Anda di halaman 1dari 7

KEPERAWATAN ENTERPRENEURSHIP

“TOKOH-TOKOH PERAWAT ENTERPRENEURSHIP”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
KEPERAWATAN 5A

1. Qorri Hartanto 1914201031


2. Resti Perdana Sari 1914201034
3. Afriawatri Yodelvi 1914201005
4. Wulan Purnama Sari 1914201045
5. Fadhila Putri 1914201014
6. Yeni Susanti 1914201004
7. Amelia Gustri 1914201007
8. Rizky Yola Nofita 1914201037
9. Yuli Marnis Tapokabkab 1914201046

DOSEN PENGAMPU
Defi Yulita,S.SiT,M.Biomed

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES ALIFAH PADANG
TA 2020-2021
1. Rahmatullah Darmawan S.Kep Ns, Direktur Utama CV Phinisi Sejahtera &
Owner Rufaidah Nurse Care

Pria kelahiran Makassar 1990 ini, mencoba untuk mencari peruntungan bukan untuk
menjadi pegawai di rumah sakit, seperti yang banyak dilakukan oleh lulusan keperawatan
lainnya. Sebaliknya, Ia justru menjajaki karier di dunia bisnis. Uniknya, dunia bisnis yang
ditekuninya tetap segaris dengan keahliannya di bidang keperawatan.
Beberapa usaha pun didirikan, seperti CV. Phinisi Sejahtera, akhirnya Rahmatullah
berhasil meramu ilmu keperawatannya menjadi modal untuk berbisnis.Begitu pun dengan
mengembangkan Phinisi Institute yang bergerak di dunia pendidikan dan pelatihan
pengembangan, yakni mengembangkan Nurse Station Apparel yang bergerak di bidang
penjualan alat kesehatan (alkes), dan mengembangkan Rufaidah Nurse Care yang bergerak di
bidang klinik layanan keperawatan.
Salah satu usahanya yang saat ini coba untuk lebih dikembangkan adalah Rufaidah
Nurse Care yang ada di BTN Tamarunang Indah I, Blok J6 No.1, Kabupaten Gowa. Rufaidah
Nurse Care sendiri terbilang masih seumur jagung, yakni berdiri di bulan Agustus 2016.
Maka dari itulah Rahmatullah lebih memfokuskan tenaga dan pikirannya untuk
memajukan kliniknya ini yang berdiri melalui modal penjualan alkes.
“Ini usaha dalam bidang keperawatan. Sejak lahirnya undang-undang nomor 38 tahun
2014 bahwa perawat sudah bisa bikin klinik, sama dengan dokter. Cuma perbedaannya kita
hanya fokus ke perawatan, bukan pengobatan. Seperti pemeriksaan tekanan darah dan
sebagainya kita layani di sini,” ujarnya.
Artinya, melalui klinik ini, Deng Uyha, sapaan akrab Konselor Adiksi Balai
Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar ini, hanya menawarkan layanan di bidang keahliannya
saja, yakni masalah keperawatan, dan tidak sampai melakukan pengobatan kepada pasiennya.
“Kalau pengobatan kita rujuk ke dokter atau rumah sakit. Seperti kemarin ada bayi
yang kita rawat karena demam, kita usulkan ke dokter karena di sini kita hanya fokus pada
perawatan gigi, luka, sunat, cek gula darah, kolesterol, dan yang berkaitan dengan hal
keperawatan lainnya.
Bila pun ada pengobatan, itu hanya cenderung ke pengobatan herbal, karena memang
perawat tidak boleh melakukan pengobatan, tapi obat-obat herbal bisa kita sarankan kepada
pasien. Itu bedanya,” terang alumni S1 Keperawatan UIN Alauddin Makassar. Alumni Ners
Stikes Yapika Makassar ini, membangun usaha keperawatan sejak tahun 2012, melalui
Phinisi Institute.
Namun, baru di tahun 2016 mengembangkan bisnisnya dengan membuka klinik. Hal itu
membuktikan progresivitasnya dalam menapaki karier yang berbeda dari lulusan
keperawatan lainnya. “Di klinik ini ada 7 orang perawat dan diantaranya ada masih
mahasiswa.
Saya ingin memotivasi mereka agar setelah lulus bisa berwirausaha. Saya yang modali
klinik ini, tetapi karena belum punya STR, jadi penanggungjawabnya adalah Ners Hasma,
pegawai di rumah sakit Syekh Yusuf, Gowa. Jadi kalau ada pasien mau dirawat, kami
menghubungi dia untuk menangani,” jelas Deng Uyha. (mg3/hms)
Peduli Masyarakat Kurang Mampu, Berbisnis bukan hanya semata berorientasi pada
keuntungan.Tetapi, Deng Uyha peduli sesama. Terutama bisa membantu masyarakat yang
kurang mampu. Tarif perawatan yang diberikan lebih murah, sehingga cukup terjangkau bagi
masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
“Biaya kita berikan lebih murah Rp80 ribu per tiga kali pemeriksaan. Adapun obat
yang diberikan sekadar obat generik seperti paracetamol dan sebagainya, karena kita tak bisa
menawarkan pengobatan. Itu dokter ahlinya. Tapi kalau sunat bisa, biayanya cuma Rp500
ribu lebih murah dari biasanya Rp1 juta. Tenaga perawat kita juga sudah terlalih mereka dari
akademi keperawatan, Ners lah. Jadi cukup memiliki kemampuan,” paparnya.
Sesuai dengan mottonya ‘Jadilah bermanfaat bagi orang lain, maka kamu akan selalu
bersama orang-orang baik’, klinik yang dirintis Deng Uyha dengan harga yang terbilang
murah, membuat pasien yang dirawat terus bertambah. Tentunya, hal itu sangat positif bagi
kemajuan bisnisnya.
“Kalau di buku registrasi kami sudah ada 70 orang yang chek up di sini sejak Agustus.
Kita juga sempat merawat orang kayak mandi dan makannya kita yang urus gitu. Mereka
bayar perhari. Kalau misalnya ada orang tua yang tidak bisa di urus sama anaknya kita bisa
kirim orang ke sana, semacam perawatan lansia. Biasanya tiga kali sehari. pagi siang malam,
tergantung kontraknya dengan klien mau kayak bagaimana. Artinya hal ini sudah menjadi
suatu kebanggaan bagi kami. Kita berbisnis tapi tetap menolong orang yang tak mampu,”
ungkapnya.
Begitu pedulinyadengan masyarakat yang tak mampu, sehingga Deng Uyha berencana
di 2017, Ia dan kawan-kawan seperjuangannya akan mengganti pembayaran warga yang
kurang mampu dengan hanya menebus layanan keperawatan menggunakan limbah plastik.
“Jadi kalau nanti mereka mau cek gula atau periksa kesehatan lainnya, bila pasien tidak
punya uang, kami hanya minta sampah gelas plastik karena kita mau kembangkan kayak
produk-poduk daur ulang. Ya, semoga ide ini nantinya bisa terlaksana agar bisa menolong
lebih banyak masyarakat yang kurang mampu,” terangnya. (mg3/hms)
Dorong Lulusan Keperawatan untuk Berbisnis, Deng Uyha pun sudah mengagendakan
banyak rencana di tahun 2017, untuk mengarahkan para mahasiswa keperawatan agar melirik
bisnis bidang keperawatan melalui programnya Ners Rangers Go to Campus. Lewat program
ini, Deng Uyha beserta koleganya mengunjungi setiap kampus keperawatan guna
mengedukasi mahasiswa terkait potensi ilmu keperawatan dalam dunia bisnis.
Agenda ini pun akan diarahkan untuk mengubah mindset mahasiswa agar bisa
berwirausaha. Karena menurutnya, banyak yang tidak tahu bahwa setelah selesai raih gelar
ners itu mahasiswa keperawatan bisa buat klinik. “Ini bisa memecah pengangguran karena
tidak bisa dipungkiri bahwa perawat itu penganggurannya cukup tinggi. Untuk itu, kita mau
memecah mindset itu melalui asuan keperawatan, jual-beli alkes, atau apapun yang berkaitan
dengan keperawatan.
Jadi banyak peluang yang bisa diraih lulusan ners atau keperawatan setelah selasai
selain jadi PNS,” terangnya. Deng Uyha hendak menggelar program ini karena berkaca pada
pengalaman-pengalaman sebelumnya, di mana para lulusan perawat begitu sulit memulai
karirnya sebagai PNS.
Sehingga, berbisnis akhirnya mesti menjadi kebutuhan bagi para lulusan perawat. Ia
mencontohkan, misalnya saja ada 3000-an mahasiswa, sementara perawat per tahun hanya
diserap sekitar 200 saja. Itupun banyak yang bekerja tapi sukarela. Hal ini dilihat Deng Uyha
sebagai sesuatu yang miris. Bahwa jenjang karir kepegawaian mahasiswa keperawatan itu
begitu sulit. “Maka kita juga mau kampanyekan jangan mau jadi sukarela.
Jadi bikin klinik sendiri dari pada jadi sukarela tidak dibayar rugi kuliah kita mahal-
mahal. Sasarannya kampus-kampus keperawatan. Nanti kita juga akan pameran dan talkshow
untuk membahas produk-produk apa saja sih yang bisa dijual oleh perawat. Istilahnya
mendorong mereka untuk berwirausaha,” tutupnya. (mg3/hms)
2. Syaifoel Hardy

Syaifoel Hardy, MN adalah sosok perawat inspiratif asal Indonesia yang punya
segudang prestasi baik nasional maupun Internasional. Mengawali karirnya dari nol alias
sebagai perawat biasa kini beliau justru telah memberi inspirasi yang bermanfaat kepada
puluhan ribu masyarakat Indonesia, kuhususnya para perawat.
Melalui lembaga yang Ia didirkan yaitu Indonesian Nursing Trainers (INT) Syaifoel
Hardy telah memberikan pelatihan kepada ribuan calon perawat agar siap tempur menjadi
perawat yag profesional dan kreatif. Gak Cuma lewat lembaga, beliau juga banyak
memberikan inspirasi lewat buku – buku yang Ia tulis, seperti Enjoying Nursing, From Qatar
To Indonesia dan masih banyak karya tulis beliau yang lainnya.
Karir keperawatan beliau berawal dari nol, dari seorang lulusan SPK sampai
melanglang buana ke luar negeri  UEA, Kuwait, Qatar untuk menjadi perawat. Beliau bukan
perawat yang biasa-biasa saja, beliau adalah perawat yang luar biasa.   Beliau tidak hanya
berkutat dalam dunia keperawatan saja. Melalui  kepiawaiannya mengolah kata dan bahasa
beliau tebarkan tulisan-tulisan yang memotivasi dunia keperawatan. Dari tulisan -  tulisan 
beliau yang dituangkan melalui media sosial, buku-bukunya kita bisa membaca aliran
motivasi yang luar biasa. Motivasi yang beliau berikan untuk membangkitkan dirinya dan
orang-orang di lingkungan sekitarnya.
Menjadi penulis dan memotivasi diri selalu semangat menulis mungkin hal yang biasa.
Namun yang dilakukan beliau tidak hanya untuk dirinya. Dengan mendirikan Indonesian
Nursing Trainers (INT) sebuah grup yang mempunyai anggota sampai saat ini berjumlah
20.643  yang tersebar di seantero jagad beliau mengajak, mengajarkan, memotivasi
bagaimana menjadi perawat yang tidak biasa.   merubah diri menjadi orang yang luar biasa.
Beberapa karya buku-buku beliau  yang  juga ditulis bersama dengan teman -teman di  INT
adalah Enjoy Nursing, Nursing : The Sleeping Giant, Diaspora Nursing  Indonesia The Poor
Litle Rich, From Qatar To Indonesia dan lain-lain.
Saat ini beliau kegiatan yang beliau lakukan setelah kembali ke tanah air  dari
pengabdian keperawatan di luar negeri  adalah memberikan motivasi dan pelatihan kepada
perawat di Indonesia agar bisa mendunia. Melalui pelatihan-pelatihan yang diberikan beliau
berharap perawat di Indonesia bisa sukses menapak dunia keperawatan di belahan dunia
manapun. Dengan salah satu slogannya "MORE THAN JUST NURSING"  perawat di
Indonesia diharapkan mempunyai nilai lebih, lebih dari sekedar perawat.
Beberapa penghargaan yang pernah beliau terima adalah Diaspora Award Winner, Los
Angeles, 2012, Life Achievement Award, PPNI Qatar 2012, Al Hasbah Award, Qatar
Petroleum 2012 dan lain-lain. Rasa-rasanya tidak cukup kata dan kalimat untuk menuangkan
cerita hidup beliau, pembaca bisa lebih banyak mengenalnya melalui tulisan-tulisannya pada
grup Indonesia Nursing Trainers ataupun melalui media sosial miliknya.

3. Tracey L. WolfmanTracey L. Wolfman RN, BSN, MA

Tracey L. Wolfman, pemilik We Care Adult Care, Inc. selalu memiliki hasrat untuk
warga lanjut usia. Dia meluncurkan “We Care Adult Day Care, Inc.” pada tahun 2000.
Seorang perawat terdaftar dengan gelar Magister Administrasi Keperawatan dari Teacher's
College, Universitas Columbia, Tracey telah menghabiskan 30 tahun terakhir bekerja dengan
populasi lansia yang mengkhususkan diri dalam penyakit Alzheimer. Dedikasi dan
pengetahuan Tracey telah membantu banyak orang yang menderita penyakit Alzheimer dan
pengasuh keluarga mereka.
Pembukaan We Care Adult Care, Inc. memberi Tracey kesempatan untuk memberikan
layanan terbaik kepada keluarga yang cukup beruntung untuk menggunakannya. Seorang
perawat, pembicara ahli, pengasuh, dan pengusaha, Tracey telah memberikan "Kualitas
Hidup" yang tidak ada bandingannya dengan pusat penitipan anak dewasa lainnya di
Monmouth County.
'We Care Adult Care, Inc.' dinominasikan dan memenangkan Small Business Success
Award oleh NJ Small Business Development Center, menerima pernyataan dari mantan
Gubernur McGreevey dan Senator Joseph Kyrillos atas Pelayanan yang luar biasa kepada
Komunitas, disorot di News 12 New Jersey , sebuah stasiun televisi New Jersey, dan telah
menulis banyak artikel surat kabar tentang penitipan anak dewasa di surat kabar dan majalah
lokal dan regional.
Tracey adalah asisten profesor di Monmouth University, menjabat di Dewan Direksi
untuk Alzheimer New Jersey dan melayani di dewan penasihat Marjorie K. Unterberg School
of Nursing and Health Studies.

Anda mungkin juga menyukai