Anda di halaman 1dari 13

KOMUNIKASI KEPERAWATAN PADA USIA REMAJA

Ns Maliyanti Silalahi, M.Kep., Sp.Kep.J

DI SUSUN OLEH :
Dita Apriani (191101)

Elsa Amelia (191102)

Fike Yovanda (191103)

Gayatri Pratiwi (191104)

Hesty Eka Oktaviyani (191105)

Intan Dewi Lestari (191106)

Ijlal Muzhaffar R (191107)

Jeni Fitria (191108)

Lidia Widia Ningsih R (191109)

Lulu Rahmawati (191110)

Maulidyah Juanita (191111)

KELOMPOK 2
1 C – D3 KEPERAWATAN
STIKES RS HUSADA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME atas rahmat dan hidayah-Nya kita dapat
menyelesaikan makalah ini dengan ilmu yang telah Ns Maliyanti Silalahi, M.Kep.,
Sp.Kep.J berikan dengan judul prinsip dan Teknik Komunikasi pada Remaja

Mengingat terbatasnya waktu dan kemampuan yang penulis miliki maka penulis
menyadari tugas ini masih membutuhkan kritik yang membangun. Oleh karena itu saran
dan kritik yang sifatnya membangun, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tugas
ini.

Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan Ibu Malianti selaku dosen
pembimbing. Maka melalui kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada beliau. Semoga Allah SWT melimpahkan semua bantuan dan
keikhlasan beliau yang telah membantu penulis dalam menyusun tugas makalah ini .

Hormat

Penulis
Maret 13 2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................5
2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI......................................................................5
2.2 PRINSIP KOMUNIKASI PADA REMAJA..................................................5
2.3 KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA REMAJA........................................5
2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI PADA REMAJA..6
2.5 TEKNIK KOMUNIKASI PADA REMAJA..................................................6
2.6 HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI PADA REMAJA...........................7
BAB III...........................................................................................................................10
KASUS............................................................................................................................10
BAB IV............................................................................................................................11
PEMBAHASAN.............................................................................................................11
4.1 Pembahasan Kasus.........................................................................................11
BAB V.............................................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................12
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................12
5.2 Saran...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat anak beranjak remaja, kadang kala orang tua menemukan kesulitan untuk
melakukan komunikasi secara dua arah dengan anak. Masa-masa remaja untuk setiap
anak terkadang mejadi periode yang sulit dan ini dikarenakan anak remaja mulai
mengalami beberapa hal dalam hidupnya seperti mengembangkan identitas mereka
sendiri secara individu.

Adanya perubahan biologis dan fisiologis , menghadapi tekanan dari teman sebayanya
mengalami ketertarikan pada lawan jenis, dll. Sementara orang tua juga mulai merasakan
besarnya kekhawatiran pada anak remaja mereka, baik terhadap pergaulannya maupun
perkembangan kepribadiannya. Disaat ini, salah satu cara terbaik adalah orang tua.

Orang tua berkomunikasi dengan anak remaja. Komunikasi yang efektif dengan anak-
anak sangat penting dilakukan karena akan membuat hubungan antara orang tua dan anak
tetap terjalin dengan baik meski pun saat ini sering terjadi pertengkaran antara orang tua
dengan anak ataupun komunikasi yang tidak nyambung.

1.2 Rumusan Masalah


2.1 Apa pengertian Komunikasi pada Remaja ?
2.2 Bagaimana prinsip komunikasi pada remaja ?
2.3 Bagaimana Komunikasi Terapeutik pada Remaja?
2.4 Apa Faktor yang mempengaruhi komunikasi pada Remaja?
2.5 Bagaimana Teknik Komunikasi pada Remaja?
2.6 Apa hambatan dalam Komunikasi pada Remaja?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian komunikasi pada Remaja.
2. Mengetahui prinsip komunikasi pada Remaja.
3. Mengetahui Komunikasi Terapeutik pada Remaja.
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi komunikasi pada Remaja.
5. Mengetahui Teknik Komunikasi pada Remaja.
6. Mengetahui hambatan dalam Komunikasi pada Remaja.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI

Komunikasi adalah seni penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari komunikator atau
penyampai berita, untuk mengubah serta membentuk perilaku komunikan atau penerima berita kepola
dan pemahaman yang dikehendaki bersama. Masa remaja adalah pola pikir dan tingkah laku peralihan
dari anak ke dewasa.Bila stress, diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya dan keluarganya.
Menolak orang yang berusaha menjatuhkan harga dirinya dengan memberi support penuh perhatian.
(Nur Himam, 2012:1)

2.2 PRINSIP KOMUNIKASI PADA REMAJA


1. Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan kepada mereka untuk mengekspresikan,
perasaannya, pikiran, dan sikapnya.
2. Mengajak remaja berdiskusi terkait dengan perasaannya, pikiran, dan sikapnya.
3. Jangan memotong pembicaraan dan jangan berkomentar atau berespons yang berlebihan pada
saat remaja menunjukkan sikap yang emosional.
4. Memberikan support atas segala masalah yang dihadapi remaja dan membantu untuk
menyelesaikan dan mendiskusikannya.
5. Perawat atau orang dewasa lain harus dapat menjadi sahabat untuk remaja, tempat berbagi cerita
suka dan duka.
6. Duduk bersama remaja, memeluk, merangkul, mengobrol, dan bercengkrama dengan mereka
serta sering melakukan makan bersama.
7. Jangan memaksa remaja untuk mengungkapkan sesuatu yang dia rahasiakan karena akan
membuatnya tidak nyaman dan enggan berkomunikasi.
8. Hindari ceramah panjang dan menyalahkan.
2.3 KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA REMAJA

Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal dimana perawat dank lien mengalami
pengalaman belajar bersama serta memperbaiki pengalaman emosional klien. Komunikasi terapeutik
mempunyai karakteristik:

1. Tujuan yang spesifik.


2. Saling membagi pikiran, perasaan dan perilaku untuk membentuk keintiman yang terapeutik dan
berorientasi pada masa sekarang (here and now).
3. Berfokus pada klien dalam memenuhi kebutuhan.
2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI PADA REMAJA
1. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi berlangsung secara efektif.
2. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi berlangsung secara efektif.
3. Sikap
Sikap mempengaruhi dalam berkomunikasi, bila komunikan bersifat pasif/tertutup maka
komunikasi tidak berlangsung secara efektif.
4. Usia Tumbuh Kembang Status Kesehatan Anak
Bila ingin berkomunikasi, maka harus disesuaikan dengan tingkat usia agar komunikasi tersebut
berlangsung secara efektif.
5. Saluran
Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat tersampaikan ke komunikan dengan
baik.
6. Lingkungan
Lingkungan juga sangat berperan penting dalam berkomunikasi, semakin bagus/indah lingkungan
yang ditempati maka dalam berinteraksi akan terasa nyaman dan aman.
2.5 TEKNIK KOMUNIKASI PADA REMAJA
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh remaja dalam menumbuhkan kepercayaan diri remaja,
dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung
yang sedang berada disamping anak.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja dapat mudah diterima, mengingat
anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan
yang akan disampaikan, yang akan diekspresikan melalui tulisan.

3. Memfasilitasi
Memfasilitasi adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ekspresi anak atau respon anak remaja
terhadap pesan dapat diterima, dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan
tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui
mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan mereflisikan ungkapan negative yang
menunjukkan kesan yang jelek pada anak remaja tersebut.

4. Meminta untuk menyebutkan keinginan

Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak dan meminta untuk menyebutkan
keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat
menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
5. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui perasaan
dan pikiran anak, dengan mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif
yang sesuai dengan pendapat anak remaja.

6. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak
seperti penguapan perasaan nyeri, cemas, sedih, dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk
mengekspresikan perasaan sakitnya.

7. Menulis
Melalui cara ini remaja akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau
lainnya dan biasa banyak dilakukan pada remaja yang jengkel, marah dan diam.

2.6 HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI PADA REMAJA


1. Hambatan fisik
a. Sinyal non verbal yang tidak konsisten.
Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi tidak melihat kepada lawan bicara, tetapi dengan aktifitas
kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita, mempengaruhi proses komunikasi yang
berlangsung.
b. Gangguan noises
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak jauh, dan lain
sebagainya.

c. Gangguan fisik (gagap, tuli, buta)


Adanya gangguan fisik seperti gagap, tunawicara, tunanetra, dan sebagainya yang dialami oleh
seorang remaja. Terimalah mereka apa adanya, mereka pasti memiliki potensi unggul lain yang perlu
digali. Sebagai perawat, kita harus siap menerima kenyataan tersebut seraya mencari cara agar tidak
terjadi hambatan komunikasi dengan remaja tersebut, misalnya dengan cara belajar bahasa yang
mereka dapat pahami.

d. Teknik bertanya yang buruk


Ternyata kita yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan sanggup menggali pemahaman
orang lain, tidak sanggup mengetahui apa yang dirasakan orang lain. Oleh karena itu, kembangkan
selalu teknik bertanya kepada orang lain. Bahwa setiap individu memiliki modalitas belajar yang
berbeda-beda.

e. Teknik menjawab yang buruk


Kesuliatan orang memahami materi yang disampaikan karena komunikator tidak mampu
menjawab dengan baik. Pertanyaan bukannya dijawab, melainkan dibiarkan. Pertanyaan justru
dijawab tidak tepat. Salah satu teknik menjawab yang buruk adalah komunikator tidak memberikan
kesempatan individu menyelesaikan pertanyaan lalu lngsung dijawab oleh komunikator.

f. Kurang menguasai materi


Ini faktor yang sangat jelas. Begitu kita tidak menguasai materi, itulah hambatan komunikasi.
Kompetensi professional salah satu maknanya adalah menguasai materi secara mendalam bahkan
ditambahkan lagi untuk meluas.

g. Kurang persiapan
Bagaimana mungkin proses penyampaian materi atau pembelajaran dapat optimal jika tidak
menyiapkan perencanaan dengan baik.

2. Hambatan psikologis
a. Mendengar
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di
sekeliling kita, namun tidak semua kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah
yang ingin kita dengar.

b. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.


Sering kali kita mengabaikan informasi yang menurut kita tidak sesuai denga ide, gagasan dan
pandangan kita padahal kalau dicermati sangat berhubungan denga ide kita, padahal ada kalanya
gagasan kita yang kurang benar.

c. Menilai sumber
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada seorang remaja yang
memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.

d. Pengaruh emosi
Pada keadaan marah, remaja akan kesulitan untuk menerima informasi. Apapun berita atau
informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.

e. Kecurigaan
Kembangkan sikap berbaik sangka pada semua orang. Hendaklah berpikir baik atau positif bahwa
materi ini bisa dipahami oleh remaja. Komunikator curiga pada komunikan akan membawa suasana
pembelajaran tidak kondusif.

f. Tidak jujur
Karakter dasar komunikator mestilah ditampilkan selama pembelajaran komunikasi pada remaja
berlangsung dan juga di luar pembelajaran. Kita harus jujur, jangan berbohong, jujurlah jika memang
tidak tahu.

g. Tertutup
Jika kita memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses pembelajaran, sebaiknya jangan
menjadi komunikator. Sebab dalam prose situ diperlukan kerjasama, keterbukaan, kehangatan, dan
keterlibatan.

h. Dekstuktif
Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran komunikasi pada remaja. Cegahlah sedini mungkin
oleh kita. Jika sikap dekstruktif itu muncul, lakukan segera penanganannya secara bijak atau sesuai
prosedur yang berlaku.

i. Kurang dewasa
Kita perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan ketika kita berbicara dengan
anak, karena kita berkomunikasi dengan seorang remaja yang mampu tetapi ada hambatan psikologi.

3. Semantik
a. Persepsi yang berbeda
b. Kata yang memiliki arti lain bagi orang yang berbeda
c. Terjemahan yang salah
d. Semantik yaitu pesan bermakna ganda
e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam.  
BAB III
KASUS

Seorang pasien berumur 16 tahun yang memiliki penyakit gastritis akut, serta demam tifoid. Pasien
di antarkan kerumah sakit oleh asisten rumah tangga sedangkan orang tua pasien sedang ada
pekerjaan yang tidak dapat di tinggalkan, pasien dimasukan keruang IGD dikarenakan sudah demam
40 derajat

Setelah dikaji pasien merasakan nyeri selama 4 bulan, demam tinggi tidak kunjung turun selama 3
hari, terasa pegal, lemas, mual, muntah, disertai dengan diare dan tidak napsu makan, karena itu
pasien di anjurkan untuk tes darah dan setelah diambil darah dan keluar hasil uji lab perawat
melakukan diagnosa keperawatan, pasien di diagnosa mengalami demam tifoid dan juga gastritis
akut, sehingga diharuskan untuk rawat inap.

Pasien telah di pindahkan ke ruangan selama 2 hari namun belum nampak kerabat maupun orang
tua yang datang mengunjungi, pasien juga suka tidak meminum obat sampai harus di awasi saat
meminum obat, pasien masih suka memakan makanan luar dan tidak memakan makanan rumah
sakit dan pasien terlihat murung, dan pasien tidak suka jika ditanya tentang keluarganya.

Perawat akhirnya melakukan sebuah pendekatan dengan prinsip komunikasi keperawatan pada
usia remaja hingga pasien terbuka, tenang, merasa masih ada yang peduli terhadapnya, merasa aman
dan nyaman. Pasien menceritakan bahwa pasien merasa kesepian karena kedua orang tuanya sibuk
bekerja, pasien tidak suka makan – makanan rumah lebih gemar makan - makanan junk food dan
makan – makanan pedas. Pasien tidak ingin minum obat karena pasien berpikir jika suatu saat orang
tuanya akan datang menjenguk walau hanya sebentar.

Setelah diberi tahu yang dilakukan pasien itu tidak baik untuk dirinya dan diarahkan kejalur yang
benar, pasien memakan makanan rumah sakit dan juga meminum obat. Selama 5 hari keadaan
pasien berangsur membaik sehingga pasien dapat pulang kerumah.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Kasus


Dari kasus di atas, kami akan menghubungkan dengan teori yang ada untuk menyelesaikan
masalah pasien tersebut, dilihat dari sisi pasien yang masih berumur 16 tahun yaitu usia remaja yang
tertutup dan juga sensitive maka kami akan memakai teori komunikasi keperawatan pada usia remaja.
Kasus diatas memperlihatkan bahwa perawat mengalami hambatan komunikasi dikarenakan
hambatan psikologis pasien yaitu pasien:
 Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang diketahui
 Tertutup
Sudah pasti perawat memberitahu pantangan makanan dan anjuran makanan yang dapat membantu
pasien agar cepat pulih, serta pemberian obat untuk penyembuhan yang maksimal, namun diusianya
pasien melakukan pemberontakan dengan cara tidak mengkonsumsi makanan yang sudah ditentukan
dan juga tidak meminum obat.

Disini perawat harus melakukan prinsip komunikasi pada remaja untuk membuat pasien terbuka,
tenang, merasa masih ada yang peduli terhadapnya, merasa aman dan nyaman sehingga tercapainya
rasa saling percaya. Berikut prinsip komunikasi pada remaja yang dapat digunakan, yaitu :

 Perawat atau orang dewasa lain harus dapat menjadi sahabat untuk remaja, tempat berbagi cerita
suka dan duka.
 Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan kepada mereka untuk mengekspresikan,
perasaannya, pikiran, dan sikapnya.
 Memberikan support atas segala masalah yang dihadapi remaja dan membantu untuk
menyelesaikan dan mendiskusikannya.
 Duduk bersama remaja, memeluk, merangkul, mengobrol, dan bercengkrama dengan mereka
serta sering melakukan makan bersama

Setelah timbul rasa saling percaya antara perawatan dan pasien serta pasien bercerita akan masalah
yang sedang hadapi, perawatan dapat membantu menyelesaikan atau meringankan masalah pasien.
Contoh kasus diatas setelah dilakukan pendekatan dengan prinsip komunikasi keperawatan usia
remaja pasien menceritakan apa yang pasien rasakan. Sehingga perawatn memberikan penjelasan dan
juga masukan yang baik dan hasilnya pasien mau makan – makanan rumah sakit dan minum obat dan
pasein bisa sembuh.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kelompok kamu menyimpulkan disini perawat berperan penting untuk membuat pasien merasa
tenang dan merasa masih ada yang peduli terhadapnya. Berawal dengan BHSP, membangun
kepercayaan/saling percaya antara pasien dan perawat, saat pasien terlihat sedih dan tidak
bersemangat perawat wajib bertanya-tanya apakah yang terjadi pada pasien, disini perawat secara
perlahan bertanya pada pasien sampai pasien ingin menceritakan masalahnya dan perawat
mendengarkan dengan baik, lalu mengajak berdiskusi tentang perasaan pasien, selalu memberikan
support pada pasien, disini perawat harus bersedia menjadi sahabat pasien sebagai tempat bercerita
suka maupun duka yang pasien rasakan, beberapa cara untuk menenangkan pasien seperti duduk
bersama, memeluk, merangkul, mengobrol, dan bercengkrama, dan perawat jangan pernah memaksa
pasien untuk mengungkapkan sesuatu yang ia rahasiakan.

Seharusnya orang tua sangat berperan penting dalam komunikasi pada anaknya, tetapi karena
dikasus orang tuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan. dan saat pasien menceritakan permasalahan nya
perawat pun harus merespons seperti memberi masukan/saran dan selalu melihat ekspresi pasien
(pasien berekspresi negatif/positif), perawat dapat meminta pasien untuk menyebutkan keinginannya.

5.2 Saran
Kita saat menajdi perawat nanti dapat menjadi perawat yang diandalkan, bisa menjadi pendengar
yang baik dan memberikan solusi untuk para pasien, dan jika bertemu dengan pasien seperti kasus
diatas kita dapat menanganinya dengan sikap netral dan melihat dengan cara mata pandang pasien
tetapi tidak menghakimi pihak lainnya.

Usia remaja adalah usia pencarian jadi diri yang mudah untuk terhasut, pemilihan kata yang tepat
amat sangat dibutuhkan karena beresiko terjadi kesalahpahaman diusia remaja, sebagai perawat
diharapkan bisa merangkul para pasien, memberi support, menjadi penyemangat dan bisa membuat
pasien merasa aman dan nyaman.

DAFTAR PUSTAKA

Nasir, Abdul. Muhith, Abdul dkk. 2011. Komunikasi Dalam Keperawatan : Teori Dan Aplikasi.
Jakarta : Salema Medika.
Sheldon, Lisa Kennedy. 2010. Komunikasi Untuk Keperawatan : Berbicara Dengan Pasien, Edisi
Kedua. Jakarta : Erlangga.
Sumijatun. (2012). Membudayakan etika dalam praktek keperawatan. jakarta: Salemba Medika.
Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung: PT
Refika Aditama.
RI,K. (2013). Komunikasi Dalam Keperawatan Modul 2. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai