Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nalar adalah pertimbangan tentang baik buruk; akal budi; atau


aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis; jangkauan pikir;
kekuatan pikir. Sedangkan penalaran adalah hal mengembangkan atau
mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau
pengalaman.1
Tuhan menciptakan dua makhluk, yang satu bersifat anorganis (benda
mati) dan yang lain bersifat organis (makhluk hidup). Benda yang menjadi
pengisi bumi tunduk pada hukum alam (deterministis) dan makhluk hidup
tunduk pada hukum kehidupan (biologis), tetapi yang jelas ciri-ciri
kehidupan manusia sebagai makhluk yang tertinggi, lebih sempurna dari
hewan maupun tumbuhan.
Ada dua macam perkembangan alam pikiran manusia, yakni
perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya
dan perkembangan alam pikiran manusia, sejak zaman purba hingga dewasa
ini.2

B. Rumusa Masalah

1. Bagaimana proses perkembangan pola fikir manusia secara


Antroposentris, Geosentris, Heliosentris, Galaksi Sentris, dan Asentris ?
2. Bagaimana sejarah proses perkembangan pola fikir manusia ?
3. Apa pengertian Antroposentris, Geosentris, Heliosentris, Galaksi
Sentris, dan Asentris ?

1
Abdullah aly, Drs., Eny Rahma, Ir.,MKDU – Ilmu alamiah Dasar , PT. BumiAksara, Jakarta,
1991 (hal. 15-20)
2
Isrin Nurdin, Perkembangan Sains dan Teknologi l, Universitas Terbuka, Dekdikbuk, Jakarta,
1985 (hal. 12-15)

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pengetahuan yang diperoleh Manusia

1. Rasa Ingin Tahu


Ilmu Pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu (curiousity).
Perasaan ini merupakan salah satu ciri khas manusia. Rasa ingin tahu
berkembang, baik tentang dirinya sendiri maupun benda-benda di
sekelilingnya dan rasa yang seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk
hidup lainnya.
Manusia selalu merasa ingin tahu maka sesuatu yang belum
terjawab dikatakan wallahualam, artinya Allah yang lebih mengetahui
atau wallahualam bissawab yang artinya Allah mengetahui sebenarnya.
Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu manusia ialah untuk
memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya, untuk
itu manusia mereka-reka sendiri jawabannya.3

2. Mitos
Menurut Auguste Comte (1798-1857) bahwa dalam sejarah
perkembangan manusia itu ada tiga tahap, yaitu tahap teologi (tahap
metafiika), tahap filsafat, dan tahap positif (tahap ilmu).
Mitos termasuk tahap teologi atau tahap metafisika. Mitologi ialah
pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita
mitos. Cerita mitos sendiri ditularkan lewat tari-tarian, nyanyian,
wayang dan lain-lain.
Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam, yaitu mitos
sebenarnya, cerita rakyat dan legenda. Mitos timbul akibat keterbatasan
pengetahuan, penalaran dan panca indera manusia serta keingintahuan
manusia yang telah dipenuhi walaupun hanya sementara.

3
Baca QS. A-Nur: 30-31

2
Puncak hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia (700-600
SM) yaitu horoskop (ramalan bintang), ekliptika (bidang edar Matahari)
dan bentuk alam semesta yang menyerupai ruangan setengah bola
dengan bumi datar sebagai lantainya sedangkan langit-langit dan
bintangnya merupakan atap.4

B. Perkembangan Fisik Tubuh Manusia

Tubuh manusia berubah mulai sejak berupa sel sederhana yang


selanjutnya secara bertahap menjadi manusia yang sempurna. Sel sederhana
berasal dari sel kromosom sperma yang identik dengan kromosom sel telur,
pada prosesnya akan terjadi kromosom yang tidak homolog yang akan
menjadi laki-laki.
Lima minggu setelah terjadi konsepsi, bakal jantung mulai berdenyut yang
selanjutnya akan membagi menjadi serambi kiri dan kanan pada minggu ke-
9. Sedangkan pada minggu ke-13, janin sudah mulai berbentuk yang
ditandai dengan berfungsinya berbagai organ, yang selanjutnya pada usia 18
minggu mulai terasa gerakan dari janin.
Pada usia 32 minggu, janin mulai mempersiapkan diri untuk dilahirkan
dengan kepala di bawah makin mendekati lubang kelahiran. Pada saat ini
gerakan semakin berkurang. Perkembangan tercepat terjadi pada saat setelah
kelahiran sampai remaja. Perubahan fisik yang sangat nyata, terjadi pada
saat pubertas, yang ditandai di antaranya dengan tanda kedewasaan berupa
tumbuhnya rambut pada daerah-daerah tertentu dan fungsi organ-organ
reproduksi (organ genitalia). Perkembangan pengetahuan pada manusia
sangat dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan semasa anak-anak,
berupa bimbingan yang baik oleh orang tua dan lingkungan yang terus akan
terbawa sampai dewasa. Sampai usia 2 tahun, perkembangan kecerdasan
sangat cepat, dari belajar, makan, berbicara dan berjalan. Pada usia 2 – 7
tahun rasa ingin tahu akan makin besar. Masa remaja merupakan masa
4
Abdullah aly, Drs., Eny Rahma, Ir.,MKDU – Ilmu alamiah Dasar , PT. BumiAksara, Jakarta,
1991 (hal. 20-25)

3
pertentangan dengan dirinya maupun dengan orang dewasa, karena selalu
berusaha untuk memposisikan diri sebagai orang dewasa walaupun secara
emosional belum memadai. Selanjutnya, setelah usia 30 tahun, mulai dapat
mengendalikan diri dan mampu menempatkan diri sebagai individu yang
bertanggung jawab.

C. Metode Ilmiah dan Implementasinya

Pengetahuan tentang mitos, ramalan nasib berdasarkan perbintangan


bahkan percaya adanya dewa diperoleh dengan cara berprasangka, berintuisi
dan coba-coba (trial and error).
Suatu pengetahuan dapat dikatakan pengetahuan yang ilmiah apabila
memenuhi syarat-syarat antara lain: objektif, metodik, sistematik dan
berlaku umum. Salah satu syarat ilmu pengetahuan tersebut harus diperoleh
melalui metode ilmiah. Kriteria metode ilmiah yang digunakan dalam
penelitian antara lain harus berdasarkan fakta, bebas prasangka,
menggunakan prinsip-prinsip analisis, hipotesis, berukuran objektif serta
menggunakan teknik kuantitatif atau kualitatif. Alur berpikir yang
mencakup metode ilmiah dapat dijabarkan dalam langkah-langkah yang
mencerminkan tahapan kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah pada
dasarnya terdiri dari langkah-langkah operasional metode ilmiah, yaitu
perumusan masalah, penyusun kerangka berpikir, pengajuan hipotesis,
perumusan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan simpulan. Metode
ilmiah mempunyai keterbatasan maupun keunggulan. Keterbatasan metode
ilmiah adalah ketidaksanggupannya menjangkau untuk menguji adanya
Tuhan, membuat kesimpulan yang berkenan dengan baik dan buruk atau
sistem nilai dan juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan keindahan.
Sedangkan keunggulannya, antara lain: mencintai kebenaran yang objektif
dan bersikap adil; kebenaran ilmu tidak absolut sehingga dapat dicari terus-
menerus; mengurangi kepercayaan pada tahayul, astrologi maupun
peruntungan, dan lain-lain.

4
Manusia memiliki kelebihan dibanding semua makhluk, antara lain :
a. Manusia dapat berpikir, sehingga manusia merupakan makhluk yang
cerdas ( homo sapiens ). Dengan daya pikirnya manusia dapat
mempertimbangkan apa yang akan dilakukan masa sekarang, atau
masa depan dengan pengalaman yang dialaminya.
b. Manusia dapat membuat alat-alat dan mempergunakannya, sehingga
disebut sebagai manusia kerja ( homo faber ). Salah satu tindakan dan
wujud budaya adalah barang buatan manusia ( artefact ). Alat-alat
diciptakan manusia karena sadar kemampuan inderanya terbatas,
sehingga alat-alat dibuat untuk mencapai tujuan, misal mikroskop,
roda untuk kereta.
c. Manusia dapat berbicara ( homo longuens ), sehingga apa yang
menjadi pemikiran dalam otaknya dapat disampaikan melalui bahasa
kepada manusia lain.
d. Manusia dapat hidup bermasyarakat ( homo socius ) tidak seperti
binatang yang bergerombol yang hanya mengenal hukum rimba.
Manusia bermasyarakat yang diatur dengan tata tertib demi
kepentingan bersama.
e. Manusia dapat mengadakan usaha atas dasar perhitungan ekonomi
( homo aeconomicus ). Dalam hukum ekonomi, semua kegiatan harus
atas dasar untung rugi. Pada awalnya manusia mencukupi
kebutuhannya sendiri, kemudian atas dasar jasa maka dikembangkan
sistem pasar (produksi dijual di pasaran) dan keuntungan semakin
besar, sehingga meningkatkan produktivitas kerja.
f. Manusia menyadari adanya kekuatan gaib yang memiliki
kemampuan lebih hebat dari manusia, sehingga manusia memiliki
kepercayaan atau beragama ( homo religius ). Di samping keenam hal
di atas, manusia disebut juga manusia berbudaya ( homo humanus )
dan manusia yang tahu akan keindahan ( homo aesteticus ).5

5
TIM Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, IAD-ISD-IBD, SAP, 2011 (hal.9-14)

5
Manusia Berperasaan dan Rasional Manusia mempunyai akal budi.
Akal yang menjadi sumber sifat rasional, sedangkan budi bersumber pada
perasaan. Perasaan adalah fungsi jiwa untuk mempertimbangkan dan
mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang. Sedangkan
rasional adalah menerima sesuatu atas dasar kebenaran pikiran atau rasio.
Paham tersebut bersumber pada akal manusia yang diolah dalam otak.
Dengan berpikir yang rasional manusia dapat meletakkan hubungan-
hubungan dari apa yang telah diketahui dan yang sedang dihadapi.
Kemampuan manusia memperguna kan daya akalnya disebutkan
intelegensi.
Cara manusia memperoleh pengetahuan :
a. Cara lama dengan masih mengandalkan perasaan daripada kebenaran
pikiran, yaitu dengan prasangka, intuisi dan coba-ralat.
b. Cara baru yaitu dengan mempergunakan logika, yaitu pengetahuan
dan kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan sehat. Logika yang
bersifat kodratiah dan ilmiah.

Tahapan perkembangan pola pikir manusia :


1. Antroposentris
Antroposentris ( anthropus = manusia, centrum = pusat ) adalah
anggapan bahwa manusialah yang menjadi pusat segala-galanya.
Pandangan ini masih dalam tahap awal perkembangan pikiran
manusia.
Antroposentrisme (Shallow Environtmental Ethics)
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan hidup yang
memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia
dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan
ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan
alam, baik secara langsung atau tidak langsung. Nilai tertinggi adalah
manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai
dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini
hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi

6
kepentingan manusia. Oleh karena itu, alam pun dilihat hanya sebagai
obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan
manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia. Alam
tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.
Teori semacam ini juga bersifat egoistis, karena hanya mengutamakan
kepentingan manusia. Kepentingan makhluk hidup lain, dan juga alam
semesta seluruhnya, tidak menjadi pertimbangan moral manusia.
Kalaupun mendapat pertimbangan moral, sekali lagi, pertimbangan itu
bersifat egoistis: demi kepentingan manusia.
Sejauh ini, teori tersebut dituduh sebagai salah satu penyebab,
bahkan penyebab utama, dari krisis lingkungan hidup yang kita alami
sekarang. Krisis lingkungan hidup yang kita alami sekarang. Krisis
lingkungan hidup dianggap terjadi karena perilaku manusia yang
dipengaruhi oleh cara pandang antroposentris. Cara pandang
antroposentris ini menyebabkan manusia mengeksploitasi dan
menguras alam semesta demi memenuhi kepentingan dan kebutuhan
hidupnya, tanpa cukup memberi perhatian kepada kelestarian alam.
Argumen antroposentrisme yang lain kita temukan pada tradisi
Aristotelian sebagaimana dikembangkan oleh Thomas Aquinas
dengan fokus utama pada rantai Kehidupan (the Great Chain of
Being). Menurut argumen ini, semua kehidupan di bumi membentuk
dan berada dalam sebuah rantai kesempurnaan kehidupan, mulai dari
yang paling sederhana sampai kepada yang Maha Sempurna, yaitu
Allah sendiri. Dalam rantai kesempurnaan kehidupan tadi, manusia
menempati posisi sebagai yang paling mendekati Maha Sempurna. Itu
berarti, manusia menempati urutan teratas dari rantai ciptaan, sehingga
dianggap lebih superior dari semua ciptaan lainnya, termasuk di antara
semua makhluk hidup lainnya. Argumen ini sesungguhnya
menggarisbawahi apa yang telah dikemukakan oleh Aristoteles dalam
bukunya The Politics. Dalam buku ini, pemikiran antroposentrisme
Aristoteles jelas terlihat dari kutipan ini : “tumbuhan disiapkan untuk
kepentingan binatang, dan binatang disediakan untuk kepentingan

7
manusia.” Jadi, ada semacam teleologi-rangkaian urutan menuju
kesempurnaan, dimana ujung dari kesempurnaan itu adalah Yang
Maha Sempurna, Allah. Berdasarkan argumen ini, setiap ciptaan yang
lebih rendah dimaksudkan untuk kepentingan ciptaan yang lebih
tinggi. Karena manusia adalah ciptaan yang lebih tinggi dari semua
ciptaan yang lain, ia berhak menggunakan semua ciptaan, termasuk
semua makhluk hidup lainnya, demi memenuhi kebutuhan dan
kepentingannya sebagai makhluk ciptaan yang lebih tinggi
kedudukannya. Manusia boleh memperlakukan ciptaan yang lebih
rendah sesuai dengan kehendaknya dan menggunakan sesuai dengan
keinginannya. Dan itu sah, karena demikianlah kodrat kehidupan dan
tujuan penciptaan. Pada gilirannya, manusia adalah alat dan siap untuk
digunakan sesuai dengan kehendak Allah. Manusia lebih tinggi dan
terhormat dibanding dengan makhluk ciptaan lain karena manusia
adalah satu-satunya makhluk bebas dan rasional (the free and rational
being) sebagaimana dipahami oleh Thomas Aquinas, Rene Descartes
dan Immanuel Kant. Termasuk dalam argumen ini adalah manusia
merupakan satu-satunya makhluk hidup yang mampu menggunakan
dan memahami bahasa, khususnya bahasa simbol, untuk
berkomunikasi.

2. Geosentris
Geosentris ( geo = bumi ) adalah anggapan bahwa bumi pusat
alam semesta. Semua benda langit mengelilingi bumi merupakan
anggapan yang berkembang sejak abad ke-6 SM. Tokohnya:
a. Thales (624-548 SM) yang dianggap orang pertama yang
mempertanyakan dasar alam dan isinya. Thales percaya bintang-
bintang bisa memancarkan cahaya sendiri, sedangkan bulan hanya
memantulkan sinar matahari ke bumi. Dikatakan bahwa bumi
merupakan cakram yang mengapung di atas air.
b. Anaximender (610 – 546 SM) ialah orang pertama yang
menyatakan bahwa langit berputar dengan poros bintang kutub

8
Kubah langit yang nampak adalah setengah bola dengan bumi
sebagai pusatnya.
c. Pythagoras (580-500 SM) yang terkenal dengan dalil segitiga siku
siku. Di samping pelopor matematika, ia juga berkeyakinan bahwa
bumi bulat dan berputar, sehingga menampakkan gerakan
perputaran semu dari langit. Ia juga mengajarkan bahwa di bumi
terdapat 4 unsur yaitu : tanah, air, udara dan api.
d. Erasthothenes (276-195 SM) ialah orang yang pertama menghitung
ukuran bumi sebagai benda bulat.
e. Ptolomeus (127-151 SM) mengemukakan pendapatnya bahwa
bumi adalah pusat jagad raya, berbentuk bulat, diam setimbang
tanpa tiang penyangga.
f. Avicenna (Ibn-Shina abad 11), seorang ahli Ilmu Pengethuan,
terutama dalam bidang Ilmu Kedokteran, Fiolosof.6

3. Heliosentris
Heliosentris (Helios = matahari) adalah anggapan bahwa pusat
alam semesta adalah matahari. Hal ini merupakan pendapat baru
karena makin sempurnanya alat pengamat bintang berupa teleskop dan
semakin meningkatnya kemampuan berfikir manusia yang terjadi
pada tahun 1500 – 1600.
Sebagai tonggak sejarah Nicolous Copernicus (1473-1543) dengan
pokok ajaran :
a. Matahari adalah pusat sistem solar sedangkan bumi adalah salah
satu planet di antara planet-planet lain yang beredar mengelilingi
matahari.
b. Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi
matahari.
c. Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur yang
mengakibatkan adanya siang dan malam dan pandangan gerakan
bintang-bintang.

6
Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: 121

9
Pengikut Copernicus adalah Bruno (1548-1600). Ia memberikan
kesimpulan lebih jauh lagi:
a) Jagat raya tidak ada lagi.
b) Bintang-bintang tersebar di seluruh jagat raya.

Tokoh lain adalah Johannes Kepler (1571-1630), pendapatnya :


a. Planet-planet beredar mengelilingi matahari pada suatu garis edar
yang berbentuk elips dengan suatu fokus.
b. Bila ditarik garis imajinasi dari planet ke matahari dan ia bergerak
menurut garis edarnya, luas bidang yang ditempuh pada jangka
waktu yang sama adalah sama.
c. Pangkat dua dari waktu yang dibutuhkan sebuah planet utk
mengelilingi matahari secara penuh sebanding dengan pangkat tiga
dari jarak rata-rata palnet itu terhadap matahari.
Tokoh lain adalah Galileo (1564-1642) dengan penemuannya yaitu
teleskop yang mutakhir. Ia menemukan bahwa ada empat buah bulan
yang mengelilingi Yupiter, adanya gunung-gunung di bulan dan satu
bintik hitam di matahari yang sangat penting untuk menghitung
kecepatan rotasi matahari, adanya Mikly Way atau Bima Sakti. Dan
yang sangat menakjubkan adalah ditemukannya cincin Saturnus.

4. Galaktosentris
Galaktosentris (Galaxy : kumpulan jutaan bintang) merupakan
anggapan bahwa pusat alam semesta adalah galaksi. Paham tersebut
berkembang sejak tahun 1920 setelah Amerika Serikat membuat
teleskop raksasa, sehingga informasi tentang galaksi makin jelas
diketahui orang.
Di California terdapat 2 buah observatoria : Mount Wilson dengan
pemantul 1,5 meter dan Mount Palomar dengan pemantul 2,5 meter
dan tahun 1976 berdiri observatorium Zelenchukskaya di Rusia.
Pengetahuan tentang galaksi Bima Sakti makin intensif, sementara itu
perhatian ke galaksi yang lain mulai dikembangkan.

10
5. Asentris
Asentris (a = tidak) merupakan anggapan bahwa tidak perlu lagi
adanya pusat-pusatan dalam alam semesta ini, semuanya beredar
dalam konstelasi ilmiah.
Dengan paham ini manusia semakin kecil jika dihadapkan pada alam
semesta yang tidak terbatas ukurannya, sehingga secara agama
semuanya dikembalikan pada Tuhan sebagai Sang Pencipta.7

7
Isrin Nurdin, Perkembangan Sains dan Teknologi l, Universitas Terbuka,Dekdikbuk, Jakarta,
1985 (hal. 13-15)

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa


Manusia Berperasaan dan Rasional Manusia mempunyai akal budi. Akal
yang menjadi sumber sifat rasional, sedangkan budi bersumber pada
perasaan. Perasaan adalah fungsi jiwa untuk mempertimbangkan dan
mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang. Sedangkan
rasional adalah menerima sesuatu atas dasar kebenaran pikiran atau rasio.
Paham tersebut bersumber pada akal manusia yang diolah dalam otak.
Dengan berpikir yang rasional manusia dapat meletakkan hubungan-
hubungan dari apa yang telah diketahui dan yang sedang dihadapi.
Kemampuan manusia memperguna kan daya akalnya disebutkan
intelegensi.
Sedangkan Antroposentris ( anthropus = manusia, centrum = pusat)
adalah anggapan bahwa manusialah yang menjadi pusat segala-galanya.
Pandangan ini masih dalam tahap awal perkembangan pikiran manusia
Geosentris ( geo = bumi ) adalah anggapan bahwa bumi pusat alam
semesta. Semua benda langit mengelilingi bumi merupakan anggapan
yang berkembang sejak abad ke-6 SM. Heliosentris (Helios = matahari)
adalah anggapan bahwa pusat alam semesta adalah matahari. Hal ini
merupakan pendapat baru karena makin sempurnanya alat pengamat
bintang berupa teleskop dan semakin meningkatnya kemampuan berfikir
manusia yang terjadi pada tahun 1500 – 1600. Galaktosentris (Galaxy :
kumpulan jutaan bintang) merupakan anggapan bahwa pusat alam semesta
adalah galaksi. Paham tersebut berkembang sejak tahun 1920 setelah
Amerika Serikat membuat teleskop raksasa, sehingga informasi tentang
galaksi makin jelas diketahui orang. Asentris (a = tidak) merupakan
anggapan bahwa tidak perlu lagi adanya pusat-pusatan dalam alam
semesta ini, semuanya beredar dalam konstelasi ilmiah

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah aly, Drs., Eny Rahma, Ir.,MKDU – Ilmu alamiah Dasar,


PT. Bumi Aksara, Jakarta, 1991

Isrin Nurdin,Perkembangan Sains dan Teknologi l, Universitas Terbuka,


Dekdikbuk, Jakarta, 1985

Baca QS. A-Nur: 30-31

Abdullah aly, Drs., Eny Rahma, Ir.,MKDU – Ilmu alamiah Dasar,


PT. Bumi Aksara, Jakarta, 1991

TIM Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, IAD-ISD-IBD, SAP, 2011

Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: 121

Isrin Nurdin, Perkembangan Sains dan Teknologi l, Universitas Terbuka,


Dekdikbuk, Jakarta, 1985

13

Anda mungkin juga menyukai