Anda di halaman 1dari 145

MODUL

MANUSIA dan KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PAMULANG

TANGERANG SELATAN – BANTEN

JL. SURYA KENCANA NO. 1


DAFTAR ISI

BAB I PENGERTIAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

BAB II BUDAYA DAN PERDABAN

BAB III KERAGAMAN BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA

BAB IV BUDAYA DAN AGAMA

BAB V PROBLEMATIKA BUDAYA

BAB VI PENGARUH BUDAYA TERHADAP SOSPOLEKHANKAM

BAB VII PROSES PERKEMBANGAN MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN DI


INDONESIA
BAB VIII PERUBAHAN KEBUDAYAAN DI INDONESIA

BAB IX PERADABAN INDONESIA DI TENGAH MODERNISASI DAN

GLOBALISASI

BAB X BUDAYA MASYARAKAT URBAN


BAB XI AKULTURASI DAN SINKRETISASI
BAB XII PERADABAN INDONESIA DI TENGAH MODERNISASI

BAB I
PENGERTIAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat kaitannya satu dengan
lainnya. Pada modul ini kita akan mencoba membahas tentang pengertian-pengertian dasar
tentang manusia dan kebudayaan. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan dasar-dasar yang
kuat pada pembahasan Ilmu Budaya Dasar,

1.1 Definisi Manusia

Manusia memegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari berbagai segi. Dalam
ilmu kimia misalnya,manusia adalah partikel-pppartikel atom yang membentuk jaringan-jaringan
sistem yang dimiliki manusia. Sedangkan dalam ilmu fisika manusa merupakan kumpulan
energi yang saling terkait satu sama lain. Dalam ilmu biologi manusia merupakan makhluk
biologis yang tergolong dalam golongan makhluk mamalia.Dalam ilmu-ilmu sosial, manusia
merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap
kegiatan atauhomo economicus (ilmu ekonomi), manusia merupakan makhluk sosial yang tidak
dapat berdiri sendiri (sosiologi), makhluk yang selalu ingin memiliki kekuasaan (politik),
makhluk yang berbudaya atau homohumanus (filsafat).

Beberapa pendapat ahli tentang definisi manusia, antara lain :

1. Menurut Sokrates, Manusia adalah makhluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu
dengan kuku datar dan lebar.
2. Menurut Nicolaus dan Sudiarja, Manusia itu bhineka tetapi tunggal. Bhineka karena
terdiri dari jasmani dan rohani akan tetapi satu karena jasmani dan rohani terdapat dalam
satu jasad.

3. Menurut Omar Muhammad, Manusia adalah makhluk yang paling mulia karena dapat
berpikir. Manusia itu memiliki 3 dimensi yaitu badan, akal dan ruh.
Ada dua pandangan yang akan dijadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur yang
membangun manusia.

1. Manusia itu terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu :

a. Jasad, yaitu : badan kasar manusia yang Nampak pada luarnya (badannya) dapat
diraba dan difoto, dan dapat menempati ruang dan waktu

b. Hayat, yaitu : mengandung unsur hidup, yang ditandai dengan gerak

c. Ruh, yaitu : bimbingan dan pimpinan Tuhan,daya yang bekerja secara spiritual dan
memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang
menjadi pusat lahirnya kebudayaan

d. Nafs, dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri.

2. Manusia sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsur yaitu :

a. Id, yang merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan paling tidak
Nampak. Id merupakan libido murni, atau energy psikis yang menunjukkan ciri alami
yang irrasional dan terkait dengan sex, yang secara instingtual menentukan proses-
proses ketidaksadaran. Id tidak terkait dengan lingkungan luar diri,tetapi dengan
struktur lain yang pada gilirannya menjadi mediator antara insting Id dengan dunia
luar. Id diatur oleh prinsip kesenangan, mencari kepuasaninstingtual libidinal yang
harus dipenuhi secara langsung melalui pengalaman seksual, atau tidak langsung
melalui mimpi atau khayalan

b. Ego, merupakan bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari
Id, atau disebut sebagai kepribadian”eksekutif” karena peranannya dalam
menghubungkan energy Id ke dalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh orang
lain. Perkembangan ego terjadi antara usia satu dan dua tahun yang secara nyata
berhubungan denganlingkungannya. Ego diatur oleh prinsip realitas
c. Superego, merupakan strukturkepribadian yang paling akhir, muncul kira-kira pada
usia lima tahun. Dibandingkan dengan Id dan ego, yang berkembang secara internal
dalam diri individu, superego terbentuk dari lingkungan eksternal. Superego
merupakan kesatuan standar moral yang diterima ego. Superego merupakan asimilasi
dari pandangan orang tua dan lingkungan, baik positif ataupun negative. Kode moral
positif disebut ego ideal. Jadi superego menunjukkan pola aturan yang dalam derajat
tertentu menghasilkan kontrol diri melalui sistem imbalan dan hukuman
terinternalisasi.

1.2 Hakekat Manusia

a. Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang
utuh.

Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit tetapi tidak
abadi. Jiwa adalah yang terdapat dalam tubuh tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba,
sifatnya abstrak tetapi abadi.Jika manusia meninggal, jiwa lepas dari tubuh dan
kembali ke asalnya yaitu Tuhan

b. Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk
lainnya

Kesempurnaannya terletak pada abad dan budayanya, karena manusia dilengkap oleh
penciptaannya dengan akal, perasaan, dan kehendaknya yang terdapat di dalam jiwa
maunisa. Denganakal (rasio) manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Daya rasa (perasaan) dalam diri manusia itu ada dua macam yaitu perasaan
inderawi dan perasaan rohani. Perasaan Inderawi adalah rangsangan jasmani melalui
pancaindera, tingkatnya rendah dan terdapat pada manusia atau binatang. Perasaan
rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia, misalnya :

1) Perasaan intelektual : yaitu perasaan yang berhubungan dengan pengetahuan

2) Perasaan estetis : yaitu perasaan yang berhubungan dengan keindahan

3) Perasaan etis : yaitu perasaan yang berhubungan dengan kebaikan


4) Perasaan diri: yaitu perasaan yang berhubungan dengan harga diri karena ada
kelebihan dari yang lain

5) Perasaan sosial : yaitu perasaan yang berhubungan dengan kelompok atau


hidup bermasyarakat, ikut merasakan kehidupan orang lain

6) Perasaan religius :yaitu perasaan yang berhubungan dengan agama atau


kepercayaan

c. Makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi

Manusia adalah produk dari saling tindak atau interaksi faktor-faktor hayati dan
budayawi. Makhluk hayati manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi,
biokimia, psikobiologi, genetika, evolusi biologis dll. Sebagai makhluk budayawi
manusia dapat dipelajari dari segi kemasyarakatan,kekerabatan,kesenian, psikologi
sosial, bahasa dll

d. Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempumyai


kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.

Soren Kienkegaard seorang filsuf Denmark pelopor ajaran”eksistensialisme”


memandang manusia dalam konteks kehidupan konkrit makhluk alamiah yang terikat
dengan lingkungan (ekologi), memiliki sifat alamiah dan tunduk pada hukum
alamiah.

Hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis, etis, religius.Kehidupan estetis
membuat manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai dunia yang
mengagumkan dan mengungkapkannya dalam bentuk lukisan, tarian, lukisa,dan
nyanyian.Kehidupan etis membuat manusia meningkatkan kehidupan estetisnya
kedalam tingkatan manusiawi dalam bentuk-bentukkeputusam bebas dan
dipertanggung jawabkan.

1.3 Definisi kebudayaan

Banyak pakar dalam bidang sosial mendefinisikan kebudayaan secara istilah, diantaranya
dua antropolog Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski yang mengemukakan bahwa
Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Herkovits memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain (superorganic).
Karena pengertian kebudayaan meliputi berbagai bidang, maka sulit ditentukan arti dari
kebudayaan. Contohnya dalam keseharian, istilah kebudayaan diartikan dengan kesenian, entah
seni suara, tari, wayang, dsb.
Jika dikaji dari asal kata yaitu bahasa sansekerta, buddhayah sebagai bentuk jamak dari
buddhi yang artinya budi atau akal (Koentjaraningrat, 1974: 80). Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Berikut ini definisi-definisi kebudayaan yang dikemukakan beberapa ahli:
1. Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
1 M. Jacobs dan B.J. Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi,
dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan social.
2 Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
3 Dr. K. Kupper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia
dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
4 William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para
anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku
yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua masyarakat.
5 Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua
pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk
mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
6 Francis Merill
Pola-pola perilaku yang di hasilkan oleh interaksi social
Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai anggota suatu
masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
7 Bounded et.al
Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari
kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai
rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para
anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di
temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
8 Mitchell (Dictionary of Soriblogy)
Kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan
produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar
di alihkan secara genetikal.
9 Robert H Lowie
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat, mencakup
kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh
bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat
melalui pendidikan formal atau informal.
10 Arkeolog R. Seokmono
Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa
buah pikiran dan dalam penghidupan.
11 Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
Kebudayaan sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat.
12 Andreas Eppink
Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

13 Sutan Takdir Alisyahbana


Kebudayaan adalah manifestasi dari cara berpikir.
14 A. L Kroeber dan C. Kluckhohn
Kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-
luasnya.
15 Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 149)
Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti
kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.
16 Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu- Zain)
Kebudayaan adalah, 1 segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia sebagai hasil pemikiran
dan akal budinya; 2 peradaban sebagai hasil akal budi manusia; 3 ilmu pengetahuan manusia
sebagai mahluk sosial yang dimanfaatkan untuk kehidupannya dan memberikan manfaat
kepadanya.
Kebudayaan juga merupakan sistem nilai dan gagasan utama yang vital karena memberikan
pola untuk bertingkah laku kepada masyarakatnya atau memberi seperangkat model untuk
bertingkah laku. Pada hakekatnya sistem nilai dan gagasan utama ini diperinci oleh sistem
ideologi, sistem sosial, dan sistem teknologi.
Sistem ideologi meliputi etika, norma, adat istiadat, peraturan hukum yang berfungsi sebagai
pengarahan untuk sistem sosial dan berupa interpretasi operasional dari sistem nilai dan
gagasan utama. Sistem sosial meliputi hubungan dan kegiatan sosial di dalam masyarakat,
baik dengan kerabat, masyarakat luas, bahkan pemimpin. Sistem teknologi meliputi segala
perhatian serta penggunaannya.

Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat. Untuk memahami definisi kebudayaan tersebut mari kita
bahas apa makna karya, rasa, dan cipta masyarakat tersebut.
1. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan yang
diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar hasilnya dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat sendiri. Contohnya bajak, traktor,
anak panah, tombak, senjata api, bom, dan lain-lain.
2. Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah dan nilai-nilai sosial
yang diperlukan untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan. Di dalamnya
termasuk misalnya agama, ideologi, kesenian, dan semua unsur yang merupakan
hasil ekspresi jiwa mansia yang hidup sebagai anggota masyarakat.
3. Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir orangorang yang
hidup bermasyarakat dan yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu
pengetahuan.
Berdasarkan definisi kebudayaan dari Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi kita
dapat membedakan kebudayaan ke dalam kebudayaan kebendaan dan kebudayaan rohaniah.
Karya adalah kebudayaan kebendaan sedang rasa dan cipta adalah kebudayaan rohaniah.

1.4 Manusia Sebagai Pencipta Dan Pengguna Kebudayaan

Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan
segala isi yang ada di alam raya ini. Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal
pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi
khalifah di muka bumi ini. Disamping itu manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi,
perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku.Dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh
manusia maka manusia bisa menciptakan kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara manusia
dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk
kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan
manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup
manakala ada manusia sebagai pendudukungnya.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia
menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap
lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai :
1. Suatu hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
4. Pembeda manusia dan binatang
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berprilaku didalam
pergaulan.
6. Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan
menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
7. Sebagai modal dasar pembangunan.

Manusia (Human)

• Manusia sebagai makhluk raga dan jiwa

Atas dasar tinjauan manusia sebagai makhluk monodualisme, maka pendidikan akan
menyelaraskan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan baik yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah maupun kebutuhan rohaniah dipenuhinya secara selaras dan seimbang. Selaras dan
seimbang dalam arti kebutuhan-kebutuhan jasmaniah/hewaniah dipenuhi dengan pertimbangan-
pertimbangan benar dan salah, indah dan tidak indah, baik dan buruk. Dengan demikian
pemenuhan kebutuhan ini dilaksanakan atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut sehingga
diharapkan orang dapat terpenuhi kebutuhan jasmaniahnya tanpa meninggalkan pertimbangan-
pertimbangan baik atau buruknya dalam memperoleh sesuatu untuk kepentingan jasmaniah
tersebut.

• Manusia sebagai makhluk individu dan sosial

Sebagai makhluk individu dan sosial manusia hendaknya saling menghargai dan
menghormati, saling memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini individu hendaknya diperlakukan
oleh kelompok sebagaimana dia memperlakukan kelompoknya.

Pendidikan akan memberikan petunjuk/pengarahan agar di dalam hidup manusia perlu


dipenuhi kebutuhan individunya tanpa mengabaikan kebutuhan orang lain. Sebaliknya kebutuhan
kelompok dipenuhi tanpa menelantarkan dirinya sendiri. Di samping itu di dalam hubungannya
dengan orang lain (kelompok) individu adalah punya hak dan tanggung jawab yang harus diakui
oleh kelompoknya demikian juga kelompok yang punya hak dan tanggung jawab yang harus
diakui oleh individu. Jadi kebutuhan-kebutuhan itu ataupun perlakuan-perlakuan itu terpenuhi
secara selaras dan seimbang baik individu maupun kelompoknya.

• Ditinjau dari monodualisme pribadi berdiri sendiri dan makhluk ciptaan Tuhan

Pendidikan akan menyadarkan kepada manusia bahwa apa-apa yang direncanakan


ataupun yang dicita-citakan tidak sepenuhnya berkat usaha manusia itu sendiri tetapi Tuhan ikut
menentukannya. Dengan demikian maka pendidikan akan mendorong manusia dalam berusaha
untuk mencapai sesuatu yang disertai dengan permohonan kepada Tuhan. Jadi manusia harus
taqwa pada Tuhan.

Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa manusia merupakan suatu kesatuan dari
tujuh unsur/ dimensi yang merupakan kesatuan yang saling terkait dan bekerja sama dalam
mencapai tujuan (hidup). Ketujuh unsur tersebut dapat dirunut sebagai berikut: Manusia sebagai
makhluk yang berdimensi raga dan berdimensi jiwa. Jiwa terdiri dari tiga hal, yaitu cipta, rasa,
dan karsa. Manusia sebagai makhluk yang berdimensi individu dan berdimensi sosial. Manusia
sebagai makhluk yang berdimensi pribadi dan makhluk Tuhan. Ketujuh dimensi tersebut disebut
sebagai dimensi hakekat manusia.

2. Kebudayaan (Culture)

Kebudayaan selalu dimiliki oleh setiap masyarakat, hanya saja ada suatu masyarakat
yang lebih baik perkembangan kebudayaannya dari pada masyarakat lainnya untuk memenuhi
segala kebutuhan masyarakatnya. Pengertian kebudayaan banyak sekali dikemukakan oleh para
ahli. Salah satunya dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, yang
merumuskan bahwa kebudayaan adalah semua hasil dari karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan, yang diperlukan manusia untuk
menguasa alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk kepntingan
masyarakat.
Atas dasar itulah para ahli mengemukakan adanya unsur kebudayaan yang umumnya dibagi
menjadi 7 unsur, yaitu :

1. Unsur religius;

2. Sistem kemasyarakatan;
3. Sistem peralatan;

4. Sistem mata pencaharian hidup;

5. Sitem bahasa;

6. Sistem pengetahuan;

7. Kesenian.

Unsur – unsur Kebudayaan

Untuk lebih mendalami kebudayaan, ada beberapa masalah tentang kebudayaan yang
perlu dikenal menyangkut kebudayaan. Salah satunya asadalah unsur kebudayaan. Unsur
kebudayaan tersebut lebih kepada apa saja sesungguhnya kebudayaan itu, sehingga kebudayaan
disini lebih kepada makna totalitas dari pada sekedar jumlah unsur yang terdapat didalamnya.

Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur yang merupakan
bagian dari kebudayaan yang bersifat sebagai suatu kesatuan. Beberapa ahli merumuskan unsur-
unsur pokok kebudayaan, antara lain :

1. Melville J. Herkovits mengatakan bahwa hanya ada empat unsur kebudayaan yaitu :
alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, kekuatan politik.

2. Bronislaw Malinowski mengatakan bahwa unsur kebudayaan terdiri dari norma,


organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga ataupun ptugas pendidikan dan organisasi
kekuatan

3. C. Kluckhohn dalam bukunya yang berjudul ” Categories of Culture” mengatakan


bahwa ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu :

a. Sistem Religi (sistem kepercayaan)

Merupakan produk manusia sebagai homo religieus. Manusia yang memiliki


kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, akan tanggap bahwa di atas kekuatan
dirinya terdapat kekuatan lain yang maha besar.
b. Sistem organisasi kemasyarakatan

Merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa
dirinya lemah, namun memiliki akal, maka disusunlah organisasi kemasyarakatan
dimana manusia bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya

c. Sistem Pengetahuan

Merupakan produk manusia sebagai homo sapies. Pengetahuan dapat diperoleh


dari pemikiran sendiri, disamping itu didapat juga dari orang lain. Kemampuan
manusia mengingat-ingat apa yang telah diketahui kemudian menyampaikannya
kepada orang lain melalui bahasa, menyebabkan pengetahuan menyebar luas.
Lebih-lebih bila pengetahuan itu dibukukan, maka penyebarannya dapat
dilakukan dari satu generasi ke generasi ebrikutnya.

d. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi

Merupakan produk manusia sebagai ho,o economicus menjadikan tingkat


kehidupan manusia secara umum terus meningkat.

e. Sistem teknologi dan peralatan

Merupakan produk manusia dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari
pemikirannya yang cerdas dan dibantu dengan tangannya yang dapat memegang
sesuatu dengan erat, manusia dapat membuat dan mempergunakan alat ciptaannya
tersebut.

f. Bahasa

Merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia


awalnya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode) yang kemudian disempurnakan
dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bentuk bahasa tulisan.
g. Kesenian

Merupakan hasil dari manusia sebagai homo aestetis. Setelah manusia dapat
mencukupi kebutuhan fisiknya, maka dibutuhkan psikisnya untuk dipuaskan.
Manusia bukan hanya butuh makan, minum serta sandang, mereka juga butuh
pandangan mata yang indah, suara merdu, yang semuanya dapat dipenuhi melalui
kesenian

Unsur-unsur kebudayaan universal dapat lebih spesifik lagi dalam kegiatan kebudayaan
atau cultural activity. Cakupan cultur activity dapat dibagi menjadi unsur-unsur yang lebih kecil
yang disebut trait-complex. Misalnya kegiatan pertanian meliputi unsur irigasi, sistem
pengolahan tanah dengan bajak dll.Dari Trait-complex membentuk unsur kebudayaan yang lebih
kecil lagi yaitu item, contohnya alat bajak yang terdiri dari bagian-bagian terkecil di alat tersebut
sehingga menjadi satu kesatuan.

Hal yang lebih penting tentang kebudayaan adalah wujudnya. Kebudayaan dapat
dibedakan dalam dua bentuk wujudnya.

1. Kebudayaan bendaniah (material) dengan ciri dapat diraba

2. Kebudayaan rohaniah (spiritual) dengan ciri dapat dirasa

1.5 Wujud Kebudayaan

Berdasarkan unsur di atas, maka kebudayaan memiliki 3 wujud, antara lain :

1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, norma, peraturan dan sejenisnya.
Ini merupakan wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, lokasinya dalam pikiran
masyarakat dimana kebudayaan itu hidup.

2. Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat.

3. Kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia.

Selain itu seorang ahli Antropologi yang bernama Honingmann berpendapat bahwa
kebudayaan itu paling tidak memiliki tiga wujud. Ketiga wujud tersebut adalah sebagai berikut.
1) Wujud Kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan, dan sebagainya.
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia
dalam masyarakat.
3) Wujud Kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Ketiga wujud kebudayaan tersebut di masyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
sehingga sebagai kesatuan yang utuh, memberikan arah terhadap pikiran, tindakan, dan hasil
karya masyarakat. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang ketiga wujud kebudayaan tersebut,
bacalah uraian berikut dengan seksama.

1) Kompleks gagasan sebagai wujud pertama bersifat abstrak, sehingga tidak dapat dilihat,
difoto, atau difilmkan karena berada di dalam benak atau kepala masing-masing manusia
pemilik kebudayaan. Asasasas yang saling berkaitan akan membuat gag asan, relatif
mantap dan kontinu, maka wujud kebudayaan pertama ini disebut sistem budaya.
2) Aktivitas dan organisasi sosial yang berpola sebagai wujud kebudayaan kedua
memungkinkan terjadinya interaksi di antara anggota masyarakat yang sifatnya lebih
nyata, sehingga dapat diamati, difoto, dan difilmkan. Wujud kebudayaan kedua ini
disebut juga sistem sosial.
3) Wujud kebudayaan ketiga berupa hasil dari tindakan manusia berupa komunikasi, kerja
sama, dan konflik menggunakan berbagai sarana (sistem peralatan); dan melahirkan
berbagai bentuk karya yang menghasilkan beraneka ragam benda untuk memenuhi
kebutuhan yang konkret maka lazimnya disebut sistem kebendaan ( kebudayaan fisik).
Setelah kamu membaca uraian tentang wujud kebudayaan tentu saja menjadi semakin jelas
bahwa kebudayaan itu merupakan sesuatu yang kompleks bukan ? Kita menjadi mengerti bahwa
ide-ide atau gagasangagasan manusia sebagai anggota masyarakat termasuk juga kebudayaan.
Demikian pula aktivitas manusia dalam masyarakat, misalnya aktivitas dalam organisasi, dalam
berkomunikasi satu sama lain juga merupakan kebudayaan. Terakhir wujud kebudayaan yang
paling mudah diamati yakni kebudayaan fisik. Semua hasil karya manusia merupakan wujud
kebudayaan fisik.
Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu :

1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran

Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran disebut sistem budaya, yang sifatnya
abstrak,tidak dapat dilihat dan berpusat pada manusia yang menganutnya, atau dengan perkataan
lain, dalam alam pikiran warga masyarakat tersebut. Wujud dimensi kebudayaan gagasan
dituangkan dalam bentuk tulisan dapat berupa buku, artikel, karya sastra, undang-undang,
peraturan, dll.

2. Kompleks aktivitas

Aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat konkret, dapat diamati atau
diobservasi. Wujud kebudayaan ini disebut sistem sosial. Sistem sosial merupakan aktifitas
manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lain waktu ke waktu
menurut pola tertentu berdasarkan adat atau tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia
dalam masyarakat, sistem sosial bersifat konkret dan dapat diobservasi dan didokumentasikan.

3. Wujud sebagai benda

Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan
peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia
tersebut menghasilkan benda untuk keperluan hidupnya. Kebudayaan dalam bentuk fisik yang
kongkret dapat disebut kebudayaan fisik, mulai dari benda bergerak sampai yang diam.

Ketiga wujud kebudayaan di atas dalam kenyataan kehidupan masyarakat saling


berhubungan satu dengan yang lainnya. Kebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arahan pada tindakan dan karya manusia. Baik pikiran dan ide-ide, maupun tindakan
dalam karya manusia, menghasilkan benda fisik.

1.6 Orientasi Nilai Budaya


Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.Kluckhohn dalam
karyanya Variation in value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di
dunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu :

1. Hakekat Hidup Manusia (MH)

Hakekat hidup untuk setiap kebudayaan berbeda-beda secara ekstrem ada yang
berusaha untuk memadamkan hidup, ada yang dengan pola sikap tertentu
menganggap hidup sebagai suatu hal yang baik ”Mengisi hidup”.

2. Hakekat Karya Manusia (MK)

Setiap kebudayaan hakekatnya berbeda-beda, diantaranya ada yang beranggapan


bahwa karya bertujuan untuk hidup, karya memberikan kedudukan atau kehormatan,
karya merupakan gerak hidup untuk menambah karya secara terus menerus.

3. Hakekat Waktu Manusia (WM)

Hakekat waktu untuk setiap kebudayaan berbeda-beda ; ada yang berpandangan


mementingkan orientasi masa lampau, ada pula yang berpandangan untuk masa kini
atau masa yang akan datang

4. Hakekat Alam Manusia (MA)

Kebudayaan yang menganggap manusia harus mengeksploitasi alam atau


memanfaatkan alam semaksimal mungkin, ada pula kebudayaan yang beranggapan
manusia harus harmonis dengan alam dan manusia harus menyerah kepada alam.

5. Hakekat Hubungan Manusia (MN)

Dalam hal ini ada yang mementingkan hubungan manusia dengan manusia, baik
secara horizontal (sesamanya) maupun secara vertikal (orientasi kepada tokoh-tokoh).
Ada pula yang berpandangan individualistis (menilai tinggi kekuatan sendiri)

1.7 Perubahan Kebudayaan


Masyarakat dan kebudayaan selalu mengalami perubahan, sekalipun dalam masyarakat
dan kebudayaan primitif yang terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat lainnya.

Tidak ada kebudayaan yang statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika dan
gerak.Gerak kebudayaan adalah gerak hasil dari ide atau pemikiran masyarakat yang menjadi
wadah kebudayaan yang tercipta karena terjadi hubungan antar kelompok di dalam masyarakat.

Terjadinya perubahan disebabkan oleh beberapa hal :

1. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan dan kebudayaan
sendiri misalnya : perubahan jumlah dan komposisi penduduk

2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat
yang hidupnya terbuka, berada dalam jalur hubungan dengan masyarakat dan
kebudayaan lain

Perubahan ini selain karena jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena adanya
difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru khususnya teknologi dan inovasi.

Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan berbeda. Dalam perubahan sosial terjadi
perubahan struktur sosial dan pola-pola hubungan sosial, antara lain : sistem politik dan
kekuasaan, persebaran penduduk, sistem status, hubungan didalam keluarga.

Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nila-nilai, sikap dan
pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Perubahan kebudayaan atau akulturasi terjadi apabila satu kelompok masyarakat dengan
kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa,
sehingga unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan
sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Perubahan kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki
bersama oleh para warga masyarakat atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, antara
lain, aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, juga
teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian) dan bahasa.
Proses akulturasi di dalam sejarah kebudayaan terjadi dalam masa silam. Proses ini
biasanya karena suatu masyarakat bertetangga dengan masyarakat lainnya dan diantara mereka
terjadi hubungan, mungkin dalam perdagangan, pemerintahan, dsb. Pada saat itulah proses
akulturasi terjadi. Proses migrasi besar-besaran, mempermudah berlangsungnya akulturasi
tersebut.

Beberapa masalah yang menyangkut proses akulturasi adalah :

1. Unsur kebudayaan seperti peralatan yang terutama sangat mudah dipakai

2. Unsur kebudayaan asing manakah yang sulit diterima

3. Individu manakah yang cepat menerima unsur-unsur yang baru

4. Ketegangan apakah yang timbul sebagai akibat akulturasi tersebut.

1) Pada umumnya unsur-unsur kebudayaanasing yang mudah diterima adalah :

a. Unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang mudah dipakai dan bermanfat
bagi masyarakat penggunanya.

b. Unsur yang membawa manfaat besar, misalnya radio, komputer, telephon sebagai alat
komunikasi

c. Unsur yang mudah disesuaikan dengan keadan masyarakat penggunanya.misalnya :


penggilingan padi di masyarakat pedesaan

2) Unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima oleh suatu masyarakat adalah :

a. Unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup dll

b. Unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi, contoh : Nasi yang
merupakan makanan pokok penduduk Indonesia akan sangat sulit diubah ke makanan
pokok lain.

3) Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu yang cepat menerima unsur
kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua
dianggap sebagai orang kolot yang sukar menerima unsur baru.Hal ini dikarenakan
norma tradisional sudah mendarah daging dan menjiwai sehingga sukar sekali untuk
mengubah norma yang sudah sedemikian meresap dalam jiwa generasi tua.

4) Masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu kelompok individu yang sukar sekali
atau bahkan tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubhan yang terjadi

Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru
diantaranya :

1. Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan
orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.

2. Jika pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan
oleh nilai-nilai agama, dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang
ada,maka penerimaan unsur baru itu mengalami hambatan danharus disensor dulu oleh
berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.

3. Corak tstruktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan
baru.

4. Sutu unsur kebudayaan diterim jika sebelumnya sudah ada unsur kebudayaan yang
menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan tersebut.

5. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan
mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang ebrsangkutan.

1.8 Ciri-ciri umum dari kebudayaan adalah sebagai berikut:

1) Kebudayaan dipelajari. Segala sesuatu hasil budaya yang dimiliki manusia diperoleh
manusia melalui proses belajar. Dalam Antropologi proses belajar kebudayaan dinamakan
enkulturasi, sedangkan dalam
Sosiologi dikenal dengan istilah sosialisasi. Enkulturasi merupakan awal terbentuknya
pengetahuan (kepandaian), pengalaman dan lainlain, sedangkan sosialisasi merupakan
awal terbentuknya hubungan antar individu. Proses enkulturasi merupakan awal proses
individu dalam mendapatkan kepandaian, dan pengalamannya tentang cara bertingkah
laku, aturan, norma dari individu yang lain dalam lingkungan sosial tertentu. Proses
sosialisasi merupakan proses awal dimulainya hubungan atau interaksi dengan individu
yang lain di luar dirinya, tetapi masih dalam lingkungan sosialnya. Dalam kehidupan
sehari-hari antara enkulturasi dengan sosialisasi berjalan sama-sama dan satu sama lain
saling berkaitan dalam kehidupan masyarakat.

Adapun proses belajar yang dialami setiap manusia dalam masyarakat memiliki ktu yang
panjang, sejalan dengan usia manusia sebagai individu (long life education).

2) Kebudayaan diwariskan atau diteruskan. Kebudayaan telah ada semenjak manusia


muncul di permukaan bumi ini, yang dikembangkan dan diteruskan atau diwariskan dari
generasi ke generasi. Proses pewarisan kebudayaan ini sejalan dengan prosesbelajar yang
dialami manusia. Manusia sebagai individu sejak dilahirkan mulai mengalami proses
belajar yang dipersiapkan untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan
masyarakatnya, kemudian individu akan dipersiapkan untuk mewarisi dan meneruskan
kebiasaan yang telah terpola dalam kehidupan masyarakat. Proses sosialisasidengan
enkulturasi merupakan proses pewarisan budaya terhadap individu sesuai dengan
lingkungan sosialnya, sehingga proses enkulturasi dan sosialisasi ini merupakan sarana
dan cara untuk meneruskan kebudayaan.
3) Kebudayaan hidup dalam masyarakat. Masyarakat dan kebudayaan merupakan satu
kesatuan dan satu keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan, sehingga tidak ada
masyarakat tanpa kebudayaan. Warga masyarakat sebagai pendukung kebudayaan tidak
dapat hidup secara individu atau sendiri-sendiri, tetapi satu sama lain saling
membutuhkan dan saling ketergantungan. Hubungan antara individu, kebudayaan,
dengan masyarakat sangat erat karena individu mendukung dan mengembangkan
kebudayaan dalam masyarakat, sedangkan di masyarakat terdapat pengelompokan
individu, sehingga tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan.
4) Kebudayaan dikembangkan dan berubah. Kebudayaan sifatnya dinamis dan selalu
mengalami perubahan dan perkembangan, sehingga tidak ada kebudayaan yang sifatnya
statis, walaupun perubahan yang terjadi berjalan sangat lambat. Perkembangan
kebudayaan merupakan perubahan yang dianggap pendukungnya menuju ke arah yang
lebih baik atau lebih maju. Perubahan kebudayaan dapat berasal dari dalam yaitu yang
dilakukan oleh masyarakat atau perubahan yang berasal dari luar yang mempengaruhi
masyarakat.
5) Kebudayaan itu terintegrasi. Hubungan yang terjaring antar unsurunsur kebudayaan
membentuk kesatuan. Setiap unsur kebudayaan tidak berdiri sendiri, melainkan memiliki
hubungan dengan unsur kebudayaan lainnya, lebih luas lagi memiliki hubungan dengan
kebudayaan-kebudayaan lain secara keseluruhan.Ciri umum kebudayaan ini terdapat
dalam setiap masyarakat sebagai pendukung kebudayaan. Dengan demikian di manapun
juga masyarakat berada akan memiliki ciri khusus kebudayaannya yang membedakan
dengan kebudayaan masyarakat lain.
1.9 Kaitan Manusia dengan Kebudayaan

Hubungan manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan
kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan manusia.

Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya


walaupun keduanya berbeda tetapi keduannhya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptkan
kebudayaan, dan setelah kebudayaan tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar
sesuai dengannya.

Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan dapat dipandang setara dengan
hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis (saling terkait satu
sama lain). Proses dialektis tercipta melalui tiga tahap, yaitu :

1. Eksternalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan


membangun dunianya. Melalui eksternalisasi ini masyarakat menjadkenyataan
buatan manusia.

2. Obyektivitas, yaitu prose dimana masyarakat menjadi realitas objektif, yaitu suatu
kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapat dengan manusia. Dengan
demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi
bahkan membentuk perilaku manusia.

3. Internalisasi,yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia.


Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia
dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk
oleh masyarakat.

BAB II

BUDAYA DAN PERDABAN

Indonesia bukanlah negara pinggiran dan terbelakang. Ternyata Indonesia memiliki


warisan sejarah peradaban kuno yang unggul dan cemerlang.

Induk Peradaban di Nusantara yang unggul itu menjadi inspirator yang melahirkan
peradaban-peradaban dunia lainnya seperti Sumeria, Mohenjodaro-Harrapa-India, Mesir, Indian
Maya & Aztek di benua Amerika Selatan, Yunani dan Eropa serta Persia. Namun kemudian
Induk Peradaban di Nusantara itu musnah terkena bencana banjir besar kolosal global 3 kali pada
sekitar 12.000 – 6.000 tahun yang lalu, yang salah satunya, menurut Oppenheimer terkait dengan
legenda/mitos banjir besar Nabi Nuh as. Mitos dan legenda banjir besar itu ternyata ada (banyak
yang mirip) dan hidup ceritanya di beberapa sejarah peradaban besar lainnya, seperti Sumeria,
India, Mesir, Yunani, Eropa dan penduduk asli Amerika (indian Maya & Aztek, dll.) yang
terekam pada kitab-kitab /inskripsi sucinya, prasasti dan artefak tinggalan budaya mereka.

Namun kemudian Induk Peradaban di Nusantara itu musnah terkena bencana banjir besar
kolosal global 3 kali pada sekitar 12.000 – 6.000 tahun yang lalu, yang salah satunya, menurut
Oppenheimer terkait dengan legenda/mitos banjir besar Nabi Nuh as. Mitos dan legenda banjir
besar itu ternyata ada (banyak yang mirip) dan hidup ceritanya di beberapa sejarah peradaban
besar lainnya, seperti Sumeria, India, Mesir, Yunani, Eropa dan penduduk asli Amerika (indian
Maya & Aztek, dll.) yang terekam pada kitab-kitab /inskripsi sucinya, prasasti dan artefak
tinggalan budaya mereka.

Prof. Santos sampai pada kesimpulan penelitiannya bahwa Peradaban Atlantis yang
hilang, yang diceritakan Plato (427-347 SM) dalam bukunya Critias dan Timeaus, itu, dia
temukan tenyata berlokasi di Nusantara/Indonesia (Sunda Land). Kesimpulan atau teorinya ini
begitu diyakini oleh Santos dan para pengikutnya, karena detail-detail 32 ciri geografis-ekologis
dan ciri-ciri sosio-antropologis-budaya yang diceritakan oleh Plato itu, 100% terpenuhi di
Nusantara (Sunda Land), berbeda dengan 10 lokasi lainnya yang menjadi objek studi banding
Santos, seperti: Pulau Thera/Creta di Yunani, Inca di Peru, Indian Maya di Mexico, Pulau
tenggelam di Samudra Atlantik, Benua Antartika, Skandinavia di Laut Utara, Troy (Hisarlik),
Celtiberia, Afria Barat Daya (Selat Giblartar/Spanyol) danTartasos, yang sangat kecil presentasi
keberadaan ciri-ciri tersebut. Santos banyak mendapat petunjuk tentang lokasi Atlantis tersebut
dari berbagai mitos, legenda dan informasi kitab-kitab suci Hindu-Budha (India), inskripsi di
situs arkeologis Mesir, Sumeria, dll.

Temuan-temuan ilmiah dan historis dari kedua sarjana kelas dunia tersebut, semakin
meyakinkan lagi, karena kemudian, banyak sarjana, sejarawan, budayawan-filosof dan peneliti
lain yang menemukan banyak fakta dan bukti-bukti lain yang memperkuat teorinya Santos
maupun Oppenheimer, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Dari University of
Canterbury, Christchurch, New Zealand, Dr. Edwina Palmer menemukan banyak ternyata
bangsa Jepang itu berasal dari Sundaland. Dia menulis 2 artikel ilmiah hasil penelitiannya yang
berjudul: “Out of Sunda? Provenance of the Jomom Japanese” dan “Out of Sundaland: The
Provenance of Selected Japanese Myths”. Begitu pula, ada para peneliti dari Korea yang yakin
bahwa nenek moyang bangsa Korea berasal dari lembah Pasemah, Pagar Alam, Sumatra Selatan,
sebagaimana yang dikatakan oleh arkeolog Indonesia yang bergabung dengan para peneliti dari
Korea.

2.1 PENGERTIAN BUDAYA

2.2 PENGERTIAN PERADABAN

1. Menurut Oswalg Spengl, Peradaban adalah kebudayaan yang mengalami perubahan dan
menekankan pada kesejahteraan fisik dan material.
2. Menurut Anne Ahira, Peradaban adalah kebudayaan yang mengalami kemajuan yang
tinggi.

3. Menurut KBBI, Peradaban adalah kemajuan yang menyangkut sopan santun, budi bahasa
dana kebudayaan suatu bangsa.
Istilah peradaban dalam bahasa Inggris disebut Civilization. Istilah peradaban sering
dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan.
Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya berwujud unsur-unsur budaya yang
bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan
tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi.Dengan batasan-batasan pengertian di
atas maka istilah peradaban sering dipakai untuk hasil-hasil kebudayaan seperti: kesenian, ilmu
pengetahuan dan teknologi, adat sopan-santun serta pergaulan. Selain itu juga kepandaian
menulis, organisasi bernegara serta masyarakat kota yang maju dan kompleks.Tinggi rendahnya
peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan,kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan.Tiap-tiap masyarakat atau bangsa di manapun selalu berkebudayaan, akan tetapi
tidak semuanya telah memiliki peradaban yang tinggi.Kebudayaan merupakan keseluruhan dari
hasil budidaya manusia baik cipta, karsa dan rasa.Kebudayaan berwujud gagasan/ide,
perilaku/aktivitas dan benda-benda. Sedangkanperadaban adalah bagian-bagian dari kebudayaan
yang tinggi, halus, indah dan maju.

2.3 PERJALANAN PERADABAN

Perkembangan peradaban akan selalu menimbulkan benturan, ini adalah pandangan dari
Huntington. Ia menyebutnya sebagai Clash Civilization. Perkembangan peradaban akan selalu
seiring dengan timbulnya benturan-benturan seperti peradaban barat dan peradaban timur.

2.4 HUBUNGAN MANUSIA, KEBUDAYAAN DAN PERADABAN

Manusia dan peradaban adalah hal yang tidak bisa terpisahkan karena manusia itu
memiliki cipta, rasa dan karsa. Cipta, rasa dan karsa itu akan menimbulkan perkembangan
pengetahuan yang berasal dari suatu budaya. Nah, dari hal itulah kebudayaan akan mengalami
kemajuan sehingga dikatakan sebagai peradaban.

Contoh : zaman dahulu, manusia menanam karet dan hanya menunggu hasil berdasarkan
kemampuan alam untuk memproduksi. Tetapi sekarang tidak lagi karena ada perkembangan
seperti pupuk, dan itu akan menumbuhkan karet dengan cepat.
Ketika dalam benak kita terdapat pertanyaan apakah manusia itu, maka akan banyak
pendapat yang akan anda dapatkan. Berikut ini pengertian manusia dalam ilmu eksakta (kimia,
biologi, fisika) dan ilmu sosial (ekonomi, sosiologi, politik, filsafat).

Pengertian manusia berdasarkan ilmu eksakta adalah kumpulan partikel yang membentuk
suatu jaringan system manusia (Kimia). Manusia adalah kumpulan dari sistem fisik yang saling
terikat satu sama lain dan merupakan sebuah kumpulan dari energi-energi (Fisika). Manusia
adalah makhluk biologis yang tersusun dari organ-organ penyusun tubuh dan termasuk jenis
makhluk hidup menyusui (Biologi).

Kemudian pengertian manusia menurut ilmu sosial adalah makhluk hidup yang penuh
perhitungan antara untung dan rugi atau biasa disebut homo economicus (Ekonomi). Manusia
adalah makhluk sosial yang tak dapat hidup sendiri atau biasa disebut homo homini lupus
(Sosiologi). Manusia adalah makhluk yang selalu ingin berkuasa (Politik). Dan manusia adalah
makhluk yang berbudaya atau homo homanus (Filsafat).

Manusia pun memiliki 3 bagian pelengkap, diantaranya:

1. HATI NURANI yang berhubungan dengan kebenaran (logika), keindahan (estetika), dan
kebaikan (etika)

2. AKAL yang berhubungan dengan analisis dan judgment (berfikir)

3. KESADARAN atau KEHENDAK BEBAS yang meliputi kesadaran magis, kritis, dan naif.

Bahwasanya ada dua pandangan yang dapat kita jadikan sebuah patokan mengenai unsur
pembentuk manusia. Yang pertama adalah unsur JASAD, RUH, HAYAT, NAFSU. Sedangkan
yang kedua yaitu ID, EGO, dan SUPEREGO.

Manusia merupakan makhluk ciptaan Alloh yang terdiri dari kesatuan yang utuh,
makhluk ciptaan Alloh yang paling sempurna karena memiliki dua unsur perasaan yaitu perasaan
inderawi dan rohani. Manusia pun adalah makhluk yang berbudaya serta memiliki daya cipta dan
rasa ingin terus berkarya.

B. Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yakni “Buddhayah” yang
merupakan kata jamak dari “Buddhi” yang berarti “Budi atau Akal”. Jadi pengertian secara
istilahnya yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan budi pekerti dan akal pikiran manusia.
Melville J. Herkovits dan Bronislow Malinowski berpendapat bahwasanya segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat itu
sendiri. Jadi hubungan antar masyarakat dengan kebudayaan sangat erat, karena tak akan ada
budaya jika tak ada masyarakat

Lalu apakah arti dari kebudayaan secara nalar umum ??? Kebudayaan adalah sistem
pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu akan abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda atau perilaku yang diciptakan sebagai makhluk yang berbudaya.

Budaya memiliki unsur-unsur tertentu, diantaranya:

- Bahasa

- Sistem pengetahuan

- Sistem peralatan hidup dan teknologi

- Sistem mata pencaharian

- Religi

- Kesenian

Sebuah budaya haruslah memiliki orientasi, baik itu berorientasi antara human nature
(kepribadian manusia), berorientasi terhadap alam (nature), berorientasi terhadap waktu,
berorientasi terhadap aktivitas, dan berorientasi secara relational. Setelah kita mengetahui
orientasi dari budaya, maka selanjtunya tinggal bagaimana kita menerapkan orientasi budaya itu
dalam kehidupan sehari-hari.

C. Hubungan Manusia dan Kebudayaan

Secara nalar sederhana, perbedaan hubungan manusia dan kebudayaan adalah karena
manusia itu sebagai pelaku kebudayaan sedangakan budayanya itu adalah objek yang diterapkan
oleh manusia. Dalam ilmu sosiologi, bahwasanya hubungan manusia dan kebudayaan itu adalah
dwitunggal. Maksudnya adalah walaupun keduanya berbeda, tetapi merupakan satu kesatuan.

Manusia menciptakan kebudayaan. Dan setelah kebudayaan itu tercipta, maka


kebudayaan itu akan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Semangat kebangsaan
merupakan kunci untuk membangun peradaban baru bangsa. Semangat itulah yang melahirkan sikap dan
perilaku serempak bangsa dalam berhadapan dengan bangsa-bangsa lain. Jepang punya semangat
Bushido yang terjaga oleh kekaisaran. Ketika Kaisar menyatakan ‘beras Jepang yang terenak dan terbaik’,
seluruh bangsa Jepang serempak menjadikan beras Jepang memang beras terenak dan terbaik, serta tak
akan menyentuh beras asing sekalipun harganya jauh lebih murah. Amerika Serikat juga punya American
Dream yang menempatkan bangsa dan negaranya sendiri sebagai pemimpin dunia. Sebuah ‘mimpi’ yang
terbukti mampu membuat seluruh bangsa Amerika bergerak serempak untuk memimpin dunia. China
menempuh jalan yang berbeda. Mao Zedong menggunakan komunisme untuk membongkar sistem feodal
masyarakatnya untuk dapat membangun China baru.

Indonesia harus menemukan jalannya sendiri untuk bangkit dan menjadi bangsa maju.
Untuk itu, bangsa ini perlu segera membangun peradaban baru yang sesuai dengan kebutuhan
masa depan, yang membuat masyarakatnya aktif, dinamis, serta berdaya saing tinggi dalam
berhadapan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Budaya lama warisan budaya feodal yang membuat masyarakat pasrah, memandang
rendah urusan materi, serta puas mengekor para pemimpinnya, tidak lagi dapat diandalkan.
Sebaliknya, budaya sekarang sebagai budaya pancaroba yang materialistis, konsumtif, dan
mementingkan atribut dibanding substansi, juga bukan pilihan budaya yang tepat. Indonesia
memerlukan budaya baru yang didasarkan pada nilai-nilai idealistik, yang dapat menghubungkan
kepentingan mewujudkan harmoni serta kepentingan materi sekaligus.

Untuk dapat melangkah maju tersebut, jalan Jepang bukan pilihan tepat bangsa ini karena
Indonesia bukan bangsa homogen dan tidak dipersatukan oleh nilai-nilai budaya tunggal yang
berakar panjang dalam sejarahnya. Meskipun sama-sama terbangun oleh masyarakat yang
beragam, Indonesia bukan pula Amerika yang dibangun oleh kesamaan nilai para imigran yang
mematikan nilai-nilai budaya asli.
Keragaman Indonesia terbangun oleh budaya yang mayoritas memang berakar di bumi
pertiwi ini, dan bukan oleh pendatang. Bukan pula jalan China yang dapat ditempuh Indonesia
karena gerak bangsa ini tak akan pernah diserempakkan berdasar penyeragaman yang
mengorbankan kalangan minoritas. Peradaban baru Indonesia justru harus dibangun atas
kesadaran kebhinekaan Indonesia seperti yang telah ditunjukkan para pendiri bangsa.

Kesadaran kebhinekaan Indonesia selalu ada dalam setiap kelompok masyarakat. Semua
yang berkesadaran kebhinekaan itulah yang dapat membangun Indonesia menuju hari depan
lebih baik. Mereka adalah sosok-sosok jernih yang kritis terhadap realitas yang berkembang
sekaligus bersikap positif untuk terus mencari jalan keluar persoalan bangsa. Mereka tidak
mengorbankan nilai-nilai ideal yang diyakininya demi kepentingan pribadi. Namun mereka akan
selalu berbuat untuk kebaikan bersama.

Mereka ada di mana saja, bisa di kalangan birokrasi, militer, politisi, pengusaha,
pedagang kaki lima, petani, nelayan, buruh, pekerja angkutan, artis, guru, tokoh agama atau
siapapun. Mereka bisa berasal dari suku apa saja, agama apapun, juga dari kelompok
kepentingan apapun. Mereka itulah para ‘Simpul Kesadaran’ bangsa, yang perlu dipertautkan
dalam jejaring untuk dapat membangun peradaban baru Indonesia.

Untuk membangun peradaban baru Indonesia, para ‘Simpul Kesadaran’ perlu menggali
nilai-nilai budaya lokal di lingkungan masing-masing. Nilai-nilai budaya yang relevan dengan
tuntutan peradaban masa depan harus dibangkitkan dan diperkuat. Sebaliknya nilai budaya yang
sudah tidak relevan seperti budaya feodal, takhayul, serta mistis perlu segera ditempatkan
sebagai bagian dari sejarah.

Nilai-nilai budaya lokal yang relevan dengan kebutuhan masa depan itulah yang harus
dipertemukan, dan bila perlu dibenturkan satu sama lain, bahkan juga dengan sisi positif budaya
global yang mengalir deras ke seluruh pelosok negeri ini. Pertautan antar nilai budaya, baik lokal
maupun global tersebut akan melahirkan sintesa budaya yang dapat menjadi pijakan kokoh bagi
peradaban baru Indonesia.
Memang bukan pekerjaan mudah bagi jejaring ‘Simpul Kesadaran’ untuk membangun
sintesa budaya dan terus mengawalnya agar terbentuk peradaban baru. Bukan hal mudah bagi
para ‘Simpul Kesadaran’ untuk mengajak orang-orang sekitarnya, yang masih larut dalam
kepentingannya sendiri, untuk bersama-sama membangun keberadaban baru di lingkungan
masing-masing. Baik keberadaban baru dalam politik, bitrokrasi, dan hukum; keberadaban baru
masyarakat Jawa, Papua, hingga keturunan Tionghoa; juga keberadaban baru komunitas agama
serta adat. Tetapi dengan segala tantangannya hal tersebut harus dilakukan, dan memang
mungkin dilakukan.

Keterpaduan aspek jiwa serta profesionalitas diperlukan sebagai pilar utuhnya bangunan
peradaban baru Indonesia, sebagaimana utuhnya keterpaduan “Otak Kanan” dan “Otak Kiri”
dalam kehidupan. Jiwa menjadi seperti api yang akan terus mengobarkan semangat kebaikan
dalam berbangsa dan bernegara apapun kesulitan yang menghadang.

Adapun profesionalitas yang mengandung nilai-nilai kompetensi, integritas, serta


kapasitas manajemen akan memastikan bahwa setiap langkah bangsa di masa depan akan selalu
dapat dipertanggungjawabkan menurut ukuran apapun, termasuk ukuran-ukuran universal.
Kesatuan jiwa dan profesionalitas itu perlu mewarnai seluruh proses berbangsa dan bernegara,
baik dalam pengelolaan negara maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Selain kuat dalam jiwa dan profesionalitas, peradaban baru Indonesia tentu harus pula
memiliki orientasi global, teknologi, dan keriwausahaan yang kuat. Pembekalan orientasi global
akan membantu para Tenaga Kerja Indonesia sebagai ‘pahlawan devisa bangsa’ untuk lebih
mampu bersaing dengan pekerja bangsa lain dalam pasar tenaga kerja menengah bahkan atas.

Orientasi global akan menjadikan putra-putra bangsa bukan cuma ‘jago kandang’
melainkan juga akan siap menjelajah luasnya dunia. Teknologi menjadi keharusan untuk dikuasai
agar dapat tegak di antara bangsa-bangsa besar dunia. Sedangkan kewirausahaan bukan saja
mendinamiskan, melainkan juga akan mengantarkan bangsa pada kemakmuran.

Untuk membangun peradaban baru tersebut, pendidikan merupakan jalan utama untuk
menyebarkan nilai-nilai penopang peradaban baru Indonesia. Keteladanan para ‘Simpul
Kesadaran’ untuk membebaskan lingkungan kepemimpinan masing-masing dari pengaruh
budaya lama yang feodal maupun dari budaya pancaroba sekarang yang materialistis merupakan
proses pendidikan terbaik bagi publik. Apalagi bila ditopang dengan pengembangan sistem yang
memperkuat profesionalitas masyarakat.

Pengembangan wilayah dan penataan kota sehingga teratur, bersih, serta manusiawi juga
merupakan sarana pendidikan publik yang efektif untuk membangun peradaban baru. Lee Kuan
Yew mengawali pembangunan Singapura dengan mengembangkan komplek perumahan moderen
pada tahun 1964, Langkahnya tersebut bukan hanya membuat Singapura maju secara fisik,
namun juga berpengaruh pada sikap dan perilaku masyarakatnya sekarang.

Sebagai bagian pembelajaran untuk mengadopsi nilai-nilai peradaban baru, seremoni dan
acara publik penting untuk direvitalisasi. Upacara dan acara pemerintah yang kaku dan
mekanisitis yang terwarisi dari budaya birokrasi feodal sudah saatnya lebih dicairkan agar efektif
buat menyampaikan pesan yang diharapkan.

Tak sedikit acara adat yang perlu disegarkan agar menjadi keriaan yang dapat
membangkitkan semangat masyarakat serta terbebas dari simbol-simbol mistis yang mengada-
ada dan membodohkan masyarakat Spiritualitas yang kuat yang dapat menjadi pijakan bangsa
selalu spiritualitas`yang didasarkan atas kesadaran rasional, seperti Bushido di Jepang. Bukan
spiritualitas yang berlandaskaan pada mistis. Maka bela diri bangsa-bangsa seperti Jepang dan
Korea juga lebih bertumpu pada kekuatan jiwa, dan tak dihubung-hubungkan dengan mistis
seperti umumnya bela diri bangsa ini.

Pengajaran agama juga memiliki arti penting untuk membangun peradaban baru
Indonesia. Seperti seruan Bung Karno agar umat mengambil ‘api’ dan bukan ‘abu’ agama,
pengajaran agama harus mampu memerdekakan jiwa dan membangkitkan etos bangsa. Adapun
pembangunan peradaban baru yang perlu ditempuh melalui pendidikan formal adalah
pengembangan keteladanan guru, pembiasaan perilaku baik oleh lingkungan sekolah, serta
pengajaran yang bermuatan keterampilan hidup (life skills). Pengajaran tentang keterampilan
hidup di sekolah terbukti membuat masyarakat lebih mampu mengelola kesehatan diri, pandai
mengelola ekonomi keluarga, serta efektif dalam berkomunikasi dan negosiasi.
Pembangunan peradaban baru yang diperlukan Indonesia untuk maju juga tak boleh
terlepas dari pondasi yang telah dibangun para pendiri bangsa serta pemimpin terdahulu.
Presiden Soekarno telah berjasa membangun rumah peradaban baru tersebut dalam bentuk
Pancasila yang mempersatukan kebhinekaan bangsa.

Presiden Soeharto berjasa mengamankan rumah Pancasila itu dari kehancuran agar
Indonesia dapat membangun. Hanya karena kesalahan politiknya, jasa itu menjadi terabaikan dan
Pancasila tidak lagi dihargai secara semestinya oleh bangsa. Indonesia era baru harus mampu
membangkitkan kembali Pancasila dan mendinamiskannya agar bangsa dapat mewujudkan
kemakmuran yang didambakan masyarakat.

Akhirnya, upaya besar membantu Indonesia keluar dari jebakan keadaan sekarang dan
menjadikannya berjaya akan sulit diwujudkan tanpa ketulusan serta tekad semua. Terutama
ketulusan dan tekad para ‘Simpul Kesadaran’ yang mensintesakan budaya penopang peradaban
baru Indonesia. Sebuah peradaban yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang berjaya,
bermartabat, serta memakmurkan seluruh masyarakat.

3. Wujud kebudayaan
Dari uraian yang telah Anda baca di atas mengenai tujuh unsur kebudayaan yang
bersifatuniversal sebenarnya wujudnya bagaimana? Wujud kebudayaan dapat dibedakan
menjaditiga bagian yaitu:
a. Wujud gagasan
Budaya dalam wujud gagasan/ide ini bersifat abstrak dan tempatnya ada dalam alam
pikirantiap warga pendukung budaya yang bersangkutan sehingga tidak dapat diraba atau
difoto.Sistem gagasan yang telah dipelajari oleh setiap warga pendukung budaya sejak dini
sangatmenentukan sifat dan cara berpikir serta tingkah laku warga pendukung budaya
tersebut.Gagasan-gagasan inilah yang akhirnya menghasilkan berbagai hasil karya
manusiaberdasarkan sistem nilai, cara berfikir dan pola tingkah laku. Wujud budaya dalam
bentuksistem gagasan ini biasa juga disebut sistem nilai budaya.

b. Wujud perilaku (aktivitas)


Budaya dalam wujud perilaku berpola menurut ide/gagasan yang ada. Wujud perilaku
inibersifat konkrit dapat dilihat dan didokumentasikan (difoto dan difilm). Contoh: Petanisedang
bekerja di sawah, orang sedang menari dengan lemah gemulai, orang sedangberbicara dan lain-
lain.Masing-masing aktivitas tersebut berada dalam satu sistem tindakan dan tingkah laku.
c. Wujud benda hasil budaya
Semua benda hasil karya manusia tersebut bersifat konkrit, dapat diraba dan difoto.Kebudayaan
dalam wujud konkrit ini disebut kebudayaan fisik. Contoh: bangunanbangunanmegah seperti
piramida, tembok cina, menhir, alat rumah tangga seperti kapak perunggu,gerabah dan lain-
lain.Dalam kenyataan sehari-hari ketiga wujud tersebut yaitu gagasan, perilaku dan benda
hasilbudaya tidak terpisahkan dan saling mempengaruhi.

Contoh: salah satu unsur kebudayaan adalah sistem religi maka wujud budaya sistem religi
adalah sebagai berikut:
1. Gagasan : Konsep tentang dewa,dewa, roh
2. Perilaku : Upacara keagamaan yang dilakukan oleh salah satu bangsa dengan konsep
kepercayaan tersebut, misalnya pemujaan terhadap roh nenek moyang pada masyarakat
Indonesia
3. Benda hasil budaya : Dapat ditemukan contohnya pada masyarakat prasejarah di
Indonesia berupa menhir, patung perwujudan nenek moyang.
BAB III

KERAGAMAN BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA

Berdasarkan uraian terdahulu mengenai pengertian kebudayaan dapat disimpulkan bahwa


kebudayaan adalah hasil pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial. Dengan demikian
kebudayaan itu tidak diperoleh melalui warisan genetika yang ada di dalam tubuh manusia,
melainkan diperoleh lewat kedudukan manusia sebagai makhluk sosial. Hal ini berarti bahwa
kebudayaan diperoleh manusia melalui proses belajar dari lingkungannya. Dari hasil belajar,
manusia dapat memperoleh, menambah atau mungkin mengurangi berbagai macam pengetahuan
dan pengalamannya.

Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri


keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok
suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat
kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang
ada di daerah tersebut. Dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang dimana mereka
tinggal tersebar dipulau-pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan
kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah,
pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-
kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda.

Bangsa Indonesia dikenal dengan masyarakatnya yang memiliki kebudayaan yang


beraneka ragam. Pada setiap daerah masyarakat kita mengembangkan kebudayaan masing-
masing. Kebudayaan yang dikembangkan di daerah-daerah dinamakan kebudayaan daerah.
Secara nasional masyarakat bangsa kita juga mempunyai kebudayaan nasional. Kebudayaan
nasional merupakan puncak-puncak kebudayaan di daerah. Akhir-akhir ini muncul kebudayaan
populer, terutama di kota-kota besar. Untuk memahami masing-masing kategori kebudayaan
tersebut.

Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai


keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang
lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat
Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak
dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok suku bangsa yang
berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia.

Kebudayaan Daerah

Indonesia merupakan negara kepulauan. Wilayah negara kita terdiri atasberbagai suku
bangsa dengan budaya yang beraneka ragam. Kebudayaan masing-masing daerah dianggap
sebagai kebudayaan daerah.Kebudayaan daerah merupakan hasil gagasan dan tindakan dari
daerah yang bersangkutan, sehingga menjadi ciri dan kebanggaan masyarakatnya.

Ciri-ciri yang nampak umum pada kebudayaan daerah adalah sebagai berikut.

1) Pakaian, perumahan, alat-alat yang mereka pakai sehari-hari dan sebagainya yang
berbeda dengan yang terdapat di kebudayaan lain.
2) Bahasa mereka yang dipakai di lingkungan mereka sendiri merupakan bahasa khas,
seperti Jawa, Sunda, dan sebagainya. Bahasa daerah juga mencakup dialek-dialek atau
percampuran dari bahasa-bahasa itu yang terdapat di daerah-daerah perbatasan, seperti di
daerah Cirebon, Banyuwangi, dan sebagainya.
3) Perkawinan berlangsung antaranggota suku di daerah mereka saja. Akibat sistem
perkawinan demikian naka tidak terjadi proses Suku Sunda dan Betawi Suku Jawa
(Yogyakarta) Kalimantan Selatan percampuran dengan masyarakat dari daerah lain.
Sistem perkawinan yang demikian itu dan karena berlangsung terus-menerus dalam
waktu yang cukup lama menghasilkan corak-corak khas ragawi. Misalnya satu suku
tertentu menunjukkan bentuk muka dan perawakan yang berbeda jika dibandingkan
dengan bentuk muka dan perawakan suku lain. Sebagai contoh orang-orang dari suku-
suku yang tinggal di Papua berambut keriting, sedangkan suku-suku yang tinggal di
pulau Kalimantan tidak demikian.
Di samping terdapat ciri-ciri umum seperti yang dijelaskan di atas, terdapat pula ciri khusus,
misalnya kesenian daerah. Kesenian daerah merupakan hal yang penting dalam mewujudkan
kebudayaan nasional, karena kebudayaan nasional merupakan hasil dari berbagai kebudayaan di
daerah. Oleh karena itu proses perwujudan kebudayaan nasional perlu integrasi dari unsur-unsur
kebudayaan daerah. Dalam hal ini kebudayaan daerah berperan memperkaya kebudayaan
nasional. Maka dari itu pihak-pihak yang bergerak dalam bidang kebudayaan daerah harus
mengarahkan tujuannya pada dua hal yang jelas.

1) Mengupayakan agar kebudayaan daerah itu menjadi identitas dan kebanggaan


masyarakat dari daerah pendukungnya, sehingga berfungsi dan merasa manfaat di
daerah.
2) Mengupayakan agar unsur-unsur kebudayaan daerah itu dijadikan bahan untuk
dijadikan kebudayaan nasional, sehingga berfungsi dan terasa manfaatnya secara
nasional.
Kebudayaan Nasional

Hingga saat ini masih banyak kalangan yang mempertanyakan apa benar kebudayaan
nasional itu ada. Mereka beranggapan bahwa kebudayaan yang ada pada masyarakat kita itu
dikembangkan oleh masyarakat di daerah-daerah. Kebudayaan yang demikian itu adalah
kebudayaan daerah.

Salah satu pasal dalam UUD 1945: “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional
Indonesia (Pasal 32). Makna pasal 32 UUD 1945 itu adalah bahwa kebudayaan nasional itu ada
dan pemerintah harus memajukannya. Mengapa harus dimajukan ? Sebab kebudayaan nasional
adalah identitas kita sebagai suatu bangsa. Sama halnya dengan kebudayaan daerah yang
merupakan identitas suku, maka kebudayaan nasional adalah identitas kita sebagai bangsa,
sehingga perlu kita kembangkan. Maka dari itu pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat
memajukan kebudayaan nasional tersebut.

Pertanyaan yang muncul adalah yang mana yang kita anggap sebagai kebudayaan
nasional atau kebudayaan bangsa itu ? Kebudayaan nasional atau kebudayaan bangsa ialah
kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan
lama dan asli yang telah terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah seluruh
Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Di samping itu pengaruh-pengaruh yang positif
dari kebudayaan asing yang dapat memperkaya kebudayaan nasional kita pandang sebagai
kebudayaan nasional juga.

Dengan demikian, menurut Undang-Undang Dasar 1945 bahwa kebudayaan nasional


berasal dari kebudayaan daerah dan unsur-unsur kebudayaan asing yang sifatnya positif sebagai
hasil seleksi dengan mengambil unsur-unsur yang diperlukan untuk pembangunan nasional.
Maka tepatlah jika dikatakan bahwa kebudayaan nasional itu “tidak serba asli dan tidak serba
asing”.

Contoh:

Bahasa Indonesia merupakan salah satu unsur kebudayaan nasional. Bahasa Indonesia
berkembang dari bahasa Melayu (asli) dan unsurunsur serapan dari bahasa-bahasa asing (Inggris,
Belanda, Arab, India, dan lain-lain). Sebagai unsur kebudayaan nasional bahasa Indonesia
berfungsi sebagai alat komunikasi antar suku bangsa, sehingga bahasa Indonesia merupakan alat
pemersatu bangsa. Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa
negara.

Sekalipun kita mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, namun bahasa-bahasa yang
ada di daerah-daerah (bahasa daerah) tetap hidup. Simaklah pernyataan dalam Penjelasan UUD
1945 berikut ini:

Di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh rakyatnya


dengan baik-baik (misalnya bahasa Jawa, Sunda, Madura dan sebagainya), bahasa-bahasa itu
akan dihormati dan dipelihara juga oleh negara. Bahasa-bahasa itu pun merupakan bagian dari
kebudayaan Indonesia yang hidup.

Pada Permusyawaratan Perguruan Indonesia yang diselenggarakan dikota Solo pada


tahun 1935 terdapat sejumlah tokoh yang berbicara mengenai kebudayaan nasional tersebut.
Tokoh-tokoh tersebut adalah sebagai berikut.

1. Sutan Takdir Alisjahbana


Beliau menyatakan bahwa kebudayaan nasional Indonesia sebagai suatu kebudayaan
yang universal (barat). Unsur-unsur yang dikreasikan terutama yang masih langka dimiliki
masyarakat Indonesia masa itu, antara lain :

(1) teknologi (maju),

(2) ekonomi (maju),

(3) keterampilan berorganisasi, dan

(4) ilmu pengetahuan. Upaya mengkreasi ke arah itu dapat dicapai lewat usaha
mempertajam rasio (akal) masyarakat Indonesia dengan mengambil alih dinamisme barat.

2. Sanusi Pane

Beliau menyatakan bahwa kebudayaan nasional Indonesia sebagai kebudayaan Timur.


Kebudayaan dimaksud harus mementingkan unsur-unsur kerohanian, perasaan, dan gotong-
royong. Di samping itu manusia Indonesia tidak boleh melupakan alur sejarahnya.

3. Poerbatjaraka

Beliau menyatakan bahwa kebudayaan nasional Indonesia harus berakar pada kebudayaan
Indonesia sendiri, artinya harus berakar pada kebudayaan suku-suku bangsa yang ada di
Nusantara. Dianjurkan pula agar manusia Indonesia banyak mempelajari sejarah kebudayaan
sendiri.

4. Ki Hajar Dewantara

Pendapatnya hampir sama dengan Poerbatjaraka, yaitu bahwa kebudayaan nasional Indonesia
adalah puncak-puncak kebudayaan daerah. Dalam hal ini Ki Hadjar Dewantara telah memasukan
aspek mutu, karena ungkapan puncak berarti unsur-unsur kebudayaan daerah yang paling tinggi
mutunya.

Konsep dari Sutan Takdir Alisjahbana dan Poerbatjaraka nampaknya terdapat semacam
kompromi, yaitu dengan mengusulkan suatu gagasan mengenai pendidikan nasional yang harus
didasarkan pada kebudayaan Indonesia. Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan yang
memiliki inti (kultur), sedangkan kulit bersifat peradaban barat. Dengan demikian, dibuat
pernyataan bahwa kultur Indonesia dan peradaban (boleh) Barat. Konsep-konsep tersebut
akhirnya tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 mengenai kebudayaan nasional.

Seorang ahli antropologi Indonesia Koentjaraningrat menjelaskan mengenai fungsi


kebudayaan nasional sebagai berikut.

1. Kebudayaan Nasional merupakan suatu sistem gagasan dan pralambang yang


memberikan identitas kepada warga negara Indonesia.
2. Kebudayaan Nasional merupakan suatu sistem gagasan dan pralambang yang
dapat dijadikan atau dipakai oleh semua warga negara Indonesia yang Bhinneka
itu saling berkenalan dan dengan demikian dapat memperkuat kesetiakawanan
atau solidaritas. Lebih lanjut Koentjaraningrat menjelaskan bahwa suatu unsur
kebudayaan dapat berfungsi menjadi unsur kebudayaan nasional, jika memiliki
tiga syarat sebagai berikut.
a. Hasil karya rakyat Indonesia atau hasil karya jaman lampau yang berasal
dari daerah-daerah yang sekarang termasuk wilayah Indonesia.
b. Hasil karya rakyat Indonesia dengan tema pikirannya harus mengandung
ciri-ciri khas Indonesia.
c. Hasil karya rakyat Indonesia yang menjadi kebanggaan banyak orang dan
oleh karenanya mereka mengidentifikasikan dirinya pada unsur-unsur
kebudayaan tersebut.
Kebudayaan Populer

Kebudayaan populer sering kali disingkat menjadi kebudayaan pop. Kebudayaan ini tidak
dapat dikatakan sebagai kebudayaan yang serius dan mapan. Walaupun demikian kebudayaan ini
melekat di masyarakat dengan sifat yang relatif berubah-ubah. Sebagai contoh mode atau
fashion, hanya berlaku pada saat tertentu saja, sehingga dinamakan kebudayaan pop.

Kebudayaan pop diciptakan tidak sejalan dengan norma-norma resmi dari kebudayaan
tinggi dan tidak pula mendapat pengakuan dari kaum elite kebudayaan. Untuk memahami apa itu
kebudayaan pop lihat saja misalnya lagu pop. Lagu pop hanya ramai dan diminati orang pada
saat tertentu saja, setelah lewat beberapa waktu maka lagu tersebut dilupakan. Demikian halnya
kebudayaan pop dinamakan demikian sebab kebudayaan yang demikian itu tidak bertahan lama.
contoh-contohnya berikut ini.

Pakaian

Jenis lagu atau musik.

Bacaan novel.

Istilah dalam bahasa.

Perilaku.

Penampilan.

Film.

Berdasarkan contoh-contoh tadi, maka kebudayaan pop merupakan kebudayaan yang ada
di dalam masyarakat tetapi tidak melekat dan tidak diterima secara umum. Kebudayaan pop
biasanya berlaku pada usia tertentu, kelompok tertentu, jenis kelamin tertentu, atau generasi
tertentu.

Contoh:

1) Pakaian yang dikenal dengan sebutan “you can see” hanya digandrungi oleh kalangan
remaja putri, kaum ibu tidak menyukainya. Dengan demikian pakaian jenis itu hanya
disukai kelompok usia tertentu saja.
2) Jenis musik keras yang beraliran “metal” hanya disukai kalangan remaja, terutama remaja
putra. Produk kebudayaan pop ini pun hanya disukai oleh kelompok usia tertentu saja.
3) Mode celana panjang pria misalnya saling berganti muncul dan tenggelam. Pada era
tahun 70-an para remaja putra amat menyukai celana panjang “cut bray”, lalu berganti
dengan “bray bray”. Agak mendekati era tahun 90-an munculah model celana “bagy”,
lalu “semi bagy”, dan seterusnya.
Kebudayaan pop dapat juga disebut sebagai kebudayaan massa. Kebudayaan massa lahir
sebagai hasil lingkungan industri yang telah berkembang. Dalam hubungan ini kebudayaan
massa merupakan bagian dari kegiatan komersial dari para pengusaha. Oleh karena itu
kebudayaan pop atau kebudayaan massa memiliki sifat sebagai berikut:

(1) komersial,

(2) menghibur,

(3) populer, dan

(4) modern.

Kebudayaan pop bermula muncul di daerah perkotaan, kemudian menyebar ke pinggiran


kota. Bahkan masyarakat pedesaan juga ikutikutan meniru perilaku masyarakat perkotaan,
terutama dalam hal gaya hidup yang dianggapnya modern. Dengan demikian, kebudayaan pop
merupakan produk kota yang menyebar ke pedesaan sambil menyebarkan:.

Cita-cita kota.

Gaya hidup kota, dan

Harapan-harapan kota.

Munculnya kebudayaan pop di perkotaan berawal dari pertambahan penduduk kota.


Pertambahan penduduk kota akibat perpindahan penduduk dari perdesaan ke perkotaan dikenal
degan sebutan urbanisasi.

Kebudayaan yang hidup dalam masyarakat perkotaan, lambat laun akan diserap oleh para
pendatang. Dengan demikian proses urbanisasi itu bukan saja menghasilkan urbanisasi fisik
(menjadi penduduk perkotaan) juga akan terjadi urbanisasi mental (meniru gaya hidup
perkotaan).

Kehidupan perkotaan menuntut penduduknya untuk memilih gaya hidup yang beraneka
macam dan bersifat konsumtif. Gaya hidup demikian merupakan budaya yang sebelumnya tidak
dikenal, atau sebagai kebudayaan baru. Gaya hidup konsumtif ini memang tersedia dan
ditawarkan dalam berbagai media massa untuk dibeli dan dinikmati oleh mereka yang memiliki
uang. Oleh karena itu adanya gaya hidup seperti ini akan terjadi pengelompokan masyarakat
berdasar kekuatan ekonomi dengan gaya hidup masing-masing.
Gaya hidup beberapa kelompok masyarakat kota yang eksklusif dianggap sebagai
lambang masyarakat modern. Gaya hidup ini tidak memiliki kemapanan sebagai budaya yang
tinggi, melainkan bersifat hanya sesaat. Pada waktu yang lain gaya hidup tersebut dapat
tergantikan oleh gaya hidup yang berbeda, apabila datang gaya hidup yang dianggapnya lebih
baik.

Contoh:

1) Mode (fashion) merupakan kebudayaan pop yang terus berubah sesuai dengan selera
masyarakat yang berlaku pada suatu saat. Perubahan mode pakaian yang sangat mencolok atau
cepat sekali mengalami perubahan adalah mode pakaian wanita, dengan segala bentuk dan waktu
untuk dipakainya. Misalnya, di luar pakaian seragam dan kedinasan seperti :

pakaian pengantin,

pakaian untuk santai (casual),

pakaian pesta,

pakaian siang,

pakaian malam,

pakaian berdasarkan musim.

2) Dalam bidang kesenian, banyak sekali mengalami perkembangan dan perubahan dari waktu
ke waktu, baik seni tradisional maupun seni yang berasal dari barat. Perubahan yang terjadi pada
seni tradisional sangat mencolok. Di Jawa Barat, misalnya, terdapat sebuah kesenian tradisional
yang bernama “Wayang Golek”. Pada mulanya wayang golek dipertontonkan pada malam hari.
Cerita yang dimainkan penuh dengan falsafah hidup. Dalam cerita itu mengandung pertikaian
antara kebaikan dengan keburukan. Pada akhir cerita kebaikan selalu tampil sebagai pemenang. P
ada saat larut malam baru keluar “panakawan”, yakni tokoh jenaka yang menghibur penonton
agar tidak mengantuk. Lama kelamaan wayang golek bergeser dari pakem dan menjadi
kebudayaan pop dengan tujuan agar tidak ditinggalkan oleh masyarakat penontonnya. Maka
muncullah wayang golek modern dengan suasana yang lebih hidup. Wayang golek modern
dimainkan oleh empat orang dalang pada panggung pertunjukkan yang luas. Alur cerita pun
dikemas sedemikian rupa sehingga lebih atraktif dan jenaka. Para panakawan tidak lagi muncul
pada tengah malam, akan tetapi sudah dapat muncul pada awal-awal pagelaran. Walaupun
demikian falsafah hidup masih tetap dimasukkan ke dalam cerita yang sedang berlangsung.
Selain itu, untuk memeriahkan suasana pertunjukkan, maka dibuatlah kreasikreasi yang membuat
kagum penonton seperti, kepala pecah, muntah mie, muntah darah (menggunakan air minuman
ringan yang merah), kepala terbakar, dan lain-lain. Inilah salah satu bentuk pergeseran kesenian
tradisional menjadi kebudayaan pop yang disesuaikan dengan perkembangan dan keinginan
masyarakat, sehingga masyarakat tetap mencintai kesenian tradisionalnya.

3) Dalam hal seni musik, terjadi pula banyak perubahan terutama pada jenis aliran musik. Jenis
aliran musik yang selalu berganti-ganti penggemar di antaranya adalah dangdut, rock and roll,
pop, jazz, country, dan rock.

Contoh:

 Pada saat perang mempertahankan kemerdekaan (1945 – 1950) telah muncul lagu-lagu
perjuangan karangan Ismail Marzuki. Pada saat itu lagu-lagu tersebut dinyanyikan dalam
irama keroncong. Kemudian iramanya banyak diubah menjadi lagu pop. Hingga sekarang
lagu-lagu Ismail Marzuki dapat dinyanyikan sebagai lagu keroncong dan lagu pop.
 Pada tahun 1960-an mulai banyak digemari jenis lagu pop yang berasal dari barat
maupun dari Indonesia sendiri yang terus bertahan hingga sekarang. Kemudian muncul
musik dari barat sebagai aliran musik baru yang dibawa oleh the Beatles yaitu rock and
roll. Jenis aliran musik yang lain seperti Rock, pernah berjaya di pertengahan dekade 70-
an sampai awal dekade 80-an. Jenis aliran jazz atau country perkembangannya biasa-
biasa saja, karena penggemarnya pun terbatas dan tidak sebanyak musik pop ataupun
rock. Pada akhir 80-an muncul jenis musik yang sangat hingar bingar melebihi musik
rock yang digemari oleh anak-anak muda seusia anak SMU yang dikenal dengan nama
jenis aliran metal. Dengan demikian, bahwa jenis-jenis musik dan alirannya di Indonesia
mengalami turun naik yang sejalan dengan kesenangan anak muda saat itu. Akhir-akhir
ini muncul pula jenis musik yang menggabungkan beberapa aliran yang dikenal dengan
sebutan musik alternatif.
 Perkembangan musik di Indonesia yang paling menarik adalah jenis aliran musik
dangdut. Musik ini merupakan perpaduan antara musik melayu dengan musik yang
berasal dari India, kemudian dikemas sedemikian rupa hingga menjadi musik dangdut.
Pada mulanya musik dangdut hanya berkembang di kalangan kelas bawah. Selanjutnya
musik dangdut berkembang mencapai kelas menengah berkat kegigihan para musisi,
penyanyi yang berjuang ke arah itu.
Demikianlah kondisi musik di Indonesia muncul dan tenggelam tergantung pada selera
masyarakat sebagai pendukungnya. Walaupun demikian terdapat aliran musik yang bertahan
dengan lagu-lagu yang relatif abadi dan tidak menjadi kebudayaan pop yakni aliran musik
keroncong, seriosa dan klasik.

Berdasarkan uraian di atas kita dapat menarik kesimpulan tentang perbedaan antara kebudayaan
tinggi dengan kebudayaan pop sebagai berikut.

 Kebudayaan tinggi adalah kebudayaan yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
dan masyarakat sendiri yang mencipta, mempertahankan, bahkan mengembangkan
budaya yang merupakan bagian dari kehidupannya.
 Kebudayaan pop adalah cuplikan atau bagian dari kebudayaan tinggi yang sifatnya serba
relatif dan selalu berubah, tergantung pada waktu, tempat, dan pendukungnya.
 Kebudayaan pop merupakan kebudayaan yang berlaku pada waktu yang singkat,
kemudian akan dilupakan. Walaupun demikian kebudayaan ini penting sebagai hiburan
masyarakat yang selalu menginginkan perubahan dan hal-hal yang baru. Sehingga pada
tingkatan yang komersial bahwa kebudayaan tidak semata-mata sebagai hasil inovasi
kreasi manusia saja, melainkan perlu memperhitungkan daya beli konsumen yang akan
membeli hasil ciptaan tersebut. Dengan kata lain, “kebudayaan tinggi peranan utamanya
ada pada produsen, maka kebudayaan pop lebih ditentukan oleh para konsumen”.

Keragaman Budaya
Kita sudah mempelajari keragaman suku bangsa di Indonesia. Tiap suku bangsa memiliki adat
istiadat dan budaya sendiri. Budaya dan adat istiadat daerah dapat kita jumpai dalam hidup sehari
- hari. Maka terbentuklah bermacam - macam adat istiadat dan budaya sendiri. Mari kita bahas
bentuk - bentuk keragaman budaya bangsa Indonesia dalam aspek - aspek berikut.

a. Bahasa Daerah

Setiap suku bangsa mempunyai bahasa daerah yang khas. Ada bahasa Jawa, bahasa
Minangkabau, bahasa Sunda, bahasa Batak, bahasa Madura, dan sebagainya.

b. Adat Istiadatnya
Ada bermacam - macam adat istiadat. Contohnya upacara adat yang dipakai waktu orang
menikah, waktu orang melahirkan, waktu orang meninggal, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Kadang - kadang, upacara - upacara ini dipadukan dalam agama yang dianut masyarakat.
Meskipun berbeda - beda, adat istiadat ini menunjukkan kekayaan budaya yang sangat indah
yang dimiliki bangsa Indonesia. Bagaimana dengan adat istiadat di daerahmu? Coba ceritakan
bagaimana upacara perkawinan atau kematian di daerahmu. Bagaimana masyarakat di daerahmu
menyambut kelahiran bayi, menyelenggarakan upacara pemotongan rambut bayi, sunatan, dan
sebagainya? Coba ceritakan semuanya ini kepada teman - temanmu.

c. Bentuk Rumah Adat

Bentuk rumah suku - suku bangsa yang ada di Indonesia juga bermacam - macam. Misalnya:

 Rumah adat Sumatera Barat disebut Rumah Gadang.


 Rumah adat Jawa Tengah dan Yogyakarta disebut Rumah Joglo.

 Rumah adat Sulawesi Utara disebut Rumah Pewaris.

 Rumah adat suku Toraja disebut Rumah Tongkanan.

 Rumah Betang di Kalimantan Tengah.

 Rumah Lobo di Sulawesi Tengah.


d. Kesenian Daerah

Ada bermacam-macam kesenian daerah, misalnya alat musik, tarian, lagu, dan seni pertunjukan.
Berikut ini beberapa contoh alat musik daerah.

 Alat musik Gamelan (Jawa).


 Alat musik Kolintang (Minahasa).

 Alat musik Calung dan Angklung (Jawa Barat).

 Alat musik Sasando (Kupang).

 Alat musik Gambang Kromong (Betawi).

e. Pakaian Adat
Selain fungsi utamanya sebagai penutup tubuh, pakaian juga menunjukkan budaya suatu daerah.
Berbagai suku bangsa memiliki pakaian tradisionalnya sendiri.

f. Senjata Tradisional

Setiap daerah mempunyai senjata tradisionalnya sendiri - sendiri. Misalnya:

 Badik, Golok, Trisula, Keris, dan Tombak sering dipakai orang Betawi
 Rencong adalah senjata tradisional dari Aceh

 Kujang adalah senjata tradisional dari Jawa Barat

 Keris adalah senjata tradisional dari Jawa

g. Makanan Khas Daerah


 Makanan khas orang Betawi antara lain Gado - gado, Ketoprak, Nasi Uduk, dan Kerak
Telor.
 Masyarakat Maluku memiliki makanan khas yang disebut Dabudabu Sesi.

 Masyarakat Yogyakarta memiliki makanan khas yang disebut Gudeg.

 Masyarakat Palembang memiliki makanan khas yang disebut Pempek.


 Masyarakat Sumatera Barat memiliki makanan khas yang disebut Rendang.

h. Lagu - Lagu Daerah

Setiap daerah di nusantara ini memiliki berbagai lagu tradisional. Misalnya:

 Gambang Suling dan Ilir - ilir dari Jawa Tengah.


 Bubuy Bulan adalah lagu tradisional dari Jawa Barat.

 Injit - injit Semut adalah lagu tradisional dari Jambi.

 Sapu Tangan Bapuncu adalah lagu tradisional dari Kalimantan Selatan.

 Soleram adalah lagu tradisional dari Riau.

 Ampar - ampar Pisang dari Kalimantan Selatan.

 Kalayar dan Tumpi Wayu dari Kalimantan Tengah.

 Angin Mamiri dari Sulawesi Selatan.

 Apuse dan Yamko Rambe Yamko dari Papua

 Bungeng Jeumpa dari Nangroe Aceh Darussalam.

 Burung Tentiana dan O Ulate dari Maluku.

 Sinanggar Tulo dari Sumatera Utara.

 Kicir-kicir dan Keroncong Kemayoran dari Jakarta.

Penyebab Keragaman Suku dan Budaya

Masyarakat kita adalah masyarakat yang majemuk. Disebut masyarakat majemuk karena
masyarakat kita berasal dari berbagai macam suku, agama, ras, dan budaya. Di daerah kita, kita
bisa menemukan beberapa suku bangsa yang ada di Indonesia. Apa yang menyebabkan
masyarakat menjadi masyarakat yang beragam? Masyarakat menjadi beragam karena orang-
orang dari berbagai daerah di Indonesia datang dan menetap di suatu tempat. Mereka membawa
kebudayaan dan adat istiadat mereka ke tempat tinggal mereka yang baru. Hal-hal yang
menyebabkan keragaman budaya di suatu daerah antara lain adalah:

1. Agama

Agama yang dianut warga masyarakat di antaranya adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Buddha, dan Konghucu. Selain agama - agama ini, masih banyak lagi aliran kepercayaan.

2. Adat Istiadat

Karena masyarakat suatu daerah terdiri dari penduduk asli dan pendatang, maka adat istiadatnya
pun beraneka macam.

3. Tingkat Pendidikan

Warga masyarakat ada yang lulusan Perguruan Tinggi, SLTA, SLTP, SD. Tetapi ada juga yang
tidak sekolah. Akibatnya masih ada yang buta huruf.

4. Macam - Macam Jenis Pekerjaan

Ada orang yang bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, pedagang, pelaut, petani, buruh
pabrik, pemulung. Tetapi ada juga yang pengangguran.

Pentingnya Menjaga Persatuan dalam Keberagaman

Kita sudah mempelajari beberapa bentuk keragaman bangsa Indonesia. Dalam keadaan
serba beragam itu, kita harus menjaga persatuan. Mengapa persatuan penting bagi bangsa kita?
Mari kita memulai membahasnya dengan kegiatan berikut!

Kita pernah menonton lomba panjat pinang, bukan? Lomba tersebut biasa diadakan pada
perayaan HUT Kemerdekaan RI. Kita bisa belajar arti persatuan dari lomba panjat pinang. Apa
hikmah yang dapat kita petik? Berikut ini uraiannya. Peserta lomba akan mendapatkan hadiah
jika bisa mencapai puncak. Namun, untuk mencapainya tidak mudah. Batang pinang sangat licin
karena dilumuri minyak oli.
Peserta harus berjuang mati - matian untuk mendapatkan hadiah. Ini berarti untuk
mencapai tujuan diperlukan perjuangan. Peserta lomba dibagi dalam beberapa kelompok.
Anggota kelompok belum tentu dari golongan yang sama. Mungkin suku, agama, pekerjaan, dan
RT mereka berbeda - beda. Tapi tujuan mereka sama, mencapai puncak dan mendapatkan hadiah.
Bangsa Indonesia juga demikian. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa. Namun,
bangsa Indonesia mempunyai tujuan yang sama. Tujuannya adalah menciptakan masyarakat adil
dan makmur. Kelompok mana yang bisa memenangkan lomba panjat pinang? Biasanya
kelompok yang bersatu dan bekerja sama. Mereka bersatu untuk mencapai puncak dan
mendapatkan hadiah. Mereka bekerja sama dan mengatur peran. Dengan cara tersebut kelompok
bisa mencapai puncak. Dari sana kita bisa mengerti arti penting persatuan. Dengan persatuan kita
bisa kuat. Dengan persatuan dan kerja sama kita bisa mencapai tujuan. Ini sesuai dengan
peribahasa “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Bangsa Indonesia juga bisa kuat dan jaya
jika bersatu. Namun jika tidak bersatu, kita akan lemah. “Bhinneka Tunggal Ika”. Ingat
semboyan itu?

Kita bisa menemukan semboyan itu di kaki burung Garuda Pancasila. Bhinneka Tunggal
Ika adalah semboyan negara kita. Apa arti semboyan Bhinneka Tunggal Ika? Bhinneka Tunggal
Ika berarti berbeda - beda tetapi tetap satu. Mengapa semboyan itu dipilih oleh para pendiri
negara kita? Semboyan itu sesuai dengan keadaan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia dari
berbagai suku bangsa. Akan tetapi, bangsa Indonesia merupakan satu kesatuan.

Menghargai Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Dalam Hidup Bermasyarakat

Seperti yang sudah kamu pelajari, masyarakat Indonesia sangat beragam. Ada banyak suku,
bangsa, bahasa, adat istiadat, dan kesenian di Indonesia. Apakah karena perbedaan - perbedaan
itu kita harus saling bermusuhan? Bagaimana seharusnya kita menyikapi semua bentuk
keanekaragaman ini? Masih ingat lomba panjat pinang di depan. Apa yang terjadi jika kelompok
yang ikut lomba tidak bersatu? Pasti mereka gagal mencapai tujuan, yakni kemenangan. Hadiah
pasti tidak mereka terima. Sebagai bangsa yang beragam, kita juga harus bersatu. Dengan bersatu
kita bisa mencapai tujuan. Tujuan yang ingin kita capai adalah masyarakat adil dan makmur. Kita
ingin mencapai kesejahteraan hidup secara bersama. Bagaimana kita bisa bersatu sementara kita
berbeda - beda? Kita bisa bersatu kalau kita saling menghargai. Kita juga harus berani menerima
perbedaan. Bagaimana cara menghargai keragaman suku bangsa dan budaya? Caranya antara
lain sebagai berikut.

 Menerima dan menghargai suku, agama, budaya, dan adat istiadat orang lain.
 Ikut memelihara, melestarikan, dan mengembangkan tradisi dan budaya yang ada dalam
masyarakat.

 Melakukan dialog antarsuku, agama, dan golongan. Dialog ini dapat mengurangi rasa
saling curiga dan permusuhan.

 Tidak menganggap suku sendiri yang paling baik dan suku yang lain jelek.

 Tidak meremehkan dan menghina adat istiadat, kebiasaan, dan hasil kesenian suku
bangsa lain.

 Menghormati suku, agama, budaya, dan adat istiadat orang lain.

 Kalau menjadi pemimpin masyarakat, kita harus melindungi semua golongan yang ada
dalam masyarakat.

Keanekaragaman Suku Bangsa di Indonesia

Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk. Hal ini
tercermin dari semboyan “Bhinneka tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu.
Kemajemukan yang ada terdiri atas keragaman suku bangsa, budaya, agama, ras, dan bahasa.

Adat istiadat, kesenian, kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang dimiliki oleh suku-
suku bangsa yang ada di Indonesia memang berbeda, namun selain perbedaan suku-suku itu juga
memiliki persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan, dan kehidupan sosialnya
yang berasaskan kekeluargaan.

1. Persebaran Daerah Asal Suku Bangsa di Indonesia


Suku bangsa addalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan
kesatuan kebudayaan. Orang-orang yang tergolong dalam satu suku bangsa tertentu, pastilah
mempunyai kesadaran dan identitas diri terhadap kebudayaan suku bangsanya, misalnya dalam
penggunaan bahasa daerah serta mencintai kesenian dan adat istiadat.

Suku-suku bangsa yang tersebar di Indonesia merupakan warisan sejarah bangsa,


persebaran suku bangsa dipengaruhi oleh factor geografis, perdagangan laut, dan kedatangan
para penjajah di Indonesia. perbedaan suku bangsa satu dengan suku bangsa yang lain di suatu
daerah dapat terlihat dari ciri-ciri berikut ini.

a. Tipe fisik, seperti warna kulit, rambut, dan lain-lain.

b. Bahasa yang dipergunakan, misalnya Bahasa Batak, Bahasa Jawa, Bahasa


Madura, dan lain-lain.

c. Adat istiadat, misalnya pakaian adat, upacara perkawinan, dan upacara kematian.

d. Kesenian daerah, misalnya Tari Janger, Tari Serimpi, Tari Cakalele, dan Tari
Saudati.

e. Kekerabatan, misalnya patrilineal(sistem keturunan menurut garis ayah) dan


matrilineal(sistem keturunan menurut garis ibu).

f. Batasan fisik lingkungan, misalnya Badui dalam dan Badui luar.

Sikap Menghormati Keragaman Suku Bangsa

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa kita yang mengungkapkan persatuan
dan kesatuan yang berasal dari keanekaragaman. Walaupun kita terdiri atas berbagai suku yang
beranekaragam budaya daerah, namun kita tetap satu bangsa Indonesia, memiliki bahasa dan
tanah air yang sama, yaitu bahasa Indonesia dan tanah air Indonesia. Begitu juga bendera
kebangsaan merah putih sebagai lambang identitas bangsa dan kita bersatu padu di bawah
falsafah dan dasar negara Pancasila.

Kita sebagai bangsa Indonesia harus bersatu padu agar manjadi satu kesatuan yang bulat
dan utuh. Untuk dapat bersatu kita harus memiliki pedoman yang dapat menyeragamkan
pandangan kita dan tingkah laku kita dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, akan
terjadi persamaan langkah dan tingkah laku bangsa Indonesia. Pedoman tersebut adalah
Pancasila, kita harus dapat meningkatkan rasa persaudaraan dengan berbagai suku bangsa di
Indonesia.

Membiasakan bersahabat dan saling membantu dengan sesama warga yang ada di
lingkungan kita, seperti gotong royong akan dapat memudahkan tercapainya persatuan dan
kesatuan bangsa. Bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa, dan
sehati dalam kekuatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu
kesatuan wilayah.

Dalam mengembangkan sikap menghormati terhadap keragaman suku bangsa, dapat


terlihat dari sifat dan siksp dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. kehidupan bermasyarakat tercipta kerukunan seperti halnya dalam sebuah


keluarga.
b. antara warga masyarakat terdapat semangat tolong menolong, kerjasama untuk
menyelesaikan suatu masalah, dan kerjasama dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.

c. dalam menyelesaikan urusan bersama selalu diusahakan dengan melalui


musyawarah.

d. terdapat kesadaran dan sikap yang mengutamakan kepentingan bersama di atas


kepentingan pribadi dan golongan.

Sikap dan keadaan seperti tersebut di atas harus dijunjung tinggi serta dilestarikan. Untuk
lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, kita dapat melaksanakan pertukaran
kesenian daerah dari seluruh pelosok tanah air. Dengan adanya kegiatan pertukaran kesenian
daerah tersebut dan memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia, antara lain:

a. dapat saling pengertiaan antarsuku bangsa


b. dapat lebih mudah mencapai persatuan dan kesatuan
c. dapat mengurangi prasangka antar suku

d. dapat menimbulkan rasa kecintaan terhadap tanah air dan bangsa

Sikap Menghormati Budaya di Indonesia

Kita mengetahui bahwa Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan penduduknya
terpencar-pencar di berbagai pulau. Tiap penduduk tinggal di lingkungan kebudayaan daerahnya
masing-masing. Ini artinya, di Indonesia terdapat banyak ragaman kebudayaan. Perbedaan
tersebut antara lain dalam hal:

a. cara berbicara
b. cara berpakaian

c. mata pencaharian

d. adat istiadat

Keanekaragaman budaya jangan dijadikan sebagai perbedaan, tetapi hendaknya dijadikan


sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Kita selaku bangsa Indonesia mempunyai kewajiban untuk
selalu melestarikan kebudayaan yang beraneka ragam tersebut.
Di samping itu, dengan mendalami kebudayaan yang beraneka ragam tersebut, wawasan kita
akan bertambah sehingga kita tidak akan menjadi bangsa yang kerdil. Kita dapat menjadi bangsa
yang mau dan mampu menghargai kekayaan yang kita miliki, yang berupa keanekaragaman
kebudayaan tersebut.

Sikap saling menghormati budaya perlu dikembangkan agar kebudayaan kita yang terkenal
tinggi nilainya itu tetap lestari, tidak terkena arus yang datang dari luar. Melestarikan
kebudayaan nasional harus didasari engan rasa kesadaran yang tingi tanpa adanya paksaan dari
siapapun.
Dalam rangka pembinaan kebudayaan nasional, kebudayaan daerah perlu juga kita
kembangkan, karena kebudayaan daerah mempunyai kedudukan yang sangat penting.
Pembinaan kebudayaan daerah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. pertukaran kesenian daerah


b. pembentukan organisasi kesenian daerah

c. penyebarluasan seni budaya, antara lain melalui radio, TV, surat kabar serta
majalah

d. penyelenggaraan seminar mengenai seni budaya daerah

e. membentuk sanggar tari daerah

f. mengadakan pentas kebudayaan

KERAGAMAN BUDAYA SEBAGAI PEREKAT BANGSA

Kembali berseteru dengan pemikiranku sendiri. Beberapa buku yang ‘terpaksa’ ku baca
untuk memenuhi tugas kuliah malah membuat hal yang menarik dalam pemikiran baru yang
memang tengah ku perjuangkan keberadaannya. Khususnya ketika membuat makalah mengenai
keragaman budaya sebagai perekat nasionalisme.

Hal yang mungkin kurang update dalam opini yang tengah berkembang saat ini yang
lebih condong pada masalah hak asasi manusia yang mulai di jajah di berbagai tempat. Namun
tak bisa dianggap sepele saat kita berbicara tentang kultural Indonesia yang memang beragam
agaknya bukan hal yang lapuk untuk dijadikan perbincangan.apalagi untuk di ulas dalam
berbagai perbincangan.

Keberagaman budaya di Indonesia telah ada sejak dahulu. Hal ini tidak dapat di pungkiri
karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai komunitas.Dapat dicatat bahwa Indonesia
memiliki 13.667 pulau yang tersebar dari sabang hingga merauke. Yang dihuni dan di namai
setidaknya 6000 pulau, disana dapat di simpulkan bahwa Indonesia bukan negara yang kecil dari
kuantitas luas wilayahnya setidaknya itu dapat menjadi aset saat pemiliknya menyadari dan dapat
memanfaatkannya secara maksimal.

Penduduk Indonesia ada 200 juta lebih , hal tersebut adalah kelebihan pula. Banyak hal
yang dapat di jadikan referensi untuk menjadi tonggak pemaksimalan dari segala aspek.
Penduduk dengan kuantitas yang besar itu juga harus di dukung oleh kualitas yang baik pula.
Bagaimana pendidikan di Indonesia hingga fasilitas kesehatan yang dapat mendukung
perkembangan yang ada di Indonesia.

Indonesia memiliki 30 kesatuan suku bangsa yang berbeda. Setiap wilayah di Indonesia
memiliki ke khas-an tersendiri. Hal ini dapat menjadi suatu tahapan awal untuk pariwisata luar
biasa di Indonesia. Bagaimana pengelolaan yang ada di Indonesia dapat di dukung dengan
komponen yang baik. Dari mulai pemenuhan sarana prasarana yang mendukung hingga apresiasi
pada keberagaman yang telah ada.

Andre Ata Ujan dkk,2009 : 34 mengutarakan bahwa keanekaragaman budaya itu tidak
mengandaikan satu perbedaan yang tidak terjembatani. Hal itu merupakan sebuah proses
perbaikan yang ada di Indonesia bahwa bangsa yang memiliki keberagaman budaya bukan
berarti terpecah belah. Namun dengan adanya berbagai pengelolaan dapat di dijadikan sebuah
modal Indonesia yang tak ternilai harganya.

Paham tentang keberagaman budaya memang harus melalui proses. Tidak dapat di
pungkiri pula permasalahan yang ada berawal dari perbedaan pola pokir dan tindakan setiap
kelompok yang ada. Hal ini dapat terjadi dengan banyak alasan dari mulai faktor
keturunan,kebutuhan dan hubungan sosial.

Indonesia terdiri dari berbagai keragaman budaya,harus adanya kegiatan dan pranata
khusus untuk setiap elemen masyarakatnya. Adanya paham mengenai pluralisme yang sifatnya
untuk saling menghargai dan mengkormati satu sama lain. Perbedaan dapat berfungsi penting
untuk mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial masyarakat. Namun dengan
adanya pluralisme kita dapat hidup berdampingan walau berbeda dengan saling menghormati.
Hingga keberagaman Indonesia menjadi kekayaan budaya Indonesia yang merupakan sebuah
kebanggaan tanpa adanya egoisme kepentingan golongan atau lebih luas untuk kepentingan
politik semata.

Kesatuan Indonesia dalam bentuk bangsa merupakan hal yang wajib untuk selalu di jaga.
Hal itu dapat di mulai dengan meningkatkan toleransi dan apresiasi antarbudaya. Adanya usaha
untuk pengenalan ciri khas budaya tertentu hingga mulai adanya advokasi untuk pengertian
tentang pemahaman tentang kulturalisme. Peran media massa juga penting , yaitu dengan adanya
komunikasi dan menampilkan informasi apresiatif terhadap budaya masyarakat lain.

Pada dasarnya pendidikan merupakan proses humanisasi dalam hal ini menekanan
pembentukan mahkluk sosial yang mempunyai otonomi moral dan kedaulatan budaya. Hingga
pada dasarnya manusia dapat melakukan pengelolaan terhadap konflik , menghargai
kemajemukan dan permasalahan silang budaya. Hingga adanya pendidikan dari mulai keluarga,
sekolah hingga lingkungan di sekitarnya dapat mendidik individu di Indonesia untuk dapat
menghargai perbedaan.

Keberagaman budaya yang dimiliki Indonesia ini dapat menjadi alat pemersatu bangsa.
Pada contohnya adanya pagelaran budaya. Pagelaran budaya yang dapat di contohkan kemarin
adalah pembukaan dan penutupan Sea Games yang terselenggara dapat menjadi tolak ukur
begitu luar biasanya Indonesia dengan keberagaman budayanya. Dapat kita tau bahwa pada detik
itu Indonesia berada pada satu titik dimana nasionalisme hingga kebanggaan jadi satu dalam
gempita lampu dan semaraknya acara yang diselenggarakan sebagai salah satu ajang pengenalan
budaya Indonesia pula.

Hal tersebut tidak lepas dari peran media. Media yang penting untuk adanya pertukaran
informasi bukan hanya dari dalam negeri namun hingga ke luar negeri. Tak ada lagi sekat negara
dan jarak jika sudah ada media. Bagaimana internet menjadi mudah di akses dan itu menjadi
salah satu ajang promosi untuk dapat lebih menarik pengunjung dan wisatawan hingga
meningkatkan ekonomi dan pendapatkan sekitar. Hingga terjadi korelasi dengan ekonomi
masyarakat yang ada di Indonesia.

UNESCO pada tanggal 20 november 2011 yang di kutip dari Harian Kompas
menyebutkan telah adanya deklarasi untuk menjaga keragaman budaya yang di adakan di
Paris ,Prancis. Deklarasi tersebut mempunyai dua tujuan yaitu untuk melestarikan
keanekaragaman budaya sebagai harta yang wajib di jaga dan tidak boleh dianggap warisan yang
tidak berubah melainkan sebuah proses yang menjamin kelangsungan hidup manusia. selain itu
juga untuk menghindari segregasi dan fundalisme yang menghalalkan perbedaan atas nama
kebudayaan yang bertentangan dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

BAB IV

BUDAYA dan AGAMA


Pengertian Kebudayaan. Banyak berbagai definisi tentang kebudayaan yang telah di
paparkan oleh para ahli. Dari berbagai definisi dapat diperoleh kesimpulan mengenai pengertian
kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide
atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Kata budaya atau kebudayaan itu sendiri berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Secara lebih rinci, banyak hal-hal
yang dapat kita pelajari tentang definisi kebudayaan. Bagaimana cara pandang kita terhadap
kebudayaan, serta bagaimana cara untuk menetrasi kebudayaan yang faktanya telah
mempengaruhi kebudayaan lain.

1. Definisi Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan
dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya
ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya
seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan
“kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-
anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan
nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.

Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

2. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan


Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu
adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,


yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

3. Cara pandang terhadap kebudayaan

3.1 Kebudayaan Sebagai Peradaban

Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan “budaya” yang dikembangkan di Eropa
pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang “budaya” ini merefleksikan adanya
ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya. Mereka
menganggap ‘kebudayaan’ sebagai “peradaban” sebagai lawan kata dari “alam”. Menurut cara
pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu
kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.

Pada prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan aktivitas yang “elit”
seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan musik klasik,
sementara kata berkebudayaan digunakan untuk menggambarkan orang yang mengetahui, dan
mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas. Sebagai contoh, jika seseorang
berpendendapat bahwa musik klasik adalah musik yang “berkelas”, elit, dan bercita rasa seni,
sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang kampungan dan ketinggalan zaman,
maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah “berkebudayaan”.

Orang yang menggunakan kata “kebudayaan” dengan cara ini tidak percaya ada
kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan menjadi
tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini, seseorang yang memiliki
kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang “berkebudayaan” disebut sebagai orang yang
“tidak berkebudayaan”; bukan sebagai orang “dari kebudayaan yang lain.” Orang yang “tidak
berkebudayaan” dikatakan lebih “alam,” dan para pengamat seringkali mempertahankan elemen
dari kebudayaan tingkat tinggi (high culture) untuk menekan pemikiran “manusia alami” (human
nature)

Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antara
berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu -berkebudayaan dan tidak
berkebudayaan- dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai
perkembangan yang merusak dan “tidak alami” yang mengaburkan dan menyimpangkan sifat
dasar manusia. Dalam hal ini, musik tradisional (yang diciptakan oleh masyarakat kelas pekerja)
dianggap mengekspresikan “jalan hidup yang alami” (natural way of life), dan musik klasik
sebagai suatu kemunduran dan kemerosotan.

Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan antara kebudayaan
dengan alam dan konsep monadik yang pernah berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan
yang sebelumnya dianggap “tidak elit” dan “kebudayaan elit” adalah sama – masing-masing
masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan. Pengamat sosial
membedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular culture) atau pop kultur,
yang berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.

3.2 Kebudayaan sebagai “sudut pandang umum”

Selama Era Romantis, para cendekiawan di Jerman, khususnya mereka yang peduli
terhadap gerakan nasionalisme – seperti misalnya perjuangan nasionalis untuk menyatukan
Jerman, dan perjuangan nasionalis dari etnis minoritas melawan Kekaisaran Austria-Hongaria –
mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam “sudut pandang umum”. Pemikiran ini
menganggap suatu budaya dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan masing-
masing. Karenanya, budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini masih
mengakui adanya pemisahan antara “berkebudayaan” dengan “tidak berkebudayaan” atau
kebudayaan “primitif.”

Pada akhir abad ke-19, para ahli antropologi telah memakai kata kebudayaan dengan
definisi yang lebih luas. Bertolak dari teori evolusi, mereka mengasumsikan bahwa setiap
manusia tumbuh dan berevolusi bersama, dan dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.

Pada tahun 50-an, subkebudayaan – kelompok dengan perilaku yang sedikit berbeda dari
kebudayaan induknya – mulai dijadikan subyek penelitian oleh para ahli sosiologi. Pada abad ini
pula, terjadi popularisasi ide kebudayaan perusahaan – perbedaan dan bakat dalam konteks
pekerja organisasi atau tempat bekerja.
3.3 Kebudayaan sebagai Mekanisme Stabilisasi

Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu) kebudayaan adalah sebuah
produk dari stabilisasi yang melekat dalam tekanan evolusi menuju kebersamaan dan kesadaran
bersama dalam suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan tribalisme.

4. Penetrasi kebudayaan

Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:

4.1 Penetrasi damai (penetration pasifique)

Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh


kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak
mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh
kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.

Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau


Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru
tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur
yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi
adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan
Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah
kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.

4.2 Penetrasi Kekerasan (penetration violante)

Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya,


masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan
sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat.
Wujud budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350
tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada sistem
pemerintahan Indonesia.
Apa itu agama? Mengartikan atau membuat definisi agama tidaklah mudah. Setiap orang
berbeda pendapat dari satu dengan yang lainya. Kebanyakan mereka mendefinisikan agama
sesuai pandanganya tentang kelebihan atau kekurangan agama yang dianutnya, atau dengan
melihat bagian terpenting dari ajarannya. Imtaq.com akan mencoba mengulas definisi agama.

Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti “tradisi”. Sedangkan
kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan
berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berreligi,
seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama merupakan sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan
ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

Secara umum, ada yang mengatakan bahwa agama langit/ samawi merupakan ajaran atau
syari’at dari Tuhan yang diturunkan dengan jalan wahyu, diturunkan kepada manusia melalui
wahyu. Adapula yang mengatakan definisi agama secara umum adalah kepercayaan yang suci
yang terkumpul dalam suatu set prilaku yang menunjukkan ketundukan pada suatu Dzat,
kecintaan, hinaan keinginan dan kekaguman. (KMI Gontor)

Mukti Ali berpendapat bahwa ada tiga argumentasi yang dapat dijadikan alasan dalam
menanggapi statemen “Barangkali tak ada kata yang paling sulit diberikan pengertian dan
defenisi selain dari kata agama.”.

Pertama karena pengalaman agama adalah soal batin dan subjektif. Kedua barangkali
tidak ada orang yang begitu semangat dan emosional daripada membicarakan agama. Karena
itu, membahas arti agama selalu dengan emosi yang kuat dan yang ketiga konsepsi tentang
agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian agama.

Secara terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan aturan atau
tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya. Dalam al-Qur’an
agama sering disebut dengan istilah ad-din. Istilah ini merupakan istilah bawaan dari ajaran
Islam sehingga mempunyai kandungan makna yang bersifat umum dan universal. Artinya konsep
yang ada pada istilah din seharusnya mencakup makna-makna yang ada pada istilah agama dan
religi.

Agama sesungguhnya tidak mudah diberikan definisi atau dilukiskan, karena agama
mengambil beberapa bentuk yang bermacam-macam diantara suku2 dan bangsa2 di dunia. Watak
agama adalah suatu subyek yang luas dan kompleks yang hanya dapat ditinjau dari pandangan
yang bermacam-macam dan membingungkan. Akibatnya, terdapatlah keanekaragaman teori
tentang watak agama seperti teori antropologi, sosiologi, psikologi, naturalis dan teori kealaman.
Sebagai akibat dari keadaan tersebut, tak ada suatu definisi tentang agama yang dapat diterima
secara universal.

Kesulitan memahami realitas agama ini, salah satunya direspon oleh The Encyclopedia of
Philosophy dengan memberikan daftar komponen-komponen agama. Menurut Encyclopedia itu,
agama mempunyai ciri-ciri khas (characteristic features of religion) sebagai berikut :

1. Kepercayaan kepada wujud supranatural (Tuhan)

2. Pembedaan antara yang sakral (keramat, suci, kerohanian) dan yang profan (tidak
berhubungan dengan agama)

3. Tindakan ritual yang berpusat pada obyek sakral.

4. Tuntunan moral yang diyakini ditetapkan oleh Tuhan.

5. Perasaan yang khas agama (takjub, misteri, harap, cemas, merasa berdosa, memuja)
yang cenderung muncul di tempat sakral atau diwaktu menjalankan ritual, dan
kesemuanya itu dihubungkan dengan gagasan Ketuhanan.

6. Sembahyang atau doa dan bentuk-bentuk komunikasi lainnya dengan Tuhan.

7. Konsep hidup di dunia dan apa yang harus dilakukan dihubungkan dengan Tuhan.

8. Kelompok sosial seagama, seiman atau se-aspirasi.


Dikilahkan bahwa ada macam2 definisi tentang agama, terutama berdasarkan pada
definisi kaum agamis Monothiesme Abraham dari Barat, yang disebut “Religion”, dan menurut
orang Timur ‘Agama’. Menurut kebudayaan Barat agama hanya menunjuk sesuatu yang
menyembah suatu yang “Maha” dan “Supranatural”, sedang menurut kepercayaan orang Timur
terutama Tiongkok, yang dimaksud ‘Agama’ tidak hanya termasuk Agama Tao/Dao, Buddha,
Hindu dan Abrahamis, dan lain2, tapi juga termasuk “Agama Orang KUDUS”(人宗教 ren zong
jiao).

Misalnya penyembahan terhadap “Konghucu 孔夫子” yang disebut “Agama Ru 儒教 ru


jiao” = Agama Orang Kudus”. Menurut kepercayaan kebanyakan orang Tionghoa, Konghucu
bukan orang yang supranatural, beliau hanyalah orang kudus yang dihormati layaknya seorang
“Nabi”. Jadi “Agama Orang Kudus” dianggap Agama yang lebih rasionil dan masuk ‘Akal
Sehat’ manusia. Namun ada juga sebagian kecil orang Tionghoa yang me-misterikan Konghucu,
se-olah2 sosok yang ber-supranatural.

Berdasarkan Agama Orang Kudus, terutama Agama Konghucu (Agama Ru 儒教 ru jiao),


pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan, sama sekali tidak akan bertentangan dan
mendapat perlawanan serta penekanan oleh mereka, sebaliknya karena mereka lebih
menekankan akan pandangan yang menghendaki untuk lebih mengetahui dan mendalami semua
ilmu pengetahuan dan perkembangan kebudayaan.

Maka tidak heran jika mendapat sambutan dan penghormatan dari banyak pihak,
termasuk juga cendikiawan Barat. Karena semua orang dapat dengan senang hati dan terbuka
untuk mengadakan perbincangan dan perdebatan tentang masalah2 ‘Ilmu Pengetahuan’, tanpa
harus memusingkan akan hal2 yang dianggap tabu/taboo, larangan dan yang dianggap
berkontradiksi dengan “Agama”nya. Jadi mereka adalah kepercayaan yang berbasis dengan
‘Intellegensia Manusia’.

Namun pemujaan dan permintaan perlindungan terhadap leluhur, dan orang2 kudus, juga
merupakan suatu kepercayaan akan sesuatu kekuatan supranatural, dan kebiasaan ini masih
banyak dilakukan orang Tionghoa dan bangsa lainnya.
Tapi walaupun bagaimanapun, suatu agama maka disebut agama, umumnya dikarenakan
adanya 3 unsur :

1. Adanya doktrin tentang agamanya dan pengalaman pribadinya.


2. Ada pendiri atau pencetus agama dan yang disembah.

3. Memiliki sistim dan umat serta oraganisasinya.

Dalam doktrin agama yang terpenting harus memiliki ‘pandangan’ dan “pengalaman pribadi”.
Misalnya “wahyu” atau “wangsit”.

Agama biasa dikaitkan dengan Kesan atau perasaan supranatural, Ketuhanan atau
perasaan2, misalnya takut dan hormat yang mendalam, keheranan, ketergantungan, dosa,
penyelamatan, misteri, ini menjadi unsur intinya. Sehingga kepercayaan kepada Tuhan dan dewa
merupakan hal yang sangat pokok.

Dengan demikian kepercayaan dalam agama diartikan oleh manusia, adanya suatu
kekuatan supranatural yang mengotrol sesuatu kekuatan misteri dalam alam. Dimana misteri ini
dipercaya sebagai kekuatan dewa dewi atau Tuhan, atau suatu yang absulut, kekal, dan tiada
tertandingi. Dan kekuatan ini dipercaya sebagai pencipta dari segala sesuatu dalam alam, dan
dapat mengakhiri segala eksistensi yang ada, dimana dapat melampaui segala ruang waktu yang
ada.

Namun pengertian akan supranutral ini ber-beda2, sehingga terjadilah ajaran2 tentang
“monotheisme”, “dwitheisme” dan “multitheisme”.

Pandangan dan penjelasan terhadap supranatural dalam Agama ini dinamakan ‘Teologi”,
jadi teologi merupakan perbincangan mengenai Tuhan atau dewa-dewi, ataupun secara luas
berkaitan dengan agama, kepercayaan dan kerohanian.

Ilmu teologi ini telah mengalami penyesuai2 dan perbaikan2 sepanjang sejarah, selama
dalam penyebaran agama. Dalam teologi ada agama yang berdasarkan kesadaran dan yang
berdasarkan spontanitas, keduanya terdapat perbedaan yang besar. Perbedaan besar yang terdapat
dalam ilmu teologi dan agama adalah dalam teologi teori2nya memiliki argument2 dan
sistimatisasinya, sedangkan dalam agama hanyalah berdasarkan spontanitas dan tidak sistimatis.

Ilmu2 magis, larangan2, persembahan, doa, pengkuan dosa, sikap peng-angungan agama,
upacara agama semua merupakan unsur dalam agama, dalam melakasanakan doktrin agama, ini
semua juga mencerminkan perkembangan dan reformasi dari agama itu sendiri, yang dilatar
belakangi oleh latar belakang perkembangan sejarah. Pendidikan merupakan dasar dari ajaran
agama, sedang doktrin lebih ke-praktek2 dan kegiatan pelaksanaan upacara agama.

Doktrin atau ajaran agama, yang utama dapat dibagi menjadi :

- Gagasan.

- Pengalaman Pribadi / Persepsi

Sistim pendidikan dan organisasi agama, misalnya gereja2 agama Kristen, gembala.
Santri2 dalam agama Buddha, ini semua merupakan bentuk sistim institusi dan sistimatisasi yang
tidak boleh tidak ada dalam agama. Dan ini semua merupakan hasil perkembangan dari
peradaban dan kebudayaan manusia.

Hasil dari perkembangan peradaban manusia ini, maka lahirlah macam2 agama didunia,
dimana yang satu sama lain memiliki perbedaan dan kesamaannya. Tapi menurut Dr William F.
Vendley, Sekretaris Jenderal World Conference for Religions for Peace, sebuah lembaga global
yang punya cabang di 70 negara, dalam suatu diskusi di kantor redaksi SH, Jumat (27/6/2008).
Antara lain mengatakan :

“Secara teologis, setiap agama rata-rata memiliki dua ‘bahasa’ atau pendekatan. Bahasa
yang pertama adalah bahasa yang baku diterapkan di tempat-tempat ibadah yang sangat
mewakili simbol agama masing-masing, atau disebut bahasa teologia.

Bahasa yang kedua adalah pendekatan bersifat universal yang bisa dimengerti oleh umat
dari agama-agama lain, yaitu berbuat kebaikan kepada sesama,” kata Vendley, yang berada di
Jakarta untuk menghadiri pertemuan internasional World Peace Forum.
Vendley mengatakan bahwa bahasa pertama lebih merupakan sebuah pengalaman rohani
seseorang penganut agama, sehingga hanya bisa dipahami dan dihayati oleh penganutnya.

Bahasa kedua itulah yang sangat penting dilakukan para rohaniwan dan umat beragama
demi menciptakan perdamaian dunia. Sebab ada dua faktor pendorongnya, yakni persoalan
bersama seperti perang, kemiskinan, bencana alam, pemanasan global dll; dan anda tidak
sendirian hidup di dunia ini. “Kita semua tengah menghadapi persoalan yang sama,” katanya.

Tapi kini dinegara kita ini sungghu memprihatinkan, disadari atau tidak, fenomena
pertikaian yang kian semarak karena masing-masing pihak lebih menonjolkan unsur emosional,
sehingga kerukunan agama makin menjauh. Kita perlu untuk belajar menghormati orang lain
yang berbeda dengan dirinya sekaligus belajar untuk tidak memaksakan kehendak diri atau
kelompoknya

Maka alangkah indahnya bila masing-masing pihak dapat lebih arif menyikapi perbedaan
dan lebih mengedepankan musyawarah dengan kepala dingin untuk mengemukakan pendapatnya
agar keutuhan umat dan bangsa terjalin dalam keharmonisan.

Mudah2an tulisan ini bisa sedikit memberi masukan kepada pihak2 yang sedang dirundung
pertikaian dengan perbedaan Agama dan Aliran yang ada dalam tanah air kita ini. Dan
menciptakan dan memelihara toleransi dan kehamonisan bangsa, agar persatuan dan kesatuan RI
tetap lestari.

Mencari pengertian agama, dari sudut kebahasaan (Etimologis) terasa akan lebih mudah
jika dibandingkan dari sudut istilah (Terminologis), karena mendefinisikan agama dari sudut
istilah sudah mengandung muatan subyektivitas dari orang yang mengartikannya. Kesulitan ini
diakui oleh Prof. Mukti Ali (Bapak Ahli Perbandingan Agama) dan juga James H. Leuba
(Orientalis) dalam mendefinisikan agama.
Pada umumnya kata agama dipahami “A” berarti tidak dan “Gama” berarti kacau, dengan
maksud orang yang beragama maka hidupnya tidak akan kacau. Mengacu terjemahan dari
bahasa Sanskerta, yang diartikan secara terpisah lalu secara terpadu didefinisikan seperti itu,
menurut Prof. Sulaiman, Guru Besar UII dan Bahrum Rangkuti adalah analisa ilmiah yang tidak
benar. Menurut Bahrum, kata Agama, A-nya dibaca panjang (A-gama) berarti cara, jalan, karena
kata itu berasal dari bahasa Indo-German, yaitu “Gam” yang berarti jalan, cara berjalan, cara-
cara sampai keridhoan Tuhan. Mungkin mereka yang menerangkan seperti itu belum mengetahui
bahasa Sanskerta.
Agama dalam bahasa Latin adalah Religi asal kata dari Relegere, yaitu “Re” berarti
kembali dan “Ligere” berarti terkait/terikat, maknanya agama mempunyai sifat mengikat bagi
pemeluknya. Lalu perkataan ini berkembang di seluruh penjuru benua Eropa dengan lafal yang
bervariasi, sesuai dengan bahasa bangsa-bangsa yang hidup di benua tersebut, seperti Religie
(Belanda), Religion/Religious (Inggris) dan sebagainya.
Sedangkan dalam bahasa Arab, agama disebut Dien, sempurnanya Ad-Dien ( ‫) اليد يين‬
masdar dari ‫ ييدديينن‬- ‫ يداين‬, menurut lughat mempunyai arti bermacam-macam diantaranya berarti :
Pengertian umum yang dapat dipahami, Ad-Dien artinya Undang-undang atau peraturan Allah I
yang mesti ditaati dan dipatuhi oleh manusia.
Dalam Qur’an, kata Dien dipergunakan, tidak hanya untuk Islam tapi juga untuk selain
Islam, termasuk juga kepercayaan pada berhala, seperti yang terdapat pada QS. Al-Kafirun 1-6.
Ketiga pengertian Etimologis diatas baik Agama, Religi ataupun Ad-Dien, masing-masing
mempunyai riwayat dan sejarah sendiri-sendiri. Sedangkan dari sudut Terminologis (istilah)
adalah yang paling sulit, karena ada 3 alasan, ungkap Prof. Mukti Ali, sebagai berikut :
1. Pengalaman agama adalah soal batin, subyektif dan sangat individualis sifatnya.
2. Barangkali tidak ada orang yang begitu semangat dan emosional daripada orang yang
membicarakan agama. Karenanya emosi selalu melekat dalam pembahasan tentang agama.
3. Konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan definisi
tersebut.

Walaupun demikian beliau tetap mencoba memberikan definisi sebagai berikut:” Agama
adalah kepercayaan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan hukum-hukum/aturan-aturan yang
diwahyukan Tuhan kepada utusan-utusan-Nya untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di
akhirat (Etika Agama dan Pembentukan Kepribadian Nasional, Mukti Ali-1962).
Sedangkan “Religi adalah kepercayaan dan hubungan manusia dengan yang kudus,
dihayati sebagai hakekat yang ghaib, dimana hubungannya diwujudkan dalam sistem dan sikap
hidup berdasarkan doktrin tertentu”. Demikian Sidi Gazalba dalam bukunya “ Masjid Pusat
Ibadat dan Kebudayaan Islam-1962”.
Dan istilah Dien, karena berasal dari bahasa Arab dan terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an
juga dalam hadits Nabi, maka lebih layaklah kita mengacu pada definisi yang dibuat oleh para
ulama/ilmuwan muslim, diantaranya adalah pendapat Syaikh Mustafa Abdurraziq dalam “Din,
Wahyu Wa Al-Islam”,menyatakan:
“Dien adalah wahyu Allah semata kepada Nabi-nabi yang dipilih-Nya diantara umat
manusia dan mengutus mereka untuk menjadi imam-imam yang menunjukkan jalan (untuk
kebahagiaan dunia dan akhirat) dengan bimbingan Allah I”.
Sedangkan Dr. Rauf Syalabi dalam bukunya “ Yaa Ahlal Kitab Ta’alau ila Kalimatin
Sawa” setelah beliau berpanjang lebar mengartikan Dien secara rinci baik dari sudut etimologis
maupun terminologis yang komprehensif menyimpulkan bahwa “ Dinullah adalah ajaran yang
menyeluruh (sempurna), yang tidak saja mencakup perorangan dan keluarga,tapi juga
masyarakat umum dan negara (politik), jadi bukan hanya ritual ibadah, bukan hanya ajaran
kerohanian, namun ajaran komprehensif yang mencakup fisik dan metafisik, serta duniawi dan
ukhrowi (akhirat) secara serentak".
Sekian penyusun menguraikan tentang agama, religi dan dien, walaupun amat disadari oleh
penyusun bahwa teori-teori tentang masalah ini terlalu banyak dan kompleks karena
perkembangan ilmu yang semakin maju, sehingga agama bisa didekati dengan berbagai metode.
Tapi bukanlah tempatnya disini bagi penyusun untuk membahasnya, mungkin dalam bentuk
yang lain, Insya Allah, penyusun akan menguraikan lebih lanjut. Uraian dimuka dimaksudkan
agar pembaca secara umum mengenal dan memahami Agama, Religi atau Dien secara mendasar,
tidak terlalu ngejelimet ataupun tidak terlalu dangkal.
Berbagai macam metode yang dipergunakan untuk memahami agama, dari nilai historis,
arkeologis, psikologis, fisiologis, sosiologis, tipologis sampai dengan fenomenologis. Berangkat
dari berbagai metode pendekatan inilah yang menimbulkan berbagai persepsi tentang agama.

BAB V

PROBLEMATIKA BUDAYA
Problematika kebudayaan adalah sesuatu yang indah jika kebudayaan yang merupakan
harta yang turun temurun dari nenek moyang kita, dapat kita pertahankan kelestariannya. Tapi
perkembangan jaman tidak dapat dibendung, seiring dengan berjalanya waktu, maka kelestarian
kebudayaan tersebut harus dijaga karena kebudayaan hanyalah identitas diri dan merupakan
identitas bangsa.

Bangsa yang memiliki identitas akan menjadi bangsa yang kuat dan menjadi bangsa yang
tidak mudah untuk dijajah oleh bangsa lain. Problematika kebudayaan sangat berbahaya jika
dibiarkan, karena kebudayaan merupkan jati diri bangsa, bila itu hilang maka dengan sangat
mudah bangsa itu akan hancur dan dijajah oleh bangsa lain. Oleh sebab itu bagaimanapun juga
caranya kita harus mempertahankan identitas bangsa kita yaitu kebudayaan. Mulailah dengan
mencintai kebudayaan daerah, dan serukan dalam hati yaitu: Aku Cinta Indonesia.

1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
Dalam hal ini, kebudayaan tidak dapat bergerak atau berubah karena adanya pandangan
hidup dan sistem kepercayaan yang sangat kental, karena kuatnya kepercayaan sekelompok
orang dengan kebudayaannya mengakibatkan mereka tertutup pada dunia luar dan tidak mau
menerima pemikiran-pemikiran dari luar walaupun pemikiran yang baru ini lebih baik daripada
pemikiran mereka. Sebagai contoh dapat kita lihat bahwa orang jawa tidak mau meninggalkan
kampung halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani. Padahal hidup mereka umumnya
miskin.

2. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi atau sudut pandang.
Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi dan sudut pandang ini dapat
terjadi antara masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Sebagai contoh dapat kita lihat banyak
masyarakat yang tidak setuju dengan program KB yang dicanangkan pemerintah yang salah satu
tujuannya untuk mengatasi kemiskinan dan kepadatan penduduk, karena masyarakat
beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.

3. Hambatan budaya yang berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.


Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam sering
mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa ditempat
yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka ditempat yang
lama.
4. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan
masyarakat luar cendrung memiliki ilmu pengetahuan yang terbatas, mereka seolah-olah tertutup
untuk menerima program-program pembangunan.

5. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.


Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa sehingga
menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki
secara turun-temurun.

6. Sikap etnosentrisme.
Sikap etnosentris adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsa sendiri dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap seperti ini akan memicu timbulnya
pertentangan-pertentangan suku, ras, agama, dan antar golongan. Kebudayaan yang beraneka
ragam yang berkembang disuatu wilayah seperti Indonesia terkadang menimbulkan sikap
etnosentris yang dapat menimbulkan perpecahan.

7. Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering disalah gunakan oleh manusia,
sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia bukan untuk
melestarikan suatu generasi, dan obat-obatan yang diciptakan untuk kesehatan tetapi dalam
penggunaannya banyak disalahgunakan yang justru mengganggu kesehatan manusia.

8. Pewarisan kebudayaan.
Dalam hal pewarisan kebudayaan bisa muncul masalah antara lain, sesuai atau tidaknya
budaya warisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang, penolakan generasi
penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya budaya baru yang tidak lagi sesuai
dengan budaya warisan.
Dalam suatu kasus, ditemukan generasi muda menolak budaya yang hendak diwariskan oleh
pendahulunya. Budaya itu dianggap tidak lagi sesuai dengan kepentingan hidup generasi
tersebut, bahkan dianggap bertolak belakang dengan nilai-nilai budaya yang baru diterima
sekarang ini.

9. Perubahan kebudayaan.
Perubahan kebudayaan yang terjadi bisa memunculkan masalah antara lain perubahan akan
merugikan manusia jika perubahan itu bersifat regress (kemunduran) bukan progress
(kemajuan), perubahan bisa berdampak buruk atau menjadi bencana jika dilakukan melalui
revolusi, berlangsung cepat, dan diluar kendali manusia.

10. Penyebaran kebudayaan.


Penyebaran kebudayaan (difusi) bisa menimbulkan masalah, masyarakat penerima akan
kehilangan nilai-nilai budaya lokal sebagai akibat kuatnya budaya asing yang masuk. Contoh
globalisasi budaya yang bersumber dari kebudayaan Barat pada era sekarang ini adalah
masuknya nilai-nilai budaya global yang dapat memberi dampak negatif bagi perilaku sebagian
masyarakat Indonesia. Misalnya pola hidup konsumtif, hedonisme, pragmatis, dan
induvidualistik. Akibatnya nilai-nilai asli kebudayaan bangsa seperti rasa kebersamaan dan
kekeluargaan lambat laun bisa hilang dari masyarakat Indonesia.

BAB VI

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP SOSIAL BUDAYA

Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun
persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat
didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan
(Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Bagi
bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki
kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian rakyat, salah satu bagian dari
kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi. Globalisasi dalam
kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan
dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi
bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam
globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-
negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Pandangan Globalisasi social Budaya

1. Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami
akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa
akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat
melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam
proses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur
nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing

2. Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku dunia
Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia.
Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa
tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini
meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan
melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.

Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan

 Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.


 Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu
individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.

 Berkembangnya turisme dan pariwisata.

 Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.

 Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.

 Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.

 Persaingan bebas dalam bidang ekonomi


 Meningkakan interaksi budaya antar negara melalui perkembangan media massa

Contoh Pengarug Globalisasi terhadap sosial Budaya

1. Dahulu orang bermain permainan tradisional yang mengutamakan kebersamaan


tetapi sekarang orang cenderung bermain computer, PS
2. Dahulu orang memakan makanan tradisional, dan jarang makan makanan siap
saji, tapi sekarang banyak orang yang memakan makanan junk food yang tidak
menyehatkan
3. Dahulu orang beramai-ramai nonton wayang, atau Tv di desa, tapi sekarang
semuanya dapat menonton Tv sendiri-sendiri di rumahnya
4. Dahulu, orang mengutamakan kerjasama, gotong royong, tetapi sekarang banyak
orang yang mengutamakan pekerjaan
5. Dahulu, perempuan memakai pakaian yang tertutup, tetapi sekarang banyak
perempuan yang memakai pakaian yang terbuka
6. Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka
menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya)
dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan bahasa
Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan
Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di
film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari.

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP KEBUDAYAAN INDONESIA

 · Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal
batas wilayah.
 · Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu
titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh
dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005)
Menurut pendapat Krsna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di
Negara Berkembang.internet.public jurnal.september 2005). Sebagai proses, globalisasi
berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu.
Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada
skala dunia.

Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik,


ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi dan
komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan
teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat
tersebar luas ke seluruh dunia.Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.

Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk
Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi,
sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.

v Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme

1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis.
Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur,
bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif
tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat

2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan


kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan
kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.

3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang
tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan
bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita
terhadap bangsa.
v Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme

1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa


kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi
Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa
akan hilang

2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena
banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di
Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala
berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.

3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa
Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia
dianggap sebagai kiblat.

4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena
adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.

5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama


warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

Pengaruh- pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap


nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap
bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala
masyarakat secara global.

Apa yang di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk
diterapkan di negara kita. Jika terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum
tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak
anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan
kesatuan bangsa.

v Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda

Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda.
Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah
membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda
sekarang.

Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang
cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang
memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut
jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat
beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi
identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan
pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.

Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan
dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka
sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna.
Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa
yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya
internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat
menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.

Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan
cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut
kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya
adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu
ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral
generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya
dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa
sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan
bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?

Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada
pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif
globalisasi terhadap nilai nasionalisme.

v Antisipasi Pengaruh Negatif Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme

Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai
nasionalisme antara lain yaitu :

1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam
negeri.

2. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.

3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.

4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar-
benarnya dan seadil- adilnya.

5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya
bangsa.

Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis


pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita
tidak akan kehilangan kepribadian bangsa.

Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat
masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya
pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh
adalah kebudayaan. T

erkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang
dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai
hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau
ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam
kesenian tradisional kita.

Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau
psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi
penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang
ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan
penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.

Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang
memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian rakyat, salah satu
bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi. Globalisasi
dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya
kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru
menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam
globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-
negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru


negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir
akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial,
budaya, termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia
secara mendasar.

Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap


bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi
peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon Kemoni, sosiolog asal
Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai
budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha
menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan
kehidupan dan menghindari kehancuran.

Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus memperkokoh
dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh
budaya asing. Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang
bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan budaya, Seorang
penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat,
khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia.
Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa
tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini
meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan
melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.

B. GLOBALISASI DALAM KEBUDAYAAN TRADISIONAL DI INDONESIA

Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat.
Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-
kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami
proses dipengaruhi dan mempengaruhi.

Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa
itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah.
Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu
generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan
kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa
generasi.

Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya
pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah
yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi
namun juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat
di dalamnya masih tetap berarti..

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti
anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Keanekaragaman
masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi keseniannya. Dengan
perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di Indonesia dapat
mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang dikembangkannya itu menjadi
model-model pengetahuan dalam masyarakat.

C. PERUBAHAN BUDAYA DALAM GLOBALISASI ; KESENIAN YANG BERTAHAN


DAN YANG TERSISIHKAN

Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari
masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat
homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya
globalisasi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan
sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.
Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia
sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh.

Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal,
makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak
tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang,
Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa
ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara
itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari
manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita.
Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa
teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di
negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap
keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah
kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya.

Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita
disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang
mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola
masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal
dari berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin
tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan
pemaknaan dalam masyarakat Indonesia.

Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun
istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya
perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan
globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi
komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya.
Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja.

Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif
terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi
atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga
alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak
tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan
kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di
Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya.

Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian
tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu
agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian
Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah
mengalami “mati suri”.

Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian
tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian
Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat
di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja
dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis
tetapi telah mengalami perubahan fungsi.

Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan
teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian
tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat. Kenyataan di
atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri, terutama
ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung.

Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang
telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian
lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit.
Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap
diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara
langsung.

Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan
wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat
terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap
mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan
pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu
minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.

D. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BUDAYA BANGSA


Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya
bangsa Indonesia . Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah
kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.
Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya
keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri .

Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan
budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun
yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan
tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di
sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah.

Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah


tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman
Mini Indonesi Indah (TMII). Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola
dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk
pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan
bagi masyarakat sekitarnya.

Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia
yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa). Sudah lazim di Indonesia untuk
menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan
kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak
muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue
(saya) dan lu (kamu).

Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-
campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan)
sekalipun yang sering kita dengar di film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Kata-kata ini disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan
dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion . Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya
menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan jaman.
Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan
ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian minim ini dianut dari film-
film dan majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron
Indonesia . Derasnya arus informasi, yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut serta
`menyumbang` bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah menjadi trend
dilingkungan anak muda. Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat ialah meluasnya
anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat merupakan suatu yang universal.
Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi
inilah globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk
Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran.

E. TINDAKAN YANG MENDORONG TIMBULNYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN DAN


CARA MENGANTISIPASI ADANYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN

Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-


pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu
perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural
Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia
Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik
melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak
ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural.

Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat pemerintah
dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan dalam
menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan pembangunan. Dalam
kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu sendiri menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya
lagi. Melihat kecenderungan tersebut, aparat pemerintah telah menjadikan para seniman
dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan
simbol-simbol pembangunan.

Hal ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian
secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan bukan sekedar
hanya dijadikan model saja dalam pembangunan. Dengan demikian, kesenian rakyat semakin
lama tidak dapat mempunyai ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau
natural, karena itu, secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung
oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional.

Sebagai contoh dari permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah
Betawi yaitu, tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah diatur dan disesuaikan oleh aparat
pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan politik pemerintah. Aparat
pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga kesenian Betawi tersebut tidak lagi
terlihat keasliannya dan cenderung dapat membosankan.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan


perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan
fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus
turut campur dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini
membutuhkan dana dan bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan
pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat
keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan para seniman
rakyat tersebut.

Oleh karena itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai
pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut
tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik. Globalisasi
informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti saat ini adalah sesuatu yang
tak dapat dielakkan.

Kita harus beradaptasi dengannya karena banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus
diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai salah produk dari modernisasi bermanfaat besar bagi
terciptanya dialog dan demokratisasi budaya secara masal dan merata. Globalisasi mempunyai
dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui media massa menyadarkan dan
memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain yang berbeda dari yang
dimiliki dan dikenal selama ini.

Kontak budaya ini memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan
pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang terlibat
dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan etnis dari berbagai macam
daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya ini. Sehingga untuk melakukan
penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan diperlukan pengembangan-
pengembangan yang bersifat global namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis.

Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas
kebudayaan nasional. Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan
kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang
kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik dsb. Selama ini
pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih
sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang
bersangkutan.

Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru
semakin dijauhi masyarakat. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh kesenian rakyat
cukup berat. Karena pada era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern ini
masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam menentukan
kualitas maupun selera. Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat
dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian
modern yang merupakan imbas dari budaya pop.

Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya,
yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain itu,
mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan
sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada
dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja

Pengaruh Globalisasi dalam Bidang Sosial-Budaya


- Globalisasi mengubah bentuk kehidupan keseharian kita secara mendasar.

1) Meningkatnya Induvidualisme.Dulu, kesempatan individu untuk menentukan dirinya sendiri


dibatasi masyarakatnya, entah leh tradisi maupun oleh kebiasaan-kebiasaan yan berlaku. Di era
globalisasi ini, kesempatan individu untuk mengatur dan menentukan yang terbaik bagi dirinya
sendiri sangat terbuka lebar.
2) Pola Kerja.Pekerjaan-pekerjaan mengarah ke era perekonomian berbasis pengetahuan. Orang-
orang sudah tidak mengandal kerja penuh di kantor, tetapi part time job. Perempuan telah masuk
dunia kerja.
3) Kebudayaan Pop.Citra, gagasan, dan gaya hidup baru menyebar dengan begitu cepat
keseluruh pelosok dunia lebih daripada sebelumnya.

Dampak Globalisasi dalam bidang Sosial Budaya :


Semakin bertambah globalnya berbagai nilai budaya kaum kapitalis dalam masyarakat dunia.
Merebaknya gaya berpakaian barat di negara-negara berkembang. Menjamurnya produksi film
dan musik dalam bentuk kepingan CD/ VCD atau DVD.

Dampak positif Globalisasi :

1. Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan


2. Mudah melakukan komunikasi
3. Cepat dalam bepergian ( mobili-tas tinggi )
4. Menumbuhkan sikap kosmopo-litan dan toleran
5. Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
6. Mudah memenuhi kebutuhan

Dampak negatif Globalisasi:


1. Informasi yang tidak tersaring
2. Perilaku konsumtif
3. Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
4. Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
5. Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat

Pengaruh globalisasi sosial dan budaya.

Globalisasi dapat memperluas kawasan budaya. Globalisasi dapat timbulkan dampak negative.
Akibat dari pengaruh globalisasi:
* Disorientasi, dislokasi atau krisis social-budaya dalam masyarakat.
* Berbagai ekspresi social budaya asing yang sebenarnya tidak memiliki basis dan preseden
kulturalnya.
* Semakin merebaknya gaya hidup konsumerisme dan hedonisme.

Sisi negative globalisasi budaya:


· Akibatkan erosi budaya
· Lenyapnya identitas cultural nasional dan local
· Kehilangan arah sbg bangsa yang memiliki jati diri.
· Hilangnya semangat nasionalisme dan patriotism
· Cenderung pragmatisme dan maunya serba insta

BAB VII
PROSES PERKEMBANGAN MASYARAKAT dan KEBUDAYAAN di INDONESIA

Kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia oleh karenanya kebudayaan
mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan perkembangan manusia itu.
Perkembangan tersebut dimaksudkan untuk kepentingan manusia itu sendiri, karena kebudayaan
diciptakan oleh dan untuk manusia.
Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok sosial tidak akan terhindar dari pengaruh
kebudayaan kelompok-kelompok lain dengan adanya kontak-kontak antar kelompok atau melaui
proses difusi. Suatu kelompok sosial akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu bilamana
kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi atau memenuhi tuntunan yang dihadapinya.
Pengadopsian suatu kebudayaan tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lingkungan
fisik. Misalnya iklim topografi sumber daya alam dan sejenisnya. Dari waktu ke waktu,
kebudayaan berkembang seiring dengan majunya teknologi (dalamhal ini adalah sistem
telekomunikasi) yang sangat berperan dalam kehiduapan setiap manusia.
Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan-perubahan disegala bidang,
termasuk dalam kebudayaan. Mau tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosial
akan bergeser. Suatu kelompok dalam kelompok social bisa saja menginginkan adanya
perubahan dalam kebudayaan yang mereka anut, dengan alasan sudah tidak sesuai lagi dengan
zaman yang mereka hadapi saat ini. Namun, perubahan kebudayaan ini kadang kala disalah
artikan menjadi suatu penyimpangan kebudayaan.
Hal yang terpenting dalam proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya
kontrol atau kendali terhadap prilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan oleh para penganut
kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan sengat bertolak belakang dengan
budaya yang dianut didalam kelompok sosial yang ada di masyarakat. Sekali lagi yang
diperlukan adalah kontrol / kendali sosial yang ada di masyarakat sehingga dapat memilah-milah
mana kebudayaan yang sesuai dan mana yang tidak sesuai.

Perkembangan Sosial Dan Kebudayaan Indonesia

Setiap kehidupan di dunia ini tergantung pada kemampuan beradaptasi terhadap


lingkungannya dalam arti luas. Akan tetapi berbeda dengan kehidupan lainnya, manusia
membina hubungan dengan lingkungannya secara aktif. Manusia tidak sekedar mengandalkan
hidup mereka pada kemurahan lingkungan hidupnya seperti ketika Adam dan Hawa hidup di
Taman Firdaus. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengelola lingkungan dan
mengolah sumberdaya secara aktif sesuai dengan seleranya. Karena itulah manusia
mengembangkan kebiasaan yang melembaga dalam struktur sosial dan kebudayaan mereka.
Karena kemampuannya beradaptasi secara aktif itu pula, manusia berhasil menempatkan diri
sebagai makhluk yang tertinggi derajatnya di muka bumi dan paling luas persebarannya
memenuhi dunia.

Di lain pihak, kemampuan manusia membina hubungan dengan lingkungannya secara


aktif itu telah membuka peluang bagi pengembangan berbagai bentuk organisasi dan kebudayaan
menuju peradaban. Dinamika sosial itu telah mewujudkan aneka ragam masyarakat dan
kebudayaan dunia, baik sebagai perwujudan adaptasi kelompok sosial terhadap lingkungan
setempat maupun karena kecepatan perkembangannya.

MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN INDONESIA

Dinamika sosial dan kebudayaan itu, tidak terkecuali melanda masyarakat Indonesia,
walaupun luas spektrum dan kecepatannya berbeda-beda. Demikian pula masyarakat dan
kebudayaan Indonesia pernah berkembang dengan pesatnya di masa lampau, walaupun
perkembangannya dewasa ini agak tertinggal apabila dibandingkan dengan perkembangan di
negeri maju lainnya. Betapapun, masyarakat dan kebudayaan Indonesia yang beranekaragam itu
tidak pernah mengalami kemandegan sebagai perwujudan tanggapan aktif masyarakat terhadap
tantangan yang timbul akibat perubahan lingkungan dalam arti luas maupun pergantian generasi.

Ada sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya


masyarakat Indonesia. Secara kategorikal ada 2 kekuatan yang mmicu perubahan sosial, Petama,
adalah kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian generasi dan
berbagai penemuan dan rekayasa setempat. Kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat
(external factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung
maupun persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya
dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali
kehidupan mereka .

Betapapun cepat atau lambatnya perkembangan sosial budaya yang melanda, dan factor
apapun penyebabnya, setiap perubahan yang terjadi akan menimbulkan reaksi pro dan kontra
terhadap masyarakat atau bangsa yang bersangkutan. Besar kecilnya reaksi pro dan kontra itu
dapat mengancam kemapanan dan bahkan dapat pula menimbulkan disintegrasi sosial terutama
dalam masyarakat majemuk dengan multi kultur seperti Indonesia.

PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN DEWASA INI

Masyarakat Indonesia dewasa ini sedang mengalami masa pancaroba yang amat dahsyat
sebagai akibat tuntutan reformasi secara menyeluruh. Sedang tuntutan reformasi itu berpangkal
pada kegiatan pembangunan nasional yang menerapkan teknologi maju untuk mempercepat
pelaksanaannya. Di lain pihak, tanpa disadari, penerapan teknologi maju itu menuntut acuan
nilai-nilai budaya, norma-norma sosial dan orientasi baru. Tidaklah mengherankan apabila
masyarakat Indonesia yang majemuk dengan multi kulturalnya itu seolah-olah mengalami
kelimbungan dalam menata kembali tatanan sosial, politik dan kebudayaan dewasa ini.

Penerapan teknologi maju


Penerapan teknologi maju untuk mempercepat pebangunan nasional selama 32 tahun
yang lalu telah menuntut pengembangan perangkat nilai budaya, norma sosial disamping
ketrampilan dan keahlian tenagakerja dengn sikap mental yang mendukungnya. Penerapan
teknologi maju yang mahal biayanya itu memerlukan penanaman modal yang besar (intensive
capital investment); Modal yang besar itu harus dikelola secara professional (management) agar
dapat mendatangkan keuntungan materi seoptimal mungkin; Karena itu juga memerlukan
tenagakerja yang berketrampilan dan professional dengan orientasi senantiasa mengejar
keberhasilan (achievement orientation).

Tanpa disadari, kenyataan tersebut, telah memacu perkembangan tatanan sosial di


segenap sector kehidupan yang pada gilirannya telah menimbulkan berbagai reaksi pro dan
kontra di kalangan masyarakat. Dalam proses perkembangan sosial budaya itu, biasanya hanya
mereka yang mempunyai berbagai keunggulan sosial-politik, ekonomi dan teknologi yang akan
keluar sebagai pemenang dalam persaingan bebas. Akibatnya mereka yang tidak siap akan
tergusur dan semakin terpuruk hidupnya, dan memperlebar serta memperdalam kesenjangan
sosial yang pada gilirannya dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang memperbesar potensi
konflik sosial.dalam masyarakat majemuk dengan multi kulturnya.

Keterbatasan lingkungan (environment scarcity)

Penerapan teknologi maju yang mahal biayanya cenderung bersifat exploitative dan
expansif dalam pelaksanaannya. Untuk mengejar keuntungan materi seoptimal mungkin, mesin-
mesin berat yang mahal harganya dan beaya perawatannya, mendorong pengusaha untuk
menggunakannya secara intensif tanpa mengenal waktu. Pembabatan dhutan secara besar-
besaran tanpa mengenal waktu siang dan malam, demikian juga mesin pabrik harus bekerja terus
menerus dan mengoah bahan mentah menjadi barang jadi yang siap di lempar ke pasar.
Pemenuhan bahan mentah yang diperlukan telah menimbulkan tekanan pada lingkungan yang
pada gilirannya mengancam kehidupan penduduk yang dilahirkan, dibesarkan dan
mengembangkan kehidupan di lingkungan yang di explotasi secara besar-besaran.

Di samping itu penerapan teknologi maju juga cenderung tidak mengenal batas
lingkungan geografik, sosial dan kebudayaan maupun politik. Di mana ada sumber daya alam
yang diperlukan untuk memperlancar kegiatan industri yang ditopang dengan peralatan modern,
kesana pula mesin-mesin modern didatangkan dan digunakan tanpa memperhatikan kearifan
lingkungan (ecological wisdom) penduduk setempat.

Ketimpangan sosial-budaya antar penduduk pedesaan dan perkotaan ini pada gilirannya
juga menjadi salah satu pemicu perkembangan norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya yang
befungsi sebagai pedoman dan kerangka acuan penduduk perdesaan yang harus nmampu
memperluas jaringan sosial secara menguntungkan. Apa yang seringkali dilupakan orang adalah
lumpuhnya pranata sosial lama sehingga penduduk seolah-olahkehilangan pedoman dalam
melakukan kegiatan. Kalaupun pranata sosial itu masih ada, namun tidak berfungsi lagi dalam
menata kehidupan pendudduk sehari-hari. Seolah-olah terah terjadi kelumpuhan sosial seperti
kasus lumpur panas Sidoarjo, pembalakan liar oleh orang kota, penyitaan kayu tebangan tanpa
alas an hokum yang jelas, penguasaan lahan oleh mereka yang tidak berhak.

Kelumpuhan sosial itu telah menimbulkan konflik sosial yang berkepanjangan dan
berlanjut dengan pertikaian yang disertai kekerasan ataupun amuk.

PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN

Sejumlah peraturan dan perundang-undangan diterbitkan pemerintah untuk melindungi


hak dan kewajiban segenap warganegara, seperti UU Perkawinan monogamous, pengakuan
HAM dan pengakuan kesetaraan gender serta pengukuhan “personal, individual ownership” atas
kekayaan keluarga mulai berlaku dan mempengaruhi sikap mental penduduk dengan segala
akibatnya.

PENDIDIKAN

Kekuatan perubahan yang sangat kuat, akan tetapi tidak disadari oleh kebanyakan orang
adalah pendidikan. Walaupun pendidikan di manapun merupakan lembaga ssosial yang terutama
berfungsi untuk mempersiapkan anggotanya menjadi warga yang trampil dan bertanggung jawab
dengan penanaman dan pengukuhan norma sosial dan nilai-nilai budaya yang berlaku, namun
akibat sampingannya adalah membuka cakrawala dan keinginan tahu peserta didik. Oleh karena
itulah pendidikan dapat menjadi kekuatan perubahan sosial yang amat besar karena
menumbuhkan kreativitas peserta didik untuk mengembangkan pembaharuan (innovation).

Di samping kreativitas inovatif yang membekali peserta didik, keberhasilan pendidikan


menghantar seseorang untuk meniti jenjang kerja membuka peluang bagi mobilitas sosial yang
bersangkutan. Pada gilirannya mobilitas sosial untuk mempengaruhi pola-pola interaksi sosial
atau struktur sosial yang berlaku. Prinsip senioritas tidak terbatas pada usia, melainkan juga
senioritas pendidikan dan jabatan yang diberlakukan dalam menata hubungan sosial dalam
masyarakat.

Dengan demikian pendidikan sekolah sebagai unsur kekuatan perubahan yang


diperkenalkan dari luar, pada gilirannya menjadi kekuatan perubahan dari dalam masyarakat
yang amat potensial. Bahkan dalam masyarakat majemuk Indonesia dengan multi kulturnya,
pendidikan mempunyai fungsi ganda sebagai sarana integrasi bangsa yang menanamkan saling
pengertian dan penghormatan terhadap sesama warganegara tanpa membedakan asal-usul dan
latar belakang sosial-budaya, kesukubangsaan, keagamaan, kedaerahan dan rasial. Pendidikan
sekolah juga dapat berfungsi sebagai peredam potensi konflik dalam masyarakat majemuk
dengan multi kulurnya, apabila diselenggarakan dengan benar dan secara berkesinambungan.

Di samping pendidikan, penegakan hukum diperlukan untuk menjain keadilan sosial dan
demokratisasi kehidupan berbangsa dalam era reformasi yang memicu perlembangan sosial-
budaya dewasa ini. Kebanyakan orang tidak menyadari dampak sosial reformasi, walaupun
mereka dengan lantangnya menuntut penataan kembali kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Sesungguhnya reformasi mengandung muatan perubahan sosial-budaya yang harus diantisipasi
dengan kesiapan masyarakat untuk menerima pembaharuan yang seringkali menimbulkan
ketidak pastian dalam prosesnya.

Tanpa penegakan hukum secara transparan dan akuntabel, perkembangan sosial-budaya


di Indonesia akan menghasilkan bencana sosial yang lebih parah, karena hilangnya kepercayaan
masyarakat akan mendorong mereka untuk bertindak sendiri sebagaimana nampak gejala
awalnya dewasa ini. Lebih berbahayalagi kalau gerakan sosial itu diwarnai kepercayaan
keagamaan, seperti penatian datangnya ratu adil dan gerakan pensucian (purification) yang
mengharamkan segala pembaharuan yang dianggap sebagai “biang” kekacauan.

Betapaun masyarakat harus siap menghadapi perubahan sosial budaya yang diniati dan
mulai dilaksanakan dengan reformasi yang mengandung makna perkembangan ke arah perbaikan
tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Dampak positif dan negative terhadap perkembangan globlalisasi masyarakat dan budaya

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus
dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran
teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini.

Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan


berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya
memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah
istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi
baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir.

Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia.
Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Globalisasi
sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan.

Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi
dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas
dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang
masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai
budaya dan lain-lain.

Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia
secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi
global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami
dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan
refleksif dengan lebih baik secara budaya.

Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang
menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana
layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah
upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya.

Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa
globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin
mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita.
Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi adalah proses dimana
berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa
konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G.
Mc.Grew, 1992).

Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi


informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan
bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain.

Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi
manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan
terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi
satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk
tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan
sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya

PERIODISASI PERKEMBANGAN BUDAYA PADA MASYARAKAT AWAL INDONESIA


BERDASARKAN BUKTI ARKEOLOGI
Berdasarkan Arkeologi (ilmu yang mempelajari peninggalan purbakala dari manusia pra
sejarah), perkembangan budaya manusia Indonesia dapat di golongkan menjadi beberapa periode
yaitu periode jaman batu (batu tua, batu tengah, batu muda, dan jaman logam perunggu).

JAMAN BATU

Paleolithikum (batu tua)

Ciri dari jaman ini adalah peralatan buat dari batu masih kasar dan belum di asah. Alat
dari batu ini di buat dengan cara membenturkan batu yang satu dengan yang lainnya, pecahan
batu yang menyerupai kapak kemudian mereka gunakan sebagai alat.

Cara hidup manusia pada jaman paleolithikum adalah: nomad dalam kelompok kecil,
tinggal dalam gua atau ceruk karang, berburu, mengumpulkan makanan (food gathering).
Menurut Teuku Jacob, bahasa sebagai alat komunikasi telah ada dalam tingkat sederhana.

Berdasarkan tempat penemuannya, jaman palleolithikum terbagi atas kebudayaan Pacitan


dan Ngandong. Pada kebudayaan pacitan, peralatan yang di hasilkan adalah kapak genggam, alat
penetak (chopper), yang ditemukan oleh Koenigswald pada tahun 1935. Selain di Pacitan, alat –
alat tersebut di temukan pula di beberapa daerah seperti : Sukabumi (Jabar) , Parigi, Gombong,
(Jateng) , Lahat (Sumsel), Lampung , Bali, Sumbawa, Flores, Sulsel, Kalsel dan Timor. Alat-alat
tersebut di temukan pada lapisan yang sama dengan di temukannya fosil Pitechanthropus
Erectus.

Pada kebudayaan ngandong, peralatan yang ditemukan adalah flakes (alat serpih) berupa
pisau atau alat penusuk. Disamping itu ditemukan pula peralatan dari tulang dan tanduk berupa
belati, mata tombak yang bergerigi, alat pengorek ubi, tanduk menjangan yang diruncingkan dan
duri ikan pari yang diruncingkan. Alat-alat tersebut ditemukan pula di daerah lain seperti di
Sangiran dan Sargen (Jateng). Manusia pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo
Soloensis dan Homo Wajakensis, karena di temukan pada lapisan tanah yang sama dengan
ditemukannya peralatan kebudayaan Ngandong.

Mesolitihkum (batu tengah)


Ciri dari jaman ini adalah peralatan dari batu yang telah di asah bagian sisi tajamnya.
Jaman ini merupakan peralihan dari Palleolithikum ke Neolithikum. Yang menarik dari jaman
Messolithikum adalah di temukannya tumpukan sampah dapur yang kemudian di beri istilah
Kjokkenmoddinger dan Abris sous roche oleh penelitinya yaitu Callenfels yang juga digelari
sebagai bapak prasejarah).

Kjokkenmoddinger adalah tumpukan kulit kerang dan siput yang telah membatu, yang
banyak di jumpai di pinggir pantai. Sedangkan Abris sous roche adalah tumpukan dari sisa
makanan yang telah membatu di dalam gua.

Cara hidup Messolhitikum adalah sebagian masih food gathering dan berburu tetapi
sebagian telah menetap dalam gua dan bercocok tanam sederhana (berladang) menanam umbi-
umbian. Mereka juga telah pula menjinakan hewan dan menyimpan hewan-hewan buruannya
sebagai langkah awal untuk berternak.

Mereka telah membuat gerabah, mengenal kesenian dalam bentuk lukisan di dinding gua
(lukisan gua) ketika mereka telah menetap. Lukisan tersebut berupa gambar telapak tangan
berlatar belakang warna merah , gambar babi rusa yang tertancap Panah (di gua Leang-Leang,
Sulsel). Penelitiannya dilakukan oleh Heekren Palm pada tahun 1950 di gua pulau Muna ,
dimana berhasil di temukan berbagai lukisan manusia, kuda, rusa, buaya, anjing. Sedangkan di
Maluku dan Papua ditemukan lukisan gua dalam bentuk gambar cap tangan, kadal, manusia,
burung, perahu, mata, dan matahari.

Pada jaman Messolhituikum terbagi atas 3 kelompok budaya : kebudayaan flakes (fleks
culture), kebudayaan pebble (pebble culture) , dan kebudayaan tulang (bone culture).
kebudayaan ini di dukung oleh manusia dari jenis papua melanesoid yang berasal dari Indo
China . Flakes culture atau peralatan berupa alat serpih, yang telah ada sejak jaman
Palleolithikum, menjadi sangat penting pada jaman messolithikum karena memunculkan corak
tersendiri. Terutama setelah mendapatkan pengaruh dari budaya daratan.

Dua orang peneliti berkebangsaan Swiss (Fritz Sarasin dan Paul Sarasin ) antara tahun
1893-1896, melakukan penelitian di Sulsel, dan berhasil menemukan fleks . Peralatan sejenis
juga di temukan di daerah lain yaitu Bandung (fleks dari obsidian yaitu batu hitam yang indah),
Flores, NTT dan Timor. Flakes culture merupakan pengaruh dari Asia daratan yang masuk ke
Indonesia melalui jalur timur yaitu Jepang, Taiwan, Philipina, Sulawesi.

Pebble culture, peralatan berupa kapak genggam sumatera (pebble), kapak pendek (hacte
curte), batu penggiling, dan pisau. Callenfels pada 1925, melakukan penelitian di pesisir
Sumatera dan menemukan peralatan di atas bersama Kjokkenmoddinger. Pebble culture
merupakan pengaruh dari kebudayaan Bacson Hoabinh (Indo china) yang masuk ke Indonesia
melalui jalur barat yaitu Malaka dan Sumatera.

Bone culture, penelitian di lakukan oleh Callenfels 1928-1931 di Sampung Ponorogo.


Peralatan tersebut ditemukan bersama dengan Abris sous roche di dalam gua. Di gua-gua juga
ditemukan fosil dari jenis manusia Papua Melanesoide, yang merupakan nenek moyang orang
Papua (Irian). Peralatan dan fosil sejenis di temukan pula di Besuki dan Bojonegoro.

Neolhitikum (batu muda)

Ciri jaman batu muda adalah pemakaian peralatan dari batu yang telah diasah halus
karena telah mengenal tehnik mengasah. Pada jaman ini terjadi revolusi kehidupan yaitu
perubahan dari kehidupan nomad dengan food gathering menjadi menetap dengan food
producing.

Cara hidup pada jaman neolithikum adalah hidup menetap, bertempat tinggal dekat
sumber air, food producing (menghasilkan makanan dari bercocok tanam dan berternak
walaupun berburu masih dilakukan terutama pada waktu senggang), membuat rumah bertonggak
dengan atap dari daun-daunan membuat kain dari kulit kayu (ditemukan pemukul kulit kayu),
membuat perahu atau rakit, membuat perhiasan dari batu-batu kecil indah.

Menurut penelitian mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Melayu


polinesia. Pada akhir jaman ini telah dikenal kepercayaan dalam bentuk Animisme (kepercayaan
tentang adanya arwah nenek moyang yang memiliki kekuatan gaib) dan dinamisme (kepercayaan
terhadap benda-benda yang dianggap memilki kekuatan gaib).
Mereka percaya bahwa setelah mati ada kehidupan lain sehingga di adakanlah berbagai
upacara terutama bagi kepala sukunya. Mayat yang dikubur disertai dengan berbagai macam
benda sebagai bekal di alam lain, dan sebagai peringatan maka di bangunlah berbagai monument
(bangunan) yang rutin diberi sajian agar arwah yang meninggal (leluhur) melindungi dan
memberikan kesejahteraan bagi sukunya.

Pada jaman ini pembuatan gerabah memegang peranan penting sebagai wadah atau
tempat dalam kehidupan sehari-hari. Adapula gerabah yang digunakan untuk keperluan upacara
dan gerabah yang dibuat dengan indah baik bentuk maupun hiasannya.

Berdasarkan peralatannya kebudayaan jaman neolitihkum di bedakan menjadi


kebudayaan kapak persegi dan kapak lonjong berasal dari Heine Geldern berdasarkan kepada
penampang yang berbentuk persegi panjang dan lonjong.

Kebudayaan kapak persegi

Kebudayaan kapak persegi berasal dari Asia daratan yang menyebar ke Indonesia melalui
jalur barat melalui Malaka, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusatenggara. Terdapat
kapak persegi ukuran kecil (di gunakan sebagai fungsi kapak) dan yang ukuran besar (digunakan
sebagai fungsi beliung atau cangkul). Dibeberapa daerah ditemukan bekas-bekas pusat kerajinan
kapak persegi seperti di Lahat (Palembang), Bogor, Sukabumi, Purwakarta, Tasik (Jabar),
Pacitan (Jatim). Kebudayaan kapak persegi di dukung oleh manusia Proto Melayu (Melayu Tua)
yang migrasi ke Indonesia menggunakan perahu bercadik sekitar 2000 SM (Sebelum Masehi).
Yang merupakan keturunan ras Melayu Tua adalah suku Sasak , Toraja, Batak dan Dayak . Di
Minahasa (Sulut) di temukan kapak bahu, sejenis kapak persegi di beri leher untuk
pegangannya.

Kebudayaan kapak lonjong

Ukuran kapak lonjong ada yang besar (walzenbeli) dan kecil (kinbeli), sering di sebut
dengan istilah Neolith Papua karena penyebarannya terbatas di Irian saja oleh bangsa Papua
Melaneside. Dari peralatan yang ditemukan, baik kapak persegi maupun kapak lonjong di buat
dari batu api (chalcedon), terdapat pula kapak yang tidak terdapat tanda-tanda bekas dipakai
dalam bentuk yang indah (sebagai alat berharga, lambang kebesaran atau jimat).

JAMAN LOGAM

Jaman perunggu

Kebudayaan perunggu di Asia Tenggara merupakan pengaruh dari kebudayaan Dongson,


yang berkembang di Vietnam. Geldern berpendapat bahwa kebudayaan Dongson berkembang
paling muda sekitar 300 SM (sebelum Masehi). Pendukung kebudayaan perunggu adalah bangsa
Deuteuro Melayu (Melayu Muda) yang migrasi ke Indonesia sambil membawa kebudayaan
Dongson. Keturunannya adalah Jawa, Bali, Bugis, Madura, dll. Bahkan ditemukan beberapa
bukti bahwa telah terjadi pembaruan antara Melayu Monggoloide (Proto melayu dengan
Deuteuro melayu) dan Papua Melaneside.

Ciri jaman perunggu adalah pemakaian peralatan dari logam yang dikembangkan melalui
tehnik bivalve (rangkap) dan a cire perdue (cetak lilin). Namun bukanlah berarti setelah itu
peralatan dari batu dan gerabah di tinggalkan karena masih terus dipergunakan bahkan sampai
sekarang .

Ciri kehidupan pada jaman perunggu adalah telah terbentuk perkampungan yang teratur
dipimpin oleh kepala suku atau ketua adat, tinggal di dalam rumah bertiang yang besar yang
bagian bawahnya dijadikan tempat ternak, bertani (berladang dan bersawah) dengan sistem
irigasi sehingga pengairan tidak selalu bergantung kepada hujan.

Telah terdapat pembagian kerja berdasarkan keahlian sehingga munculah kelompok


undagi (tukang yang ahli membuat peralatan logam). Mereka telah menguasai ilmu Astronomi
(untuk kepentingan pelayaran dan pertanian ) dan membuat perahu bercadik.

Beberapa hasil budaya pada jaman perunggu adalah kapak corong (kapak sepatu),
candrasa (kapak corong yang salah satu sisinya memanjang), terdapat candrasa dan kapak corong
yang indah dan tidak ada tanda-tanda bekas di gunakan. Nekara (seperti dandang tertulungkup),
moko (nekara yang lebih kecil), terdapat berbagai perhiasan seperti garis lurus , piln-pilin,
binatang, rumah, perahu, lukisan orang berburu, tari dan lukisan orang China (monggol).

Selain itu mereka membuat bejana perunggu (berbentuk seperti periuk yang gepeng)
dengan hiasan indah (dalam bentuk garis dan burung merak), arca perunggu (ditemukan di
Bangkinag – Sulsel , Bogor - Jabar, dan Riau ) serta perhiasan perunggu seperti gelang, kalung,
anting, dan cincin.

Kebudayaan megalithikum (batu besar)

Di sebut kebudayaan batu besar karena pada umumnya menghasilkan kebudayaan dalam
bentuk monument yang terbuat dari batu berukuran besar. Kebudayaan ini muncul pada akhir
jaman neolhitikum, tetapi perkembangannya justru terjadi pada jaman perunggu (kebudayaan
Dongson).

Hasil-hasil dari kebudayaan megalithikum memberikan petunjuk kepada kita mengenal


perkembangan kepercayaan, terutama pemujaan terhadap arwah nenek moyang, yang memang
telah mulai nampak pada akhir jaman neolithikum.

Berikut ini adalah hasil-hasil budaya megalhitikum : Menhir atau tugu batu yang terbuat
dari batu tunggal, yang berfungsi sebagai tanda peringatan dan melambangkan arwah nenek
moyang sehingga menjadi benda pemujaan. Menhir banyak di temukan di Pasemah, Lahat,
Sungai Talang Koto (Sumatera), Nagada (Flores).

Dolmen atau meja batu tempat sesaji, ada yang di sangga oleh menhir dan ada pula yang
digunakan sebagai penutup keranda atau sarchopagus, yang demikian dinamakan dengan
pandhusa. Sarcophagus (keranda) adalah peti mati tempat penyimpanan mayat yang berbentuk
lesung terbuat dari batu utuh yang diberi tutup. Di Bali di temukan keranda yang berisi tulang
belulang manusia, barang perunggu serta manik-manik.

Kubur batu, peti mayat yang di pendam di dalam tanah berbentuk persegi panjang dengan
ke empat sisinya di buat dari lempengan – lempengan batu. Ada pula yang di sebut waruga, yaitu
kubur batu yang berbentuk bulat. Kubur batu banyak di temukan di Kuningan (Jabar), Pasemah
(Sumatera), Wonosari (Yogja) dan Cepu (Jateng).

Punden berundak, bangunan pemujaan terhadap roh nenek moyang yang berupa susunan
batu bertingkat, banyak ditemukan di Banten, Garut, Kuningan, Sukabumi (Jabar). Dalam
perkembangan selanjutnya, punden berundak merupakan dasar dalam pembuatan candi,
bangunan keagamaan maupun istana.

Selain itu di temukan pula hasil budaya megalithikum dalam bentuk patung atau arca
manusia yang menggambarkan wujud nenek moyang atau arca binatang. Patung banyak di
temukan di daerah Pasemah (Sumatera), sementara di di lembah Bada (Sulteng) ditemukan
patung manusia (laki- laki dan perempuan).

BAB VIII

PERUBAHAN KEBUDAYAAN di INDONESIA

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kebudayaan mengalami perkembangan


(dinamis) sesuai dengan perkembangan manusia itu sendiri, oleh sebab itu tidak ada kebudayaan
yang bersifat statis. Dengan demikian, kebudayaan akan mengalami perubahan. Ada lima
penyebab terjadi perubahan kebudayaan yaitu:
1. Perubahan lingkungan alam
2. Perubahan yang disebabkan adanya kontak dengan kelompok lain
3. Perubahan karena adanya penemuan (discovery)
4. Perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat atau bangsa mengadopsi beberapa elemen
kebudayaan material yang telah dikembangkan oleh bangsa lain ditempat lain.
5. Perubahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara hidupnya dengan
mengadopsisuatu pengetahuan atau kepercayaan baru atau karena perubahan dalam pandangan
hidup dan konsepsinya tentang realitas.
Namun, perubahan kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa dan rasa manusia adalah tentu saja
perubahan yang memberi nilai manfaat bagi manusia dan kemanusian, bukan sebaliknya yaitu
yang akan memusnakan manusia sebagai pencipta kebudayaan tersebut.

BAB IX

PERADABAN INDONESIA DI TENGAH MODERNISASI DAN GLOBALISASI

1. Pengertian

Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan


yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang
modern. Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah sebagai berikut.

1. Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama
yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-
pola ekonomis dan politis.
2. Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah
yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning.
(dalam buku Sosiologi: suatu pengantar)
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian
sebagai berikut.

1. Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat
penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
2. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup
dalam masyarakat.

Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu,


yaitu sebagai berikut.

1. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat.
2. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.

3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga
atau badan tertentu.

4. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara
penggunaan alat-alat komunikasi massa.

5. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak
berarti pengurangan kemerdekaan.

6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.

2. Ciri-Ciri Modernisasi
Ciri Manusia Modern

Modernisasi dapat terwujud apabila masyarakatnya memiliki individu yang mempunyai sikap
modern, menurut Alex Inkeles, terdapat 9 ciri manusia modern. Ciri-ciri itu sebagai berikut:
1. Memiliki sikap hidup yang menerima hal-hal yang baru dan terbuka untuk perubahan.
2. Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai lingkungannya
sendiri atau kejadian yang terjadi jauh di luar lingkungannya serta dapat bersikap
demokratis.
3. Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan daripada masa lalu.
4. Memiliki perencanaan dan pengorganisasian.
5. Percaya diri.
6. Perhitungan.
7. Menghargai harkat hidup manusia lain.
8. Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
9. Menunjung tinggi suatu sikap di mana imbalan yang diterima seseorang haruslah sesuai
dengan prestasinya dalam masyarakat.
3. Syarat-Syarat Modernisasi
Selain dorongan modernisasi, terdapat pula syarat-syarat modernisasi. Menurut Sarjono
Soekanto, syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :
1) Cara berpikir ilmiah (scientific thinking) yang sudah melembaga dan tertanam kuat
dalam kalangan pemerintah maupun masyarakat luas.
2) Sistem administrasi Negara yang baik dan benar-benar mewujudkan birokrasi.
3) Sistem pengumpulan data yang baik, teratur, dan terpusat pada suatu lembaga atau badan
tertentu seperti BPS (Badan Pusat Statistik).
4) Penciptaan iklim yang menyenangkan (favourable) terhadap modernisasi terutama media
massa.
5) Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.
6) Sentralisasi wewenang dalam perencanaan social (social planning) yang tidak
mementingkan kepentingan pribadi atau golongan.

4. Sikap Mental Manusia Modern


Selain syarat-syarat di atas, agar modernisasi berjalan lancar perlu dukungan kebudayaan
masyarakat. Kebudayaan suatu masyarakat dapat menjadi pendorong sekaligus penghambat
proses modernisasi.. karena itu, sikap mental dan nilai budaya suatu masyarakat sangat
menentukan diterima atau ditolaknya suatu perubahan atau modernisasi. Sikap mental yang dapat
menjadi pendorong proses modernisasi antara lain adalah rajin, tepat waktu, dan berani
mengambil resiko.

5. Syarat-Syarat Modernisasi

Selain dorongan modernisasi, terdapat pula syarat-syarat modernisasi. Menurut Sarjono


Soekanto, syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :
1) Cara berpikir ilmiah (scientific thinking) yang sudah melembaga dan tertanam kuat
dalam kalangan pemerintah maupun masyarakat luas.
2) Sistem administrasi Negara yang baik dan benar-benar mewujudkan birokrasi.
3) Sistem pengumpulan data yang baik, teratur, dan terpusat pada suatu lembaga atau badan
tertentu seperti BPS (Badan Pusat Statistik).
4) Penciptaan iklim yang menyenangkan (favourable) terhadap modernisasi terutama media
massa.
5) Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.
6) Sentralisasi wewenang dalam perencanaan social (social planning) yang tidak
mementingkan kepentingan pribadi atau golongan.
6. PERKEMBANGAN MODERNISASI

Menurut Cyril Black, masyarakat modern ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya ilmu
pengatahuan dan teknologi baru yang menambah kemampuan manusia dalam mengungkap
rahasia-rahasia dan perubahan-perubahan pada lingkungan alam.

Modernisasi hanya dapat terjadi jika terdapat suatu dorongan. Dorongan-dorongan itu menurut
David McCleland adalah sebagai berikut.

a) Pribadi yang memiliki need for achievement, yaitu kebutuhan untuk berprestasi.
b) Perasaan tanggung jawab terhadap masyarakat

c) Memiliki modal yang cukup

d) Memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi

Menurut Alex Inkeles (1965), seorang sosiologi dari Universitas Harvard untuk mencapai
modernisasi harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a) Bersedia menerima gagasan-gagasan baru dan melaksanakan cara-cara baru.


b) Sanggup membentuk atau mempunyai pendapat mengenai sejumlah persoalan yang tidak
hanya timbul di sekitarnya, tetapi juga di luarnya.

c) Peka terhadap waktu, serta lebih mementingkan masa kini dan masa mendatang daripada
masa lampau.
d) Terlibat dalam perencanaan dan organisasi, serta menganggapnya sebagai sesuatu yang
wajar dalam hidup.

e) Kepercayaan terahadap keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi.

7. Dampak Positif dan Negatif


Dampak Positif
a) Perubahan Tata Nilai dan Sikap.
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan
sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
b) Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi Dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan
mendorong untuk berpikir lebih maju.
c) Tingkat Kehidupan yang lebih Baik.
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang
canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf
hidup masyarakat.

Dampak Negatif

Dampak negatif modernisasi dan globalisasi adalah sebagai berikut.

1) Pola Hidup Konsumtif


Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat
melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan
banyak pilihan yang ada.
2) Sikap Individualistik.
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak
lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka
adalah makhluk sosial.
3) Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang
mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan
bebas remaja, dan lain-lain.
4) Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat
mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah
antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan
sosial.
1. Urbanisasi

Modernisasi dan globalisasi melahirkan kembali industrialisasi dalam bentuk yang lebih maju
dalam hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Urbanisasi adalah proses perpindahan
penduduk dari desa ke kota atau dari pekerjaan pertanian di desa ke pekerjaan industri di kota.

Beberapa penyebab terjadinya urbanisasi adalah adanya daya tarik tertentu di kota seperti:
1) Daya tarik ekonomi

2) Daya tarik sosial

3) Daya tarik pendidikan

4) Daya tarik budaya

Dengan adanya urbanisasi, penduduk kota semakin bertambah. Dengan begitu, timbullah
permasalahan baru baik di kota maupun di desa, antara lain sebagai berikut.
1) Semakin berkurangnya penduduk desa

2) Banyak sawah yang terbengkalai

3) Hasil panen menurun

4) Tingkat kesejahteraan masyarakat menurun

5) Muncul pengangguran di kota

6) Kriminalitas dan perilaku menyimpang lainnya meningkat di kota.

2. Kesenjangan Sosial Ekonomi

Faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan ekonomi antara lain sebagai berikut;

1) Menurunnya pendapatan per kapita


2) Ketidakmerataan pembangunan antardaerah
3) Rendahnya mobilitas sosial
3. Pencemaran Lingkungan Alam

Pencemaran lingkungan hidup memiliki andil yang besar terhadap rusaknya lingkungan, seperti
tanah, udara, air, lingkungan tumbuh-tumbuhan, dan binatang. Keadaan demikian akan
menimbulkan bencana seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan, erosi/abrasi
pantai, hujan asam, polusi udara, dan pemanasan global.

4. Kriminalitas

Salah satu dampak modernisasi dan pembangunan adalah meningkatnya kriminalitas atau tindak
kejahatan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Pembangunan atau modernisasi yang
dilakukan Negara sedang berkembang, seperti Indonesia ini seringkali memunculkan masalah-
masalah sosial seperti berikut.

1) Menipisnya rasa kekeluargaan


2) Meningkatnya sikap individualistis
3) Meningkatnya tingkat persaingan
4) Meningkatnya pola hidup konsumtif

Globalisasi juga menghadirkan kesempatan untuk melakukan kejahatan lintas wilayah yang
diperkirakan mencapai 500 milliar dollar per tahun. Kegiatan kejahatan internasional
mencakup perdagangan manusia, pemalsuan komputer, perdagangan senjata secara illegal,
penyelundupan, pembajakan hak cipta, dan perdagangan obat-obatan.

5. Lunturnya Eksistensi Jati Diri Bangsa

Globalisasi yang ditandai dengan semakin kaburnya sekat-sekat antarnegara tentu berdampak
pada eksistensi jati diri bangsa itu sendiri. Kita ambil beberapa contoh.

1. Berkembangnya internet menyebabkan arus informasi dapat dinikmati oleh seluruh


warga dunia dengan mudah tanpa dapat dikontrol oleh negaranya.
2. Di bidang ekonomi, masuknya perusahaan-perusahaan multinasional telah mematikan
perusahaan dan usaha-usaha masyarakat.

Apa yang ditampilkan di atas adalah sebagian kecil dari dampak globalisasi yang telah
menggugat eksisteni Negara. Namun paling tidak, contoh-contoh di atas memperlihatkan bahwa
di tengah kegemerlapan kemajuan yang ditawarkan globalisasi, hal itu juga melahirkan dan
menyisakan berbagai kepedihan. Kesejahteraan bersama dan keadilan global yang ditawarkan
globalisasi ternyata tidak sepenuhnya terwujud.

GLOBALISASI

Pengertian Globalisasi

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan

keterkaitan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi,


perjalanan, budaya popular, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain.
Cochrane dan Pain berpendapat bahwa sebuah globalisasi, yakni munculnya sebuah sistem
ekonomi dan budaya global yang membuat manusia di seluruh dunia menjadi sebuah masyarakat
tunggal yang global. Sedangkan Cohen dan Kennedy berpendapat bahawa globalisasi adalah
“seperangkat transformasi yang saling memperkuat” dunia, yang meliputi hal-hal berikut.

1) Perubahan dalam konsep ruang dan waktu


2) Pasar dan produksi ekonomi di Negara-negara yang berbeda.
3) Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa.
4) Meningkatnya masalah bersama, misalnya:
a. Ekonomi
b. Lingkungan
c. Permasalahan lazim lainnya termasuk kesehatan dunia

Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada
globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens
menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian
dalam sebuah “dunia yang terus berubah tanpa terkendali” yang ditandai dengan selera dan rasa
ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi.

Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai “zaman transformasi sosial”. Setiap beberapa
ratus tahun dalam sejarah manusia, transformasi hebat terjadi. Dalam beberapa dekade saja,
masyarakat telah berubah kembali baik dalam pandangan mengenai dunia, nilai-nilai dasar,
struktur politik dan sosial, maupun seni. Lima puluh tahun kemudian, muncullah sebuah dunia
baru.
Rosabeth Moss Kanter menganalogikan globalisasi seperti sebuah pusat perbelanjaan global.
Dunia menjadi sebuah pusat perbelanjaan global dalam gagasan dan produksinya tersedia di
setiap tempat pada saat yang sama.

Meskipun demikian, sebagai mahasiswa, kita perlu hati-hati dalam menggunakan istilah
globalisasi sebagaimana diindikasikan oleh Wiseman: “Globalisasi adalah kata yang paling rumit
yang ada di akhir abad ke-20 karena kata ini memiliki beragam arti dan dapat dipakai dalam
berbagai hal”.

2. Proses Terjadinya Globalisasi

Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini dapat
dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi antarbangsa di dunia
telah ada selama berabad-abad. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika
manusia mulai mengenal perdagangan antarnegeri sekitar tahun 1000 dan 1500 SM.

Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum Muslim di Asia dan Afrika.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa,
Spanyol, Portugis, Inggris dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan
berbagai perusahaan multinasional di dunia.

Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika Perang Dingin berakhir dan
komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme sekan memberi pembenaran bahwa
kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara-
negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas.

C. GEJALA MODERNISASI DAN GLOBALISASI DI INDONESIA

1. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kemajuan ilmu pengetahuan selalu diikuti dengan kemajuan teknologi. Hal ini terbukti dengan
banyaknya penemuan dalam bidang teknologi guna memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam
melakukan berbagai aktivitas sehari-hari.
Contohnya :

1) Penemuan telepon sebagai alat telekomunikasi


2) Penemuan alat transportasi
3) Penemuan peralatan kantor
Contoh-contoh diatas hanya sebagian kecil dari hasil kemajuan ilmu pengetahuan.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia melibatkan Negara-negara
lain. Dalam banyak proyek pengembangan ilmu pengetahuan seperti penelitian-
penelitian, beasiswa, dan institusi pendidikan, Negara-negara lain banyak terlibat baik
dari segi pembiayaan maupun segi pengadaan fasilitas.

2. Bidang Ekonomi

Upaya-upaya agar kehidupan ekonomi dapat mendukung modernisasi antara lain sebagai berikut.

1) Mengembangkan persaingan
2) Memberdayakan pengusaha kecil
3) Mengembangkan hubungan kemitraan

Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam modernisasi ekonomi adalah sebagai berikut.
1) Meningkatnya taraf hidup.

2) Terlepas dari ketergantungan terhadap orang lain.

3) Peningkatan produksi barang-barang industri dan jasa

3. Bidang Politik

Di Indonesia, modernisasi politik mengalami perkembangan pasang surut. Perkembangan itu


dimulai dengan bentuk Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin, dan Demokrasi Pancasila.

Keberhasilan pembangunan politik semakin memantapkan tatanan kehidupan politik dan


kenegaraan yang berdasarkan demokrasi Pancasila, memantapkan perkembangan organisasi
sosial kesadaran berpolitik rakyat. Namun, pendidikan politik pun harus lebih ditingkatkan agar
rakyat makin sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara.
4. Bidang Agama
Masyarakat Indonesia sering dikatakan sebagai masyarakat yang religius karena warga
masyarakatnya hidup dengan berpedoman pada kaidah-kaidah agama yang dijamin dan
dikuatkan dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2 (Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya).
Sebagai masyarakat yang religius, modernisasi dalam kehidupan beragama sangat perlu.
Modernisasi itu mencakup modernisasi secara fisik dan non-fisik, sehingga akan terdapat
keseimbangan dalam membangun kehidupan di dunia dan di akhirat.

TANTANGAN MASA DEPAN

Dampak modernisasi dan globalisasi yang terjadi dalam masyarakat, tentu saja juga akan
berpengaruh pada kita sebagai anggota masyarakat dan lebih luas sebagai bangsa Indonesia.
Modernisasi dan globalisasi merupakan tantangan bagi masa depan bangsa kita.

1) Robertson mencatat bahwa sebenarnya apa yang kita pilih dari hal-hal yang bersifat
global hanyalah apa-apa yang menyenangkan kita dan kemudian mengubahnya sehingga
hal tersebut beradaptasi dan sesuai dengan budaya dan kebutuhan lokal.
2) Kita dapat mencampur unsur-unsur global untuk menghasilkan penemuan baru dari hasil
penggabungan itu misalnya, beberapa musik dunia mencampurkan beat tarian Barat
dengan gaya tradisional dari Afrika Utara dan Asia.
3) Komunikasi global berarti bahwa sekarang sulit bagi orang untuk tidak memikirkan
dengan sungguh-sungguh kejadian-kejadian di dunia, semacam itu turut bertangung
jawab terhadap peningkatan gerakan anti globalisasi terutama di kalangan anak muda.
4) Pengetahuan kita tentang hal-hal global dapat meninggikan kesadaran dan kesetiaan kita
terhadap hal-hal lokal.
5) beberapa kelompok religius dan etnik berusaha mencegah terjadinya globalisasi.

Ciri Globalisasi

Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya globalisasi di dunia.

a) Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon
genggam, televisi, satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi
sedemikian cepatnya, sehingga memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya
yang berbeda.
b) Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung
sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh
perusahan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization
(WTO).

c) Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi,


fim, musik, dan transmisi berita dan olahraga internasional). Saat ini kita dapat
mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang
melintasi beranekaragam budaya, misalnya dalam bidang fashion dan makanan.

d) Meningkatknya masalah besama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis


multinasional dan lain-lain.

3. Proses Terjadinya Globalisasi

Hubungan antarbangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri,
benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan
antarnegara sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu para pedagang dari Cina dan India mulai
menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat maupun jalan laut untuk berdagang.

Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan
Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan dan menyebarkan nilai-nilai
agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.

Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa
Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini
didukung pla denan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antarbangsa
dunia.

Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga
memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indonesia, perusahaan Eropa
membuka berbagai cabangnya di Indonesia, Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat,
Unilever dari Belanda British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin
berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi
pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia.
Implikasinya, negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini
didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Hasilnya, sekat-
sekat antarnegara pun mulai kabur.

BAB X
BUDAYA MASYARAKAT URBAN

Formasi Sosial

Sejak formasi-formasi sosial, ekonomi, dan budaya kontemporer berubah secara radikal,
ditandai dengan meriahnya anasir modernitas, seketika formulasi kehidupan manusia pun
berubah dengan ragam ekspresi dan penghayatan di kesehariannya. Peralihan kultural itu bahkan
tidak hanya menunjukkan suatu peralihan dari masyarakat tradisional ke modern, tetapi juga kini
memasuki tahapan masyarakat pos-sekuler (post-secular society).

Takdir historis-dialektis ini terus-menerus bergulir melabrak garis batas tradisi dan
habitus yang sebelumnya menjadi modus otentik manusia. Garis batas itu tampak melebur ketika
tahap kehidupan masyarakat modern memasuki momen kreasi dirinya dalam kultur masyarakat
urban.

Urbanitas sendiri dalam konteks sosial ekonomi dan budaya tidak hanya merefleksikan
sebuah formasi diskursif tatanan dunia kehidupan sosial politis, tapi juga perubahan
paradigmatik di dalamnya, di mana nilai-nilai mengalami universalisasi di satu pihak, dan
fragmentasi di pihak lain. Itu ditandai oleh capaian teknik, industri, gaya hidup, dan pertukaran
budaya di dalamnya meski selalu terselip anomali-anomali di dalamnya. Bahkan, secara
sistematik industri kebudayaan yang menandai kultur urban masyarakat itu telah melahirkan
marginalisasi, kapitalisasi, dan eksploitasi.

Dalam konteks itulah proses urbanisasi yang meniscayakan pertukaran budaya (cultural
share), persilangan, dan persenyawaan budaya selalu menarik untuk dilihat terkait dengan
bergesernya modus individu dan masyarakat yang ingar-bingar tampil dalam kota-kota besar
sebagai hasil dari proyeksi modernitas.

Meleburnya identitas

Konsep megapolitanisme kota, meleburnya identitas, bertemunya manusia lintas kultur


dan bahasa, teknologisasi atas tubuh serta gaya hidup yang tampil, merupakan titik kulminasi
dari capaian modernitas, yang dalam arti tertentu juga melahirkan keterasingan diri subyek atau
individu dalam modernitas. Megahnya etalase kota, mal, dan pusat-pusat ”Agora” baru dengan
gaya arsitektur modern yang dicangkokkan dari rahim modernisme itu sekaligus menandai suatu
universalitas nilai kosmopolit dalam masyarakat mutakhir meski selalu terselip keganjilan di
dalamnya.

Titik universalitas nilai itu tampak ketika manusia konkret dan partikular itu melebur
dalam batasan etnik, kultur, dan bahasa menjadi satuan anasir tak terbilang oleh identitas politik
maupun ideologi. Tingkat polarisasi dan gejala konsumtivisme menjadi suatu penanda di mana
batasan atau pemilahan ideologi itu telah melebur dalam bentuk universalisme modernitas meski
tak dapat ditampik selalu ada unsur fragmentasi di dalamnya, terutama dalam bentuk-bentuk
baru, seperti meleburnya batasan ideologi dan politik ke wilayah pertukaran hobi dan minat yang
sama dari setiap individu di dalamnya.

Modernitas pun dalam arti tertentu telah meringkus dan meringkas manusia dalam
dekapan ruang dan waktu. Di situ temporalitas menjadi keniscayaan dari semangat kebaruan
yang tampil dalam masyarakat urban. Bahkan, pilihan dan ruang itu secara implisit diisyaratkan
atau bahkan direpresi oleh kepentingan industri, baik itu diintrodusir oleh iklan maupun
pencitraan komoditas yang tampil sehingga melahirkan bentuk atau karakter fetish (berhala) dari
komoditas.

Tubuh-tubuh manusia dalam kultur urban kini tengah menjadi medan pertempuran teknik
dan industri. Teknologisasi atasnya telah membentuk dan merepresi tubuh dalam sebongkah situs
dan ekstensifikasinya yang melampaui hingga tubuh-tubuh seksis dan estetis pun seketika
berubah menjadi tampilan yang erotis.
Pancaran ekstensifikasi tubuh itu tampak tidak hanya dalam keluasan ekonomi yang
dimilikinya sehingga melahirkan kesadaran akan hak kepemilikan, tetapi sekaligus eksploitasi
atasnya ketika kapitalisasi itu melampaui bentuk aktualisasi dari tubuh sebagai hak individual.
Maraknya teknik dalam bentuk salon, klinik, dan aneka teknologi pendisiplinan tubuh adalah
cerminan dari universalisasi atas tubuh sekaligus subversi atas tubuh. Melalui medium itu tubuh
hendak dicitrakan sekaligus dikapitalisasi sehingga melahirkan eksploitasi dan tendensi fasistis
atas tubuh dalam industri kebudayaan.

Tubuh dan pencitraan diri

Di jalanan, di pusat-pusat pembelanjaan, dan di klinik-klinik bengkel tubuh, kita


menyaksikan apa yang pernah dimaklumatkan filsuf poststrukturalis Francis Michel Foucauld
tentang narasi klinis, yang berupaya melakukan subversi dan represi atas tubuh dengan
disiplinisasi atas tubuh melalui kuasa dan pengetahuan.

Dan pada hari ini, melalui narasi itulah masyarakat urban tampil bersolek melalui
pencitraan-pencitraan diri yang melampaui kehendak, bahkan rasionalitas dirinya, sehingga
tampilan wajah masyarakat urban pun bergeliat dalam kemeriahan lanskap kota dan perilaku
masyarakat pesolek di tengah keriuhan dan keterasingan dirinya dari realitas primordial.

Normalitas dan keteraturan sosial di dalamnya sekaligus menunjukkan tingkat


abnormalitas. Dalam perwajahannya yang elok nan seksis tubuh-tubuh manusia modern seolah
tengah mengalami proses aktualisasi diri meski selalu muncul ironi di dalamnya. Di suatu massa
ribuan, bahkan jutaan manusia, tampil sebagai individu yang seakan ingin tampil otentik, tetapi
dalam keotentikannya sekaligus muncul abnormalitas dalam modus eksistensinya.

Penyimpangan-penyimpangan itu tampak secara vulgar dalam bentuk budaya narsisme,


hedonisme, dan konsumerisme sehingga dalam batas tertentu keteraturan dan normalitas dunia
kehidupan modern pun melahirkan budaya schizophrenia sebagaimana tampil dalam bentuk
kapitalisme.

Tak ada lagi batasan teritori, bahasa, dan etnisitas dalam kultur urban. Semuanya melebur
dalam gairah perayaan sekaligus pengorbanan yang lahir dari efek globalisasi. Manusia-manusia
urban kini tampil sebagai ikon yang seolah telah meninggalkan batas tradisi dan bahasa serta
perubahan modus produksi dan aktualisasi di dalamnya sehingga etalase kota pun diriuhkan oleh
heterogenitas budaya.

Anomali kultur urban

Di atas kemegahan itu, dalam kultur urban semua modus dan ekspresi tidak pernah steril
dari arus industrialisasi dan komoditas, melalui kuasa kapitalisme. Sehingga ironi, absurditas dan
kesenjangan tampil dalam wajah kota nan megah dengan etalase dan konstruksi arsitektural
modern, terutama bagi mereka yang tak mampu mengikuti arus logika kapitalisme yang sedang
dimainkan semangat zaman.

Di tengah keriuhan kita duduk di kafe-kafe mal, manusia-manusia yang hilir mudik
dalam perjumpaan seperti tampil saling bertukar penat dan keluh kesah, dan dalam kerumunan
itu kita menemukan tampilan di mana digit perjumpaan teringkus oleh media atau alat
komunikasi yang melintasi batas teritori.

Keterasingan individu dan absurditas menghayati ruang dan waktu pun kian tampak
ketika perjumpaan wajah dalam setiap momen dan peristiwa itu tak selalu menunjukkan
perjumpaan dalam wajahnya yang polos dan terbuka ketika dalam momen dan peristiwa
perjumpaan antarmanusia. Setiap individu tak lagi bertindak otentik sebagaimana
individualitasnya. Bahkan, ketika desir malam datang, energi hormonal dari perjumpaan datang
menjadi pertukaran yang khas dalam potret masyarakat kini.

Sehingga tubuh sering kali mengalami reprostitusi bahkan kapitalisasi sehingga


melahirkan individu yang terasing dari setiap perjumpaannya dengan yang lain. Tak pernah ada
ruang yang steril dari arus komoditas dalam setiap perjumpaan itu. Karena perjumpaan dalam
wajah kepolosan individu telah bergeser ke arah pencitraan-pencitraan diri yang meniscayakan
komoditas. Semua menjadi medan pertempuran citra dalam keseharian yang partikularnya.
Sehingga individu selalu berwajah ganda dalam setiap perjumpaannya.
BAB XI
AKULTURASI DAN SINKRETISASI
AKULTURASI
Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi. Akulturasi
merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup
berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua
kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu
saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan
masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena:
1. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga
masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
2. Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan
kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-
unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia.
Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang.
Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan
kebudayaan Indonesia. Hasil akulturasi tersebut tampak pada.
1. Bidang Sosial
Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat
Indonesia. Hal ini tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat atas kasta.
2. Ekonomi
Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini
disebabkan karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh sebelum
masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia.
3. Sistem Pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan oleh kepala suku
yang dipilih karena memiliki kelebihan tertentu jika dibandingkan anggota kelompok
lainnya. Ketika pengaruh Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh
seorang raja yang berkuasa secara turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari
dewa yang memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja. Sehingga memperkuat kedudukannya
untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun temurun. Serta meninggalkan sistem
pemerintahan kepala suku.
4. Bidang Pendidikan
Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang
pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan. Namun
dengan masuknya Hindu-Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya
baca dan tulis.
Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu :
ü Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian
masyarakat Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di kalangan pendeta dan
bangsawan kerajaan. Telah mulai digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa
Bali Kuno yang merupakan turunan dari bahasa Sansekerta.
ü Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan sekolah-sekolah
khusus untuk mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan tersebut kemudian
diadaptasi dan dikembangkan sebagai sistem pendidikan yang banyak diterapkan di
berbagai kerajaan di Indonesia.
ü Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang merupakan
interpretasi kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha. Contoh :
· Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
· Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
· Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
· Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama
· Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.
ü Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti
berlandaskan ajaran agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan kasih sayang,
kedamaian dan sikap saling menghargai sesama manusia mulai dikenal dan diamalkan
oleh sebagian masyarakat Indonesia saat ini.
Para pendeta awalnya datang ke Indonesia untuk memberikan pendidikan dan pengajaran
mengenai agama Hindu kepada rakyat Indonesia. Mereka datang karena berawal dari
hubungan dagang. Para pendeta tersebut kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan
yang dikenal dengan pasraman. Di tempat inilah rakyat mendapat pengajaran. Karena
pendidikan tersebut maka muncul tokoh-tokoh masyarakat Hindu yang memiliki
pengetahuan lebih dan menghasilkan berbagai karya sastra.
Rakyat Indonesia yang telah memperoleh pendidikan tersebut kemudian menyebarkan pada
yang lainnya. Sebagian dari mereka ada yang pergi ke tempat asal agama tersebut. Untuk
menambah ilmu pengetahuan dan melakukan ziarah. Sekembalinya dari sana mereka
menyebarkan agama menggunakan bahasa sendiri sehingga dapat dengan mudah diterima
oleh masyarakat asal.
Agama Budha tampak bahwa pada masa dulu telah terdapat guru besar agama Budha, seperti
di Sriwijaya ada Dharmakirti, Sakyakirti, Dharmapala. Bahkan raja Balaputra dewa
mendirikan asrama khusus untuk pendidikan para pelajar sebelum menuntut ilmu di
Benggala (India)
5. Kepercayaan
Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia mengenal dan
memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan
dinamisme). Masuknya agama Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai
menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli seperti
pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam
sinkritisme yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme, totemisme
dalam keagamaan Hindu-Budha.
Contoh :
Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari
Singasari yang merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh leluhur masih
terwujud dalam upacara kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100
hari, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari, serta masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh
masyarakat Jawa.
6. Seni dan Budaya
Pengaruh kesenian India terhadap kesenian Indonesia terlihat jelas pada bidang-bidang
dibawah ini:
Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli
bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi
budaya bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum
yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya
candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang ikut dikubur yang
disebut bekal kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai makam bukan semata-mata
sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi tempat pemujaan dewa tidak
terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.
Seni Rupa
Seni rupa tampak berupa patung dan relief.
Patung dapat kita lihat pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di Bangun Kutai.
Serta patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan). Selain patung
terdapat pula relief-relief pada dinding candi seperti pada Candi Borobudur ditemukan relief
cerita sang Budha serta suasana alam Indonesia
Seni Sastra dan Aksara
Periode awal di Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat.
Periode tengah bangsa Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya India.
Contohnya: Kitab Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu Sedah dan
Panuluh. Isi ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara Pandawa melawan Kurawa.
Para ahli berpendapat bahwa isi sebenarnya merupakan perebutan kekuasaan dalam keluarga
raja-raja Kediri.
Prasasti-prasasti yang ada ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Bahasa
Sansekerta banyak digunakan pada kitab-kitab kuno/Sastra India. Mengalami akulturasi
dengan bahasa Jawa melahirkan bahasa Jawa Kuno dengan aksara Pallawa yang dimodifikasi
sesuai dengan pengertian dan selera Jawa sehingga menjadi aksara Jawa Kuno dan Bali
Kuno. Perkembangannya menjadi aksara Jawa sekarang serta aksara Bali. Di kerajaan
Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf Nagari.
7. Bidang Teknologi
Masyarakat Indonesia dari sebelum masuknya agama Hindu-Budha sebenarnya sudah
memiliki budaya yang cukup tinggi. Dengan masuknya pengaruh budaya Hindu-Budha di
Indonesia semakin mempertinggi teknologi yang sudah dimiliki bangsa Indonesia
sebelumnya. Pengaruh Hindu-Budha terhadap perkembangan teknologi masyarakat
Indonesia terlihat dalam bidang kemaritiman, bangunan dan pertanian.
Perkembangan kemaritiman terlihat dengan semakin banyaknya kota-kota pelabuhan,
ekspedisi pelayaran dan perdagangan antar negara. Selain itu, bangsa Indonesia yang
awalnya baru dapat membuat sampan sebagai alat transportasi kemudian mulai dapat
membuat perahu bercadik.
Perpaduan antara pengetahuan dan teknologi dari India dengan Indonesia terlihat pula pada
pembuatan dan pendirian bangunan candi baik candi dari agama Hindu maupun Budha.
Bangunan candi merupakan hasil karya ahli-ahli bangunan agama Hindu-Budha yang
memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Selain itu terlihat dalam penulisan prasasti-
prasastri pada batu-batu besar yang membutuhkan keahlian, pengetahuan, dan teknik
penulisan yang tinggi. Pengetahuan dan perkenalan teknologi yang tinggi dilakukan secara
turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Dalam bidang pertanian, tampak dengan adanya pengelolaan sistem irigasi yang baik mulai
diperkenalkan dan berkembang pada zaman masuknya Hindu-Budha di Indonesia. Tampak
pada relief candi yang menggambarkan teknologi irigasi pada zaman Majapahit.
8. Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan adanya :
· Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka
yang dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja
Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari. Oleh orang Bali, tahun
Saka tidak didasarkan pada sistem Surya Pramana tetapi sistem Chandra Pramana
(tahun Bulan, tahun Kamariah) dalam 1 tahun ada 354 hari. Musim panas jatuh pada hari
yang sama dalam bulan Maret dimana matahari, bumi, bulan ada pada garis lurus. Hari
tersebut dirayakan sebagai Hari Raya Nyepi.
· Ditemukan Candrasangkala/ Kronogram ada dalam rangka memperingati peristiwa
dengan tahun/ kalender saka. Candrasangkala adalah angka huruf berupa susunan
kalimat/ gambaran kata. Bila berupa gambar harus diartikan dalam bentuk kalimat.
Contoh:
Sirna Ilang Kertaning Bumi = 1400 S = 1478 M
Sirna =0 Kertaning =4
Ilang =0 Bumi =1
Çurti Indria Rasa = 654 S = 732 M
Çurti =4
Indria =5
Rasa =6
Hayama Vayu Rasa = 682 S
9. Filsafat
Lahir Astrologi yaitu pengetahuan yang berkaitan dengan alam semesta/ astronomi.
Contoh : orang memberi nama anak berdasarkan hari, tanggal, bulan lahirnya.
Adanya buku primbon sebagai pedoman hidup dan tatanan tradisi yang semula hanya
merupakan catatan turun temurun. Ajaran Hindu-Budha penuh dengan upacara keagamaan.
Falsafah agama tersebut mengajarkan hal-hal yang bersifat pasifistis yaitu ajaran yang
menuju pada kehidupan damai, menerima apa yang menjadi takdir karena semuanya
ditentukan oleh Yang Maha Kuasa.

MASJID
Pada umumnya ada 3 jenis Masjid:
Masjid Tradisional
☼ Atapnya berupa Meru disebut atap tumpang berasal dari ijuk/rumbia dengan jumlah ganjil
(tiga atau lima).Tingkatan paling atas berbentuk LIMAS
☼ Terdapat Mihrab (tempat imam memimpin shalat)
☼ Contoh : Masjid Demak, Masjid Kudus

CIRI MASJID DI JAWA


o Masjid tradisional Jawa umumnya berupa pendopo. Pola tiang penopang masjid mengikuti
pola tiang penopang rumah tradisional masyarakat Jawa
o Bangunan terdiri dari 4 tiang utama (soko guru) dan 12 tiang pembantu disekelilingnya. Jika
diperbesar maka tiang diluar ditambah menjadi 24 buah
o Bagian atapnya dibuat atap tumpang bukan tunggal seperti rumah tradisional di Jawa.
o Di masjid dilengkapi Kentongan atau Bedug

MASJID MAKAM
☺ Disebut demikian karena dibelakang masjid biasanya terdapat makam para wali atau
bahkan makam raja.
☺ Contoh: Masjid Makam Ampel, Demak, Kudus, Banten, Sendangduwur

MASJID MODERN
Cirinya tampak pada
Bagian atap masjid (mendapat pengaruh budaya Persia dan India) yaitu berbentuk Kubah.
Bentuk kubah masjid setengah bulatan seperti sebuah stupa Budha
Dilengkapi Menara, tempat untuk Muazin mengumandangkan azan
Contoh:
Masjid Baiturrahman di Aceh
Masjid Syuhada di Yogyakarta

LETAK MASJID
Letak Masjid di Jawa menggunakan komposisi Macopat. Dimana Masjid berada disebelah barat
alun-alun, dekat istana

MAKAM/NISAN
Makam dilengkapi dengan Jirat (kijing) dan cungkup (kubah).
Pengaruh Islam tampak pada : penggunaan ragam hias khas Islam yaitu bentuk melengkung
seperti kubah masjid, disertai dengan tulisan Arab yang diambil dari ayat-ayat suci Al’Quran.
Contoh :
ü Nisan Fatimah binti Maemun di Leran
ü Nisan Sultan Malik Al Saleh di Samudra Pasai

SENI AKSARA
q Digunakan tulisan huruf Arab Melayu atau Arab Gundul
q Adanya larangan membuat gambar maupun patung berupa Makhluk Hidup terutama
ditempat ibadah
q Berkembang tulisan Kaligrafi (huruf Arab yang berbentuk indah) yang digunkan untuk
melukiskan makhluk hidup

Seni Ukir
Seni Ukir Islam disebut Kaligrafi, yang dapat dipahatkan pada kayu.
Contoh :
☻Kaligrafi/ukiran yang dipahatkan pada dinding depan Masjid Mantingan, Jepara
☻Di Masjid Cirebon terdapat pahatan berbentuk harimau
Pahatan berupa gambar tersebut disebut Arabesk

SENI SASTRA
Tampak pada karya sastra di Selat Malaka dan Pulau Jawa.
Karya sastra yang berkembang:
1. Suluk,yaitu karya sastra yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Contoh : Suluk Sukrasa, Suluk
Wujil
2. Hikayat, yaitu dongeng atau cerita rakyat yang sudah ada sebeluym masuknya Islam.
Contoh: Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Panji Semirang
3. Babad, yaitu kisah sejarah yang terkadang memuat silsilah para raja suatu kerajaan Islam
Contoh: Babad tanah Jawi, Babd Cirebon, Babad Ranggalawe

SISTEM PEMERINTAHAN
Digunakan aturan-aturan Islam dalam pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Terbukti dengan adanya :
ü Raja Mataram Islam awalnya bergelar Sunan/Susuhunan, artinya dijunjung
ü Raja akan diberi Gelar Sultan jika telah diangkat atas persetujuan khalifah yang
memerintah di Timur Tengah
ü Terdapat gelar lain yaitu Panembahan, Maulana.

SOSIAL
v Mulai dikenal sistem demokrasi
v Tidak mengenal adanya sistem kasta
v Tidak mengenal perbedaan gologan dalam masyarakat

FILSAFAT
Setelah Islam lahir berkembanglah Ilmu filsafat yang berfungsi untuk mendukung pendalaman
agama
Islam.
Ø Abad 8 M, lahir dasar-dasar Ilmu Fikih
Ø Fikih, merupakan ilmu yang mempelajari hukum dan peraturan yang mengatur hak dan
kewajiban umat Islam terhadap Tuhan dan sesama manusia.
Dengan Fikih diharapkan umat Islam dapat hidup sesuai dengan kaidah Islam.
Ø Abad ke-10 M, lahir dasar-dasar Ilmu Qalam dan Tasawuf
Ø Qalam, merupakan ajaran pokok Islam tentang keesaan Tuhan, Ilmu teologi/Ilmu
ketuhanan/ Ilmu Tauhid.
Ø Asal mula lahirnya tasawuf karena pencarian Allah karena kecintaan dan kerinduan pada
Allah.
Ø Tasawuf kemudian berkembang menjadi aliran kepercayaan.

KALENDER
• Di Jawa, pada masa Sultan Agung (raja Mataram) terjadi akulturasi antara kalender
Hijriyah dan kalender Saka
• Kalender dimana angka tahunnya meneruskan angka tahun saka tetapi perhitungannya
mengambil dari kalender Hijriyah
• Kalender tersebut berlaku tgl 8 Juli 1633 atau tgl 1 Suro 1555 (1 Muharram=1403
Hijriyah) untuk kemudian disebut tahun Jawa
Pengertian Akulturasi Kebudayaan

Akuturasi adalah perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang berlangsung dengan damai
dan serasi. Contohnya, perpaduan kebudayaan antara Hindu-Budha dengan kebudayaan
Indonesia, dimana perpaduan antara dua kebudayaan itu tidak menghilangkan unsur-unsur asli
dari kedua kebudayaan tersebut.
Contoh Akulturasi Budaya

Seni Bangunan
Dasar bangunan candi itu merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman
Megalitikum, yaitu bangunan punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini mendapat
pengaruh Hindu-Budha, sehingga menjadi wujud sebuah candi, seperti Candi Borobudur.

Seni rupa/Seni lukis


Unsur seni rupa dan seni lukis India telah masuk ke Indonesia.hal ini terbukti dengan
ditemukannya patung Budha berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Budha
berlanggam Amarawati ditemukan di Sikendeng (Sulawesi Selatan). Pada Candi Borobudur
tampak adanya seni rupa India, dengan ditemukannya relief-relief ceritera Sang Budha Gautama.

Relief pada Candi Borobudur pada umumnya lebih menunjukkan suasana alam Indonesia,
terlihat dengan adanya lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu, juga
terdapat hiasan perahu bercadik. Lukisan-lukisan tersebut merupakan lukisan asli Indonesia,
karena tidak pernah ditemukan pada candi-candi yang terdapat di India. Juga relief pada Candi
Prambanan yang memuat cerita Ramayana.

Seni sastra
Prasasti-prasasti awal menunjukkan pengaruh Hindu-Budha di Indonesia, seperti yang ditemukan
di Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dalam bahasa
Sansekerta dan huruf Pallawa.
Kalender
Diadopsinya sistem kalender atau penanggalan India di Indonesia merupakan wujud dari
akulturasi, yaitu terlihat dengan adanya penggunaan tahun Saka di Indonesia. Di samping itu,
juga ditemukan Candra Sangkala atau konogram dalam usaha memperingati peristiwa dengan
tahun atau kalender Saka. Candra Sangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat atau
gambar kata. Contoh tahun Candra Sangkala adalah “Sirna Ilang Kertaning Bumi” sama dengan
1400 (tahun saka) dan sama dengan 1478 Masehi.
Desakan Budaya
Desakan suatu budaya pada budaya lain disebut dominasi. Contohnya masyarakat Betawi,
Aborigin dan Irian.
Contoh-contoh dari hasil akulturasi budaya sangat beraneka ragam. Dalam bidang kesenian,
arsitektur, agama dan lain-lain.

1. Bentuk bangunan Masjid Sunan Kudus adalah salah satu akulturasi antara Hindu-Islam.

2. Candi-candi di Indonesia sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa Indonesia dengan
seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa Indonesia
dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden
berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Candi Borobudur merupakan wujud
dari akulturasi antara agama Hindu-Budha di Indonesia.

3. Bangunan rumah di daerah Kota, Jakarta Utara dan Juga Museum Fatahillah Jakarta
merupakan wujud akulturasi dari kebudayaan yang dibawa oleh bangsa-bangsa Eropa ketika
menjajah Indonesia. Bangunan Museum Fatahillah menyerupai Istana Dam di Amsterdam, yang
terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding
yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai
sebagai penjara.

4. Selain dalam bidang arsitektur, akulturasi budaya juga berpengaruh dalam bidang kesenian.
Cabang seni rupa yang berkembang adalah seni ukir dan seni lukis. Pola-pola hiasannya meniru
zaman pra-islam, seperti daun-daunan, bunga-bungaan, bukit-bukit karang, pemandangan, garis-
garis geometri, kepala kijang, dan ular naga. Contoh, masjid yang di hias dengan ukiran adalah
masjid Mantingan, dekat jepara yang terdapat lukisan kera, ukiran gapura di candi Bentar di
Tembayat, Klaten, yang dibuat pada masa Sultan Agung pada tahun 1633, dan gapura Sendang
Duwur di Tuban. Pada zaman islam juga berkembang seni rupa yang disebut kaligrafi, yaitu seni
menulis indah .
5. Kesusastraan pada zaman islam banyak berkembang di daerah sekitar selat malaka (daerah
melayu) dan jawa. Kebanyakan karya sastra pada zaman islam yang sampai pada kita sekarang
ini telah berubah dalam bentuknya yang baru, baik bahasa maupun susunannya. Pengaruh yang
kuat dalam karya sastra pada zaman itu berasal dari Persia. Misalnya, Hikayat Amir Hamzah,
Hikayat Bayan Budiman, dan Hikayat 1001 malam (alif laila wa laila).

6. Perwayangan di daerah jawa dan sekitarnya yang mengangkat cerita Ramayana dan Mahabarata
merupakan wujud akulturasi kebudayaan antara Hindu-Budha di bidang kesenian.

7. Tari Betawi. Sejak dulu orang Betawi tinggal di berbagai wilayah Jakarta. Ada yang tinggal di
pesisir, di tengah kota dan pinggir kota. Perbedaan tempat tinggal menyebabkan perbedaan
kebiasaan dan karakter. Selain itu interaksi dengan suku bangsa lain memberi ciri khas bagi
orang Betawi. Tari yang diciptakanpun berbeda. Interaksi orang Betawi dengan bangsa Cina
tercipta tari cokek, lenong, dangambang kromong.

8. Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan,
yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau
biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan
bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di
samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai
motif hiasan ataupun ukiran dan gambar wayang.

9. Alat musik Tanjidor selain mendapat pengaruh dari budaya Cina, kesenian Betawi dipengaruhi
oleh beragam budaya dari Eropa. Orkes Tanjidor, misalnya, mulai ada sejak abad ke-18. Konon
salah seorang Gubernur Jenderal Belanda, Valckenier menggabungkan rombongan 15 orang
pemain alat musik tiup Belanda dengan pemain gamelan, pesuling Cina, dan penabuh tambur
Turki untuk memeriahkan pesta.

10. Orkes Gambus. Budaya Timur Tengah ternyata juga memiliki pengaruh kuat dalam khasanah
Betawi, hal ini terbukti bahkan sampai saat ini di seantero Jakarta terdapat puluhan grup orkes
gambus. Orkes ini biasanya ditampilkan di acara pesta perkawinan untuk mengiringi para
penyanyi gambus baik laki maupun perempuan. Mereka biasanya membawakan lagu-lagu
gambus dengan lirik religius maupun lagu-lagu cinta berbahasa Arab.

11. Wayang Betawi. Salah satu produk budaya Betawi hasil akulturasi dari budaya Jawa dan Sunda
adalah wayang. Namun demikian, pengaruh Sunda lebih tampak dalam kesenian ini. Mungkin
secara geografis memang lebih dekat. Misalnya dalam hal penggunaan bahasa. Dalam wayang
digunakan bahasa Betawi campur Sunda. Dalam dunia pewayangan Betawi dikenal dua jenis
wayang: Wayang Kulit (dalang terkenalnya H. Surya Bonang alias Ki Dalang Bonang), serta
Wayang Golek (dalang terkenalnya Tizar Purbaya). Umumnya, wayang Betawi mengambil lakon
tentang kehidupan kerajaan di dunia pewayangan. Ada pula tokoh komedi Udel (persamaannya
Cepot di dalam Sunda).

12. Pakaian Adat Betawi, orang Betawi pada umumnya mengenal beberapa macam pakaian. Namun
yang lazim dikenakan adalah pakaian adat berupa tutup kepala (destar) dengan baju jas yang
menutup leher (jas tutup) yang digunakan sebagai stelan celana panjang Melengkapi pakaian
adat pria Betawi ini, selembar kain batik dilingkari pada bagian pinggang dan sebilah belati
diselipkan di depan perut. Para wanita biasanya memakai baju kebaya, selendang panjang yamg
menutup kepala serta kain batik. Pada pakaian pengantin, terlihat hasil proses asimilasi dart
berbagai kelompok etnis pembentuk masyarakat Betawi. Pakaian yang digunakan pengantin pria,
yang terdiri dari: sorban, jubah panjang dan celana panjang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan
Arab. Sedangkan pada pakaian pengantin wanita yang menggunakan syangko (penutup muka),
baju model encim dan rok panjang memperlihatkan adanya pengaruh kebudayaan Cina Uniknya,
terompah (alas kaki) yang dikenakan oleh pengantin pria dan wanita dipengaruhi oleh
kebudayaan Arab.
13. Tari Kcak adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan
terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-
laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan “cak” dan
mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama
melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian
yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau
roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. Para
penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur
melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan
tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa. Lagu tari Kecak
diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan
kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana. Ini
merupakan akulturasi kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.

BAB XII
PERADABAN INDONESIA DI TENGAH MODERNISASI
Arus modernisasi dan globalisasi adalah sesuatu yang pasti terjadi dan sulit untuk
dikendalikan, terutama karena begitu cepatnya informasi yang masuk keseluruh belahan dunia,
hal ini mebawa pengaruh bagi seluruh bangsa di dunia, termasuk didalamnya bangsa
Indonesia .dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, maka dunia menjadi
sempit, ruang dan waktu menjadi sangat relative, dan dalam banyak hal batas batas Negara
sering menjadi kabur bahkan mulai tidak relavan . dinding pembatas antar bangsa menjadi
semakin terbuka bahkan mulai hanyut oleh arus perubahan.oleh karena itu, Indonesia
menghadapi kewajiban ganda, yaitu disatu pihak melestarikan warisan budaya bangsa dan
dipihak lain membangun kebudayaan nasional yang modern.
Tujuan akhir dari kedua usaha atau kewajiban ini adalah masyarakat modern yang tipikal
Indonesia, masyarakat yang tidak hanya mampu membangun dirinya sederajat dengan bangsa
lain, tetapi juga tangguh menghadapi tantangan kemerosotan mutu lingkungan hidup akibat arus
ilmu dan teknologi modern maupun menghadapi tren global yang membawa daya tarik kuat
kearah pola hidup yang bertentangan dengan nilai nilai luhur bangsa.(Indra Siswarini, makalah,
2006:16)
Pertanyaannya, mampukah kita membangun bangsaditengah tengah modernisasi dan
globalisasi dalam arus yang semakin kuat? Jika jawabannya”ya”, maka kita akan mampu
mernjadi Negara maju yang masih terjati diri Indonesia. Jika “tidak”, maka selamanya kita akan
menjadi bangsa terjajah.salah satu yang bisa menjawab “ya” adalah peranan lembaga pendidikan
untuk terus menggali ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi tanpa menghilangkan jati
diri Indonesia melalui pelestarian nilai nilai dan moral bangsa Indonesi
Modernisasi dalam arti farfiah adalah proses menjadi masyarakat tradisional menjadi
masyarakat modern. Ini berarti proses perubahan masyarakat dari masyarakat tradisional
menjadi masyarakat modern. Modernisasi adalah suatu gejala sosial yang dapat kita amati tanda-
tandanya dalam kehidupan masyarakat. Kita dapat melihat wujud proses modernisasi tersebut
dalam perkembangan masyarkat di dunia maupun di Indonesia.

Menurut J.W Schoorl (1981) gejala modernisasi tidak bias di definisian hanya dalam
satu atau dua kalmia karena gejala modernisasi melputi banyak aspek kehidupan. Kita dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan modernisasi hanya kalau kita mengenali berbagai aspek
tersebut.

Dari aspek ekonomi, gejala modernisasi dapat dilihat dari tumbuhnya komplek industri
secara besar-besaran yang mengadakan produksi barang-barang konsumsi dan barang-barang
sarana produksi secara masal. Ini berarti tumbuhnya organisasi-organisasi yang komplek untuk
mendirikan,. Menyelenggarakan dan mengembangkan aparat produksi itu serta mengadakan
pembelian bahan-bahan baku dan penjualan produknya. Pengertian modernisasi kurang lebih
sama dengan pengertian industrialisasi.D

Dunia yang berubah sifatnya dari semula bersifat mistik dan magis menjadi lebih
rasional. Bersamaan dengan itu, terjadilah semacam sekulerisasi. Hal itu berarti bisdang-bidang
kehidupan yang berbeda, dan aktifitas-aktifitas yang penting sifatnya lebih terpecah-pecah dan
lebih mandiri. Agama dan pandangan hidup juga berkurang kaitanya dengn aktivitas-aktivitas
sosial ekonomi dan politik.

Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa modernisasi mencakup banyak aspek
kehidupan. Meskipun demikian bukan berarti kita tidak bisa memberikan pengertian
modernisasi yang mencakup sebuah gejala tersebut. Melihat-aspek-asek modernisasi diatas, kita
dapat menyimpulkan bahwa modernisasi tidak tidak lain merupakan penerapan pengetahuan
rasional dan ilmiah terhadap semua aktivitas disebuah bidang kehidupan atau terhadap semua
aspek masyarkat.

Masyarakat dikatakan lebih atau kurang menerapakan pengetahuan dengan cara-cara


yang dapat dipertnggung jawabkan secara ilmiah. Termasuk disini adalah penerapan sumber-
sumber energi tak bernyawa atau alat-alat tehnologi untuk memperbesar hasil produksi. Namun
hal itu tidak hanya menyangkut pengetahuan disegala bidang kihidupan atau menangani semua
aktivitas manusia.

Mengikuti pengertian modernisasi kita dapat mengamati modernisasi di Indonesia dalam


bayak aspek kehidupan. Berikut ini kit akan membahas berbagai aspek modernisasi tersebut di
Indonesia satu persatu.

1. Modernisasi di Bidang Tekhnologi dan Ekonomi


Modernisasi terhnologi di Indonesia dapat ita lihat dalam perkembangan pemakaian
ternologi, dari semua bersifat sederhana menjadi bersifat komplek ternologi dalam setiap sektor
kegiatan ekonomi produksi masyarakat Indonesia. Hal ini berkaitan pula dengan terjadinya
proses indistrialisasi disetiap sektor ekonomi di Indonesia.

Di sector pertanian kita dapat menyaksikan gejala modernisasi pada penggunaan


tehnologi baru disalam kegiatan produuksi pertanian. Penggumnaan tehnologi itu kemudian
menggubah cara produksi, tehnik produksi dan hubungan-hubungan sosial di pedesaan.

Sebagaimana diketahui dalam hasil penelitaian tim Study Dinamika Pedesanan (SDP)
dan Survey Agro Ekonomi (SAE) dari Institut Pertanian Bogor (IPB) sejak awal tahun 1970 an
di Indonesia telah terjadi proses modernisasi di sector pertanian. Hal itu ditandai penerapan
tehnologi pertanian modern seperti:

1. Pengantian penggunaan tehnologi dari semula meggunakan pupuk kandang menjadi


pupuk urea.

2. Pemakain bibit padi jenis unggul menggantikan jenis local

3. Pemakaian traktor bibit padi jens unggul menggnatikan jenis local,

4. Pemkaian traktor pengganti bajak.

5. Penerapan teknik irigasi baru dan

6. Penggunaan mesin penggiling padi menggantikan timbul padi.

Mesipun berbagai unsur tehnologi itu dibawa oleh program Bimbingan Masyarakat
(Bimas) Intensifikasi Masyarakat (Inmas), Intensifikasi khusus (Insus). Program-program
disempurnakan menjadi Suprainsus yang belaku hingga sekarang ini.

Modernisasi tehnologi juga dapat kita lihat dalam kemajemukan produksi ekonomi disektor
industri perkotaan. Di sektor produksi, banyak teknologi dan cara produksi baru yang
berkembang untuk meningkatkan produktivitas ekonomi. Penggunaan tehnologi baru di sector
industri dapat kita lihat, misalnya dalam pengguanan mesin baru dan mesin tenaga minyak bumi
menjadi mesin tenaga listrik, penggunaan alat-alat elektronik,penggunaan komputer, telepon dan
faksimili. Dari jenis-jenis tehnologi tersebut ada yang berupa jenis tehnologi rendahm sedang
atau menengah dan tehnologi canggih.

Tehnologi rendah adalah jenis tehnologi yang sederhana tidak memerlukan tenaga khusus
untuk mengoperasikannya. Seperti gerobak, becak, cangkul, parang dna tombak. Tehnologi
menengah adalah jenis tehnologi yang sudah mulai memerlukan keahlian tertentu untuk
mengoperasikannya, seperti mesin jahit, sepeda motor, mesin penggiling, padi dan msein bubut.
Adapun tehologi canggih adalah tehnologi yang berukuran besar komplek dan terdiri dari
banyak komponen yang rumit untuk itu betul-betul diperlukan keahlian khusus, seperti
tehnologi permbuatan kapal (di PT PAL Surabaya).

Penggunaan tehnologi baru dapat mengubah cara atau tehnik produksi menjadi lebih
efisien. Oleh Karena itu, produksi dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan meningkat.

2. Modernisasai di Bidang Sosial

Modernisasi di bidang ssosial mencakup perubahan cara berfikir dan berperilaku, yang lebih
rasional, efisien, individu dan pragmatis untuk mencapai tujuan yang telah direncankan secara
sistematis. Banyak seakli actor penyebab terjadinya modernisasi social. Akan tetapi factor yang
paling menonjoll di Negara sedang berkembang seperti Indonesia adalah faktir tehnologi dan
perbubahan teknik produksi ekonomi.

Di daerah perkotaan terjadi perubahan hubungan sosial yang disebabkan pekembangan


industrialisasi di perkotaan. Sejak pelita 1 tahun 1970-an, pembangunan industri lulai digalakan
sehinga berkembangan menjadi berbagai jenis industri kecil, menengah dan besar di Indonesia.
Munculnya berbagai macam pabrik industri tersebut menimbulkan perubahan di dalam dua
macam, yaitu masyarakat perkotaan yang berbasis ekonominya pada sektor industri dan
masyarakat pedesaan atau daerah pinggiran kota yang basis ekonominya pada sektor pertanian.
Modernisasi sosial dapat pula terjadi karena pengetahuan anggota masyarakat semakin
meningkat. Peningkatan engetahuan itu seaga akbat tingkat pendidikan dan kemampuan
memperoleh informasi. Perkembangan tehnologi di bidang informasi dan komunikasi dapat
mengubah pola pikir masyarakat menjadi lebih modern dan dinamis. Pendidikan anggota
masyarakat menjadi lebih terbuka dan kreatif dalam menerima unsur-unsur baru kemajuan.
3. Modernisasi di Bidang Politik

Gejala modernisasi di bidang poitik di Indonesia dapat dari munculnya birokrasi dan
administrasi pemerintahan yang baru dan pembentukan lembaga-lembaga politik modern.
Modernisasi sistem politik merupakan suatu sistem yang dijadikan kernakga untuk mentapkan
dan melaksanakan kebijaksanaan tujuan-tujuan yang oleh masyarakat dianggap merupakan
kepentingan umum.

Dalam pengetian ini proses modernisasi politik d Indonesia dapat dilihat pada gejala sebaai
berikut:

Diferensiasi Struktur Politik

Timbulnya struktur yang khas untuk keperluan fungsi-fungsi politik tertentu disebut
diferensiasi struktur politik. Hal itu dapat dilihat dasar tumbuhnya organsasi-organisasi untuk
tujuan politik, antara lain lembaga perwakilan, pembuatan undang-undang, pelaksanaan
keputusan, pemeliharaan sistem politik.

Rasionalisasi Kebudayaan Politik

Rasionalisasi kebudayaan politik adalah perubahan pandang tetang fungsi dan cara kerja
lembaga politik, khususnya tentnag shah tidaknya kekuasaan, yang semakin lama semakin
bersifat rasional dan fungsional. Rasionalisasi ini menggantikan sistem kekuasan berdasarkan
kharisma dan atas dasar keturunan bangsawan yang berlaku di zaman kerajaan.
Contoh, dahulu di zaman raja dipandang sah atas dasar keturunan dan pemilikan benda keramat
warisan nenek moyang pendiri kerjaan yang memberi kekuatan kharisma tertentu.

Peningkatan Partisipasi PolitikPartisipasi anggota masyarakat dalam politik meningkat karena


beberapa hal yaitu sebagai berikut:

(1) Integrasi Masyarakat lokal dalam politik nasional semakin besar.


(2) Media komunikasi yagn semakin berkembang pesat
(3) Ketergantungan fungsi politik diantaranya organisasi dan kelompok politik semakin besar.
Dalam proses modernisasi politik, kekuatan-kekuatan sosial baru tersebut harus diberi diberi
tempat dalam partisipasi politik agar kapasitas politik masyarakat untuk memecahkan kehidupan
politik bersama semakin besar.

4. Modernisasi di Bidang Agama dan Kepercayaan

Modernisasi di bidang agama dan kepercayaan merupakan bagian dari modernisasi


masyarakat tehadap hidup dan kepercayaan mereka. Modernisasi kebudayaan masyarakat dapat
kita lihat dalam perubahan-perubahan, baik materiil maupun idiil.

Dalam pengertian umum, modernisasi budaya materiil adalah gejala kemajuan atau
produk benda seni budaya dari tradisi menjadi lebih modern. Pmebuatan benda seni secara
tradisional, seperti patung primitive, arsitektur tradisional, mengalami perubahan menjadi lebih
modern, seperti bentuk patung kontemporer, arsitektur modern dan produk modern yang lain.
Modernisasi budaya idiil merupakan perubaan–perubahan cara berfikir manusia dari berfikir
mistik dan religius menjadi berfikir rasional dan sekuler.

Dalam proses ini di dalamnya termasuk memudaarkan tradisi social yang semula
diterima apa adanya dan dijadikan acuan perilaku sehari-hari tanpa ada keraguan, berganti
dengan kebebasan setiap orang untuk untuk berfikir madiri, rasional dan mengambil inisiatif
untuk meraih suatu kepentingan tertentu dengan cara-cara yang baku berdasarkan suatu
pertimbangan ilmiah.

Cara berfikir magis dan mistik yang mengikuti tradisi tertentu disebut cara berfikit
tradisional. Adapun cara berfikir berdasarkan rasionalitas dan kebebasan orang disebut cara
berfikir modern. Proses perubahan dari cara berfikir tradisional menuju cara berfikir modern
merupakan salah satu bentuk gejala modernisasi budaya masayrakat manusia.

Dari pengertian Van Perusen tersebut, terlihat bahwa modernisasi agama dan
kepercayaan terbagi dua macam, yaitu agama dan kepercayaan yang mewujud dalam bentuk
materiil dan spiritual. Modernisasi keprcayaan di Indonesia dalam bentuk materiil daapat dilihat
dari berkembangknya tempat dan sarana peribadatan modern. Dalam modernisasi agama dan
kepercayaa yang bersifat idiil, masyarakat sekarang sudah banyak yang meninggalkan cara
berfikir kultus individual, mistik, dan magis di dalam agama dan kepercayaan mereka menuju
ke cara berfikir yang rasional dan mandiri.

Dalam proses modernisasi jenis ini terlihat perubahan-perubahan berikut:


Upacara spiritual yang sacral diganti dengan kegiatan organsisi yang fungsional.
Praktik perdukunan diganti dengan pengobatan kedokteran modern.
Diyakini bahwa semua hari adalah baik bergantung pada cara memanfaatkannya.
Tidak ada lagi pandangan adanya musim baik atau musim buruk, tetapi semua keuntungan dan
kerugian bisa diperhitungkan menurut ukurna teknik dan cara baku.
Proses modernisasi semacam itu diantaranya didorong oleh meningkatnya tingkat pendidikan
masyarakat dan berkembangnya penggunaan media informasi dan komunikasi modern.

MODERNISASI DAN URBANISASI INDONESIA


Modernisasi dapat menimbulkan perubahan-perubahan. Baik di masyarakat pedesaan maupun di
perkotaan. Diperkotaan, modernisasi dapat menyebabkan berkembangnya pusat perdagangan,
pusat industri, perkotaan dan aktivitas sosial budaya modern seperti tempat hiburan, perfilman
dan gaya hidup kota yang serba mewah, glamour dan penuh keramahan. Di perdesaan terjadi
peningkatan diberbagai bidang, sebagai berikut.
1. Pola hidup baru yang lebih dinamis
2. Peningkatan penggunaan teknologi pertanian baru.
3. Peningkatan pemilikan media masssa, seperti televise, radio dan surat kabar.
4. peningkatan jumlah orang terdidik
5. Peningkatan kesehatan penduduk.

Hal itu mengakibatkan terjadinya kesenjangan kehidupan yang mencolok antara daerah
dan perkotaan. Kesenjangan social ekonomi yang mencolok antara kedua daerah tersebut
menyebabkan munculnya gejala urbanisasi. Modernisasi dan urbanisasi merupakan gejala yang
berkaitan dan tidka bisa dipisahkansatu sama lain. Keduanya ibarat dua sisi dari mata uang yang
sama. Tidak ada urbanisasi tanpa modernisasi, sebaliknya tidak ada modernisasi tanpa proses
modernisasi, khususnya modernisasi di Negara sedang berkembang.
Proses urbanisasi merupakan bagian penting bagi pertumbuhan kota-kota besar di
Indonesia selama ini. Dilihat dari segi pertambahan penduduknya, kota-kota besar di Indonesia
mengalami urbanisasi yang luar biasa.

Sebagai contoh, penduduk kota Jakarta berdasarkan angka-angka dalam sensus tahun
1980 sudah melebihi 6,5 juta jiwa. Padahal sepuluh tahun sebelumnya, pada tahun 1971,
Jakarta masih masih termasuk peringkat ke 18 sebagai kota terpadat di dunia dengan jumlah
penduduk sebanyak 4,5 juta jiwa. Ini berarti dalam kurun waktu sepuluh tahun saja telah terjadi
kenaikan penduduk lebih dari 50% atau rata-rata lebih dari 5% pertahun. Kota Surabaya sebagai
kota terbesar kedua sesudah Jakarta, menunjukkan lonjakan penduduk yang sangat pesat pula.
Menurut hasil penelitian Departemen LitbangDPP FBSI dikemuknan bahwa laju urabnisasi di
Kota Surabaya berkisar antara 8-10 persen dari jumlah penduduk 1. Faktor Penarik Terjadi
Urabnisasi

Faktor penarik adalah berbagai macam daya tarik yang dimiliki kota yang membuat orang-orang
desa tertarik pergi ke kota. Daya tarik yang dimiliki kota diantaranya adalah:
a. Daya Tarik Ekonomi
Orang berharap akan mendapatkan pekerjaan di kota sehingga mendapatkan uang
b. Daya Tarik Sosial
Suatu hal berhubungan dengna usaha mencari pekerjaan yang sesuai dengna pendidikan adlaah
keinginan untuk meningkatkan status sosial.

c. Daya Tarik Pendidikan


Di Daerah perkotaan tersedia berbabgai fasilitas yang lebih baik dari pada di pdesaan.
d. Daya Tarik Budaya dan Hiburan
Sepanjang masa, kota tempat untuk mencari pengalaman baru dan mengikuti pola hidup
modern.

2. Faktor Pendorong Terjadianya Urbanisasi

Faktor pendorong merupakan kadaan-keadaan tertentu yang mendorong penduduk desa harus
meninggalkan desa menuju ke kota. Di antara foktor pendorong tersebut, faktor kemiskinan
desa-desa sering menjadi pendorong utamanya. Penyebabnya kemiskinan itu dapat bermacam-
macam, misalnya cepat bertambahnya penduduk yang tak seimbang dengan percepatan
pertambahan persediaan tanah pertanian baru, adanya mekanisasi pertanian dan terdesaknya
kerajinan rumah tangga di desa-desa oleh produk industri modern lain itu, juga akibat
kurangnya fasilitas untuk hidup, minimnya pendidikan yang tersedia di desa, dan makin
menyempitnya peluang berusaha di desa. Hal itu mendorong orang untuk meninggalkan desanya
dan mencari kesempatan serta kenikmatan hidup yang lebih baik di kota-kota besar.

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEHNOLOGI SERTA


INDUSTRIALISASI DI INDONESIA
Proses modernisasi di suatu masyarakat sedang berkembang, misalnya Indonesia, tidak bisa
dilepaskan dari masalah perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK) serta proses
industrialisasi yang menyertainya. Kedua hal tersebut merupakan tolak ukur yang sering
digunakan untuk menilai apakah suatu Negara telah melakukan proses modernisasi atau belum
dan sejauh mana proses modernisasi telah berkembang. Pengembangan IPTEK di satu sisi dan
poses indiostrialisasi di sisi lain merupakan dua hal yang sangat penting bagi proses
modernisasi di Negara sedang berkembang.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi


Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK) di suatu Negara pada umunya
bergantung pada banyak faktor. Masing-masing Negara memiliki strategi dan caranya sendiri
untuk mengembangkan iptek dan melancarkan proses industrialisasi, faktor perkembangan iptek
di antaranya adalah sumber daya alam dan manusia

a. Sumber Daya Alam dan Manusia


Ketersediaan sumber daya alam dan manusia sangat penting untuk melihat sejauh mana
kesiapan Indonesia memasuki era iptek dan industrialisasi. Selama in Indonesia sangat
mengandalkan sumber daya alam dan manusia. Ditinjau dari segi jumlah, sumber daya alam dan
sumber daya manusia Indonesia sangat melimpah di banding dengan Negara-negara lain. Akan
tetapi, untuk memasuki era iptek dan industrialisasi, kita tidak bisa hanya mengandalkan pada
faktor kualitas (jumlah) sumber daya alam dan manusia

Stategi Kebijakan Ekonomi


Tingkat perkembangan tehnologi juga dipengarhui oleh strategi kebijakan ekonomi yang
ditempuh. Kebijakan ekonomi yang pertama di dasarkan pada usaha untuk mengembangkan
produksi barang yang memiliki keunggulan komparatif. Adapun kebijakan ekonomi yang kedua
didasarkan pada penciptaan industri bertehnologi tinggi yang mempunyai nilai tambah besar.
Kedua strategi itu telah diterapkan dalam kebijaksanan ekonomi Indonesia selama ini.

Anda mungkin juga menyukai