Disusun Oleh :
RIA OKTARIANA
142012013032
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-nya
makalah yang berjudul Makalah Hubungan Perawat Dengan Pasien Dalam
Konteks Etis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Keberhasilan kami dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk
itu kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini,
sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Kelompok
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kasus Malapraktik..............................................................................3
B. Pengertian Malapraktik.......................................................................7
C. Bentuk-Bentuk Malapraktik...............................................................8
D. Penanganan Kasus Malapraktik..........................................................9
E. Pencegahan Kasus Malapraktik.........................................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................14
B. Saran...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sorotan masyarakat yang cukup tajam atas jasa pelayanan kesehatan
oleh tenaga kesehatan, khususnya dengan terjadinya berbagai kasus yang
menyebabkan ketidakpuasan masyarakat memunculkan isu adanya dugaan
malpraktek medis yang secara tidak langsung dikaji dari aspek hukum dalam
pelayanan kesehatan, karena penyebab dugaan malpraktek belum tentu
disebabkan oleh adanya kesalahan/kelalaian yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
Dewasa ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami
perubahan yang sangat pesat menuju kepada perkembangan keperawatan
sebagai profesi. Proses ini merupakan suatu proses berubah yang sangat
mendasar dan konsepsional, yang mencakup seluruh aspek keperawatan baik
aspek pelayanan/asuhan keperawatan, aspek pendidikan, pengembangan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tehnologi, serta kehidupan keprofesian
dalam keperawatan. Perkembangan keperawatan menuju perkembangan
keperawatan sebagai profesi dipengaruhi oleh berbagai perubahan yang cepat
sebagai akibat tekanan globalisasi yang juga menyentuh perkembangan
keperawatan profesional termasuk tekanan perkembangan ilmu pengetahuan
dan tehnologi keperawatan yang pada hakekatnya harus diimplementasikan
pada perkembangan keperawatan profesional di Indonesia (Marifin Husin,
2002).
Perkembangan keperawatan dapat mengacu terjadinya malapraktik,
sehingga terdapat berbagai hokum yang mengatur dan cara penanganan
malapraktik. Oleh karena itu dalam makalah ini akan di bahas mengenai
kasus malapraktik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Contoh Kasus Malapraktik ?
1
2.
3.
4.
5.
C. Tujuan Penulis
1. Untuk Mengetahui Contoh Kasus Malapraktik ?
2. Untuk Mengetahui Pengertian Malapraktik ?
3. Untuk Mengetahui Bentuk-Bentuk Malapraktik ?
4. Untuk Mengetahui Penanganan Kasus Malapraktik ?
5. Untuk Mengetahui Pencegahan Kasus Malapraktik ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kasus Malapraktik
Maulana adalah seorang anak berusia 18 tahun.Dulunya adalah anak
yang mengemaskan dan pernah menjadi juara bayi sehat.Namun makin hari
bayi
yang
Kalimantan
Barat,
dengan
mengajukan
tuntutan
di
Barat
secara
pidana,
dan
juga
menggugatnya
secara
hukum pidana atau hukum perdata yang merupakan hukum positif yang
berlaku di Indonesia saat ini tidak seluruhnya tepat bila diterapkan pada
dokter yang melakukan pelanggaran. Bidang hukum baru inilah yang
berkembang di Indonesia dengan sebutan Hukum Kedokteran, bahkan dalam
arti yang lebih luas dikenal dengan istilah Hukum Kesehatan.Istilah hukum
kedokteran mula-mula diunakan sebagai terjemahan dari Health Law yang
digunakan oleh World Health Organization. Kemudian Health Law
diterjemahkan dengan hukum kesehatan, sedangkan istilah hukum kedokteran
kemudian digunakan sebagai bagian dari hukum kesehatan yang semula
disebut hukum medik sebagai terjemahan dari medic law.Sejak World
Congress ke VI pada bulan agustus 1982, hukum kesehatan berkembang pesat
di Indonesia. Atas prakarsa sejumlah dokter dan sarjana hukum pada tanggal
1 Nopember 1982 dibentuk Kelompok Studi Hukum Kedokteran di Indonesia
dengan tujuan mempelajari kemungkinan dikembangkannya Medical Law di
Indonesia. Namun sampai saat ini, Medical Law masih belum muncul dalam
bentuk modifikasi tersendiri.Setiap ada persoalan yang menyangkut medical
law penanganannya masih mengacu kepada Hukum Kesehatan Indonesia
yang berupa Undang-Undang No. 23 Tahun 1992, KUHP dan Kitab UndangUndang Hukum Perdata.Kalau ditinjau dari budaya hukum Indonesia,
malpraktek merupakan sesuatu yang asing karena batasan pengertian
malpraktek yang diketahui dan dikenal oleh kalangan medis (kedokteran) dan
hukum berasal dari alam pemikiran barat.Untuk itu masih perlu ada
pengkajian secara khusus guna memperoleh suatu rumusan pengertian dan
batasan istilah malpraktek medik yang khas Indonesia (bila memang
diperlukan sejauh itu) yakni sebagai hasil oleh piker bangsa Indonesia dengan
berlandaskan budaya bangsa yang kemudian dapat diterima sebagai budaya
hukum (legal culture) yang sesuai dengan system kesehatan nasional.
Dari penjelasan ini maka kita bisa menyimpulkan bahwa permasalahan
malpraktek di Indonesia dapat ditempuh melalui 2 jalur, yaitu jalur litigasi
(peradilan) dan jalur non litigasi (diluar peradilan).Untuk penanganan buktibukti hukum tentang kesalahan atau kealpaan atau kelalaian dokter dalam
melaksanakan profesinya dan cara penyelesaiannya banyak kendala yuridis
yang dijumpai dalam pembuktian kesalahan atau kelalaian tersebut. Masalah
9
ini berkait dengan masalah kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh
orang pada umumnya sebagai anggota masyarakat, sebagai penanggung
jawab hak dan kewajiban menurut ketentuan yang berlaku bagi profesi. Oleh
karena menyangkut 2 (dua) disiplin ilmu yang berbeda maka metode
pendekatan yang digunakan dalam mencari jalan keluar bagi masalah ini
adalah dengan cara pendekatan terhadap masalah medik melalui hukum.
Untuk itu berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Repiblik Indonesia
(SEMA RI) tahun 1982, dianjurkan agar kasus-kasus yang menyangkut
dokter atau tenaga kesehatan lainnya seyogyanya tidak langsung diproses
melalui jalur hukum, tetapi dimintakan pendapat terlebih dahulu kepada
Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK).
Majelis Kehormatan Etika Kedokteran merupakan sebuah badan di
dalam struktur organisasi profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI). MKEK ini
akan menentukan kasus yang terjadi merpuakan pelanggaran etika ataukah
pelanggaran hukum. Hal ini juga diperkuat dengan UU No. 23/1992 tentang
kesehatan yang menyebutkan bahwa penentuan ada atau tidaknya kesalahan
atau kelalaian ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan (pasal 54
ayat 2) yang dibentuk secara resmi melalui Keputusan Presiden (pasal 54 ayat
3).
Pada tanggal 10 Agustus 1995 telah ditetapkan Keputusan Presiden No.
56/1995 tentang Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK) yang bertugas
menentukan ada atau tidaknya kesalahan atau kelalaian dokter dalam
menjalankan tanggung jawab profesinya. Lembaga ini bersifat otonom,
mandiri dan non structural yang keanggotaannya terdiri dari unsur Sarjana
Hukum, Ahli Kesehatan yang mewakili organisasi profesi dibidang
kesehatan, Ahli Agama, Ahli Psikologi, Ahli Sosiologi. Bila dibandingkan
dengan MKEK, ketentuan yang dilakukan oleh MDTK dapat diharapkan
lebih obyektif, karena anggota dari MKEK hanya terdiri dari para dokter yang
terikat kepada sumpah jabatannya sehingga cenderung untuk bertindak
sepihak dan membela teman sejawatnya yang seprofesi. Akibatnya pasien
tidak akan merasa puas karena MKEK dianggap melindungi kepentingan
dokter saja dan kurang memikirkan kepentingan pasien.
10
11
b. Formal/legal
defence,
yakni
melakukan
pembelaan
dengan
BAB III
12
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menjabarkan pembahasan dari masalah makalah ini, maka dapat
disimpulkan bahwa malapraktik adalah kelalaian seseorang dalam merawat
atau mengobati. Dalam malapraktik ada dua istilah yaitu kelalaian dan
malapraktik sendiri, tetapi keduannya tidak sama karena malapraktik sifatnya
lebih spesifik.
Dalam menangani
kasus
mala
praktik,
hukum
di
Indonesia
13
DAFTAR PUSTAKA
Age,Julianus.2002.Malpraktik Dalam Keperawatan.Jakarta.EGC
http://bidankita.com/?p=210
http://chans-ums.blogspot.com/2009/07/malpraktek.html
http://everythingaboutortho.wordpress.com/2008/06/28/malpraktik-sejauh-manakita-sebagai-seorang-dokter-memahaminya/
http://rob13y.wordpress.com/2010/06/28/salah-operasi-mata-bayi-6-bulan-copot/
http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/MALPRAKTEK%20
MEDIK.pdf
http://www.ilunifk83.com/peraturan-dan-perijinan-f16/uu-ri-no-29-tahun-2004tentang-praktik-kedokteran-t93.htm