PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusa Masalah
1
Abdullah aly, Drs., Eny Rahma, Ir.,MKDU – Ilmu alamiah Dasar , PT. BumiAksara, Jakarta,
1991 (hal. 15-20)
2
Isrin Nurdin, Perkembangan Sains dan Teknologi l, Universitas Terbuka, Dekdikbuk, Jakarta,
1985 (hal. 12-15)
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. Mitos
Menurut Auguste Comte (1798-1857) bahwa dalam sejarah
perkembangan manusia itu ada tiga tahap, yaitu tahap teologi (tahap
metafiika), tahap filsafat, dan tahap positif (tahap ilmu).
Mitos termasuk tahap teologi atau tahap metafisika. Mitologi ialah
pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita
mitos. Cerita mitos sendiri ditularkan lewat tari-tarian, nyanyian,
wayang dan lain-lain.
Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam, yaitu mitos
sebenarnya, cerita rakyat dan legenda. Mitos timbul akibat keterbatasan
pengetahuan, penalaran dan panca indera manusia serta keingintahuan
manusia yang telah dipenuhi walaupun hanya sementara.
3
Baca QS. A-Nur: 30-31
2
Puncak hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia (700-600
SM) yaitu horoskop (ramalan bintang), ekliptika (bidang edar Matahari)
dan bentuk alam semesta yang menyerupai ruangan setengah bola
dengan bumi datar sebagai lantainya sedangkan langit-langit dan
bintangnya merupakan atap.4
3
pertentangan dengan dirinya maupun dengan orang dewasa, karena selalu
berusaha untuk memposisikan diri sebagai orang dewasa walaupun secara
emosional belum memadai. Selanjutnya, setelah usia 30 tahun, mulai dapat
mengendalikan diri dan mampu menempatkan diri sebagai individu yang
bertanggung jawab.
4
Manusia memiliki kelebihan dibanding semua makhluk, antara lain :
a. Manusia dapat berpikir, sehingga manusia merupakan makhluk yang
cerdas ( homo sapiens ). Dengan daya pikirnya manusia dapat
mempertimbangkan apa yang akan dilakukan masa sekarang, atau
masa depan dengan pengalaman yang dialaminya.
b. Manusia dapat membuat alat-alat dan mempergunakannya, sehingga
disebut sebagai manusia kerja ( homo faber ). Salah satu tindakan dan
wujud budaya adalah barang buatan manusia ( artefact ). Alat-alat
diciptakan manusia karena sadar kemampuan inderanya terbatas,
sehingga alat-alat dibuat untuk mencapai tujuan, misal mikroskop,
roda untuk kereta.
c. Manusia dapat berbicara ( homo longuens ), sehingga apa yang
menjadi pemikiran dalam otaknya dapat disampaikan melalui bahasa
kepada manusia lain.
d. Manusia dapat hidup bermasyarakat ( homo socius ) tidak seperti
binatang yang bergerombol yang hanya mengenal hukum rimba.
Manusia bermasyarakat yang diatur dengan tata tertib demi
kepentingan bersama.
e. Manusia dapat mengadakan usaha atas dasar perhitungan ekonomi
( homo aeconomicus ). Dalam hukum ekonomi, semua kegiatan harus
atas dasar untung rugi. Pada awalnya manusia mencukupi
kebutuhannya sendiri, kemudian atas dasar jasa maka dikembangkan
sistem pasar (produksi dijual di pasaran) dan keuntungan semakin
besar, sehingga meningkatkan produktivitas kerja.
f. Manusia menyadari adanya kekuatan gaib yang memiliki
kemampuan lebih hebat dari manusia, sehingga manusia memiliki
kepercayaan atau beragama ( homo religius ). Di samping keenam hal
di atas, manusia disebut juga manusia berbudaya ( homo humanus )
dan manusia yang tahu akan keindahan ( homo aesteticus ).5
5
TIM Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, IAD-ISD-IBD, SAP, 2011 (hal.9-14)
5
Manusia Berperasaan dan Rasional Manusia mempunyai akal budi.
Akal yang menjadi sumber sifat rasional, sedangkan budi bersumber pada
perasaan. Perasaan adalah fungsi jiwa untuk mempertimbangkan dan
mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang. Sedangkan
rasional adalah menerima sesuatu atas dasar kebenaran pikiran atau rasio.
Paham tersebut bersumber pada akal manusia yang diolah dalam otak.
Dengan berpikir yang rasional manusia dapat meletakkan hubungan-
hubungan dari apa yang telah diketahui dan yang sedang dihadapi.
Kemampuan manusia memperguna kan daya akalnya disebutkan
intelegensi.
Cara manusia memperoleh pengetahuan :
a. Cara lama dengan masih mengandalkan perasaan daripada kebenaran
pikiran, yaitu dengan prasangka, intuisi dan coba-ralat.
b. Cara baru yaitu dengan mempergunakan logika, yaitu pengetahuan
dan kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan sehat. Logika yang
bersifat kodratiah dan ilmiah.
6
kepentingan manusia. Oleh karena itu, alam pun dilihat hanya sebagai
obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan
manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia. Alam
tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.
Teori semacam ini juga bersifat egoistis, karena hanya mengutamakan
kepentingan manusia. Kepentingan makhluk hidup lain, dan juga alam
semesta seluruhnya, tidak menjadi pertimbangan moral manusia.
Kalaupun mendapat pertimbangan moral, sekali lagi, pertimbangan itu
bersifat egoistis: demi kepentingan manusia.
Sejauh ini, teori tersebut dituduh sebagai salah satu penyebab,
bahkan penyebab utama, dari krisis lingkungan hidup yang kita alami
sekarang. Krisis lingkungan hidup yang kita alami sekarang. Krisis
lingkungan hidup dianggap terjadi karena perilaku manusia yang
dipengaruhi oleh cara pandang antroposentris. Cara pandang
antroposentris ini menyebabkan manusia mengeksploitasi dan
menguras alam semesta demi memenuhi kepentingan dan kebutuhan
hidupnya, tanpa cukup memberi perhatian kepada kelestarian alam.
Argumen antroposentrisme yang lain kita temukan pada tradisi
Aristotelian sebagaimana dikembangkan oleh Thomas Aquinas
dengan fokus utama pada rantai Kehidupan (the Great Chain of
Being). Menurut argumen ini, semua kehidupan di bumi membentuk
dan berada dalam sebuah rantai kesempurnaan kehidupan, mulai dari
yang paling sederhana sampai kepada yang Maha Sempurna, yaitu
Allah sendiri. Dalam rantai kesempurnaan kehidupan tadi, manusia
menempati posisi sebagai yang paling mendekati Maha Sempurna. Itu
berarti, manusia menempati urutan teratas dari rantai ciptaan, sehingga
dianggap lebih superior dari semua ciptaan lainnya, termasuk di antara
semua makhluk hidup lainnya. Argumen ini sesungguhnya
menggarisbawahi apa yang telah dikemukakan oleh Aristoteles dalam
bukunya The Politics. Dalam buku ini, pemikiran antroposentrisme
Aristoteles jelas terlihat dari kutipan ini : “tumbuhan disiapkan untuk
kepentingan binatang, dan binatang disediakan untuk kepentingan
7
manusia.” Jadi, ada semacam teleologi-rangkaian urutan menuju
kesempurnaan, dimana ujung dari kesempurnaan itu adalah Yang
Maha Sempurna, Allah. Berdasarkan argumen ini, setiap ciptaan yang
lebih rendah dimaksudkan untuk kepentingan ciptaan yang lebih
tinggi. Karena manusia adalah ciptaan yang lebih tinggi dari semua
ciptaan yang lain, ia berhak menggunakan semua ciptaan, termasuk
semua makhluk hidup lainnya, demi memenuhi kebutuhan dan
kepentingannya sebagai makhluk ciptaan yang lebih tinggi
kedudukannya. Manusia boleh memperlakukan ciptaan yang lebih
rendah sesuai dengan kehendaknya dan menggunakan sesuai dengan
keinginannya. Dan itu sah, karena demikianlah kodrat kehidupan dan
tujuan penciptaan. Pada gilirannya, manusia adalah alat dan siap untuk
digunakan sesuai dengan kehendak Allah. Manusia lebih tinggi dan
terhormat dibanding dengan makhluk ciptaan lain karena manusia
adalah satu-satunya makhluk bebas dan rasional (the free and rational
being) sebagaimana dipahami oleh Thomas Aquinas, Rene Descartes
dan Immanuel Kant. Termasuk dalam argumen ini adalah manusia
merupakan satu-satunya makhluk hidup yang mampu menggunakan
dan memahami bahasa, khususnya bahasa simbol, untuk
berkomunikasi.
2. Geosentris
Geosentris ( geo = bumi ) adalah anggapan bahwa bumi pusat
alam semesta. Semua benda langit mengelilingi bumi merupakan
anggapan yang berkembang sejak abad ke-6 SM. Tokohnya:
a. Thales (624-548 SM) yang dianggap orang pertama yang
mempertanyakan dasar alam dan isinya. Thales percaya bintang-
bintang bisa memancarkan cahaya sendiri, sedangkan bulan hanya
memantulkan sinar matahari ke bumi. Dikatakan bahwa bumi
merupakan cakram yang mengapung di atas air.
b. Anaximender (610 – 546 SM) ialah orang pertama yang
menyatakan bahwa langit berputar dengan poros bintang kutub
8
Kubah langit yang nampak adalah setengah bola dengan bumi
sebagai pusatnya.
c. Pythagoras (580-500 SM) yang terkenal dengan dalil segitiga siku
siku. Di samping pelopor matematika, ia juga berkeyakinan bahwa
bumi bulat dan berputar, sehingga menampakkan gerakan
perputaran semu dari langit. Ia juga mengajarkan bahwa di bumi
terdapat 4 unsur yaitu : tanah, air, udara dan api.
d. Erasthothenes (276-195 SM) ialah orang yang pertama menghitung
ukuran bumi sebagai benda bulat.
e. Ptolomeus (127-151 SM) mengemukakan pendapatnya bahwa
bumi adalah pusat jagad raya, berbentuk bulat, diam setimbang
tanpa tiang penyangga.
f. Avicenna (Ibn-Shina abad 11), seorang ahli Ilmu Pengethuan,
terutama dalam bidang Ilmu Kedokteran, Fiolosof.6
3. Heliosentris
Heliosentris (Helios = matahari) adalah anggapan bahwa pusat
alam semesta adalah matahari. Hal ini merupakan pendapat baru
karena makin sempurnanya alat pengamat bintang berupa teleskop dan
semakin meningkatnya kemampuan berfikir manusia yang terjadi
pada tahun 1500 – 1600.
Sebagai tonggak sejarah Nicolous Copernicus (1473-1543) dengan
pokok ajaran :
a. Matahari adalah pusat sistem solar sedangkan bumi adalah salah
satu planet di antara planet-planet lain yang beredar mengelilingi
matahari.
b. Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi
matahari.
c. Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur yang
mengakibatkan adanya siang dan malam dan pandangan gerakan
bintang-bintang.
6
Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: 121
9
Pengikut Copernicus adalah Bruno (1548-1600). Ia memberikan
kesimpulan lebih jauh lagi:
a) Jagat raya tidak ada lagi.
b) Bintang-bintang tersebar di seluruh jagat raya.
4. Galaktosentris
Galaktosentris (Galaxy : kumpulan jutaan bintang) merupakan
anggapan bahwa pusat alam semesta adalah galaksi. Paham tersebut
berkembang sejak tahun 1920 setelah Amerika Serikat membuat
teleskop raksasa, sehingga informasi tentang galaksi makin jelas
diketahui orang.
Di California terdapat 2 buah observatoria : Mount Wilson dengan
pemantul 1,5 meter dan Mount Palomar dengan pemantul 2,5 meter
dan tahun 1976 berdiri observatorium Zelenchukskaya di Rusia.
Pengetahuan tentang galaksi Bima Sakti makin intensif, sementara itu
perhatian ke galaksi yang lain mulai dikembangkan.
10
5. Asentris
Asentris (a = tidak) merupakan anggapan bahwa tidak perlu lagi
adanya pusat-pusatan dalam alam semesta ini, semuanya beredar
dalam konstelasi ilmiah.
Dengan paham ini manusia semakin kecil jika dihadapkan pada alam
semesta yang tidak terbatas ukurannya, sehingga secara agama
semuanya dikembalikan pada Tuhan sebagai Sang Pencipta.7
7
Isrin Nurdin, Perkembangan Sains dan Teknologi l, Universitas Terbuka,Dekdikbuk, Jakarta,
1985 (hal. 13-15)
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
13