SKENARIO 2
Euthanasia Pilihan Terakhir
KELOMPOK A-11
Ketua
Sekretaris
Anggota
1102015018
1102015009
1102015010
1102015012
1102015013
1102015014
1102015017
1102015019
1102015020
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2015Jl. Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. 62.21.4244574 Fax. 62.21.424457
DAFTAR ISI
SKENARIO.............................................................................................................2
KATA SULIT...........................................................................................................3
PERTANYAAN DAN JAWABAN..........................................................................4
HIPOTESIS..............................................................................................................5
SASARAN BELAJAR............................................................................................6
LI. 1. Memahami dan menjelaskan Etika Kedokteran.........................................7
LO 1.1 Definisi Etika Kedokteran...................................................................7
LO 1.2. Tujuan Etika Kedokteran....................................................................7
LI. 2 Memahami dan menjelaskan Euthanasia....................................................7
LO 2.1 Definisi Euthanasia..............................................................................7
LO 2.2 Jenis-jenis Euthanasia..........................................................................7
LO 2.3 Syarat Pelaksanaan Euthanasia............................................................8
LO 2.4 Dampak Positif dan Negatif Euthanasia............................................10
LI. 3. Memahami hukum-hukum Euthanasia.....................................................11
LO 3.1 Hukum Pidana mengenai Euthanasia................................................11
LO 3.2 Hukum Islam mengenai Euthanasia..................................................12
LO 3.3 Hukum dari KODEKI mengenai Euthanasia.....................................15
LI. 4. Memahami Kaidah Dasar Bioetika..........................................................16
LO 4.1 Definisi Bioetika................................................................................16
LO 4.2 Prinsip-prinsip Bioetika.....................................................................18
LO 4.3 Contoh Prinsip Dasar Bioetika..........................................................18
DAFTAR PUSTAKA . 20
SKENARIO
Euthanasia Pilihan Terakhir
Ny. ZA 78 tahun menderita tumor otak yang dinyatakan tim dokter yang
merawatnya sebagai penyakit dengan tidak ada harapan sembuh kembali. Ny, ZA
sudah beberapa kali mealukan usaha bunuh diri atau tentamen suicide karena
nyeri kepala yang luar biasa. Tapi anak-anak laki Ny, ZA adalah dokter bedah
digestif yang sangat sayang dan prihatin terhadap keadaan ibunya. Ny, ZA
berulang kali merengek pada anaknya agar diberi suntikan yang mematikan
karena dia tidak tahan terhadap penyakitnya itu. Awalnya anaknya menolak
mengabulkan permintaan ibunya, tetapi melihat penderitaan ibunya yang terus
menangis kesakitan dan usaha bunuh diri terus menerus dengan membenturbenturkan kepalanya, akhirnya anaknya mengabulkan permintaan ibunya dengan
memberikan suntikan pengurang rasa sakit dengan dosis berlebihan agar ibunya
tidak merasakan sakit kepala yang hebat itu lagi. Setelah memberikan suntikan
yang mematikan itu sang dokter bedah melaporkan dirinya ke polisi. Tetapi di
pengadilan hakim dijatuhkan hukuman yang tidak sesuai dengan pasal
pembunuhan, karena sang dokter bedah tersebut menyuntikan suntikan yang
mematikan tersebut dengan rasa sayang yang dalam kepada ibunya karena
penderitaan berkepanjangan dan tidak ada harapan untuk sembuh.
KATA SULIT
1. Tumor Otak
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
HIPOTESIS
Euthanasia yaitu pengakhiran hidup dengan sengaja oleh pertolongan
dokter atau tidak. Jenis-jenis euthanasia dibagi dengan cara pelaksanannya.
Syarat-syarat euthanasia juga diperlukan untuk melakukannya, serta memiliki
dampak positif dan negatifnya dan terdapat hukum yang mengatur baik dari segi
pidana maupun agama.
SASARAN BELAJAR
LI. 1. Memahami dan menjelaskan Etika Kedokteran
1.1 Definisi Etika Kedokteran
1.2 Tujuan Etika Kedokteran
LI. 2. Memahami dan menjelaskan Euthanasia
2.1 Definisi Euthanasia
2.2 Jenis Euthanasia
2.3 Syarat Pelaksanaan Euthanasia
2.4 Dampak Positif dan Negatif Euthanasia
LI. 3. Memahami Hukum-Hukum Euthanasia
3.1 Hukum Pidana mengenai Euthanasia
3.2 Hukum Islam mengenai Euthanasia
3.3 Hukum dari KODEKI mengenai Euthanasia
3.4 Hubungan Etik dan Hukum Kedokteran
LI. 4. Memahami Kaidah Dasar Bioetika
4.1 Definisi Bioetika
4.2 Prinsip-prinsip Bioetika
4.3 Contoh Prinsip Dasar Bioetika
2. Euthanasia Pasif
Yakni secara sengaja tidak (lagi) memberikan perawatan atau bantuan
medik yang dapat memperpanjang hidup penderita
3. Auto-Euthanasia
Yakni penolakan secara tegas oleh pasien untuk memperoleh bantuan atau
perawatan medik terhadap dirinya, dan ia tahu pasti bahwa hal itu akan
memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Penolakan ini harus disertai
pernyataan tertulis tangan atau codicil.
Menurut jenisnya, euthanasia dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Euthanasia Aktif Voluntir
Dokter menyuntikkan zat yang mematikan atas persetujuan pasien.
2. Euthanasia Aktif Involuntir
Dokter menyuntikkan zat yang mematikan atas persetujuan keluarga pasien,
karena kondisi pasien sudah sangat sakit dan tidak memungkinkan untuk
berkomunikasi.
3. Euthanasia Pasif Voluntir
Dokter secara sengaja mencabut alat bantu kehidupan pasien atas persetujuan
pasien, karena pengobatannya tidak menghasilkan kemajuan.
4. Euthanasia Pasif Involuntir
Dokter secara sengaja mencabut alat bantu kehidupan pasien atas persetujuan
pasien karena kondisi pasien sudah dalam kondisi terminal ill, yang berarti
kemungkinan hidupnya kecil dan hanya menunggu kematian.
Dalam kongres hukum kedokteran sedunia di Gent (Belgia) tahun 1979, Professor
Separovic menyampaikan beberapa kategori, yaitu:
1. No Assistance In The Proccess of Death Without Intention to Shorten Life
Contoh : Kematian secara alamiah
2. Assisstance In The Proccess of Death Without Intention to Shorten Life
Contoh : Kematian karena suatu kelalaian
3. No Assistance In The Proccess of Death With Intention to Shorten Life
Contoh : Euthanasia Pasif
4. Assistance In The Proccess of Death With Intention to Shorten Life
Contoh : Euthanasia Aktif
LO 2.3 Syarat Pelaksanaan Euthanasia
Syarat pelaksanaan euthanasia berbeda-beda di setiap Negara.
Berikut adalah syarat pelaksanaan dari beberapa Negara yang melegalkan
euthanasia:
i.
Jepang
Euthanasia di Jepang dapat dilihat dari yurisprudensi sebuah pengadilan
tinggi di Nagoya yang mengajukan 6 syarat untuk melakukan euthanasia:
1. pasien atau calon korban harus masih dapat membuat putusan dan
mengajukan permintaan tersebut dengan serius.
2. Pasien harus menderita suatu penyakit yang tidak terobati pada
stadium terakhir atau dekat dengan kematiannya
3. Tujuannya adalah sekedar untuk melepaskan diri dari rasa nyeri
4. Pasien harus menderita rasa nyeri yang tak tertahankan
iii.
Peraturan baru membuat hukum untuk mengakhiri hidup pasien, tunduk pada
kriteria sebagai berikut: pasien harus menderita tak tertahankan dan tak hentihentinya merasa sakit, dengan prospek tidak ada perbaikan. Pasien harus
9
10
11
dikualifikasi sebagai tindak pidana. Dua pasal terakhir ini juga bermakna
melarang terjadinya euthanasia pasif yang sering terjadi di Indonesia
Jadi baik dari sisi kedokteran ataupun hukum, tidak ada yang
membenarkan euthanasia
LO 3.2 Hukum Islam mengenai Euthanasia
Kelahiran dan kematian merupakan hak prerogatif Allah SWT dan bukan
hak manusia, sehingga tidak ada seorangpun di dunia ini yang mempunyai hak
untuk memperpanjang atau memperpendek umurnya sendiri.
Pada dasarnya, agama melarang euthanasia baik aktif maupun pasif seperti
dalam ajaran agama islam yang sudah dijelaskan. Dokter dikategorikan
melakukan dosa besar dan melawan kehendak Allah SWT yaitu memperpendek
umur. Orang yang menghendaki euthanasia walaupun dengan penuh penderitaan
bahkan kadang dalam keadaaan sekarat dapat dikategorikan sebagai putus asa,
dan putus asa tidak berkenan dihadapan Allah SWT. Firman Allah:
1. Al-Isra ayat 33
12
4. An-Nisaa ayat 92
13
Artinya : Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin
(yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa
membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia
memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar
diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika
mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kamu
yang memusuhimu, padahal ia mukmin, maka (hendaklah si pembunuh)
memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh)
dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan
kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan
kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya
yang mukmin. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah
ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cafa tobat
kepada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
5. Az-Zumar ayat 53
14
6. Al-Mulk ayat 2
Artinya : (Dia) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menuji, siapa
diantara kamu yang lebih baik amalnya dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.
7. HR. Ahmad dan Muslim
Dalam hadits Nabi SAW disebutkan betapapun beratnya penyakit itu, tetap ada
obatnya.
LO 3.3 Hukum dari KODEKI mengenai Euthanasia
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya
sesuai dengan standar profesi tertinggi Jadi jelas bahwa seorang dokter dalam
melakukan kegiatan kedokterannya sebagai sarana profesi dokter harus sesuai
dengan ilmu kedokteran mutakhir, hokum dan agama.
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi
setiap makhluk insani. Artinya dalam setiap tindakan dokter harus bertujuan
untuk memelihara kesehatan dan kebahagiaan setiap manusia. Jadi dalam
menjalankan profesinya, seorang dokter tidak boleh melakukan aborsi dan
euthanasia.
LO 3.4 Hubungan Etik dan Hukum Kedokteran
Etika dengan hukum terjalin dengan erat karena lapangan pembahasan
keduanya sama-sama berkisar pada masalah perbuatan manusia. Tujuannya pun
sama yaitu mengatur perbuatan manusia demi terwujudnya keserasian,
keselarasan, dan kebahagiaan.
Dalam proses penegakkan hukum, peran ilmu dan bantuan dokter sangat
diperlukan oleh jajaran penegak hukum yang dikenal dengan Ilmu Kedokteran
Forensik. Sebaliknya, dalam upaya pemeliharaan dan pelayanna kesehatan,
diperlukan pula aturan hukum, dannkemudian hadir cabang ilmu Hukum
Kesehatan.
Etika Kedokteran:
1. Etik berlaku untuk lingkungan profesi.
2. Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi
15
menawarkan pemecahan masalah bagi konflik moral yang timbul dalam tindakan
ilmu hayati dan praktek kedokteran
Bioetika terkait dengan kegiatan yang mencari jawab dan menawarkan
pemecahan masalah dari konflik moral
Konflik moral yang dimaksud meliputi konflik yang timbul dari
kemajuan pesat ilmu-ilmu pengetahuan hayati dan kedokteran, yang diikuti oleh
penerapan teknologi yang terkait dengannya
Dalam pada itu bioetika dapat pula dilihat sebagai cabang ilmu
pengetahuan tersendiri yang berkenaan dengan konflik tersebut.
1. Bioetika ialah suatu disiplin baru yang menggabungkan pengetahuan
biologi dengan pengetahuan mengenai sistem nilai manusia, yang akan menjadi
jembatan antara ilmu pengetahuan dan kemanusiaan, membantu menyelamatkan
kemanusian, dan mempertahankan dan memperbaiki dunia beradab. (Van Potter,
1970s)
2.Bioetika ialah kajian mengenai pengaruh moral dan sosial dari teknikteknik yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu-ilmu hayati. (Honderich Oxford,
1995)
3.Bioetika bukanlah suatu disiplin. Bioetika telah menjadi tempat
bertemunya sejumlah disiplin, diskursus , dan organisasi yang terlibat dan peduli
pada persoalan etika, hukum, dan sosial yang ditimbulkan oleh kemajuan dalam
kedokteran, ilmu pengetahuan, dan bioteknologi. (Onara ONeill, 2002)
4.Bioetika mengacu pada kajian sistematis, plural dan interdisiplin dan
penyelesaian masalah etika yang timbul dari ilmu-ilmu kedokteran, hayati, dan
sosial, sebagaimana yang diterapkan pada manusia danhubungannya dengan
biosfera, termasuk masalah yang terkait dengan ketersediaan dan keterjangkauan
perkembangan keilmuan dan keteknologian dan penerapannya. (Preliminary Draft
Declaration on Universal Norms on Bioethics, UNESCO, 2005)
1. Bioetika terkait dengan kegiatan yang mencari jawab dan menawarkan
pemecahan masalah dari konflik moral
2. Konflik moral yang dimaksud meliputi konflik yang timbul dari
kemajuan pesat ilmu-ilmu pengetahuan hayati dan kedokteran, yang diikuti oleh
penerapan teknologi yang terkait dengannya
3. Dalam pada itu bioetika dapat pula dilihat sebagai cabang ilmu
pengetahuan tersendiri yang berkenaan dengan konflik tersebut.
B. Ciri Bioetika
1. Interdisiplinerilitas = melibatkan ilmu biomedis, hukum, ilmu sosial, teologi,
dll.
2. Internasionalisasi = problem-problem etis yang ditimbulkan dalam
perkembangan ilmu-ilmu hayati bersifat internasional
3. Plularisme
= banyak golongan dan pandangan diikutsertakan
LO 4.2 Prinsip-prinsip Bioetika
i.
Prinsip Beneficence
17
18
2. Non-maleficence
a. Mendahulukan menolong pasien dalam keadaan gawat darurat
b. Dokter bersedia datang ke rumah pasien yang sedang dalam kondisi gawat
c. Tidak mencaci maki atau menghina pasien
d. Dokter tidak melakukan pemeriksaan canggih pada kasus yang masih dapat
ditegakkan dengan sederhana
e. Menerangkan efek samping pada pengobatan yang diberkan
f. Menerangkan penyakit sesuai bahasa yang dimengerti pasien
g. Memberikan semangat hidup pada pasien terminal
h. Tidak melaksanakan kerjasama dengan perusahaan obat untuk mendapatkan
komisi
i. Bekerja hati-hati sesuai SOP
j. Dokter memberikan obat penurun demam setelah pasien anak mendapat
imunisasi DPT
3. Justice
a. Menolong semua kalangan
b. Tidak melakukan penyalahgunaan
c. Lebih baik mendirikan 9 puskesmas daripada membeli CT Scan (Bijak
dalam makro alokasi)
d. Meminta partisipasi pasien sesuai kemauannya
e. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban,
sanksi)
f. Pemikiran untuk dokter sendiri diurutkan paling akhir
g. Menghargai hak hukum pasien pada kasus child abuse dan KDRT
h. Menjaga kelompok rentan dengan UU karantina
i. Fasilitas kesehatan sesuai kelas perawatan
j. Menjaga barang pasien ketik pasien tidak sadar dan mengembalikkannya
setelah pasien sadar
4. Autonomy
a. Dokter tidak menakut-nakuti pasien dalam mengambil keputusan
b. Cek dan recek atas keputusan medis yang diberikan ke tangan dokter
c. Bekerja secara professional
d. Berterus terang
e. Membiarkan pasien memilih metode pengobatannya sendiri
f. Menghormati hak-hak pasien
g. Pada operasi prostatetokmi, dokter memberikan waktu yang cukup bagi
pasien untuk berfikir
h. Sabar menunggu keputusan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Aristya S. 2012. MENGENAL ETIKA DAN HUKUM DALAM ETIKA
PROFESI KESEHATAN: Hukum, Etika dan Regulasi Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: KMPK-IKM FK UGM
19
20