Anda di halaman 1dari 8

Nama: Ijlal Muzhafar ramadhan

Kela: 2C

NIM: 191107

Kasus 1

Rumah sakit-rumah sakit di Jakarta mendadak membludak dibanjiri pasien.


Setiap harinya tidak ada satu rumah sakitpun yang berada di Jakarta yang tidak
kebanjiran pasien. Sehingga pelayanan terhadap pasienpun tidak optimal. Banyak
pasien yang ditolak (terutama pasien miskin) dengan alasan bed penuh. Program
KJS Pemprov DKI yang dijadikan sebagai biang keroknya.

Selama ini rumah sakit di ibukota tidak pernah mengalami hal demikian
sebelum diluncurkannya Kartu Jakarta Sehat oleh Jokowi.

16 rumah sakit swasta yang tergabung dalam KJS berencana mengundurkan


diri menerima sistem KJS

 Pertanyaan
1. Apa ciri kelompok sosial masyarakat pada kasus tersebut?

Jawab : Termasuk kedalam kelompok sosial publik.

2. Apa dampak fenomena permasalahan pada kasus tersebut?

Jawab : dapat menimbulkan kualitas kesehatan di masyarakat dengan


meningkatnya orang yang sakit karena memperoleh pelayanan kesehatan
yang baik, pelayanan terhadap pasien di Jakarta tidak optimal rumah sakit
lebih memprioritaskan yang menggunakan program KJS saja

3. Apa upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan tersebut?

Jawab : lebih efektif dalam pemilihan sasaran dalam program KRS, dan
rumah sakit harus bijaksana dalam kegiatan perawatan menangani pasien dan
tidak hanya mementingkan uang dan keuntungan saja sehingga semua pasien
bisa dirawat di rumah sakit Jakarta tidak hanya dengan pasien yang
menggunakan program KJS.

4. Apa sikap yang baik dalam menghadapi permasalahan tersebut?

Jawab : sebagai tenaga kesehatan harus tetep memberikan pelayanan yang


baik tidak boleh membeda bedakan pasien, harus melayani pasien dengan
baik seperti kode etik yang sudah ditetapkan sehingga rumah sakit
menyamaratakan perawatan kepada pasien.
Kasus 2

Mohammad Ponari (9 tahun), anak SD kelas 3, warga


dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang,
Jawa Timur, tiba-tiba saja menjadi “Dukun Tiban” (jadi dukun mendadak).
Dengan berbekal “batu ajaib”, ia mengobati pasiennya dengan cara mencelupkan
batu saktinya ke segelas air lalu si pasien disuruh meminumnya, dan konon sang
pasien merasa sembuh. Ada kalanya Ponari melakukan pijatan ke tubuh pasien
yang mengalami kelumpuhan. Sejak namanya tenar sebagai “juru penyembuh”,
rumahnya dibanjiri puluhan ribu calon pasien yang tumpah ruah datang ke
dusunnya.

Bagaimana awal mulanya Ponari mendapatkan batu ajaib itu ?  Begini


kisahnya, Ponari bermain di bawah guyuran air hujan dan petir menyambar-
nyambar di atasnya. Tiba-tiba tubuh bocah itu kemasukkan hawa panas, seperti
batu terkena sambaran petir. Saat itulah di bawahnya muncul batu sebesar kepalan
tangan, berwarna kehitaman. Batu ini, oleh Ponari dibawa pulang.

Cerita “kesaktian” Ponari ini akhirnya menyebar dari mulut ke mulut ke


berbagai tempat. Puluhan ribu orangpun kemudian berbondong-bondong ke
rumah Ponari untuk memperoleh pengobatan air celupan batu. Kebanyakan yang
menyerbu ke rumah Ponari adalah  kalangan orang-orang miskin, walaupun ada
juga orang kaya yang ikut nimbrung terutama yang frustasi karena penyakitnya
tak kunjung sembuh meski sudah berobat ke dokter.

Beberapa waktu lalu, media massa ramai memberitakan fenomena Ponari,


bocah berumur 10 tahun dari dusun Kedungsari, Balongsari, Kecamatan Megaluh,
Jombang. Bocah itu mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Cara
penyembuhannya jauh berbeda dengan praktik dokter pada umumya.

Kebanyakan dari mereka adalah rakyat miskin, yang jelas tak memiliki
banyak uang untuk menjadi pasien di klinik dokter, apalagi di rumah sakit yang
notabene adalah tempat orang untuk berobat. Sudah menjadi rahasia umum bila
kesehatan di masyarakat kita teramat mahal. Hingga muncul anekdot, orang
miskin tak boleh sakit. Memang, negara telah menyediakan Pusat Kesehatan
Masyarakat atau Puskesmas, tetapi pelayanannya sering kali menyedihkan. Misal
saja di Puskesmas dekat tempat saya tinggal. Puskesmas ini baru melayani pasien
mulai pukul sembilan pagi. Tak jarang dokter yang bertugas datang terlambat
hingga 30 menit.

 Pertanyaan
1. Apa ciri kelompok sosial masyarakat pada kasus tersebut?

Jawab : termasuk dalam ciri kelompok sekunder


2. Apa dampak fenomena permasalahan pada kasus tersebut?

Jawab : dampaknya dapat membuat kinerja rumah sakit menurun karena


kekurangan pasien, dan juga membuat pasien tidak percaya dengan adanya
program kesehatan rumah sakit sehingga mereka semua percaya terutama
kalangan miskin akan adanya pengobatan spiritual seperti batu ajaib yang
dicelup kan kedalam air.

3. Apa upaya dapat dilakukan dalam mengatasi permasalah tersebut?

Jawab : meyakinkan masyarakat belum tentu semuanya pengobatan spiritual


bisa menyembuhkan karena mereka tidak belajar dan tidak mengetahui
bagaimana cara yang benar, begitu pula dengan kebersihan dan zat apa yang
terkandung dalam batu dan air tersebut karena belum ada persetujuan dari
pemerintah sehingga takut terjadi kejadian yang tidak diinginkan. Upaya
untuk petugas kesehatan harus bisa lebih dekat dan peduli dengan masyarakat
terutama masyarakat miskin agar masyarakat mengetahui akan pentingnya
pengobatan kerumah sakit.

4. Apa sikap yang baik dalam menghadapi permasalahan tersebut?

Jawab : masyarakat harus tetap mendapatkan pelayanan pengobatan dari


dokter atau pengobatan ke rumah sakit karena tim dalam anggota rumah sakit
mempunyai ilmu dan pengetahuan yang sudah diketahuinya, sehingga
masyarakat harus tetap datang kerumah sakit walaupun ada pengobatan
spiritual walaupun masyarakat miskin bisa mendaftar diri dengan
menggunakan BPJS.

Kasus 3

Fenomena Pelayanan Kesehatan

Seorang dokter di sebuah puskesmas memeriksa pasien sambil ngobrol lewat


ponselnya. Stetoskop hanya dikalungkan di leher, sama sekali tak digunakan.
Sang dokter hanya bertanya dan menulis resep. Terkesan dokter memeriksa pasien
dengan separuh hati. Seharusnya, mereka menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan saat mereka bertugas. Melayani masyarakat miskin dengan sepenuh
hati. Menyamakan kedudukan pasien miskin dengan dirinya yang juga manusia.
Puskesmas tak jarang enggan melayani pasien yang datang setelah pukul sebelas
lewat. Anehnya lagi, dokter sering tak ada dengan alasan sedang keluar. Ini
contoh kecil kurang maksimalnya pelayanan kesehatan terhadap rakyat kecil.

Untuk ke dokter yang membuka praktik pribadi? Hanya orang-orang yang


memiliki uang yang bisa dengan rutin mengunjungi dokter. Si miskin sering kali
tak berdaya ketika dibeberkan berapa biaya yang mesti dibayar. Mengunjungi
rumah sakit? Lebih mengenaskan lagi. Untuk rumah sakit Cipto Mangunkusumo
yang notabene melayani seluruh kalangan masyarakat dengan biaya lebih murah
sering kali terjadi pembiaran terhadap pasien.

Rumah sakit di negeri kita bukanlah tempat yang nyaman untuk mencari
kesembuhan. Untuk bisa menghuni sebuah kamar perawatan, keluarga pasien
meski merogoh kantong dalam-dalam sebagai uang muka. Tanpa membayar
minimal uang muka, jangan harap bisa mendapatkan perawatan yang semestinya.
Tak jarang pasien bertambah parah karena tak cepat ditangani. Itulah sekelumit
potret buram buruknya pelayanan kesehatan di negeri kita.

Tak heran orang-orang yang berkantong tebal memilih terbang ke luar negeri,
Singapura. Di sinilah surga mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Kurang
manusiawinya pelayanan kesehatan di rumah sakit kita membuat orang Indonesia
mencari kesembuhan ke sana. 50 persen pasien luar Singapura adalah warga
negara Indonesia. Mengapa? Pelayanan kesehatan di luar, termasuk Singapura,
sangat ramah dan mudah.

Bagaimana dengan orang miskin di negeri kita? Karena pelayanan kesehatan


di negeri kita kurang menyenangkan buat saudara kita yang miskin, mereka pun
mencari jalur lain. Alternatif. Baik alternatif orangnya, ilmunya, obatnya, maupun
biayanya.

 Pertanyaan
1. Apa ciri kelompok sosial masyarakat pada kasus tersebut?

Jawab : termasuk kedalam ciri kelompok sekunder

2. Apa dampak fenomena permasalahan pada kasus tersebut?

Jawab : dampak masyarakat tidak mau datang kerumah sakit dikarenakan


dokter dan tim rumah sakit tidak melayani dengan sepenuh hati sehingga
masyarakat yang berobat tidak puas terutama kalangan miskin ia lebih
memilih ke pengobatan alternatif dan begitu pula yang orang berkantong
tebal lebih memilih ke pengobatan di Singapura, fenomena ini dapat
menyebabkan akreditasi rumah sakit menurun dan masyarakat tidak percaya
dengan pelayanan dan perawatan rumah sakit dan akhirnya rumah sakit
menjadi sepi.

3. Apa upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalah tersebut?

Jawab : upaya nya yaitu dokter yang di percayai masyarakat untuk


memberikan pengobatan yang baik dan dapat membuat nya sembuh tapi tidak
melayani sepenuh hati dan tim fasilitas rumah sakit juga tidak melayani dan
merawat dengan sepenuh hati/baik. Seharusnya mulai dari sekarang dokter
dan tim rumah sakit harus sadar akan pentingnya pelayanan karena pasien
tidak hanya ingin sembuh dengan obat saja tetapi pelayanan yang baik dapat
membuat mereka senang dan akhirnya mereka bisa sembuh dengan bahagia
begitu pula nama rumah sakit dan dokter tidak akan jelek dimata masyarakat
sehingga masyarakat jika sakit mau berobat ke rumah sakit atau puskesmas.

4. Apa sikap yang baik dalam menghadapi permasalahan tersebut?

Jawab : sikap yang baik yaitu, contoh nya sebagai dokter harus menepati
janjinya dan bekerja profesional seperti peraturan datang jam 9 harus datang
jam 9 terkecuali ada kepentingan mendadak atau penting banget dan juga saat
memeriksa pasien harus mengutamakan kepentingan pasien tidak boleh
memeriksa pasien sambil telponan dan melayani pasien dengan sepenuh hati,
seharusnya sebagai dokter yang sudah mempunyai ilmu dan pengetahuan bisa
bekerja dengan lebih baik lagi.

Kasus 4.

Di SMP A sering mengalami kerasukan massal. Awalnya hanya 1 siswa yang


mengalami kerasukan, tetapi beberapa menit kemudian disusul dengan kerasukan
beberapa temannya lagi. Yang menjadi korban kerasukan bisa mencapai 20 siswa.
Hal ini menjadi pemandangan yang biasa di SMP A. Guru-guru dan karyawan
SMP tersebut sudah kewalahan menangani hal tersebut. Segala upaya telah
dikerahkan untuk mengatasi kerasukan tersebut termasuk dengan memanggil kiai,
dukun dan paranormal. Tetapi kejadian tersebut masih tetap terjadi. Kejadian ini
jelas mengganggu kegiatan belajar mengajar. Yang menjadi pertanyaan adalah
apakah kerasukan itu adalah penyakit yang menular atau gangguan ghaib?

 Pertanyaan
1. Analisa jenis kasus?

Jawab : jenis kasus geografis yang terjadi ini adalah dimana satu sekolah tiba
tiba mengalami kerasukan masal.

2. Ciri ciri kelompok sosial masyarakat?

Jawab : kelompok primer

3. Latar belakang kasus?

Jawab : latar belakang kasus ini terjadi di suatu sekolah yang mengalami
kerasukan masal. Hal ini menjadi kegiatan yang tidak wajar guru dan
karyawan pun sudah tidak sanggup menangani hal tersebut segala upaya pun
sudah dilakukan, tetapi tetap terjadi dan sangat mengganggu aktivitas belajar
mengajar dalam sekolah tersebut.
4. Penyelesaian kasus?

Jawab : penyelesaian sebaiknya setelah dan sebelum memulai kegiatan


belajar mengajar ngaji / baca doa terlebih dahulu. Atau diadakan
pengajian/syukuran ditempat sekolah tersebut agar tidak ada gangguan dari
makhluk halus.

5. Analisa terhadap dampak perubahan sosial yang diakibatkan oleh kasus


tersebut dan siapkan yang bertanggung jawab atas masalah sosial tersebut?

Jawab : terganggunya belajar mengajar yang membuat murid tidak belajar


dengan efektif begitu pula menggangu kenyamanan murid dan orang tua
murid yang pasti bakal was was saat anaknya sekolah takut ikut kerusurupan
masal. Yang bertanggung jawab atas sekolah tersebut misal guru dan staf
yang lain seharusnya dengan bagaimanapun caranya yang baik harus
ditingkatkan walaupun sudah sampai lelah, bisa saja dengan cara ngaji setiap
sebelum melakukan pembelajaran dan sesudah bisa menjaga kebersihan
sekolah dan harus bisa membuat sekolah tersebut nyaman jangan pernah
bosan sebagai penanggung jawab karena itu sudah kewajiban nya untuk
menjalankan amanat.

Kasus 5

Tragis. Kasus bunuh diri satu keluarga di Malang, Jawa Timur, kemarin
(12/3/2007), menyisakan tanda tanya besar di benak masyarakat. Betapa seorang
ibu tega menghabisi nyawa empat darah dagingnya sendiri tanpa ampun.
Mirisnya, kasus ini bukan yang pertama kali terjadi. Mengapa orang menjadi
mudah bunuh diri begitu dihadapkan pada peliknya persoalan hidup?

Ibu yang putus asa itu bernama Junania Mercy (37). Dia diduga meracuni
anaknya, Athena Latonia (11), Prinsessa Ladova (9), Hendrison (7), dan Gabriela
Alcein (2), menggunakan potasium yang dicampur dalam air putih. Saat
ditemukan, Ny Mercy dalam posisi tertelungkup di tempat tidur tambahan.
Sementara, keempat anaknya dalam konsisi bersedekap di tempat tidur bagian
atas. Suaminya sudah berbulan-bulan tak pulang ke rumah karena bekerja di
bengkel di Surabaya. Penyebab bunuh diri tersebut dilatabelakangi persoalan
pribadi Ny Mercy dengan suaminya dan himpitan ekonomi. Sebab, anak
ketiganya, Hendrison harus cuci darah setiap minggu karena gagal ginjal. Biaya
cuci darah ini tidak murah. Belum lagi, anak-anak Ny Mery itu bersekolah di
sekolah swasta yang biaya pendidikannya di atas biaya sekolah negeri.

Psikolog Sartono Mukadis berpendapat, dalam berbagai kasus bunuh diri,


faktor ekonomi kerap kali menjadi alasan pembenar. Hal ini juga dipicu adanya
kesenjangan sosial tinggi di masyarakat.
 Pertanyaan
1. Apa ciri kelompok sosial masyarakat pada kasus tersebut?

Jawab : Termasuk ke dalam ciri kelompok primer

2. Apa dampak fenomena permasalahan pada kasus tersebut?

Jawab : dampak nya yaitu ny.mercy kehilangan darah daging nya,


dikarenakan masalah ekonomi dan suami bekerja dengan jarak jauh sehingga
ia tega menghabisi nyawa darah daging nya sendiri, Dampak nya ny. Mercy
jadi sendirian dan pasti suaminya marah besar.

3. Apa upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalah tersebut?

Jawab : seharusnya jika tidak mempublikasikan penghasilan yang cukup atau


masalah ekonomi ny. Mercy bisa dengan bekerja lebih giat lagi dan memberi
tahu suami bahwa semakin lama perekonomian semakin membutuhkan uang
yang banyak, tidak perlu dengan cara bunuh diri atau meracuni darah daging
nya sendiri.

4. Apa sikap yang baik dalam menghadapi permasalahan tersebut?

Jawab : kita sebagai perawat yang bekerja dirumah sakit memberi


keringanan untuk biaya pengobatan cuci darah misal dengan cara memberi
tahu ny. Mercy dengan menggunakan BPJS agar dapat meringankan dan
membantu keluarga ny. Mercy begitu pula dengan sekolah anak anaknya bisa
dengan menggunakan jalur prestasi atau jalur beasiswa begitu pula jika
anaknya yang sedang sekolah bisa membantu orang tua bisa saja ia bisa
mencari pekerjaan yang ringan tidak menggangu sekolah dan dapat
meringankan biaya sekolah bagi orang tua.

Kasus 6

Bencana gempa Palu:

Palu berkali-kali mengalami gempa dalam beberapa waktu di bulan Oktober


2018 bahkan disertai Tsunami. Muncul keyakinan masyarakat gempa akan
berhenti jika ada hujan besar di wilayahnya. Sehingga sekelompok warga berdoa
dan berharap akan turun hujan dalam waktu dekat. Terdapat fenomena lain dalam
kasus ini yaitu kasus penjarahan tidak hanya pada toko makanan, tetapi juga pada
tiko elektronik dan perhiasan. Padahal pemerintah hanya mengizinkan
masyarakat mengambil makanan dan akan ditanggung pemerintah.

 Pertanyaan
1. Apa ciri kelompok sosial masyarakat pada kasus tersebut?
Jawab : termasuk ke dalam ciri kelompok primer

2. Apa dampak fenomena permasalahan pada kasus tersebut?

Jawab : dampaknya usaha yang sudah mereka rintis hilang dan rugi karena
terkena stunami, padahal sebelumnya sudah diberi tahu tidak boleh membuka
toko karena makanan sudah ditanggung oleh pemerintah.

3. Apa upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalah tersebut?

Jawab : sebagai warga masyarakat seharusnya mengikuti program apa yang


telah diberikan oleh pemerintah, sehingga jika tiba tiba datang stunasi mereka
tidak kaget lagi dan harus waspada.

4. Apa sikap yang baik dalam menghadapi permasalahan tersebut?

Jawab : kita sebagai manusia juga harus mempunyai rasa kemanusiaan,


contoh nya bisa membantu warga yang terkena stunami dan mambantu
berdoa agar turun hujan besar dan waspada setiap saat agar tidak menjadi
korban stunami

Anda mungkin juga menyukai