Anda di halaman 1dari 9

FILSAFAT PENDIDIKAN

“Tujuan Hidup dan Tujuan Pendidikan”

Oleh:
Renaldi 18045121

Dosen Pengampu :
Drs. Zelhendri Zen, M.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2020
A. Tujuan Hidup
Seringkali kita berpikir bahwa hidup menyodorkan terlalu banyak pertanyaanyang tak
terjawab kepada kita, tak sedikit diantara kita mencari tahu apa tujuanhidup ini. Sebagian
memikirkannya keras-keras, namun jawaban yang dirumuskantak jua menentramkan
hatinya. Sebagian yang lainmerenungkannya dalam nuranidalam-dalam, namun sang
pikiran masih penuh gelak bertanya-tanya. Bahkanada yang seolah tak perlu untuk apa
miliki tujuan dalam hidup. Ada orang yangmengaku telah menemukan dalam akal dan
budi hatinya, namun mereka kehilangan itu saat harus melewati hidup sehari-hari.
Benarkah tujuan hidup ini bisa ditemukan dengan memikirkannya keraskeras,atau
merenungkannya dalam-dalam? Bukankah begitu banyak orang merasa takperlu sibuk
mencari tahu apa jawabannya. Bagi mereka, menjalani hidupsebaik-baiknya, menikmati
setiap detik dengan ketentraman pikiran dan kerendahan hati adalah lebih dari cukup
ketimbang setumpuk kalimat jawaban dan pernyataan. Tujuan hidup tak berada dibalik
kata-kata, seindah apapun kata itu digoreskan, melainkan dalam hidup itu sendiri yang
kita temukan sewaktu kita sungguh-sungguh menjalaninya. Dengan begitu kita kedua
kaki tak segan dan tahu kemana mesti diayunkan.
Persoalan falsafah, “Apa makna hidup?” mempunyai makna yang berbeda bagi setiap
orang. Kekaburan pertanyaan ini terwujud dalam perkataan“makna” yang menyebabkan
persoalan ini boleh ditaksir dengan berbagai cara,umpamanya:
1. Apakah puncaknya hidup?
2. Apakah sifatnya hidup (dan sifat alam semesta kita)?
3. Apakah maksudnya hidup?
4. Apakah yang bernilai dalam hidup kita?
5. Apakah tujuan hidup ataupun tujuan dalam kehidupan seseorang?
Soalan-soalan ini telah menimbulkan berbagai jawaban yang bertentangan serta
perdebatan dari teori-teori ilmiah ke teori-teori falsafah, teologi dan penjelasan-penjelasan
rohaniah. Semua gerak tumbuhtumbuhan,hewan dan manusia, didorong oleh rasa hidup
dengan maksud yang sama,yakni supaya berlangsung hidupnya dan jenisnya. Tetapi cara
manusia bergerak untuk mencukupi kebutuhan hidupnya berbeda dengan
tumbuhtumbuhan dan hewan.Cara bergerak tumbuh-tumbuhan dan hewan berlangsung
tanpa pengertian, karena mereka tidak memiliki pikiran.Sedangkan cara bergerak manusia
berlandaskan pengertian, sebab manusia memiliki pikiran. Jadi perbedaan antara manusia
dan benda hidup yang bukan manusia, hanya terletak pada kenyataan, bahwa yang satu
mempunyai pikiran,sedang yang lain tidak mempunyainya.
Jika seseorang memakai pikirannya untuk berpikir,maka ia akan mendapat pengertian.
Jumlah berbagai pengertiannya ini merupakan ilmu.Maka tindakan manusia untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya perlu berlandaskan ilmu, karena tanpa ilmu ia tidak dapat
memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Benda hidup lain, kecuali manusia, dapat bertindak untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya tanpa ilmu. Misalnya telur itik yang menetas langsung menjadi anak
itik. Anak itik itu walaupun baru sehari umurnya, bila terjun ke air sudah pandai
berenang. Sedang manusia yang belajar berenang dalam tiga bulan lamanya,masih kalah
pandainya dari anak itik. Dalam usahanya mencari makanan, anak itik tidak pernah mendapat
didikan dari induknya, namun ia tidak pernah salah menelan pecahan kaca.
Demikianlah tindakan hewan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dapat terlaksana
tanpa pengertian. Sebaliknya bayi berusia satu tahun,bila tidak dijaga oleh pengasuhnya
sering menelan batu kerikil,karena ia tidakmengerti. Tetapi karena bayi itu anak manusia,
seharusnyalah ia mengerti. Maka supaya tidak bertindak keliru bayi itu perlu diawasi oleh
pengasuhnya.Karena itu manusia memerlukan pendidikan.
Jadi tindakan hewan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya tidak bisa
keliru.Seekor kucing tidak pernah keliru menerkam ketimun, sedang manusia bisa salah
menelan asap tembakau. Kambing tidak pernah menggantung diri,tetapi manusia
acapkali menggantung diri. Hewan tidak pernah menyimpang dari maksud tujuan gerak
hidup, tetapi manusia bisa menyimpang dari maksud tujuan gerak hidup.
Dari itu bila manusia bertindak tanpa ilmu pengetahuan, maksud tujuan
tindakannya tidak akan tercapai. Umpamanya orang menanak nasi, bila tanpa
pengetahuan, berasnya tidak bisa menjadi nasi. Bagi manusia, ilmu pengetahuan ialah
syarat mutlak untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.Dalam masyarakat terdapat
banyak ilmu pengetahuan guna mencukupi kebutuhan masyarakat dan perorangan.
Macam-macam ilmu itu ialah ilmu pertanian,peternakan, pertukangan, sosial,
ekonomi, perkawinan, politik, filsafat, ilmubjiwa dan sebagainya. Jumlah semua
ilmu yang ada di masyarakat itu dinamakan kebudayaan.Tujuan dalam hidup
bergantung pada asal usul manusia. Jika kita adalah hasil dari evolusi, maka kita tidak
lebih dari makhluk biologis yang rumit yang berhasil mencapai taraf kesadaran
pribadi.
Namun, kita bukanlah hasil dari kecelakaan kosmik. Sains yang sejati menguatkan
fakta bahwa evolusi makro (transformasi spesies yang satu ke spesies yang lain) adalah
suatu lelucon belaka. Evolusi salah disebut sebagai “sains” ketika sebetulnya tidak
dapatdiulangi atau diamati tapi harus diterima melalui iman, sama seperti
penciptaan.Sejalan dengan makin kita belajar mengenai biologi-mikro, kita mendapatkan
bahwa kemungkinan untuk pembentukan molekul protein yang paling sederhana yang
dibutuhkan untuk hidup adalah sama sekali tidak mungkin sekalipun ada waktu trilyunan
tahun untuk terjadi secara kebetulan kombinasi yang tepat untuk terbentuknya asam
amino. Demikian pula fosil tidak mendukung teori evolusi. Dalam kata-kata dari
penganut teori evolusi sendiri seharusnya ada bermacam bentuk hidup tahap peralihan
yang belum ditemukan.Karena kita bukanlah hasil dari kecelakaan kosmik namun adalah
ciptaan Allah,kalau ada tujuan hidup, Allah telah memberitahukannya kepada kita.
Berikut yang bisa disimpulkan dari tujuan hidup manusia:
1. Untuk menjadi manusia yang dapat mengabdi pada Sang Pencipta yaitu ALLAH
SWT.
2. Mencari kebenaran dan keabsahan yang baik sesuai dengan filsafat dan ajaran agama
yang telah diwahyukan oleh ALLAH SWT.
3. Menjadi manusia seutuhnya dan sebagai penata sosial yang kuat serta berwibawa
sehingga mampu menjalankan visi dalam kehidupan sebagai manusia utuh.
4. Dapat mengolah alam semesta yang disesuaikan oleh ALLAH SWT dengan
menggunakan akal pikiran yang telah dianugerahkan oleh ALLAH SWT.
5. Menjadi manusia yang bahagia, kaya serta sehat jasmani dan rohani sehingga terjadi
keseimbangan kehidupan di dunia dan akhirat.
B. Tujuan Pendidikan
Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang bertujuan. Tujuan proses
perkembangan itu secara alamiah adalah kedewasaan, sebab potensi manusia yang paling
alamiah adalah bertumbuh menuju tingkat kedewasaan,kematangan. Potensi ini akan
dapat terwujud apabila prakondisi alamiah dan sosial manusia bersangkutan
memungkinkan untuk perkembangan tersebut,misalnya iklim, makanan, kesehatan, dan
keamanan, relatif sesuai dengan kebutuhan manusia. Kedewasaan yang bagaimanakah
yang diinginkan dicapai oleh manusia, apakah kedewasaan biologis-jasmaniah, atau
rohaniah (pikir,rasa, dan karsa), atau moral (tanggung jawab dan kesadaran normatif),
atau kesemuanya. Persoalan ini adalah persoalan yang amat mendasar,yang berkaitan
langsung dengan sistem nilai dan standar normatis sebuah masyarakat (Noor, 196). Cara
kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan
kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu dari aspek kehidupan
tersebut, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan dan menerima pendidikan.
Oleh karena itu pendidikan memerlukan filsafat. Karena masalahmasalah pendidikan
tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman.
Dalam pendidikan akan muncul masalahmasalah yang lebih luas, lebih dalam, dan lebih
kompleks, yang tidak terbatasi oleh pengalaman maupun fakta faktual, dan tidak
memungkinkan untuk dijangkau oleh ilmu. Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun
sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat dan filsafat pendidikan.Seorang
guru perlu memahami dan tidak buta terhadap filsafat pendidikan,karena tujuan
pendidikan selalu berhubungan langsung dengan tujuan kehidupan individu dan
masyarakat penyelenggara pendidikan. Hubungan antar filsafat dengan pendidikan
adalah, filsafat menelaah suatu realitas dengan luas dan menyeluruh, sesuai dengan
karateristik filsafat yang radikal,sistematis, dan menyeluruh. Konsep tentang dunia dan
tujuan hidup manusia yang merupakan hasil dari studi filsafat, akan menjadi landasan
dalam menyusun tujuan pendidikan. Nantinya sistem pendidikan dan praktek pendidikan
akan dilaksanakan berorientasi kepada tujuan pendidikan ini.Brubacher (1950) (Sadulloh,
2003) mengemukakan hubungan antar filsafat dengan filsafat pendidikan: bahwa filsafat
tidak hanya melahirkan ilmu atau pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat
pendidikan. Bahkan Jhon Dewey berpendapat bahwa filsafat adalah teori umum
pendidikan.Filsafat pendidikan haruslah minimal dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
mendasar dalam pendidikan.
Sadulloh merumuskan empat pertanyaan mendasar pendidikan sebagai berikut:
(1)apakah pendidikan itu? (2)mengapa manusia harus melaksanakan pendidikan? (3)
apakah yang seharusnya dicapai dalam proses pendidikan?(4)dengan cara bagaimana cita-
cita pendidikan yang tersurat maupun yang tersirat dapat dicapai? Jawaban atas keempat
pertanyaan tersebut akan sangat tergantung dan akan ditentukan oleh pandangan hidup
dan tujuan hidup manusia, baik secara individu maupun secara bersama-sama
(masyarakat/ bangsa). Filsafat pendidikan tidak hanya terbatas pada fakta faktual, tetapi
filsafat pendidikan harus sampai pada penyelasaian tuntas tentang baik dan buruk, tentang
persyaratan hidup sempurna, tentang bentuk kehidupan individual maupun kehidupan
sosial yang baik dan sempurna. Ini berarti pendidikan adalah pendidikan adalah
pelaksanaan dari ide-ide filsafat. Dengan kata lain filsafat memberikan asas kepastian
bagi nilai peranan pendidikan,lembaga pendidikan dan aktivitas penyelengaraan
pendidikan. Jadi peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya
pendidikan. Dalam bentuk yang lebih terperinci lagi, filsafat pendidikan menjadi jiwa dan
pedoman asasi pendidikan. Pendidikan merupakan usaha untuk merealisasikan ide-ide
ideal dari filsafat menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, dan pembentukan
kepribadian.
Tujuan pendidikan seharusnya adalah mengenal Allah SWT.Semakin kenal seseorang
terhadap Allah SWT, maka orang tersebut akan semakin menyadari ‘kehadiran’-Nya
dalam setiap keadaan, sehingga terlindungi dari sifat curang, mulai dari yang kecil sampai
dengan yang besar.Kedekatan dengan Khaliq juga berdampak kepada semakin hebatnya
daya manfaat seseorang kepada lingkungannya, karena ilmu-Nya akan mengalir deras
kepada yang bersangkutan. Sekarang ini pendidikan terlalu diarahkan ke tujuan-tujuan
yang sifatnya duniawi, jauh dari tujuan untuk mengenal Allah SWT.
Manifestasi tujuan duniawi dapat kita lihat pada tujuan pendek pendidikan kita yang
berorientasi pada nilai akademik semata (nilai akademik pun hanya untuk mengukur
kekuatan menghafal), sedangkan tujuan akhirnya adalah uang dan status sosial.
Kesalahan tujuan jangka pendek pendidikan berakibat pada pendidikan yang berbasis
kepada kurikulum semata dan semakin menafikkan peran guru. Ketika hal ini terjadi,
guru hanya berperan sebatas sebagai pengajar (yang hanya mengajarkan materi-materi
pelajaran), tidak sebagai pendidik (selain memberikan materi pelajaran, tapi juga nilai-
nilai lain, seperti etika, akhlak, ruh ilmu yang diajarkan dll).Ini disebabkan kebijakan
pemerintah yang lebih berminat mengalokasikan dana untuk pembuatan buku-buku
kurikulum yang tebal-tebal (sehingga dapat dikorup), ketimbang memperbaiki
kesejahteraan para guru.
Dampak ke siswa adalah mereka berorientasi sebatas pada materi pelajaran akademik
(yang berbasis kepada memorizing itu), sehingga tidak heran kita temui para siswa kita
tidak sungkan-sungkan untuk mencontek ketika ujian atau doyan tawuran atau hidup
secara hedonistic atau menjadi para pembangkang. Hal tersebut disebabkan tidak
bersemainya nilai-nilai etika dan akhlaq pada lubuk hati mereka.Cahaya Tuhan tidak
menyinari hati mereka, disebabkan para guru tidak dapat menjadi agen ilmu-Nya dengan
baik; ilmu sebatas tertulis secara kering di kertas, tidak pernah menyinari para siswa
(bahkan mungkin para gurunya sendiri).
Kesalahan tujuan jangka panjang pendidikan berakibat pada sifat tamak para siswa.
Bagi yang mengejar uang, maka mereka terkondisi sebagai koruptor-koruptor ulung, jika
bekerja di pemerintahan, dan menjadi para kapitalis yang tidak berhati nurani, jika berada
di swasta. Bagi yang mengejar status sosial, misalnya dalam dunia sains dan
teknologi,mereka tidak sungkan-sungkan melakukan kecurangan-kecurangan demi
prestasi yang berakibat pada status sosial. Hal-hal tersebut sebagai akumulasi akibat
pendidikan yang tidak berupaya menghadirkan Allah SWT. Output pendidikan sekuler
menghasilkan para manusia yang tidak mengenal etika, akhlaq dan cahaya ilmu, sehingga
mereka berbuat kerusakan, baik skala kecil atau pun besar.
Seseorang disekolahkan oleh orang tuanya tentu agar menjadi seseorang yang cerdas
dan berperilaku baik. Itu adalah tujuan diadakannya pendidikan di negara indonesia, yaitu
Taqwa, Cerdas dan Terampil. Dengan tujuan ini sudah seharusnyanya seseorang yang
telah memasuki dunia pendidikan harus berbeda dengan orang yang belum pernah
mengenyam pendidikan. Perbedaan itu tentu harus terlihat dari ketaqwaan, kecerdasan
dan keterampilannya. Manakala tidak ada perbedaan apalah artinya pendidikan baginya.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, dari sisi ketaqwaan maka dia harus lebih
bertaqwa. Mengapa? Karena semakin tinggi pendidikan berarti dia semakin tahu tentang
hal yang baik dan yang buruk, mana yang jahat dan tidak jahat. Kalau dia tidak semakin
taqwa, dia pasti akan menjadi seseorang yang sombong, angkuh karena telah mampu
mengenyam pendidikan yang tinggi. Dari sisi perasaan seseorang yang berpendidikan
tinggi pasti lebih egois dan kurang menghargai perasaan orang lain jika tujuan taqwa ini
tidak ada padanya. Karena dengan peningkatan ketaqwaan ini seseorang akan lebih
santun, berakhlak mulia dan dapat menghargai perasaan sesama, tentunya dengan
pengetahuan yang dia miliki.
Kemudian seseorang yang berpendidikan pasti menjadi lebih cerdas.Ini menjadi
tujuan utama orang tua memasukkan anaknya untuk masuk dunia pendidikan. Terkadang
orang tua lupa bahwa ketaqwaan adalah modal utama untuk hidup (sisi rohani). Orang
yang cerdas tidak bertaqwa dia akan menjadikan kecerdasannya untuk mengbohongi
orang lain, dan hal negative lainnya.
Lebih lanjut lagi, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara pendidikan
harus melibatkan unsur diantaranya adalah pemerintah, orang tua,dan masyarakat. Jika
ketiga unsur ini sudah bekerja sama, maka Indonesia dapat berjalan dengan baik sebagai
unsur yang diharapkan oleh Undangundang pendidikan di Indonesia.
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tujuan pendidikan di Indonesia
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
bertakwa pada tuhan YME. Berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Implikasi tujuan
terhadap kehidupan adalah untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan dan
mempunyai akhlak yang mulia maka peserta didik diajarkan ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan agama(pendidikan agama baik secara formal atau sekolah
maupun secara informal atau rumah tangga dan non formal atau masyarakat atau di
surau atau di mesjid).
2. Agar warga negara menjadi sehat maka pemerintah berusaha menyediakan fasilitas
kesehatan melalui penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang mana masalah ini
ditangani oleh Departemen Kesehatan Indonesia.
3. Agar peserta didik berilmu, cakap, kreatif, mandiri menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Pemerintah berusaha meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia dengan jalan menyempurnakan kurikulum yang berlaku di
Indonesia, mencanangkan wajib belajar bagi anak usia 6 sampai 12 tahun dan juga
berusaha mengadakan SD pamong, SD kecil, SMP jarak jauh dan UT Sementara
adalah usaha yang dilakukan pemerintah yang tujuannya adalah agar warga negara
Indonesia itu berilmu dan memiliki kecakapan, sehingga peserta itu lebih kreatif dan
lebih mandiri dan juga bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannnya.
C. Sifat-sifat Asasi Manusia
Asasi manusia adalah suatu asas yang dibawa oleh manusia sejak lahir ke dunia ini
yang mungkin keberadaannya tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun kecuali ada hal-
hal tertentu yang memungkinkan untuk dapat mengalihkan serta memberdayagunakan
kepada manusia lain.
D. Prinsip-prinsip Dasar tentang Kehidupan yang Baik
1. Al Qur’an da Hadist (pedoman hidup umat Islam)
2. Pancasila sebagai falsafat negara Indonesia
3. UUD 1945 (Pembukaan UUD 1945 alinea keempat)
4. Mengikat kehidupan manusia
5. Hukum adat yang dapat mengikat peraturan-peraturan daerah dalam lingkungan suatu
daerah tertentu
6. Memiliki kesadaran beragama
E. Tujuan Pendidikan dan Implikasinya terhadap Kehidupan
Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,
bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi Warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Implikasinya adalah peserta didik diajarkan ilmuilmu yang berhubungan dengan agama.
1. Agar Warga Negara menjadi sehat maka pemerintah berusaha menyediakan fasilitas
kesehatan dan selalu memberikan pengarahan tentang kesehatan melalui penyuluhan-
penyuluhan kesehatan.
2. Agar peserta didik berilmu, cakap, kreatif, mandiri menjadi Warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai