli, Yanyan Bahtiar.(2002) Manajemen Keperawatan Dengan pendekatan Praktis.


Erlangga. Jakarta

Sitorus. R. (2006) Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Rumah Sakit .


Penataan Struktur dan Proses Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat. Panduan Implementasi. EGC. Jakarta

Swanburg. C. Russell. AlihBahasa Samba. Suharyati. (2000). Pengantar Kepemimpinan


dan Manajemen Keperawatan, Untuk Perawat Klinis. EGC. Jakarta

Widodo, w. N., wungow, h., & hamel, r. S. (2016). Hubungan peran ketua tim dengan
kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di
irina f rsup prof dr. R. D. Kandou manado. E-journal keperawatan, 4, 3–7.

Anda mungkin juga menyukai