MANUSIA
DALAM KAJIAN
FILSAFAT
ANTROPOLOGI
Drs. Agus Joko Purwadi, M.Pd.
KATA PENGANTAR
Bahan tayangan berjudul Hakikat manusia dalam kajian filsafat
antropologi ini merupakan dari berbagai sumber referensi yang bertujuan
untuk merangkum definisi mengenai hakikat manusia dalam kajian filsafat
antropologi, sebagai salah satu materi dalam Mata Kuliah Kebudayaan
Indonesia bagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.
Penulis berusaha merumuskan tentang filsafat antropologi yang
membicarakan hakikat manusia yang Dimana dikemukakan keanekaragaman
istilah untuk menjelaskan “ kesimpulan “ yang bersifat diskret dan parsial
tentang hakikat manusia.
Bahan tayangan ini diharapkan dapat di manfaatkan oleh dosen
dan mahasiswa sebagai bahan ajar pendukung mata kuliah kebudayaan
Indonesia. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penyusunan
bahan tayangan ini. Oleh karena itu, kritik yang membangun dan saran dari
pembaca sangat di perlukan untuk lebih menyempurnakan bahan tayang ini.
Penulis
ABSTRAKSI
Yang melatarbelakangi pembuatan bahan tayang ini adalah bahwa
Penelitian tentang fenomena kehidupan manusia tidak akan pernah
menghasilkan kesimpulan final. Selalu ada temuan penelitian yang bersifat
aktual. Studi tentang fenomena kehidupan manusia sudah dimulai sejak zaman
filsuf sekelas Socrates, Plato, Aristoteles sampai dengan para ilmuwan
kontemporer, seperti: Judith Butler, Slavoj Zizek, Donna Haraway, Cornel
West, dan masih banyak lagi ilmuwan lainnya yang tak dapat disebutkan di
sini.
Di antara sekian banyak filsuf, Aristoteles dipandang sebagai tokoh
awal yang telah membicarakan secara khusus kajian tentang fenomena
kehidupan manusia itu yang disebutnya sebagai filsafat-antropologi. Apakah
pengertian filsafat-antropologi itu? Filsafat antropologi membicarakan hakikat
manusia dari perspektif: apanya (sebagai objek), siapanya (sebagai subjek),
mengapanya, bagaimananya, dan untuk apa (keberadaan)nya.
Dari sekian banyak kajian dan literatur, ternyata penelitian tentang
fenomena kehidupan manusia dari perspektif filsafat-antropologi itu masih
bersifat parsial, diskret, dan open ended. Berikut ini dikemukakan
keanekaragaman istilah untuk menjelaskan "kesimpulan" yang bersifat diskret
dan parsial tentang hakikat manusia.
HAKIKAT MANUSIA
1. Homo homini lupus
2. Homo sapien
4. Homo creator
8. Homo technicus
Rasa hati yang senang dan terhibur oleh sesuatu yang indah.
Indah dalam pengertian ini adalah indah didengar, dilihat, dirasakan,
dicecap, dibaui, ataupun diraba. Dengan kata lain, indah bersifat
perseptif. Manusia mempunyai potensi untuk menciptakan dan
merasakan sesuatu yang indah. Mereka ciptakan lagu-lagu yang merdu,
puisi-puisi yang mengharukan ketika dibaca dan diperdengarkan,
lukisan-lukisan yang indah-indah, tarian-tarian gemulai. Pada musim
liburan, misalnya, mereka berlibur dan berwisata ke pantai-pantai, ke
pegunungan, ke danau-danau, ke situs-situs bersejarah, dan ke tempat-
tempat tujuan wisata lainnya. Apa yang mereka lakukan adalah untuk
mendapatkan hiburan, kesenangan, dan untuk menikmati
keindahannya. Hakikat manusia untuk menciptakan dan menikmati
sesuatu yang indah dalam filsafat-antropologi disebut sebagai Homo
estheticus.
18. Homo symbolicum