Anda di halaman 1dari 13

ZAMAN MODERN

Pada permulaan abad ke -14, di Negara-negara Eropa mulai terjadi perkembangan ilmu
pengetahuan. Sejak zaman itu sampai sekarang Eropa menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahun
alam. Perkembangan ilmu pengetahuan menjadi sangat pesat ketika muncul buku yang berjudul
Novum Organum yang ditulis oleh Francis Bascon (1560-1626). Buku ini menjelaskan tentang
landasan empiris dalam mengembangkan pengetahuan dan penegasan ilmu pengetahuan dengan
metodenya.
Jika dilihat dari segi metodologi dan psikologi, seluruh ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada:
1. Pengamatan dan pengalaman manusia terus-menerus
2. Pengumpulan data terus-menerus yang dilakukan secara sistematis
3. Analisis data yang dilakukan dengan berbagai cara
4. Penyusunan teori-teori dan penyusunan ramalan-ramalan sehubungan dengan teori tersebut.
5. Percobaan untuk menguji ramalan tersebut.
Percobaan ini akan menghasilkan beberapa kemungkinan, yaitu benar dan salah. Jika salah, ada
kemungkinan untuk mencari kesalahan berfikir, sehingga ada kemungkinan juga untuk memperbaiki
kesalahan tersebut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan modern memiliki suatu sistem yang
di dalamnya terkandung pengoreksian diri, yang memungkinkan adanya tahap untuk menuju
kebenaran dan kesempurnaan.

SIFAT UNIK MANUSIA
Manusia sebagai makhluk hidup umumnyamempunayi ciri-ciri sebagai berikut:
1. Oragan tubuh kompleks dan sangat khusus, terutama otaknay sehingga manusia merupakan
makhluk yang cerdas dan bijaksana (homo sapiens).
2. Mengadakan metabolisme atau pertuakran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar dari
tubuhnya.
3. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar.
4. memiliki potensi untuk berkembang baik.
5. Tumbuh dan bergerak
6. Berinteraksi dengan lingkungannya, artinya:
a. Manusia dapat membuat alat-alat dan menggunakannya sehingga di sebut sebagai manusia
kerja (homo faber)
b. Manusia dapat berbicara (homo longuens)
c. Manusia dapat hidup bermasyarakat (homo socius) dan berbudaya (homo humanis)
d. Manusia dapat mengadakan usaha atas dasarperhitunagn ekonomi (homo aeconomicus)
e. Manusia juga mengenal keindahan di sekelilingnya (homo aestheticus)
7. Bila tiba masanya, ia akan mati.
Kelebihan manusia ialah rohaninya, yakni akal budi dan kemampuannya yang sangatkuat
sehinggadengan akal budi dan kemampuannya tersebut, manusia dapatmengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
B. RASA INGIN TAHU
Ilmu pengetahuan alam itu, bermula dari rasa ingin tahu yang merupakan ciri khas manusia. Rasa
ingin tahu itu, tidak dimiliki oleh makhluk lain. Jelas kiranya bahwa rasa ingin tahu itu tidak dimiliki
oleh benda-benda tak bernyawa. Bagaimana halnya dengan makhluk hidup seperti tumbuh-
tumbuhan dan hewan?
Sebatang pohon misalnya,menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan dan gerak, namun gerak itu
terbatas pada mempertahankan kelestarian hidupnyayang bersifat tetap. Sedangkan pada hewan
semiasal monyet, ternyata kehendak mereka mengeksplorasialamsangat besar. Hal itu didorong
oleh rasa ingin tahu yang tetap sepanjang zaman atau yang oleh issac Asimov (1920) disebut
instinck. Insting itu berpusat pada satu hal saja,yakni untuk mempertahankan hidup.
Manusia juga memiliki insting seperti yang dimiliki oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan. Dengan
kemampuannya berbahasa, manusia memberikan nama pada setiapbenda yang dikenalnya,
sehingga dalam berkomunikasi dengan manusi lain, dapat menggunakan pengertian dan peristilahan
yang sama. Dari benda-benda alam berdasarkan pengalaman, diketahui sifat-sifatdan kegunaannya
bagi kehidupan manusia. Namun dengan pertolongan akal budinya, manusia menemukanberbagai
cara untuk melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan dan juga menimbuulkan
rasa inggin tahu yang selalu berkembang.
C. MANUSIA SELALU INGIN TAHU
Volume otak manusia sekarang sebesar 1.200-1.500 cc, sedangkan simpanse hanya 350-450 cc.
Manusia sebagai binatang menyusui memiliki system syaraf sentral yang berpusat diotaknya,
disamping sistem syaraf periferi yang ada diseluruh tubuh. Selain secara biologis keadaan otak
manusia seperti yang disebutkan tadi, otak perlu selalu memperoleh latihan terus-menerus,
sehingga memiliki ketajaman.
Dalam kondisi otak demikianlah, manusia memiliki sifat selalu ingin tahu. Dalam benaknya manusia
selalu bertanya karena keinggintahuan apa sesungguhnya (know way). Seseorang merasa kurang
puas, bila apa yag ignin diketahui tidak terjawab.
Dalam hubungan kehidupan manusia dengan alam, dibedakan atas dua tingkatan peradaban,
sabagai berikut:
1. Manusia masih sangat bergantung pada alam, sehingg ada kesan bahwa manusia ialah bagian
dari alam. Manusia tingkat demikian disebut manusia alam (natural man) yang hidupnya bergantung
pada pemberian alam (food gathering)
2. Manusia yang sudah menguasai alam, sehingga ada kesan bahwa manusia sebagai raja dunia.
Manusia di tingkat demikian disebut manusi budaya (cultural man) yang hidupnya dilakukan dengan
cara menghasilkan apa yang dibuhkan (food producing)
D. PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA
Rasa ingin tahu yang dimiliki manusia, menyebabkan alam pikiran manusia berkembang. Ada dua
macam perkembangan yang dapat kita ketahui, sebagai berikut:
1. Perkembangan Alam Pikiran Manusia Sejak Dilahirkan Sampai Dewasa
Alam pikiran seorang bayi yang baru dilahirkan, mengalamiperkembangan yang hampir serupa dari
zaman ke zaman. Ketika bayi tumbuh menjadi anak kecil yang mulai bisa mengamati lingkungan,
muncul bermacam-macam pertanyaan didalampikirannya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
itu, anak kecil mengadakan penyelidikan sendiriatau bertanya kepada ibu, ayah, kakak atau orang
lain yang mengasuhnya.
Alam pikiran anak berkembang dengan pesat. Rasa ingin tahu seorang anak akan mememah, apabila
orang-orang disekelilingnya terlalu sibuk, terlalu malas atau terlalu bodoh untuk memuaskan rasa
ingin tahu anak tersebut.
2. Perkembangan Alam Pikiran Manusia Sejak Zaman Purba Hingga Dewasa Ini.
Pada zaman purba, manusia sudah manghadapi berbagai tekateki yankni terbit dan terbenamnya
matahari,perubahan bentuk bulan, dll
Terdorong rasa ingin tahu yang sangat kuat, manusia purba mulai menyelidiki apa yang terjadi apa
penyebab terjadinya fenomena-fenomena itu dan apa akibatnya. Penyelidikan ini menghasilkan
jawaban atas banyaknya persoalan, tapi kemudian akan timbul persoalan-persoalan baru.
Dengan demikian alam pikiran manusia purba mulai berkembang.Perkembangan itu berlangsung
terus-menerus sampai sekarangdan akan berlanjutdi masa mendatang.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan umat manusia pun mengalami perubahan.
Menurut para pemikir post modernis dekonstruksi, dunia tak lagi berada dalam dunia kognisi, atau
dunia tidak lagi mempunyai apa yang dinamakan pusat kebudayaan sebagai tonggak pencapaian
kesempurnaan tata nilai kehidupan. Hal ini berarti semua kebudayaan duduk sama rendah, berdiri
sama tinggi, dan yang ada hanyalah pusat-pusat kebudayaan tanpa periferi. Sebuah kebudayaan
yang sebelumnya dianggap pinggiran akan bisa sama kuat pengaruhnya terhadap kebudayaan yang
sebelumnya dianggap pusat dalam kehidupan manusia modern.
Wajah kebudayaan yang sebelumnya dipahami sebagai proses linier yang selalu bergerak ke depan
dengan berbagai penyempurnaannya juga mengalami perubahan. Kebudayaan tersebut tak lagi
sekadar bergerak maju tetapi juga ke samping kiri, dan kanan memadukan diri dengan kebudayaan
lain, bahkan kembali ke masa lampau kebudayaan itu sendiri.
Lokalitas kebudayaan karenanya menjadi tidak relevan lagi dan eklektisme menjadi norma
kebudayaan baru. Manusia cenderung mengadaptasi berbagai kebudayaan, mengambil sedikit dari
berbagai keragaman budaya yang ada, yang dirasa cocok buat dirinya, tanpa harus mengalami
kesulitan untuk bertahan dalam kehidupan.
Perubahan tersebut dikenal sebagai perubahan sosial atau social change. Perubahan sosial
merupakan bagian dari perubahan budaya, namun perubahannya hanya mencakup kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi, filsafat, kecuali organisasi sosial masyarakatnya. Perubahan sosial tersebut
bardampak pada munculnya semangat-semangat untuk menciptakan produk baru yang bermutu
tinggi dan hal inilah yang menjadi dasar terjadinya revolusi industri, serta kemunculan semangat
asketisme intelektual. Menurut Prof Sartono, asketisme dan expertise ini merupakan kunci
kebudayaan akademis untuk menuju budaya yang bermutu.
Sebagai homo faber, manusia mencipta dan bekerja, untuk memperoleh kepuasan atau self
fulfillment. Dalam kaca mata agama dan unsur untuk beribadah, suatu orientasi kepada kepuasan
batin dan menuju ke arah sesuatu yang transendental. Di sinilah yang disebut etos bangsa itu
muncul.
Sebenarnya etos bangsa kita juga sudah banyak disinggung oleh para pujangga seperti dalam Serat
Wedatama karya Mangkunegoro IV yang disebutnya sebagai etos mesu budi. Etos ini merupakan
suatu ajakan untuk mementingkan penampilan yang bermutu baik lahir, maupun batin, atau kalau
dalam bahasa modern disebut juga etos intelektual.
Kemudian, etos intelektual inilah yang mendorong masyarakat untuk terus berkarya dan terus
menciptakan hal-hal baru guna meningkatkan kemakmuran hidupnya, sehingga masyarakat tersebut
menjadi masyarakat yang modern. Sedangkan proses menjadi masyarakat yang modern disebut
dengan istilah Modernisasi. Jadi dengan kata lain, modernisasi ialah suatu proses transformasi total,
suatu perubahan masyarakat dalam segala aspeknya.
B. Faktor-faktor yang Mendorong Perubahan Masyarakat MenjadiMasyarakat yang Modern
1. perkembangan ilmu
2. perkembangan teknologi
3. perkembangan industri
4. perkembangan ekonomi
C. Gejala-gejala Modernisasi
1. Bidang IPTEK
Gejala Modernisasi di bidang IPTEK ditandai dengan adanya penemuan dan pembaharuan unsur
teknologi baru yang dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat.
2. Bidang Ekonomi
Gejala Modernisasi di bidang Ekonomi ialah meningkatnya produktivitas ekonomi dan efisiensi
sumber daya yang tersedia, serta pemeanfaatan SDA yang memperhatikan kelestarian alam sekitar.
3. Bidang Politik dan Idiologi
Pada bidang ini, gejala modern ditandai dengan adanya system pemerintahan perwakilan yang
demokratis, pemerintah yang diawasi dan dibatasi kekuasaanya, dihormati hak-hak asasinya serta
dijaminnya hak-hak sosial.
4. Bidang Agama dan Kepercayaan
Gejala Modernisasi di bidang Agama dan Kepercayaan ditandai dengan adanya pengembangan nalar
(rasio) dan kebahagiaan kebendaan (materi), yang pada akhirnya akan menimbulkan paham
sekularisasi dan sekularisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai
budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Pada umumnya masyarakat modern
tinggal di daerah perkotaan, sehingga disebut masyarakat kota. Namun tidak semua masyarakat
kota tidak dapat disebut masyarakat modern,sebab orang kota tidak memiliki orientasi ke masa kini,
misalnya gelandangan.
B. Ciri-ciri Masyarakat Modern
1. Hubungan antar manusia terutama didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi.
2. Hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dengan suasana yang saling
memepengaruhi
3. Keprcayaan yang kuat akan Ilmu Pengetahuan Teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
4. Masyarakatnya tergolong ke dalam macam-macam profesiyang dapat dipelajari dan ditingkatkan
dalam lembaga pendidikan, keterampilan dan kejuruan
5. Tingkat pendidikan formal pada umumnya tinggi dan merata.
6. Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang sangat kompleks
7. Ekonomi hamper seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkanatas penggunaan
uangdan alat-alat pembayaran lain.
C. Masyarakat Modern dilihat dari berbagai Aspek
Aspek Mental Manusia :
1. Cenderung didasarkan pada pola pikirserta pola perilaku rasionalatau logis, dengan cirri-
cirimenghargai karya orang lain, menghargai waktu, menghargai mutu, berpikir kreatif, efisien,
produktif percaya pada diri sendiri, disiplin, dan bertanggung jawab.
2. Memiliki sifat keterbukaan, yaitu dapat menerima pandangan dan gagasan orang lain.
Aspek Teknologi :
1. Teknologi merupakan factor utama untuk menunjang kehidupan kearah kemajuan atau
modernisasi.
2. Sebagai hasil ilmu pengetahuan dengan kemampuan produksi dan efisiensi yang tinggi.
Aspek Pranata Sosial :
I. Pranata Agama :
Relatif kurang terasa dan tampak dalam kehidupan sehari-hari, diaibatkan karena sekularisme
II. Pranata Ekonomi :
1. Bertumpu pada sektor Indusri Pembagian kerja yang lebih tegas dan memiliki batas-batas yang
nyata.
2. Pembagian kerja berdasarkan usia dan jenis kelamin kurang terlihat.
3. Kesamaan kesempatan kerja antar priadan wanita sangat tinggi.
4. Kurang mengenal gotong-royong.
5. Diobedakan menjadi tiga fungsi, yaitu: produksi distribusi, dan konsumsi.
6. Hampir semua kebutuhan hidupmasyarakat diperoleh melalui pasar dengan menggunakan uang
sebagai alat tukar yang sah.
III. Pranata Keluarga :
1. Ikatan kekeluargaan sudah mulai lemahdan longgar, karena cara hidup yang cenderung
inidividualis.
2. Rasa solidaritas berdasarkan kekerabatan umumnya sudah mulai menipis.
IV. Pranata Pendidikan :
Tersedianya fasilitas pendidikan formal mulai dari tingkat rendah hingga tinggi, disamping
pendidikan keterampilan khusus lainnya.
V. Pranata Politik :
Adanya pertumbuhan dan berkembangnya kesadaran berpolitik sebagai wujud demokratisasi
masyarakat.
D. Gambaran Umum Kehidupan Masyarakat Modern
Pada kehidupan masyarakat modern, kerja merupakan bentuk eksploitasi kepada diri, sehingga
mempengaruhi pola ibadah, makan, dan pola hubungan pribadi dengan keluarga.
Sehingga dalam kebudayaan industri dan birokrasi modern pada umumnya, dipersonalisasi menjadi
pemandangan sehari-hari. Masyarakat modern mudah stres dan muncul penyakit-penyakit baru
yang berkaitan dengan perubahan pola makanan dan pola kerja.
Yang terjadi kemudian adalah dehumanisasi dan alienasi atau keterasingan, karena dipacu oleh
semangat kerja yang tinggi untuk menumpuk modal. Berger menyebutnya sebagai lonely
crowd karena pribadi menemukan dirinya amat kuat dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam
kebudayaan industrialisasi, terus terjadi krisis. Pertama, kosmos yang nyaman berubah makna
karena otonomisasi dan sekularisasi sehingga rasa aman lenyap. Kedua masyarakat yang nyaman
dirobek-robek karena individu mendesakkan diri kepada pusat semesta, ketiga nilai kebersamaan
goyah, keempat birokrasi dan waktu menggantikan tokoh mistis dan waktu mitologi.
Para penganut paham pascamodern seperti Lyotard pernah mengemukakan perlunya suatu jaminan
meta-sosial, yang dengannya hidup kita dijamin lebih merdeka, bahagia, dan sebagainya. Khotbah
agung-nya (metanarasi) ini mengutamakan perlunya new sensibility bagi masyarakat yang terjebak
dalam gejala dehumanisasi budaya modern.
Kebiasaan dari masyarakat modern adalah mencari hal-hal mudah, sehingga penggabungan nilai-
nilai lama dengan kebudayaan birokrasi modern diarahkan untuk kenikmatan pribadi. Sehingga,
munculah praktek-peraktek kotor seperti nepotisme, korupsi, yang menyebabkan penampilan mutu
yang amat rendah.
E. Kebudayaan Modern
Proses akulturasi di Negara-negara berkembang tampaknya beralir secara simpang siur, dipercepat
oleh usul-usul radikal, dihambat oleh aliran kolot, tersesat dalam ideologi-ideologi, tetapi pada
dasarnya dilihat arah induk yang lurus: the things of humanity all humanity enjoys. Terdapatlah
arus pokok yang dengan spontan menerima unsur-unsur kebudayaan internasional yang jelas
menguntungkan secara positif.
Akan tetapi pada refleksi dan dalam usaha merumuskannya kerap kali timbul reaksi, karena kategori
berpikir belum mendamaikan diri dengan suasana baru atau penataran asing. Taraf-taraf akulturasi
dengan kebudayaan Barat pada permulaan masih dapat diperbedakan, kemudian menjadi
overlapping satu kepada yang lain sampai pluralitas, taraf, tingkat dan aliran timbul yang serentak.
Kebudayaan Barat mempengaruhi masyarakat Indonesia, lapis demi lapis, makin lama makin luas
lagi dalam (Bakker; 1984).
Apakah kebudayaan Barat modern semua buruk dan akan mengerogoti Kebudayaan Nasional yang
telah ada? Oleh karena itu, kita perlu merumuskan definisi yang jelas tentang Kebudayaan Barat
Modern. Menurut para ahli kebudayaan modern dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a. Kebudayaan Teknologi Modern
Pertama kita harus membedakan antara Kebudayan Barat Modern dan Kebudayaan Teknologis
Modern. Kebudayaan Teknologis Modern merupakan anak Kebudayaan Barat. Akan tetapi,
meskipun Kebudayaan Teknologis Modern jelas sekali ikut menentukan wujud Kebudayaan Barat,
anak itu sudah menjadi dewasa dan sekarang memperoleh semakin banyak masukan non-Barat,
misalnya dari Jepang.
Kebudayaan Tekonologis Modern merupakan sesuatu yang kompleks. Penyataan-penyataan
simplistik, begitu pula penilaian-penilaian hitam putih hanya akan menunjukkan kekurangcanggihan
pikiran. Kebudayaan itu kelihatan bukan hanya dalam sains dan teknologi, melainkan dalam
kedudukan dominan yang diambil oleh hasil-hasil sains dan teknologi dalam hidup masyarakat:
media komunikasi, sarana mobilitas fisik dan angkutan, segala macam peralatan rumah tangga serta
persenjataan modern. Hampir semua produk kebutuhan hidup sehari-hari sudah melibatkan
teknologi modern dalam pembuatannya.
Kebudayaan Teknologis Modern itu kontradiktif. Dalam arti tertentu dia bebas nilai, netral. Bisa
dipakai atau tidak. Pemakaiannya tidak mempunyai implikasi ideologis atau keagamaan. Seorang
Sekularis dan Ateis, Kristen Liberal, Budhis, Islam Modernis atau Islam Fundamentalis, bahkan segala
macam aliran New Age dan para normal dapat dan mau memakainya, tanpa mengkompromikan
keyakinan atau kepercayaan mereka masing-masing. Kebudayaan Teknologis Modern secara
mencolok bersifat instumental.
b. Kebudayaan Modern Tiruan
Dari kebudayaan Teknologis Modern perlu dibedakan sesuatu yang mau saya sebut sebagai
Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud dalam lingkungan yang
tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi sebenarnya
hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja, misalnya kebudayaan lapangan terbang
internasional, kebudayaan supermarket (mall), dan kebudayaan Kentucky Fried Chicken (KFC).
Di lapangan terbang internasional orang dikelilingi oleh hasil teknologi tinggi, ia bergerak dalam
dunia buatan: tangga berjalan, duty free shop dengan tawaran hal-hal yang kelihatan mentereng dan
modern, meskipun sebenarnya tidak dibutuhkan, suasana non-real kabin pesawat terbang;
semuanya artifisial, semuanya di seluruh dunia sama, tak ada hubungan batin.
Kebudayaan Modern Tiruan hidup dari ilusi, bahwa asal orang bersentuhan dengan hasil-hasil
teknologi modern, ia menjadi manusia modern. Padahal dunia artifisial itu tidak menyumbangkan
sesuatu apapun terhadap identitas kita. Identitas kita malahan semakin kosong karena kita semakin
membiarkan diri dikemudikan. Selera kita, kelakuan kita, pilihan pakaian, rasa kagum dan penilaian
kita semakin dimanipulasi, semakin kita tidak memiliki diri sendiri. Itulah sebabnya kebudayaan ini
tidak nyata, melainkan tiruan, blasteran.
Anak Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah Konsumerisme: orang ketagihan membeli, bukan karena
ia membutuhkan, atau ingin menikmati apa yang dibeli, melainkan demi membelinya sendiri.
Kebudayaan Modern Blateran ini, bahkan membuat kita kehilangan kemampuan untuk menikmati
sesuatu dengan sungguh-sungguh. Konsumerisme berarti kita ingin memiliki sesuatu, akan tetapi
kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang makan di KFC bukan karena ayam di situ lebih
enak rasanya, melainkan karena fast food dianggap gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah
modern.
c. Kebudayaan-Kebudayaan Barat
Kita keliru apabila budaya blastern kita samakan dengan Kebudayaan Barat Modern. Kebudayaan
Blastern itu memang produk Kebudayaan Barat, tetapi bukan hatinya, bukan pusatnya dan bukan
kunci vitalitasnya. Ia mengancam Kebudayaan Barat, seperti ia mengancam identitas kebudayaan
lain, akan tetapi ia belum mencaploknya. Italia, Perancis, spayol, Jerman, bahkan barangkali juga
Amerika Serikat masih mempertahankan kebudayaan khas mereka masing-masing. Meskipun di
mana-mana orang minum Coca Cola, kebudayaan itu belum menjadi Kebudayaan Coca Cola.
Orang yang sekadar tersenggol sedikit dengan kebudayaan Barat palsu itu, dengan demikian belum
mesti menjadi orang modern. Ia juga belum akan mengerti bagaimana orang Barat menilai, apa cita-
citanya tentang pergaulan, apa selera estetik dan cita rasanya, apakah keyakinan-keyakinan moral
dan religiusnya, apakah paham tanggung jawabnya (Suseno; 1992).
F. Tantangan Kebudayaan Masyarakat Modern
1. Kebudayaan Modern Tiruan
Tantangan yang sungguh-sungguh mengancam kita adalah Kebudayaan Modern Tiruan. Dia
mengancam justru karena tidak sejati, tidak substansial. Yang ditawarkan adalah semu. Kebudayaan
itu membuat kita menjadi manusia plastik, manusia tanpa kepribadian, manusia terasing, manusia
kosong, manusia latah.
Kebudayaan Blasteran Modern bagaikan drakula: ia mentereng, mempunyai daya tarik luar biasa, ia
lama kelamaan meyedot pandangan asli kita tentang nilai, tentang dasar harga diri, tentang status.
Ia menawarkan kemewahan-kemewahan yang dulu bahkan tidak dapat kita impikan. Ia menjanjikan
kepenuhan hidup, kemantapan diri, asal kita mau berhenti berpikir sendiri, berhenti membuat kita
kehilangan penilaian kita sendiri. Akhirnya kita kehabisan darah , kehabisan identitas. Kebudayaan
modern tiruan membuat kita lepas dari kebudayaan tradisional kita sendiri, sekaligus juga tidak
menyentuh kebudayaan teknologis modern sungguhan (Suseno;1992)
2. Bagaimana Memberi Makan, Sandang, dan Rumah
Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa, budaya adalah perjuangan manusia dalam mengatasi
masalah alam dan zaman. Permasalahan yang paling mendasar bagi manusia adalah masalah makan,
pakaian dan perumahan. Ketika orang kekurangan gizi bagaimana ia akan mendapat orang yang
cerdas. Ketika kebutuhan pokok saja tidak terpenuhi bagaimana orang akan berpikir maju dan
menciptakan teknologi yang hebat. Jangankan untuk itu, permasalahan pemenuhan kebutuhan kita
sangat mempengaruhi pola hubungan di antara manusia. Orang rela mencuri bahkan membunuh
agar ia bisa makan sesuap nasi. Sehingga, kelalaian dalam hal ini bukan hanya berdampak pada
kemiskinan, kelaparan, kematian, akan tetapi akan berpengaruh dalam tatanan budaya-sosial
masyarakat.
3. Masalah Pendidikan yang Tepat
Pendidikan masih menjadi permasalahan yang menjadi perhatian serius jika bangsa ini ingin
dipandang dalam percaturan dunia. Ada fenomena yang menarik terkait dengan hal ini, yaitu
mengenai kolaborasi kebudayaan dengan pendidikan, dalam artian bagaimana sistem pendidikan
yang ada mengintrinsikkan kebudayaan di dalamnya. Dimana ada suatu kebudayaan yang menjadi
spirit dari sistem pendidikan yang kita terapkan.
4. Mengejar Kemajuan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Problem ini beranjak ketika kita sampai saat ini masih menjadi konsumen atas produk-produk
teknologi dari negara luar. Situasi keilmiahan kita belum berkembang dengan baik dan belum
didukung oleh iklim yang kondusif bagi para ilmuan untuk melakukan penelitian dan penciptaan
produk-produk, teknologi baru. Jika kita tetap mengandalkan impor produk dari luar negeri, maka
kita akan terus terbelakang. Oleh karena itu, hal ini tantangan bagi kita untuk mengejar
ketertinggalan iptek dari negara-negara maju.
5. Kondisi Alam Global
Beberapa waktu yang lalu di halaman depan harian Kompas tanggal 12 April 2007, ada berita
menarik mengenai keadaan bumi hari ini, Pemanasan Global, Jutaan Orang akan Teracam.
Pemanasan global akan memberi dampak negatif yang nyata bagi kehidupan ratusan juta warga di
dunia. Demikianlah antara lain isi laporan kedua PBB yang sudah dipublikasikan tahun 2007. Laporan
pertama berisikan bukti ilmiah perubahan iklim, sedangkan laporan ketiga akan membeberkan
tindakan untuk menanganinya.
Laporan para pakar yang tergabung dalam Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC)
dibeberkan dalam jumpa pers secara serentak di berbagai belahan dunia, Selasa (10/04/2007).
Laporan setebal 1.572 halaman itu ditulis dan dikaji 441 anggota IPCC.
Salah satu dampak pemanasan global adalah meningkatnya suhu permukaan bumi sepanjang lima
tahun mendatang. Hal itu akan mengakibatkan gunung es di Amerika Latin mencair. Dampak
lanjutannya adalah kegagalan panen, yang hingga tahun 2050 mengakibatkan 130 juta penduduk
dunia, terutama di Asia, kelaparan. Pertanian gandum di Afrika juga akan mengalami hal yang sama.
Laporan itu menggarisbawahi dampak pemanasan global berupa meningkatnya permukaan laut,
lenyapnya beberapa spesies dan bencana nasional yang makin meningkat. Disebutkan, 30% garis
pantai di dunia akan lenyap pada 2080. Lapisan es di kutub mencair hingga terjadi aliran air di kutub
utara. Hal itu akan mengakibatkan terusan Panama terbenam.
Naiknya suhu memicu topan yang lebih dasyat hingga mempengaruhi wilayah pantai yang selama ini
aman dari gangguan badai. Banyak tempat yang kini kering makin kering, sebaliknya berbagai
tempat basah akan semakin basah. Kesenjangan distribusi air secara alami ini akan berpotensi
meningkatkan ketegangan dalam pemanfaaatan air untuk kepentingan industri, pertanian dan
penduduk.
Asia menjadi bagian dari bumi yang akan paling parah. Perubahan iklim yang tak terdeteksi akan
menjadi bencana lingkungan dan ekonomi, dan buntutnya adalah tragedi kemanusiaan. Laporan itu
mengingatkan, setiap kenaikan suhu udara 2 derajat celsius, antara lain akan menurunkan produksi
pertanian di Cina dan Bangladesh hingga 30 persen hingga 2050. Kelangkaan air meningkat di India
seiring dengan menurunya lapisan es di Pegunungan Himalaya. Sekitar 100 juta warga pesisir di Asia
pemukimannya tergenang karena peningkatan permukaan laut setinggi antara 1 milimeter hingga 3
milimeter setiap tahun. Saat ini, pemanasan global sudah terasa dengan terjadinya kematian dan
punahnya spesies di Afrika dan Asia
G. Dampak Negatif dari budaya Masyarakat Modern
1. Penyalahgunaan media teknologi sebagai sarana pencarian hal-hal yang tidak ada hubungannya
dengan ilmu pengetahuan.
2. Timbulnya praktek-peraktek curang dalam dunia kerja seperti korupsi, kolusi dan nepotisme.
3. Sekularisasi adalah sebuah proses pemisahan institusi-institusi dan simbol-simbol politis dari
initusi-institusi dan simbol-simbol religius. Kebijakan-kebijakan Negara yang mengatur sebuah
masyarakat tidak lagi didasarkan pada norma-norma agama, melainkan pada asas-asas non-religius,
seperti: etika dan pragmatisme politik. Kelahiran Negara nasional dan Negara konstitusional di
zaman modern menandai proses ini. Konstitusi Negara modern tidak lagi didasarkan pada doktrin-
doktrin religius, seperti pada Negara-negara tradisional di Eropa abad pertengahan, melainkan pada
prosedur-prosedur birokratis rasional yang mengakui kesamaan hak dan kebebasan setiap
warganegara. Mengapa masyarakat modern menempuh jalan sekularisasi? Karena (1) Otoritas
politis tidak merasa cukup dengan wewenangnya atas wilayah publik dan ingin juga memberikan
regulasi dalam ruang privat seperti yang dilakukan oleh otoritas religius; dan (2) pikiran kritis
dicurigai sebagai unsur subversif yang melemahkan kepatuhan kepada otoritas. Sekularisasi adalah
upaya memberi batas-batas di antara kedua bidang itu dengan memandang keduanya otonom, yakni
yang satu tidak dapat direduksi kepada yang lain. Dengan sekularisasi, urusan-urusan religius
dianggap beroperasi di dalam ruang privat, tercakup dalam kebebasan subjektif individu untuk
menemukan jalan hidupnya. Efek positif sekularisasi adalah toleransi agama, sebab doktrin-doktrin
dan nilai-nilai religius tidak lagi dikalkulasi di dalam politik.
Kita berbicara tentang sekularisme jika kita memusatkan perhatian kita pada efek negatif
sekularisasi. Sekularisasi dapat mendorong pada ekstrem atau ekses, yakni suatu sikap berlebih-
lebihan untuk menyingkirkan segala alasan, motif atau dimensi religius sebagai omong kosong.
Pandangan-pandangan seperti ateisme, materialisme dan saintisme merupakan berbagai aspek
dalam sekularisme. Sekularisme dalam arti ini bukanlah sebuah proses sosial-epistemologis,
melainkan sebuah ideologi dengan kesempitan berpikir yang tidak dapat mentoleransi eksistensi
agama di dalam masyarakat majemuk. Jika agama menghasilkan fundamentalisme religius, proses
sekularisasi juga dapat menghasilkan suatu fundamentalisme tertentu, yakni fundamentalisme
profane. Itulah sekularisme.
Jadi, di sini kita dapat mengatakan bahwa sekularisasi adalah proses yang wajar di dalam
modernisasi, karena pemisahan antara agama dan Negara memang diperlukan untuk
memungkinkan kebebasan dan keadilan dalam masyarakat majemuk, namun sekularisme harus
diwaspadai. Untuk masyarakat kita yang cenderung religius, sekularisme bukanlah ancaman real;
fundamentalisme agamalah yang merupakan ancaman real bagi kemajemukan. Yang sebaliknya juga
harus dikatakan: Sekularisme bukanlah solusi untuk masalah kemajemukan, sebab sekularisme
adalah bentuk intoleransi terhadap agama manaupun yang merupakan anggota masyarakat
majemuk. Yang dibutuhkan masyarakat kita adalah tingkat sekularisasi tertentu (baik secara
structural maupun kultural) agar dapat bersikap fair terhadap kemajemukan orientasi nilai di
dalam masyarakat kita. Kebijakan-kebijakan politis yang berorientasi agama tertentu, misalnya, tidak
dapat begitu saja dijadikan norma publik untuk mengatur keseluruhan masyarakat, karena akan
bersikap tidak fair terhadap kelompok-kelompok lain bahkan dalam agama yang sama.
4. Liberalisme adalah ideologi modern, karena ia muncul bersamaan dengan modernisasi dan segala
pertentangan ideologis dalam masyarakat modern tak lain daripada pertentangan dengan
liberalisme, sehingga cerita tentang modernitas tak kurang daripada cerita tentang liberalisme dan
para lawannya. Dalam arti ini, liberalisme sangat sensitif terhadap kolektivisme dan absolutisme
kekuasaan. Ekonomi tidak dapat tumbuh jika terus diintervensi Negara, maka liberalisme sejak awal
mendukung ekonomi pasar bebas. Di dalam pasar orang tidak bertransaksi dengan membeda-
bedakan latar-belakang agama dan kebudayaan. Yang penting transaksi itu fair. Dengan kata lain, di
dalam transaksi orang melihat agama partner transaksinya sebagai urusan privatnya yang tidak
relevan untuk proses pertukaran dalam pasar. Pola transaksi yang melihat agama sebagai persoalan
privat yang tidak relevan untuk proses pertukaran itu oleh liberalisme diaplikasikan di dalam
hubungan yang lebih luas, yaitu di dalam Negara modern. Liberalisme ekonomi mengandung bahaya
tertentu, yaitu intoleransi terhadap mereka yang dimarginalisasikan secara ekonomis oleh
mekanisme pasar bebas itu. Namun liberalisme yang berkaitan dengan pendirian intelektual dan
sikap-sikap politis justru membantu sebuah masyarakat untuk toleran terhadap kemajemukan. Jika
Negara berkonsentrasi pada the problem of justice dan tidak mengintervensi the problem of good
life yang adalah kewenangan kelompok-kelompok dalam masyarakat itu, Negara akan menjadi milik
bersama kelompok-kelompok sosial itu dan tidak bersikap diskriminatif. Negara liberal berupaya
bersikap netral terhadap agama-agama di dalamnya, dan ini justru mendukung kebebasan individu.
Di sini liberalisme dapat juga dilihat sebagai hasil dari sekularisasi yang tidak secara mutlak perlu
bermuara pada sekularisme. Artinya, suatu Negara liberal tidak harus sekularistis, yakni ingin
menyingkirkan agama di dalamnya. Negara liberal juga bisa memiliki respek terhadap agama, namun
regulasi-regulasinya tetap sekular. Ia bersikap netral dari agama, namun memberi infrastruktur yang
adil bagi agama-agama untuk berkembang, sebab para anggota agama-agama itu adalah juga
warganegaranya.
5. Pluralisme adalah sebuah pandangan yang beroperasi di dalam kebudayaan dalam bentuk sikap-
sikap yang menerima kemajemukan orientasi-orientasi nilai di dalam masyarakat modern. Dasar
pluralisme adalah the fact of plurality, yakni suatu kenyataan bahwa jika sebuah masyarakat
mengalami modernisasi, masyarakat itu mengalami pluralisasi nilai di dalam dirinya. Pluralitas tidak
serta merta memunculkan pluralisme, karena tidak semua orang setuju pluralitas. Kaum konservatif
dan rmonatis, misalnya, akan meratapi pluralitas sebagai sindrom disintegrasi sosial dan moral.
Namun ada kelompok-kelompok yang menerima pluralitas sebagai kenyataan hidup bersama dan
mencoba hidup bersama secara toleran. Kelompok-kelompok ini bisa berasal dari kalangan agama,
cendikia, politikus atau budayawan. Pandangan yang menerima pluralitas sebagai realitas hidup
bersama dan mencoba mengembangkan sarana-sarana moral dan intelektual untuk membuka ruang
kebebasan dan toleransi bagi aneka orientasi nilai etnis, religius ataupun poltis di dalam mayarakat
modern itu kita sebut pluralisme.
Jika kita menilik ke belakang, ke dalam sejarah agama-agama itu, kita tidak dapat memisahkan
agama dari kebudayaan. Setiap agama tertanam dan tumbuh dalam konteks kebudayaan dan juga
sejarahnya, maka pluralitas juga menandai sejarah setiap agama. Tidak ada hanya satu Kristen, satu
Hindhu, satu Islam atau satu Budhisme, karena di tiap kebudayaan berkembang cara-cara dan
simbol-simbol spesifik dalam menghayati Tuhan. Simbol-simbol itu bahkan dipinjam dari konteks
kebudayaan tertentu, misalnya, Jawa, Romawi, India atau Arab. Namun tak semua kelompok agama
mau bersikap fair terhadap fakta pluralitas di dalam agama-agama ini. Kelompok-kelompok macam
ini di antara mereka konservatif garis keras terobsesi pada sebuah fiksi bahwa agama mereka itu
homogen dan murni dari unsur-unsur kebudayaan. Fiksi itu sudah barang tentu berbahaya sekali
karena menjadi intoleran terhadap kemajemukan kebudayaan dan agama. Kelompok-kelompok
agama yang menerima fakta kemajemukan bahkan di dalam agama mereka sendiri serta mencoba
mengembangkan sebuah teologi pluralis sering dicurigai sebagai sesuatu yang morongrong
integritas iman, padahal mereka ini bisa saja justru mendorong cara-cara beriman yang dewasa dan
terbuka terhadap perubahan dan perbedaan di dalam masyarakat modern.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Perubahan sosial mendorong munculnya semangat-semangat untuk menciptakan produk baru ,
sehinnga terjadilah revolusi industri, dan kemunculan semangat asketisme intelektual. Kemudian,
asketisme intelektual menimbulkan etos intelektual, dan inilah yang mendorong masyarakat untuk
terus berkarya dan terus menciptakan hal-hal baru guna meningkatkan kemakmuran hidupnya,
sehingga masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang modern. Sedangkan proses menjadi
masyarakat yang modern disebut dengan istilah Modernisasi.
I. Pengertian Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai
budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini.
II. Faktor-faktor yang Mendorong Perubahan Masyarakat MenjadiMasyarakat yang Modern
1. perkembangan ilmu
2. perkembangan teknologi
3. perkembangan industri
4. perkembangan ekonomi
III. Gejala-gejala Modernisasi
1. adanya penemuan dan pembaharuan unsur teknologi baru yang dapat meningkatkan
kemakmuran masyarakat.
2. meningkatnya produktivitas ekonomi dan efisiensi sumber daya yang tersedia, serta
pemeanfaatan SDA yang memperhatikan kelestarian alam sekitar.
3. adanya system pemerintahan perwakilan yang demokratis, pemerintah yang diawasi dan dibatasi
kekuasaanya, dihormati hak-hak asasinya serta dijaminnya hak-hak sosial.
4. adanya pengembangan nalar (rasio) dan kebahagiaan kebendaan (materi), yang pada akhirnya
akan menimbulkan paham sekularisasi dan sekularisme.
IV. Ciri-ciri Masyarakat Modern
1. Hubungan antar manusia terutama didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi.
2. Hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dengan suasana yang saling
memepengaruhi
3. Keprcayaan yang kuat akan Ilmu Pengetahuan Teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
4. Masyarakatnya tergolong ke dalam macam-macam profesiyang dapat dipelajari dan ditingkatkan
dalam lembaga pendidikan, keterampilan dan kejuruan
5. Tingkat pendidikan formal pada umumnya tinggi dan merata.
6. Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang sangat kompleks
7. Ekonomi hamper seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkanatas penggunaan
uangdan alat-alat pembayaran lain.
V. Kebudayaan Modern
1. Kebudayaan Tekonologis Modern merupakan suatu kebudayaan bukan hanya dalam sains dan
teknologi, melainkan dalam kedudukan dominan yang diambil oleh hasil-hasil sains dan teknologi
dalam hidup masyarakat: media komunikasi, sarana mobilitas fisik dan angkutan, segala macam
peralatan rumah tangga serta persenjataan modern.
2. Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud dalam lingkungan yang
tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi sebenarnya
hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja
3. Kebudayaan-Kebudayaan Barat
VI. Tantangan Kebudayaan Masyarakat Modern
1. Kebudayaan Modern Tiruan
2. Bagaimana Memberi Makan, Sandang, dan Rumah
3. Masalah Pendidikan yang Tepat
4. Mengejar Kemajuan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
5. Kondisi Alam Global
VII. Dampak Negatif dari budaya Masyarakat Modern
1. Penyalahgunaan media teknologi
2. Timbulnya praktek-peraktek curang
3. Sekularisasi
4. Liberalisme
5. Pluralisme
B. Saran
Sebaiknya kita sebagai masyarakat modern tidak harus menyerap semua budaya modernisasi, agar
tidak terjadi dampak-dampak negative dalam kehidupan kita sebagai masyarakat yang modern.
Daftar Pustaka
Bakker, JWM. 1999. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.
Davis, Kingsley. 1960. Human Society The Macmillan Company. New York.
Dewantara, Ki Hajar. 1994. Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa..
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta
Sarjono. Agus R (Editor). 1999. Pembebasan Budaya-Budaya Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Soemardjan, S dan Breazeale, K. 1993. Cultural Change in Rural Indonesia; Impact of Village
Development. Honolulu: UNS-YISS-East West Center.
Sorokin, Pitirim A. 1957. Social and Cultural Dynamics. Boston: Sargent.

Anda mungkin juga menyukai