Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hubungan antara manusia dengan kebudayaan memiliki keterkaitan yang erat dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hampir semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia
berkaitan dengan kebudayaan. Disamping itu, kebudayaan manusia itu menciptakan suatu
keindahan yang biasa kita sebut dengan suatu seni. Manusia sebagai mahluk budaya mampu
melepaskan diri dari ikatan dan dorongan nalurinya dan mampu beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya untuk mempelajari keadaan sekitar dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Kebudayaan juga mengajarkan kepada manusia beberapa hal penting dalam
kehidupan seperti etika sopan & santun menjadikan ciri khas kebudayaan orang Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian manusia?
2. Pengertian kebudayaan?
3. Budaya nasioanl?
4. Budaya melayu?
5. Budaya barat dan timur?
6. Perbedaan antara budaya barat dan timur?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian manusia?
2. Untuk mengetahui pengertian kebudayaan?
3. Untuk mengetahui budaya nasioanl?
4. Untuk mengetahui budaya melayu?
5. Untuk mengetahui budaya barat dan timur?
6. Untuk mengetahui perbedaan antara budaya barat dan timur?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia
Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan dan berhubungan
satu sama lain. Manusia merupakan makhluk yang berakal budi. Oleh sebab itu manusia
mampu menciptakan kebudayaan sendiri. Kebudayaan mereka lahir dari kegiatan yang
dilakukan sehari-hari.
1. Manusia
Manusia memiliki peranan-peranan yang unik didunia, dan dapt di pandang dari
berbagai segi. Seperti salah satu contohnya manusia menurut pandangan sosiologi merupakan
makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri yang artinya manusia membutuhkan orang lain
dalam keberlangsungan hidupnya. Atau dalam ilmu kimia manusia merupakan kumpulan
atom yang membentuk jaringan pada sistem yang dimiliki manusia, dan lain sebagainya.
Untuk memperjelas dan memperdalam uraian diatas pada pengertian siapa manusia
sebenarnya, secara biologis ada unsur-unsur yang terdapat dalam diri manusia, terdiri dari
empat unsur yang saling terkait, yaitu :
a. Jasad : Badan yang tampak, dapat diraba, dan menempati ruang dan waktu.
b. Hayat : Mengandung unsur hidup yang ditandai dengan gerak.
c. Ruh : Daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran.
d. Nafs : Dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang
senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan gagasan yang membentuk
suatu kebudayaan.
2. Hakekat Manusia
a. Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang
utuh.
Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit tetapi
tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnya hancur dan lenyap. Jiwa tidak dapat
dilihat, tidak dapat diraba, namun sifatnya abadi. Jika manusia meninggal jiwa lepas dari
tubuh dan kembali keasalnya yaitu Tuhan, dan jiwa tidak mengalami kehancuran. Jiwa adalah
roh yang ada didalam tubuh manusia sebagai penggerak dan sumber kehidupan.
b. Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk
lainnya.

2
Kesempurnaan terletak pada adap dan budayanya, karena manusia dilengkapi oleh
penciptanya dengan akal, perasaan, dan kehendak didalam jiwa manusia. Dengan akal
manusia dapat menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya perasaan, manusia
mampu menciptakan kesenian. Daya rasa (perasaan) terdapat dua macam, yaitu perasaan
inderawi dan perasaan rohani. Perasaan inderawi adalah rangsangan jasmani melalui
pancaindra, terdapat pada manusia atau binatang. Sedangkan perasaan rohani adalah perasaan
luhur yang hanya terdapat pada manusia. Misalnya perasaan intelektual, estetis, etis, diri,
sosial dan perasaan religius.
c. Manusia biokultular, yaitu makhluk hayati yang budayawi.
Manusia adalah produk dari saling tindak atau interaksi faktor-faktor hayati dan
budayawi. Sebagai makhluk hayati, manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi,
biokimia, dan sebagainya. Sedangkan sebagai makhluk budayawi manusia dapat dipelajari
dari segi-segi kemasyarakatan, kekerabatan, psikologi sosial, kesenian, ekonomi, bahasa, dan
sebagainya.
d. Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai
kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.
Soren Kienkegaard seorang filsuf Denmark pelopor ajaran “eksistensialisme”
memandang manusia dalam konteks kehidupan konkrit adalah makhluk alamiah yang terikat
dengan lingkungannya, memiliki siaft-sifat alamiah dan tunduk pada hukum alamiah juga.
Hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis, etis dan religius. Dengan kehidupan
estetis manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan.
Dengan etis, manusia meningkatkan kehidupan estetis ke dalam tingkatan manusiawi dalam
bentuk-bentuk keputusan bebas dan dipertanggung jawabkan. Dengan kehidupan religius,
manusiawi menghayati pertemuannya dengan Tuhan.
B. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil karya manusia dalam usahanya mempertahankan hidup,
mengembangkan keturunan dan meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala keterbatasan
kelengkapan jasmaninya serta sumber- sumber alam yang ada disekitarnya. Secara praktis
bahwa kebudayaan merupakan sistem nilai dan gagasan utama.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat. Selain itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu :

3
1. Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud
pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing
anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup.
2. Wujud sebagai suatu aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem
sosial terdiri atas aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan
serta bergaul satu dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu
berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret.
3. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya
manusia dalam masyarakat.
1. Unsur-Unsur Kebudayaan
Untuk mendalami kebudayaan kita akan dikenalkan pada beberapa unsur, seperti
pada karya C.Kluckhon yang berjudul Universal Categories of Culture mengemukakan,
bahwa ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu :
a. Sistem Religi (sistem kepercayaan).
Atas kecerdasan manusia dan perasaan luhur, manusia menganggap bahwa ada
kekuatan yang lebih besar dari kekuatan dirinya sehingga manusia merasa takut. Hal ini
menyebabkan manusia menyembah dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama.
b. Sistem Organisasi Kemasyarakatan.
Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah, namun mempunyai akal, maka disusunlah
organisasi kemasyarakatan dimana manusia dapat bekerja sama untuk kesejahteraan
hidupnya.
c. Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem Ekonomi.
Manusia sebagai makhluk ekonomi yang menjadikan tingkat kehidupan secara
umum terus meningkat sehingga manusia dituntut untuk mempunyai mata pencaharian
sebagai pemenuh kebutuhan.
d. Sistem Pengetahuan.
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang mempunyai pengetahuan. Pengetahuan
didapat dari pemikiran sendiri atau bisa juga didapat dari orang lain. Kemampuan manusia
untuk mengingat apa yang sudah diketahuainya kemudain disampaikan kepada orang lain
melalui bahasa, menyebabkan pengetahuan menyebar luas. Bila pengetahuannya dibukukan,
maka penyebarannya dapat dilakukan dari satu genersi ke generasi berikutnya.
e. Sistem Teknologi dan Peralatan.
Bersumber dari pemikirannya yang cerdas dan dibantu dengan tangannya yang
dapat memegang sesuatu sehingga dapat membuat dan mempergunakan alat. Dengan alat
ciptaannya manusia lebih mampu mencukupi kebutuhannya daripada binatang.

4
f. Bahasa.
Bahasa manusia mulanya diwujudkan dalam bentuk kode atau tanda, yang
kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bentuk bahasa
tulisan.
g. Kesenian.
Selain dari kebutuhan fisiknya manusia juga membutuhkan kebutuhan psikisnya
melalui kesenian.
2. Wujud Kebudayaan
Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu :
a. Kompleks gagsan, konsep, dan pikiran manusia
Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat dan berpusat
kepada kepala-kepala manusia yang menganutnya.
b. Kompleks aktivitas
Wujud ini sering disebut sistem sosial. Berupa aktivitas manusia yang sering
berinteraksi, bersifat konkret, dapat diamati atau diobservarsi.
c. Wujud sebagai benda
Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan
peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya
manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai keperluan hidupnya.
Kebudayaan dalam bnetuk fisik yang konkret bisa juga disebut kebudayaan fisik,
mulai dari benda yang diam sampe benda yang bergerak.
3. Orientasi Nilai Budaya
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.Kluckhon
dalam karyanya “Variations in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya didunia secara
univeral menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu :
a. Hakekat hidup manusia
b. Hakekat karya manusia
c. Hakekat waktu manusia
d. Hakekat alam manusia
e. Hakekat hubungan manusia
4. Perubahan Kebudayaan
Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun
masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi dari berbagai hubungan dengan
masyarakat. Tidak ada kebudayaan yang statis, semua mempunyai dinamika dan gerak. Yang

5
dimaksud dengan gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat
yang menjadi wadah kebudayaan tadi. Penyebab terjadinya gerak tersebut antara lain :
a. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya
perubahan jumlah dan komposisi sendiri.
b. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan tempat mereka hidup. Masyarakat yang
hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan
kebudayaan lain, cenderung untuk berubah lebih cepat.
Perubahan ini selain karena jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena
adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi. Pada
dasarnya perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang
dimiliki bersama oleh para warga masyarakat atau sejumlah warga masyarakat yang
bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan
dalam kehidupan, juga teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian), dan bahasa.
5. Kaitan Manusia Dan Kebudayaan
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah manusia
sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan manusia.
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa
walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana
adalah antara manusia dengan peraturan kemasyarakatan. Awalnya manusia yang buat,
setelah jadi maka manusia yang harus patuh pada peraturan yang dibuatnya sendiri. Dapat
disimpulkan bahwa manusia tidak dapat lepas dari kebudayaan, karena kebudayaan itu
merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri.
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara
dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialekstis,
maksudnya saling terkait satu sama lain. Dialektis melalui proses tiga tahap, yaitu :
a. Eksternalisasi, yaitu dimana manusia mengekspresikan dirinya sendiri dengan
menbangun dunianya.
b. Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu
kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia
c. Internalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia.
Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatmya sendiri agar dia
dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh
masyarakat.

6
C. Budaya Nasional
Budaya nasional yang terdapat pada masing-masing pemerintah daerah yang
merupakan ciri khas daerah seharusnya wajib dipatenkan oleh pemerintah daerah. Sehingga
tidak dibebankan pada masyarakat dan menjadi milik pemerintah daerah atas nama
masyarakat, karena budaya nasional tidak boleh dimiliki hak patennya oleh satu orang saja
tapi milik semua masyarakat yang ada di daerah tersebut. Seperti Tari Reog harus dipatenkan
oleh pemerintah daerah Ponorogo dan menjadi milik masyarakat Ponorogo dan Tari Pendet
harus dipatenkan oleh pemerintah daerah Bali atas nama masyarakat Bali. Budaya nasional
yang terkait dengan Suku Dayak di Kalimantan dapat menjadi masalah bilamana tidak segera
diperhatikan, karena di Malaysia juga terdapat Suku Dayak yang berbatasan dengan
Kalimantan Timur dan wilayah Sabah Malaysia Timur dan Kalimantan Barat yang
berbatasan langsung dengan wilayah Serawak Malaysia Timur. Paling tidak pemerintah
daerah menjadikan budaya nasional sebagai bagian dari kegiatan-kegiatan pemerintah daerah
pada hari-hari tertentu sebagai suatu upaya pelestarian budaya Dayak di Kalimantan Timur
dan Kalimantan Barat. Demikian juga budaya Melayu yang terdapat di Riau, Pekan Baru
yang sangat mirip dengan budaya Melayu yang berbatasan dengan Johor dan Pulau Pinang
Malaysia Barat. Festival-festival budaya perlu dilaksanakan dalam rangka melestarikan
budaya nasional tersebut sehingga tidak lagi di klaim sebagai budaya Malaysia saja.
Budaya Nasional merupakan aset Bangsa Indonesia yang harus memperoleh
perhatian terutama di era Globalisasi saat ini. Budaya nasional menjadi bagian penting negara
Indonesia yang dapat dikembangankan dan dikelola sebaik-baiknya. Itu penting agar dapat
berfungsi lebih luas tidak hanya sekadar warisan ataupun adat istiadat masyarakat Indonesia
yang dirayakan ataupun dilaksanakan pada saat peringatan hari Sumpah Pemuda atau hari
Pahlawan saja. Budaya nasional harus menjadi bagian dari aset Bangsa Indonesia yang dapat
mendatangkan pendapatan bagi masyarakat dan negara. Tentunya perlu ada suatu kesadaran
secara nasional dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia pada semua aspek
kehidupan bermasyarakat dan bernegara
D. Budaya Melayu
1. Konsep tentang Adat Melayu
Menurut Zainal Kling (2004), dari segi etimologis, adat berasal dari bahasa Arab yang
berarti kebiasaan. Semua masyarakat Alam Melayu atau Nusantara, baik masyarakat itu telah
menerima pengaruh peradaban Islam atau tidak, telah memadukan konsep itu dengan arti
yang hampir sama dalam kebudayaan mereka. Mereka ini termasuk masyarakat tradisional
yang masih mengamalkan kepercayaan tradisi (animisme dan dinamisme), atau telah
menganut agama Kristen seperti masyarakat Iban, Bidayuh, Kenyah, Kayan, dan Kalabit di

7
Sarawak; Murut, Kadazan (Dusun) di Sabah; Dayak Kalimantan; Batak Toba, Karo, di
Sumatera Utara; dan Toraja di Sulawesi, dan juga suku bangsa Filipina, hingga melahirkan
sebuah kesatuan dasar budaya serantau yang sangat menarik.
Dalam masyarakat tradisi Alam Melayu, konsep adat memancarkan hubungan
mendalam dan bermakna di antara manusia dengan manusia juga manusia dengan alam
sekitarnya, termasuk bumi dan segala isinya, alam sosiobudaya, dan alam gaib. Setiap
hubungan itu disebut dengan adat, diberi bentuk tegas dan khas, yang diekspresikan melalui
sikap, aktivitas, dan upacara-upacara. Adat ditujukan maknanya kepada seluruh kompleks
hubungan itu, baik dalam arti intisari eksistensi sesuatu, dasar ukuran buruk dan baik,
peraturan hidup seluruh masyarakat, maupun tata cara perbuatan serta perjalanan setiap
kelompok institusi.
Adat muncul sebagai struktur dasar dari seluruh kehidupan dan menegaskan ciri
kepribadian suatu masyarakat. Oleh karena itu, adat biasanya memiliki cerita atau mitos suci,
watak-watak asal-usul yang gagah dan unggul, serta memberikan dasar makna terhadap
setiap peristiwa dalam siklus hidup manusia, serta eksistensi institusi dalam masyarakatnya.
Dengan demikian, dalam masyarakat tradisi, adat memiliki kedudukan suci hingga mencapai
martabatnya; dipancarkan oleh kelakuan yang benar serta halus; sebuah ciri kehidupan yang
menyerap sistem kepercayaan, hukuman, dan denda. Setiap individu yang melanggar,
menyelewengkan, melebihi, mengurangi, atau menafikannya, akan menerima balasan dan
hukuman, baik melalui pemegang kekuasaan adat itu sendiri maupun Tuhan dalam
kepercayaan mereka. Sebaliknya, setiap yang berhasil melaksanakan adat, akan berkuasa,
berwibawa, juga memegang, menjalankan, dan patuh kepada adat.
Dengan demikian, adat memberi makna konfigurasi yang mendalam, serta makna
kestrukturan dalam sebuah masyarakat dan kebudayaannya. Adat merupakan identitas yang
berfungsi untuk mengintegrasikan seluruh masyarakat dan kelompok kecil masyarakat
tersebut. Setiap kelompok akan dikenali oleh kelompok lain dengan perbedaan adatnya.
Dalam rangka ini, adat juga menjadi identitas subkultur tertentu, seperti masyarakat Melayu
membedakan adat orang Kelantan, Melaka, Perak, Johor, Deli, Riau, Bengkulu, Bangka-
Belitung, Palembang, Kutai, Pontianak, dan lainnya. Demikian pula konsep yang sama
dipergunakan untuk membedakan atau mengenali orang asing di luar konteks masyarakat
Melayu.
Kegagalan kultural orang bukan Melayu, dalam rangka mengikuti cara orang Melayu
duduk, makan, atau bersalaman pada upacara perkawinan misalnya, adalah karena adat yang
mereka gunakan berbeda dengan adat Melayu. Jika kesalahan adat ini berlaku sesama
masyarakat Melayu, maka dengan sendirinya ia akan mendatangkan hukuman atau sanksi.

8
Paling tidak seseorang itu dilarang berbuat atau menyebut sesuatu, kalau pun tidak dimarahi
dengan hukuman tidak tahu adat atau tidak beradat. Dengan demikian adat memiliki fungsi
(pengenalan) dan juga normatif (hukuman). Kedua fungsi ini berlaku dalam rangka hubungan
manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam (baik alam kasat mata maupun
alam gaib).
Menurut Tenas Effendy salah satu yang dihindari oleh orang Melayu adalah ia tidak
tahu adat atau tidak beradat. Pernyataan ini bukan hanya sekedar hinaan, yang dimaknai
secara budaya adalah kasar, liar, tidak bersopan santun, tidak berbudi—tetapi juga ia tidak
beragama, karena adat Melayu adalah berdasar pada agama. Jadi tidak beradat sinonim
maknanya dengan tidak beragama (2004).
Ungkapan adat Melayu menjelaskan, biar mati anak, jangan mati adat mencerminkan
betapa pentingnya eksistensi adat dalam kehidupan masyarakat Melayu. Dalam konsep
etnosains Melayu, dikatakan bahwa mati anak duka sekampung, mati adat duka senegeri,
yang menegaskan keutamaan adat yang menjadi anutan seluruh lapisan masyarakat dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dari sisi lain, makna ungkapan adat biar
mati anak jangan mati adat mengandung makna bahwa adat (hukum adat) wajib ditegakkan,
walaupun harus mengorbankan keluarga sendiri. Maknanya adalah adat adalah aspek
mendasar dalam menjaga harmoni dan konsistensi internal budaya, yang menjaga
keberlangsungan struktur sosial dan kesinambungan kebudayaan secara umum. Jika adat mati
maka mati pula peradaban masyarakat pendukung adat tersebut.
Menurut Husin Embi et al. (2004) masyarakat Melayu kaya dengan adat-istiadat, yang
diwarisi secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Komitmen yang
ditunjukkan oleh masyarakat Melayu terhadap adat ini, jelas tergambar dalam ungkapan
berikut ini.
Kecil dikandung ibu,
Besar dikandung adat,
Mati dikandung tanah.
Biar mati anak,
Jangan mati adat.

Laksmana berbaju besi,


Masuk ke hutan melanda-landa,
Hidup berdiri dengan saksi,
Adat berdiri dengan tanda.

9
E. Budaya Internasional (Barat dan Timur)
1. Budaya Barat
Kebudayaan Barat yang ditulis sebagai western culture adalah himpunan sastra,
sains, politik, serta prinsip-prinsip artistic dan filosofi yang membedakannya dari peradaban
lain. Sebagian besar rangkaian tradisi dan pengetahuan tersebut umumnya telah dikumpulkan
dalam konon Barat. Istilah ini juga telah dihubungkan dengan negara-negara yang sejarahnya
amat dipengaruhi oleh imigrasi atau kolonisasi orang-orang Eropa, misalnya seperti negara-
negara di benuaAmerika dan Australia, dan tidak terbatas hanya oleh imigran dari Eropa
Barat. Eropa Tengah juga dianggap sebagai penyumbang unsur-unsur asli dari kebudayaan
Barat.
Ada 3 ciri dominan kebudayan Barat yaitu (1) penghargaan terhadap martabat
manusia. Hal ini bisa dilihat pada nilai-nilai seperti demokrasi, institusisosial, dan
kesejahteraan ekonomi; (2) kebebasan. Di Barat anak-anak berbicara terbuka di depan orang
dewasa, orang-orang berpakaian menurut selera masing-masing, mengemukakan pendapat
secara bebas, dan tidak membedakan status sosial dan sebagainya; dan (3) penciptaan dan
pemanfaatan teknologi seperti pesawat jet, satelit, televisi, telepon, listrik, computer dan
sebagainya. Orang Barat menekankan logika dan ilmu serta cenderung aktif dan analitis.
Pikiran masyarakat Barat cenderung menekankan dunia objektif daripada rasa,
sehingga hasil pola pikirnya membuahkan sains dan teknologi. Filsafat Barat telah dipusatkan
kepada dunia rasio. Oleh sebab itu, pengetahuan mempunyai dasar empiris yang kuat. Sikap
aktif dan rasional di dunia Barat lebih unggul dibandingkan dengan pandangan hidup
tradisional, baik filsafat maupun agama yang terkesan mengalami kemunduran. Cara berpikir
dan hidup orang Barat lebih terpikat oleh kemajuan material, sehingga tidak cocok dengan
cara berpikir untuk meninjau makna dunia dan makna hidup. Barat hidup dalam dunia teknis
dan ilmiah, maka filsafat tradisional dan agama hanya muncul sebagai sistemik ide-ide
abstrak tanpa ada hubungannya dengan kenyataan dan praktek hidup (Soelaeman, 1987).
Pengaruh tradisi dan agama terhadap hidup dan pikiran Barat berkurang karena
mereka mengunggulkan cara berpikir analitis rasional. Maka, mereka menganggap nilai-nilai
hidup dengan menggunakan kepekaan hati sebagai suatu yang subjektif dan tidak bermutu.
Menurut Anh (dalam Soelaeman, 1987) ada tiga nilai penting mendasari semua nilai di Barat
yaitu martabat manusia, kebebasan, dan teknologi. Marx (dalam Soelaeman, 1987)
menjelaskan bahwa Barat menganggap manusia adalah ukuran bagi segalanya. Artinya,
manusia memiliki kemampuan untuk menyempurnakan hidupnya dengan syarat bertitik tolak
dari rasio, intelek, dan pengalaman. Sejarah pemikiran tersebut berasal dari Protogoras,
Bapak Humanisme, yang kemudian berkembang pesat di Barat.

10
Barat beranggapan bahwa manusia nilainya tidak terukur oleh apapun. Dengan
demikian, manusia memerlukan respek, bantuan, dan hormat. Barat memandang manusia
sebagai pusat segala sesuatu yang memiliki kemampuan rasional, kreatif, dan estetik,
sehingga kebudayaan Barat menghasilkan beberapa nilai dasar seperti demokrasi, lembaga
sosial, dan kesejahteraan ekonomi. Dalam tradisi humanistik, kebaikan dan kebenaran dipilih
sendiri oleh manusia. Akibatnya, pemikiran ini semakin berkembang dan diperluas ke bidang
estetika, moral, dan agama. Agama di kalangan Timur merupakan sumber nilai, di Barat
dicampakkan. Barat berpendapat bahwa kebajikan agama tidak berbeda dengan kebajikan
kodrati manusia. Barat ingin membangun agama baru yang selaras dengan ilmu pengetahuan.
Di Barat kepuasan diperoleh melalui usaha-usaha atau perhatian terhadap benda, kenikmatan
dan keselarasan dunia yang terkadang menimbulkan persaingan dan kekacauan di masyarakat
(Soelaeman, 1987).
Soelaeman (1987) menjelaskan bahwa teknologi Barat membuat kagum dan iri
bangsa Timur. Tidak sedikit bangsa Timur yang menjadi korban “penjajahan” teknologi
Barat karena rasa kagum tersebut. Filsafat berdiri di kaki sendiri tidak tahan godaan terhadap
kemajuan teknologi Barat, sehingga bangsa Timur tunduk kepada teknologi. Hasil teknologi
Barat melebihi kebutuhan manusia, bahkan mengganggu kepentingan manusia karena terlalu
cepat mengarah ke depan (future shock). Cepatnya teknologi Barat sulit diikuti imajnasi,
sehingga banyak benda yang cepat tidak dipakai. Di Barat tidak sedikit manusia yang
dikuasai oleh perubahan teknologi, sehingga menimbulkan dampak kehilangan arah,
kepercayaan terhadap diri sendiri, nilai-nilai, dan iman. Selain itu, manusia yang dikuasai
oleh teknologi dapat mengakibatkan kecemasan, tekanan, hidup acuh tak acuh, terganggu
kesehatan mental. Akibatnya, teknologi yang tadinya meningkatkan nilai eksistensi manusia,
sekaligus merendahkan martabat manusia. Ukuran dalam budaya teknologi sekarang adalah
kultur orang, kuantitas (produksi yang melimpah), kultur buatan (artifisial), dan kontrol
menyeluruh (kemahakuasaan sistem).
Anh (dalam Soelaeman, 1987) tradisi humanistik di Barat bebentuk penghargaan
terhadap martabat manusia sebagai suatu yang otonom, merdeka, dan rasional, menunjang
nilai-nilai demokrasi, lembaga sosial, dan kesejahteraan teknologi. Nilai-nilai lain seperti
kebebasan, perekonomian, dan teknologi pun ikut berkembang. Kemajuan teknologi
menghasilkan dinamisme, perencanaan, organisasi, manajemen, keberanian berusaha,
penguasaan materi, sekaligus menggerogoti kehidupan sosial dan pribadi. Orang barat lebih
condong menekankan dunia empiris, sehingga mereka maju dalam sains dan teknologi.
Menurut konsep Barat, manusia dan alam adalah terpisah. Alam sebagai dunia luar harus
diekploitasi oleh manusia. Hal ini sering tersurat dalam kara-kata: menaklukkan luar angkasa,

11
alam, dan hutan rimba. Kata-kata tersebut dibuktikan dengan problema yang terjadi di Barat
seperti polusi udara dan air. Singkatnya, Barat memiliki persepsi yang berbeda mengenai
nilai pengetahuan, keinginan, watak, proses waktu, dan sikap terhadap alam.
2. Budaya Timur
Kebudayaan Timur adalah lawan dari kebudayaan Barat. Orang Timur mempunyai
manner yang khas yang membedakannya dengan bangsa lain. Bangsa Timur sangat terkenal
dengan hospitality atau keramahtamahannya terhadap orang lain bahkan orang asing
sekalipun. Bagaimana mereka saling memberikan salam, tersenyum atau berbasa basi
menawarkan makanan atau minuman. Bangsa Timur juga sangat menjunjung tinggi nilai-
nilai atau norma-norma yang tumbuh di lingkungan masyarakat mereka. Contohnya, saja
nilai kesopanan. Hal yang paling dominan dari kebudayaan Timur adalah adat istiadat yang
masih dipegang teguh. Walaupun adat istiadat saat ini mulai pudar dan berubah. Selain itu,
hal yang dominan adalah konsep gotong royong, kebersamaan menjadi hal yang paling
utama.
Soelaeman (1987) menjelaskan bahwa nilai budaya Timur banyak bersumber pada
agama-agama yang lahir di dunia Timur. Manusia-manusia Timur menghayati hidup dan
seluruh eksistensinya. Orang Timur tidak berpikir untuk menguasai dunia dan hidup secara
teknis karena mereka lebih menyukai intuisi daripada akal budi. Kepribadian manusia Timur
tidak terletak pada kemampuan inteleknya, melainkan pada hatinya. Nilai budaya Timur
dipengaruhi oleh ajaran Hindu dan Budha membuat kebijaksanaan Timur besifat
kontemplatif yaitu tertuju kepada tinjauan kebenaran. Dengan demikian, berpikir
kontemplatif merupakan puncak perkembangan manusia.
Pemikir Timur lebih menekankan segi dalam dari jiwa dan realitas dunia empiris
dianggap sebagai sesuatu yang hanya lewat. Kebudayaan Timur lebih menekankan disiplin
mengendalikan diri, sederhana, tidak mementingkan dunia, bahkan menjauhkan diri dari
dunia. Suatu hal baik menurut Timur bukan hanya bendawi tetapi rohani; sesuatu yang
diperoleh melalui pencarian zat tertentu, baik di dalam maupun di luar tubuh manusia. Orang
Timur mencari keharmonisan dengan alam. Mereka ingin mendapatkan keselamatan dan
kebebasan diri dari penderitaan dunia. Ide keselamatan ini membentuk mentalitas, teori, dan
praktek bangsa Timur. Jalan untuk mencapai ini semua tidak terletak pada akal budinya,
melainkan melalui meditasi, tirakat, dan mistik (Soelaeman, 1987).
Kebudayaan Timur tidak hanya bersumber pada ajaran agama tetapi ide abstrak
atau pun simbolik pun dapat terwujud kongkret dalam praktek kehidupannya. Hal ini terlihat
pada saat orang Timur menegakkan norma yang ada. Pencarian ilmu tidak hanya untuk
menambah pengetahuan kognitif saja tetapi mencari kebijaksanaan. Dalam menghadapi

12
kenyataan, orang Timur memadukan pengetahuan, intuisi, pemikiran yang kongkret,
simbolik, dan kebijaksanaan. Sikap orang Timur terhadap alam adalah menyatu secara
harmonis; tidak memaksakan diri atau mengeksploitasi alam karena alam merupakan bagian
tidak terpisahkan dari manusia. Jika alam binasa, manusia pun akan binasa. Nilai kebudayaan
dalam kehidupan Timur yang tertinggi dating dari dalam manusia itu sendiri, seperti nrimo
kenyataan, mencari ketenangan, belajar dari pengalaman, dan menyatukan diri. Terkadang
nilai spiritual dalam itu membuat sikap memuliakan kesendirian dan kemiskinan, menghindar
membangun dunia, hidup sederhana dan dekat dengan kehidupan alami. Singkatnya, Timur
menginginkan kekayaan hidup, bukan kekayaan benda, tenang tenteram, menyatu diri,
fatalisme, pasivitas, dan menarik diri (Soelaeman, 1987).
3. Perbedaan Budaya Bara dan Timur
Tabel 1. Perbedaan antara budaya barat dan timur
Budaya Barat BudayaTimur

1. Kebersamaan dalam hubungan


1. Lebih selektif dalam berbagai lebih
bidang. dipentingkan.
2. Mempunyai disiplin tinggi. 2. Menjaga perasaan orang lain.
3. Terus terang dan to the point. 3. Sopan santun.
4. Penghargaan terhadap orang yang
lebih tua.
5. Adat istiadat yang masih dipegang
teguh.

Pertama kita harus menentukan apa yang dimaksud dengan Budaya Barat dan Timur.
Menurut Niesbit (2003) mendefinisikan Budaya Timur sebagai budaya China (dominan
dipengaruhi oleh filsafat Confucous) dan Asia Timur yang dominan dipengruhi oleh Budaya
China. Sebagai tambahan dia memasukkan India sebagai Budaya Timur, dikarena kesamaam
prinsip antara Confucious dan Budha. Sedangkan Buya Barat didefinisikan sebagai Budaya
Eropa dan tambahan dari Budaya Amerika, dimana sebagian besar penduduknya berasal dari
Eropa. Niesbit menyimpulkan perbedaan budaya barat dan timur dalam tabel berikut :

13
Tabel 2. Perbedaan budaya barat dan timur menurut Niesbit
No Perbedaan Timur Barat
1 Rasa diri Lemah Kuat
2 Rasa ketergantungan Kuat lemah
(grup)
3 Sikap dan fokus Holistik Analitik dan detail
4 Kontrol hidup Dunia sangat Dunia berjalan
kompleks dan dengan aturan
manusia hanya punya tertentu yang dapat
sedikit kontrol dianalisis dan
terhadap peristiwa dikontrol
5 Perhatian visual Masa lalu Masa sekarang

Perbedaaan fundamental antara budaya barat dan timur terletak pada bagaimana cara
dan arah leluhur membentuk otak kanan dan kiri akan hubungan antara individu dan
kelompok. Nisbett menggunakan sistem pemikiran Aristoteles dan Confucius sebagai
contoh. Hal ini didasarkan kepada hampir 1 milyar penduduk menyakini bahwa warisan
kebudayaan mereka berasal dari Yunani (termasuk bangsa Amerika), sedangkan 2 milyar
penduduk mengklain warisan budaya mereka berasal dari China dan Confucius, dan 2 milyar
penduduk mengklain warisan peradaban mereka berasal dari Hindu dan Budha. Masing-
masing peradaban mempunya perbedaan bagaimana memandang dan menjalani kehidupan.
Baik Hindu, Budha, dan Confucius mengajarkan penekanan kepada adanya suatu
kebenaran hakiki yang telah ada di dunia. Kebenaran hakiki ini menjadi dasar dan keyaninan
bagi Individu maupun kelompok untuk berjuang dalam hidup. Ini seperti cahaya penuntun.
Namun kebenaran hakiki ini tidak bisa didefinisikan ini hanya dapat dirasakan, karena
kebenaran hakiki ini berasal dari kesadaran visi manusia yang berasal dari otak kanan.
Kebenaran hakiki ini hampir sama dengan keheranan manusia pertama tentang dunia
disekitar mereka.
Berbeda dengan budaya timur, budaya barat yang didominasi oleh ajaran Yunani
berorientasi kepada analisa ilmu pengetahuan (kesadaran otak kiri) akan dunia disekitar
mereka. Meskipun pemikiran budaya barat mengakui banyak hal yang tidak mereka ketahui,
namun hal yang tidak mereka ketahui tersebut tidak dipandang sebagai kebenaran hakiki,
seperti pemikiran budaya timur. Hal yang tidak diketahui tersebut dipandang sebagai aspek
dari ilmu pengetahuan yang belum mereka analisis. Budaya barat mempercayai ilmu
pengetahuan sebagai wasit tentang kebenaran di dunia.
Perbedaan antara budaya barat dan timur lainnya adalah bagaimana mereka
mendefinikan arti sukses. Budaya barat digerakkan oleh tujuan untuk lebih memajukan
peradaban. Hal ini dilakukan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi serta dengan
meningkatkan kemampuan dengan menggunakan pengetahuan yang mereka ketahui untuk

14
mencapai kenyamanan dan kepuasan individu. Salah satu contoh standar yang dipergunakan
dalam mencapai kesuksesan adalah Gross Domestic Product (GDP). Sedangkan pemikiran
buday timur mendefinikan kesuksesan sebagai usaha mencapai keharmonian dan pencerahan.
Kedua hal ini dianggap sebagai pendekatan dalam mencapai kebenaran hakiki. Jadi
kesimpulannya, tujuan hidup budaya barat didasarkan atas aktifitas otak kiri serta
kenyamanan dan kepuasan individu.Sedangkan tujuan hidup budaya timur adalah lebih
berorintasi ke arah manusianya sendiri didasarkan atas aktifitas otak kanan.
Perbedaan lainnya adalah orientasi terhadap group dan individu. Budaya Timur
menekankan kepada rasa tanggung jawab individu terhadap kelompok, sedangkan budaya
barat berorientasi kepada ego dan individu. Budaya timur lebih menekankan kerja kelompok
untuk mencapai keharmonisan kelompok, berbeda dengan budaya barat berorientasi
persaingaan antar individu dan stes dalam berkompetensi. Penekanan yang lebih besar
terhadap individu dalam budaya timur memberikan kesempatan yang lebih besar kepada
individu tersebut untuk berkontribusi pada tingkat kelompok yang diharapkan mampu
mendukung kemajuan organisasi.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak bisa dipisahkan
dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan
kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun.
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam
kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan
kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari
kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha
Kuasa. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai penganut
kebudayaan, pembawa kebudayaan, manipulator kebudayaan dan pencipta kebudayaan.
Dari setiap kebudayaan yang ada manusia mempunyai kepribadian masing-masing
contohnya kepribadian budaya timur. Kepribadian Bangsa Timur merupakan suatu karakter
yang mencerminkan masyarakat yang menganut budaya dari Timur (Asia & Timur-Tengah),
yang menunjukkan ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan yang terdapat di daerah
Timur. Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai
sifat teposeliro atau memiliki sifat toleransi yang tinggi. Dalam berdemokrasi bangsa timur
umumnya aktif dalam mengutarakan aspirasi rakyat.
Kebudayaan juga mengalami perubahan, perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam
masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang
saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat
dan kebudayaan primitif yang terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat lainnya.
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan
secara universal
B. Saran
Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus
hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan
merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama
lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil
kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadang kala
disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan. Maka dari itu, sebagai manusia yang
berbudaya kita harusnya mampu untuk terus dan tetap berbudaya sebagaimana hakikat kita
sebagai manusia.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, K. H. (1994). Karya Ki Hadjar Dewantara bagian II kebudayaan.


Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.
http://www.elearning.gunadarma.ac.id
M. M. (1987). Ilmu budaya dasar suatu pengantar. Bandung: PT. Refika Aditama.
Maram, R. R. (2000). Manusia&kebudayaan dalam perspektif ilmu budaya dasar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Schoorl, JW. 1997. Kebudayaan dan Perubahannya. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana
Sulaeman, M. Munandar. 1992. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT ErescoSoelaeman,

17

Anda mungkin juga menyukai