Anda di halaman 1dari 59

Makalah IDEOLOGI AGAMA

Posted by Andrhy Indrawan on Juni 23, 2012


Posted in: Tugas Kuliah. Tagged: Andri indrawan, ideologi pancasila, tugas karya ilmiah. 4
komentar

TUGAS MAKALAH

IDEOLOGI AGAMA

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Andri Indrawan

Fajar Noor

Gusti Wildan

Yudi Prawira

Aksandy

Firman

Setyo Arif Basuki

Viqih Anggie Susanto P

Ozi Bakti

Retno Wulandari

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

BALIKPAPAN

TEKNIK INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA MIGAS

KELAS A
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat serta karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah yang
disusun untuk memenuhi Tugas Pancasila sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen Bidang Studi Pancasila yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk mengerjakan tugas karya ilmiah ini, sehingga penulis menjadi
lebih mengerti dan memahami tentang Ideologi Pancasila. Tak lupa Penulis juga mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun
tidak langsung telah tnembantu dalam upaya penyelesaian karya ilmiah ini baik mendukung
secara moril maupun materil.

Ibarat pepatah “Tak Ada Gading Yang Tak Retak” maka begitu pulalah dengan hanya ilmiah ini.
Walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi penulis menyadari bahwa
masih banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan kesilapan dalam karya ilmiah ini. Untuk itu
saran dan kritik tetap penulis harapkan demi perbaikan makalah ini kedepan. Akhir kata penulis
berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

Balikpapan, 17 November 2011

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Manfaat Penulisan

1.4 Tujuan Penulisan

1.5 Metode Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Ideologi


2.2 Pengertian Ideologi Agama

2.3 Pengertian Ideologi Islam

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Agama sebagai Ideologi

3.2 Benarkah Islama hanya agama, bukan Ideologi?

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam karya tulis ini kami mendapat tema tentang “IDEOLOGI AGAMA”.karna ideology
agama ini dapat memberikan pengetahuan tentang etika bagaimana berperilaku yang baik
dikehidupan sehari – hari.

Seiring dengan banyak terjadi konflik antar agama yaitu fakta yang terjadi diIndonesia demi misi
ideology kelompok masing – masing.

Lagi-lagi konsep tentang agama perlu dipertanyakan kembali karena dalam konstalasi zaman,
ideologi bertabrakan, dengan jahatnya ideologi terselubung lewat agama yang sulit dikendalikan
karena sangat akut, konflik tidak hanya terjadi dalam polemik/kontroversi wacana yang terjadi
dalam teks melainkan juga secara riil telah nampak diermukaan bumi dan sangat telanjang.
Karena masing-masing paham memiliki sudut pandang yang berbeda dan juga relevansinya
dengan ideologi masing-masing. Konsekuensi logisnya suatu penyampaian terdistorsi, yang
seharusnya berada di wilayah agama kini ditempatkan pada wilayah teks, karena setiap tokoh
paham mempunyai hak provieles dan sebagai masyarakat yang awam tidak dapat memberikan
negasi mutlak. Indikasinya masyarakat selalu terpatologi bahkan menjadi panismen ideologi
paham.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Agama sebagai ideologi (Benarkah kekerasan atas nama agama ada?)
2. Benarkan Islam hanya agama, bukan ideologi?

1.3 Manfaat Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu ideologi agama


2. Untuk mengetahui perkembangan ideologi agama
3. Untuk mengetahui kondisi ideology saat ini
4. Untuk dijadikan sebagai pedoman pada penulisan perkembangan karya ilmiah
selanjutnya.

1.4 Tujuan Penulisan

1. Karya tulis ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen bidang studi Pancasila.
2. Agar kita lebih mengerti dan memahami tentang Ideologi Agama.

1.5 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah metode literature yaitu meneliti masalah dengan
menggunakan kajian yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

BAB 2

LANDASAN TEORI

2,1 Pengertian Ideologi

Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), ideologi memiliki arti Kumpulan konsep
bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan hidup, cara berpikir seseorang atau suatu golangan, Paham, Teori dan Tujuan yang
merupakan satu program sosial politik.

Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt de
Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan “sains tentang ide“. Ideologi dapat dianggap
sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan
Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah
filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan
pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan untama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan
perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak
hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat
konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah
ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.(definisi ideologi
Marxisme).

2.2 Pengertian Ideologi Agama

Agama Sebagai Ideologi pada tataran individu, etika berfungsi sebagai proses awal pembentukan
indentitas. Konstruksi identitas akan memberikan kesadaran untuk mempercayai segala
kebenaran yang disampaikan oleh suatu agama. Jika seorang penganut agama sudah punya
kesadaran tentang identitasnya dalam suatu agama, maka komitmennya pada agama tidak akan
diragukan lagi. Dapat dikatakan bahwa militansi seorang penganut agama berawal dari
pembentukan identitas pada dirinya. Adanya identifikasi spesifik di antara anggota kelompok.
Termasuk masalah komitmen di antara mereka dapat kita lihat pada cerita kepahlawanan ataupun
perilaku yang menidentikan perlawanan antara yang baik dan jahat. Tradisi keagamaan selalu
menunjukkan bahwa Tuhan tidak suka pada beberapa perilaku yang dianggap salah dan juga
memberikan restu pada perilaku yang dianggap benar. Konsep ini juga memberikan pemahaman
untuk memberikan reward pada pelaku agama, yang benar diberikan pahala sedangkan yang
salah diberikan dosa. Identitas kelompok (agama) inilah yang menjadikan awal ideologisasi
agama bagi pemeluknya. Ideologi sendiri berfungsi untuk mempengaruhi kehidupan suatu
kelompok agar sesuai dengan apa yang telah digariskan sejak awal oleh agama tersebut. Di sisi
lain pada tingkat lebih lanjut identitas agama memberikan harapan besar bagi masyarakat untuk
maju, karena membentuk moral personal dan juga solidaritas bagi masing-masing pemeluk
agama. Namun demikian, sebagaimana ideologi, agama tidak akan serta-merta dipercaya oleh
para penganutnya, dalam keadaan ini konstruksi identitas memberikan pengamanan akan
keraguan tersebut. Hingga penerimaan akan sebuah kepercayaan mutlak dan mesti dilakukan.
Pada dataran inilah kebanyakan pemerhati keagamaan memetakan asal-mula tindakan kekerasan
atas nama agama muncul. Menurut penulis sendiri agama sebagai Ideologi tidaklah menjadi
pokok persoalan, ketika ideologisasi ini mampu memberikan kenyamanan dan keamanan bagi
hidup di dunia dan akhir nanti. Karena memang setiap agama menawarkan rasa aman kepada
pengikutnya. Tentunya perasaan seperti inilah yang dicari oleh setiap pengikut agama. Rasa
aman memberikan ketenangan kepada manusia akan kehidupan setelah mati, seperti apa yang
selalu di informasikan oleh setiap agama di dunia ini. Permasalahannya adalah pembenaran
tindak kekerasan terhadap kelompok lain.

2.3 Pengertian Ideologi Islam

Ideologi Islam (Arab: ‫اإلسالم‬ɪ (bantuan·info) al-’islāmiyya) adalah sistim politik yang berdasar
akidah agama Islam. istilah dan definisi ideologi Islam mempunyai istilah dan definisi yang
berbeda-beda di antara para pemikir terkemuka Islam.

BAB 3

PEMBAHASAN
3.1 Agama sebagai Ideologi

Akhir-akhir ini kita selalu disuguhi fenomena yang hampir tidak terperikan. Kekerasan atas
nama agama marak terjadi di mana-mana. Mulai dari teror mental terhadap aliran lain dalam
sebuah komunitas, sampai pada tindak kekerasan fisik. Contoh nyata adalah pembakaran masjid
jama’ah Ahmadiyah yang terjadi di Lombok, beberapa minggu yang lalu. Hal ini aneh dan
sangat membebani tentunya dalam hati setiap orang yang merasa beragama. Sebagai
konsekuensinya tentunya kita wajib mempertanyakan sebenarnya apakah memang Agama yang
kita anut (Islam) mengajarkan dengan sendirinya tindak kekerasan? Ataukah sebenarnya tindak
kekerasan yang terjadi hanya sebatas atas nama agama belaka? Yang intinya karena kepentingan
golongan tertentu?
Pada dasarnya kalau kita kaji dari sudut pandang Agama sebagai sistem sosial. Maka agama
mempunyai aturan dan kriteria yang sama dengan semua organisasi sosial lainnya. Agama
mempunyai konsern terhadap aspirasi atau keinginan, harapan dan juga tujuan yang dicita-
citakan. Penganut agama punya rasa keinginan untuk mengetahui apa yang terjadi nanti
(kejadian alam, kecelakaan, kematian dll.), mereka juga punya keinginan untuk mengekspresikan
hubungannya dengan Tuhan (ibadah dan kegiatan ritual keagamaan lainnya), dan pada akhirnya
mereka semua menginginkan reward atau tujuan yang akan dicapai setelah melakukan semua
aturan dan norma yang ada (surga ataupun neraka)
Proses pencapaian suatu tujuan akan berhasil ketika norma atau aturan yang telah disepakati
berhasil dilaksanakan dengan baik oleh anggotanya. Sebagaimana sebuah peradaban, di mana
akan terbentuk ketika masyarakat yang ada di dalamnya mempunya kesadaran dan bekerja secara
komunal, pun juga masyarakat, tidak akan bisa bekerja jika tidak di topang individu-individu
brilian yang bekerja demi tujuan bersama, ketika ini terealisasi maka sebuah peradaban bisa
terbentuk.
Begitu juga agama, aturan dan norma-norma yang ada (demi tujuan yang telah disepakati) akan
berhasil jika semua pengikut menjalankannya. Untuk itu, agama memerlukan satu etika (ethos)
yang kemudian bisa menumbuhkan kesadaran bagi pengikut agama guna menaati semua aturan
yang ada. Etika dalam agama juga berfungsi sebagai rasionalisasi suatu agama kepada
penganutnya. Pula, etika memberikan legitimasi bagi peraturan agama sehingga dapat dijalankan
oleh penganutnya. Weber berpendapat bahwa etika agama mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan, penganut agama akan merasa berdosa jika tidak mengerjakan aturan dalam suatu
agama (konsep kewajiban).
Agama Sebagai Ideologi

Pada tataran individu, etika berfungsi sebagai proses awal pembentukan indentitas. Konstruksi
identitas akan memberikan kesadaran untuk mempercayai segala kebenaran yang disampaikan
oleh suatu agama. Jika seorang penganut agama sudah punya kesadaran tentang identitasnya
dalam suatu agama, maka komitmennya pada agama tidak akan diragukan lagi. Dapat dikatakan
bahwa militansi seorang penganut agama berawal dari pembentukan identitas pada dirinya.
Adanya identifikasi spesifik di antara anggota kelompok. Termasuk masalah komitmen di antara
mereka dapat kita lihat pada cerita kepahlawanan ataupun perilaku yang menidentikan
perlawanan antara yang baik dan jahat. Tradisi keagamaan selalu menunjukkan bahwa Tuhan
tidak suka pada beberapa perilaku yang dianggap salah dan juga memberikan restu pada perilaku
yang dianggap benar. Konsep ini juga memberikan pemahaman untuk memberikan reward pada
pelaku agama, yang benar diberikan pahala sedangkan yang salah diberikan dosa.
Identitas kelompok (agama) inilah yang menjadikan awal ideologisasi agama bagi pemeluknya.
Ideologi sendiri berfungsi untuk mempengaruhi kehidupan suatu kelompok agar sesuai dengan
apa yang telah digariskan sejak awal oleh agama tersebut. Di sisi lain pada tingkat lebih lanjut
identitas agama memberikan harapan besar bagi masyarakat untuk maju, karena membentuk
moral personal dan juga solidaritas bagi masing-masing pemeluk agama. Namun demikian,
sebagaimana ideologi, agama tidak akan serta-merta dipercaya oleh para penganutnya, dalam
keadaan ini konstruksi identitas memberikan pengamanan akan keraguan tersebut. Hingga
penerimaan akan sebuah kepercayaan mutlak dan mesti dilakukan. Pada dataran inilah
kebanyakan pemerhati keagamaan memetakan asal-mula tindakan kekerasan atas nama agama
muncul.
Menurut penulis sendiri agama sebagai Ideologi tidaklah menjadi pokok persoalan, ketika
ideologisasi ini mampu memberikan kenyamanan dan keamanan bagi hidup di dunia dan akhir
nanti. Karena memang setiap agama menawarkan rasa aman kepada pengikutnya. Tentunya
perasaan seperti inilah yang dicari oleh setiap pengikut agama. Rasa aman memberikan
ketenangan kepada manusia akan kehidupan setelah mati, seperti apa yang selalu di informasikan
oleh setiap agama di dunia ini. Permasalahannya adalah pembenaran tindak kekerasan terhadap
kelompok lain. Apakah memang rasa aman mampu diperoleh dengan tindak kekerasan dan
menghilangkan rasa aman dan nyaman orang lain? Tindak kekerasan bukanlah sebuah solusi!

3.2 Benarkan Islam hanya agama, bukan ideologi?

Harus diakui, istilah ideologi adalah istilah baru, setelah munculnya ideologi dunia, seperti
Kapitalisme dan Sosialisme. Bagi Islam dan kaum Muslim, istilah ideologi ini merupakan istilah
serapan, seperti istilah ‘aqîdah, dharîbah, dustûr (UUD) dan qânûn (UU) pada zaman masing-
masing ketika istilah tersebut muncul pertama kali, dan diadopsi oleh kaum Muslim. Istilah
‘aqîdah, misalnya, sekalipun tidak digunakan dalam nas-nas al-Quran dan as-Sunnah, pada
akhirnya bisa diterima oleh kaum Muslim, setelah digunakan oleh para ulama ushuluddin pada
pertengahan abad ke-6 H.1 Istilah ini merupakan padanan dari kata îmân, yang digunakan baik
dalam al-Quran maupun as-Sunnah. Demikian halnya penggunakan istilah dharîbah, digunakan
oleh para fukaha kaum Muslim kira-kira pada abad ke-8 H.2 Hal yang sama juga terjadi dalam
kasus dustûr dan qânûn, yang digunakan pada abad ke-18 H, setelah negara-negara Eropa mulai
bangkit serta membuat UUD dan peraturan perundang-undangan. Istilah UUD dan peraturan
perundang-undangan ini kemudian diterjemahkan dalam bahasa Arab dengan istilah ad-dustûr
wa al-qawânîn. Awalnya, istilah ini dipakai oleh para ulama bahasa untuk menulis buku yang
berisi aturan bahasa, seperti kitab Dustûr al-Muntahâ atau Dustûr al-Mubtadi’.3

Dalam konteks penggunaan istilah ideologi, istilah ini kemudian digunakan dalam bahasa Arab
dengan sebutan yang sama, yaitu idiyuluji, atau dengan sebutan yang berbeda, yaitu mabda’.
Intinya adalah pemikiran paling mendasar, yang tidak dibangun dari pemikiran yang lain.4
Pemikiran seperti ini, menurut Muhammad Muhammad Ismail, hanya ada pada pemikiran yang
menyeluruh tentang alam, manusia dan kehidupan; serta apa yang ada sebelum dan setelahnya;
juga hubungan antara alam, manusia dan kehidupan dengan apa yang ada sebelum dan
setelahnya.5 Bagi kaum Muslim, pemikiran seperti ini adalah akidah Islam itu sendiri. Sebab,
akidah Islam adalah pemikiran yang menyeluruh tentang alam, manusia dan kehidupan; yaitu
dari mana, untuk apa dan akan ke manakah alam, manusia dan kehidupan ini? Maka dari itu,
tentu alam, manusia dan kehidupan itu tak lain merupakan ciptaan Allah, untuk mengabdi
kepada-Nya, dan hanya kepada-Nyalah semuanya akan kembali. Manusia akan dibangkitkan dan
dimintai pertanggungjawaban setelah kematiannya di dunia, sementara yang lain tidak. Karena
itu, sebelum kehidupan ini, ada Allah, Zat Yang Maha Pencipta, dan setelah kehidupan ini akan
ada Hari Kiamat, dan hisâb. Agar semua proses kehidupan manusia itu bisa
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak, maka Allah menurunkan syariah (aturan) untuk
kehidupan manusia, yang kelak juga akan dijadikan standar oleh Allah untuk meminta
pertanggungjawaban mereka. Inilah pemikiran mendasar, yang juga disebut fikrah kulliyah
Islam. Pemikiran mendasar inilah yang juga disebut mabda’ atau idiyuluji. Inilah substansi
ideologi, yaitu apa dan bagaimana ideologi itu sendiri.

Pertanyaan berikutnya, apakah setiap akidah agama bisa menjadi ideologi? Jawabannya tidak,
bergantung: Pertama, apakah akidahnya adalah akidah yang rasional atau tidak? Kedua, apakah
akidah tersebut bisa memancarkan sistem (nizhâm) atau tidak? Jika dari kedua pertanyaan
tersebut jawabannya ya, atau dengan kata lain merupakan akidah rasional yang bisa
memancarkan sistem, maka akidah tersebut bisa menjadi ideologi. Sebaliknya, jika tidak maka
akidah tersebut pasti tidak akan bisa menjadi ideologi. Contohnya, akidah Yahudi maupun
Nasrani. Kedua akidah ini tidak bisa menjadi ideologi, karena bukan merupakan akidah
‘aqliyyah, yang bisa memancarkan nizhâm. Ini berbeda dengan akidah Islam. Akidah Islam
adalah akidah rasional yang bisa memancarkan nizhâm, yang bukan hanya sistem peribadatan
saja, melainkan juga sistem pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, dan semua sistem
kehidupan yang lainnya.

Bukti lain bahwa Islam bisa menjadi ideologi adalah dari aspek keutuhan ajaran Islam, yang
bukan hanya berisi gagasan, konsep atau pemikiran, yang disebut dengan fikrah (ide), tetapi juga
berisi tharîqah (metode) bagaimana fikrah tersebut diterapkan, dipertahankan dan diemban ke
seluruh dunia. Pada tataran konsep, misalnya, Islam bukan saja berisi akidah tentang keimanan
kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Kiamat serta Qadha’ dan Qadar—yang baik dan
buruknya berasal dari Allah; tetapi juga seluruh aturan yang dibutuhkan oleh manusia, baik
dalam konteks ubudiah, muamalah maupun untuk mengurus dirinya sendiri (akhlak, makanan
dan pakaian). Semua itu hanya bisa diwujudkan kalau ada metode untuk mewujudkannya, yaitu
adanya partai yang memperjuangkan terwujudnya fikrah tersebut, dan adanya negara yang
menerapkannya. Demikian halnya, semua itu bisa dipertahankan jika ada sanksi hukum dan
negara yang mempertahankannya, berikut peranan partai politik dan umat yang mengontrolnya.
Begitu juga, semua itu akan bisa diemban ke seluruh dunia jika ada dakwah, jihad dan negara
yang mengembannya.

Karena itu, Islam bukan hanya agama, melainkan juga ideologi. Penggunaan ideologi ini untuk
Islam tentu absah, dilihat dari substansinya; bukan dari aspek sumber, dari mana ideologi
tersebut dihasilkan; akal atau wahyu? Sebab, pada aspek ini, persoalannya adalah persoalan
sumber, bukan substansi. Artinya, dari aspek sumber ideologi, ideologi yang ada saat ini bisa
dikategorikan menjadi dua: yaitu ideologi yang bersumber dari akal manusia dan ideologi yang
bersumber dari wahyu. Islam adalah satu-satunya ideologi yang bersumber dari wahyu. Selain
Islam, baik Kapitalisme, Solialisme maupun Komunisme adalah ideologi yang bersumber dari
akal manusia. Hanya saja, sering ada kesengajaan untuk merancukan ideologi dari substansinya
ke sumbernya. Akibatnya, Islam ditolak sebagai ideologi, dengan alasan, Islam adalah ajaran
yang bukan bersumber dari akal manusia, melainkan dari wahyu Allah. Padahal konteks
permasalahannya bukan disitu. Ini sebenarnya merupakan upaya penyesatan yang bertujuan
untuk menolak Islam sebagai ideologi. Padahal dengan menolak Islam sebagai ideologi, sama
saja dengan menolak Islam sebagai sistem pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, politik
dalam dan luar negeri. Tentu itu bertentangan dengan akidah Islam dan kaum Muslim, apapun
mazhabnya.

Kita tidak yakin ada orang Islam yang berani melakukan itu, apalagi sampai lancang
mengatakan, bahwa ideologi Islam adalah sumber konflik. Sebab, risikonya jelas: melawan
akidah yang diyakininya, bahkan menginjak-injak fikihyang dipelajari dan diajarkannya sendiri;
kecuali, jika dia menjadi kepanjangan tangan kaum imperialis penjajah untuk sengaja
melemahkan Islam dan kaum Muslim, demi mendapatkan secuil kenikmatan dunia, yang belum
tentu didapatkannya.

BAB IV

PENUTUP

1. A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa ideologi agama merupakan etika
yang digunakan sebagai proses awal pembentukan identitas atau jati diri seseorang bisa
terbentuk.Sehingga,seseorang itu bisa berkelakuan baik dan berakhlak mulia yaitu menaati setiap
nilai – nilai dan norma – norma yang berlaku dalam suatu bangsa dan Negara.

1. B. Saran

Dengan adanya karya tulis ini sehingga diharapkan dapat memberikan masukan kepada semua
kalangan agar bisa menerapkan ideology agama didalam kehidupan sehari – hari.Guna untuk
menumbuhkan rasa kebersamaan diantara perbedaan yang terjadi di kehidupan beragama agar
tidak terjadi lagi konflik antar agama.

DAFTAR PUSTAKA

Http://abufurqan.com/2011/02/15-islam-antara-agama-dan-ideologi/

Http://ukpkstain.multiply.com/journal/item/17

Http://mustathok.blogspot.com/2008/05/agama-sebagai-ideologi-benarkah.html
http://andrhyblog.wordpress.com/2012/06/23/makalah-ideologi-agama/

Ideologi agama
00:58 Pelajaran No comments

Ideologi Agama adalah ideology yang bersumber pada falsafah agama yang termuat dalam kitab
suci suatu agama . Ciri – ciri ideology agama antara lain :

 Urusan Negara dan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan hukum agama.


 Hanya ada satu agama resmi dalam suatu Negara.
 Negara berlandaskan agama.

http://www.fourseasonnews.com/2012/07/ideologi-agama.html

PANCASILA LIBERAL KOMUNISME SEKULARISME KEAGAMAAN


penggunaan ekonomi kepemilikan
kalkulasi rasional kolektivisme modal atas
untuk mendapat ketika tidak individu sangat
keuntungan. terdapat hak milik dibatasi
penyesuaian perseorangan penghapusan
semua alat meleburnya hak milik pribadi
produksi material kelas kaya dan atas alat-alat
antara lain miskin, majikan produksi, semua
tanah, perkakas, dan buruh: adalah milik
mesin-mesin kontrol kolektiv rakyat dan
sebagai hak atas sekurang dikuasai oleh
pribadi, kurangnya alat- negara untuk
kebebasan pasar alat produksi. kemakmuran
(kebalikan dari perluasan dari rakyat secara
berbagai fungsi dan merata.
pembatasan aktivitas negara. penghapusan
yang sangat Pada masyarakat adanya kelas-
feodal pada sosialis, suatu kelas sosial,
masa komunitas yang menghilangnya
prakapitalis), terorganisir negara,
teknologi memiliki penghapusan
rasional yang wewenang untuk pembagian kerja.
memacu aktivitas mengelola secara Komunisme
ekonomi, suatu mandiri tanah, sangat membatasi
sistem hukum modal, demokrasi pada
yang rasional mekanisme rakyatnya, dan
(sehingga dapat produksi; karenanya
diramalkan), termasuk juga komunisme juga
buruh bebas dalam hal disebut anti
(kebalikan dari pendistribusian liberalisme.
perbudakan), barang dan hal- komunisme
dan hal lain yang sangat membatasi
komersialisasi dianggap perlu agama pada
ekonomi. bagi tercapainya rakyatnya,
kesejahteraan dengan prinsip
umum. agama adalah
semua orang racun yang
hidup dan dapat membatasi
bekerja sama rakyatnya dari
dalam kebebasan pemikiran yang
dan solidaritas rasional dan
dengan hak-hak, nyata.
yang sama.
Pengertian, Ciri-ciri, dan Negara Penganut Ideologi

Kali ini Saya akan membahas Pengertian, Ciri-ciri, dan Negara Penganut Ideologi.
Artikel yang Saya bagikan ini Saya buat karena dapat tugas dari sekolah dan sudah Saya susun rapih, jadi
bagi yang mau copy paste silahkan saja, tapi jangan lupa letakkan sumbernya ya.

Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari bahasa Yunani dan merupakan gabungan dari dua kata yaitu edios yang artinya
gagasan atau konsep dan logos yang berarti ilmu. Pengertian ideology secara umum adalah sekumpulan
ide, gagasan, keyakinan dan kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis. Dalam arti luas, ideology
adalah pedoman normative yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai dasar cita-cita, nila dasar dan
keyakinan yang dijunjung tinggi.
Ideologi secara umum adalah suatu kumpulan , gagasan , ide , keyakinan serta kepercayaan yang bersifat
sistematis yang berorientasi pada tingkah laku seseorang dalam berbagai bidang kehidupan , diantaranya
bidang kehidupan politik , hukum , pertahanan keamanan , sosial budaya , serta bidang keagamaan.
Ideologi suatu Negara terbagi menjadi dua tipe , yaitu :
a. Ideologi Tertutup
b. Ideologi terbuka

A. Makna Pengertian Ideologi


1. Pengertian Ideologi Negara
Ideologi berasal dari bahasa Yunani , yaitu idein yang berarti melihat , dan kata logia yang berarti ajaran
atau ilmu . Jadi , ideologi adalah ajaran tentang gagasan yang disusun secara sistematis dan menyeluruh
tentang manusia dan kehidupannya.
Pengertian Ideologi secara umum adalah suatu kumpulan , gagasan , ide , keyakinan serta kepercayaan
yang bersifat sistematis yang berorientasi pada tingkah laku seseorang dalam berbagai bidang kehidupan ,
diantaranya bidang kehidupan politik , hukum , pertahanan keamanan , sosial budaya , serta bidang
keagamaan.
2. Jenis – Jenis Ideologi
Ideologi suatu Negara terbagi menjadi dua tipe , yaitu :
a.) Ideologi Tertutup
Ideologi Tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang menentukan tujuan – tujuan dan
norma – norma politik dan sosial yang ditetapkan sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi ,
melainkan harus diterima sebagai sesuatu yang sudah jadi harus dipatuhi.
Ciri – ciri dari Ideologi tertutup adalah sebagai berikut :
1. Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh dipermasalahkan berdasarkan nilai – nilai atau prinsip –
prinsip moral yang lain.
2. Isinya dogmatis dan apriori sehingga tidak dapat diubah atau dimodifikasi berdasarkan pengalaman
sosial.
3. Ideologi tertutup tidak mengakui hak masing – masing orang untuk memiliki keyakinan dan
pertimbangannya sendiri.
4. Ideologi tertutup menuntut ketaatan tanpa keengganan.
5. Tidak bersumber dari masyarakat , melainkan dari pikiran elit yang harus dipropagandakan kepada
masyarakat.
6. Bersifat otoriter dan dijalankan dengan cara yang totaliter.

Contoh Ideologi tertutup adalah sebagai berikut :

2. Ideologi Komunis
Ideologi Komunis merupakan penerapan ajaran sosialis radikal marxisme – leninisme. Pokok – pokok
ajaran ideologi ini adalah sebagai berikut :
a) Tidak mempercayai adanya Tuhan(atheisme)
b) Menyanggah persamaan manusia dan tidak terdapat pengakuan terhadap hak asasi manusia.
c) Legalitas tindakan kekerasan.
d) Sistem perekonomian yang sentralistik (diatur oleh pusat).
e) Kekuasaan dipegang oleh satu golongan.
Negara yang menganut Ideologi ini adalah Cina, Vietnam, Korea Utara, Kuba, Laos , Rusia, dll

3. Ideologi Agama
Ideologi Agama adalah ideology yang bersumber pada falsafah agama yang termuat dalam kitab suci
suatu agama . Ciri – ciri ideology ini , antara lain :
a) Urusan Negara dan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan hukum agama.
b) Hanya ada satu agama resmi dalam suatu Negara.
c) Negara berlandaskan agama.
Negara yang menganut Ideologi ini adalah Saudi Arabia & Iran berdasarkan Islam dan Vatikan Roma
berdasarkan Kristen.
b.) Ideologi Terbuka
Ideologi terbuka hanya berisi orientasi dasar , sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuan – tujuan dan
norma – norma social politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan nilai dan prinsip moral
yang berkembang dimasyarakat.
Ciri – cirri Ideologi terbuka adalah sebagai berikut :
1. Operasional cita –cita yang akan dicapai tidak dapat ditentukan secara apriori , melainkan harus
disepakati secara demokratis.
2. Ideologi terbuka bersifat inklusif , tidak totaliter , dan tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan
sekelompok orang.
3. Ideologi terbuka hanya dapat ada dalam system yang demokratis.
4. Nilai dan cita – citanya berasal dari moral budaya masyarakat itu sendiri.

1. Ideologi Liberal
Ideologi Liberal adalah aliran pikiran perseorangan atau individualistic. Ideologi ini tidak dibatasi oleh
ajaran – ajaran filsafah.Ajarannya bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia sejak lahir, dan
tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa , kecuali atas persetujuan yang
bersangkutan.
Ciri – cirri Ideologi Liberal , antara lain :
a) Mempercayai adanya Tuhan
b) Mengakui persamaan dasar manusia dan menghargai pemikiran manusia.
c) LEbih mengutamakan kepentingan individu.
Negara yang menganut Ideologi ini adalah Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Italia, Kanada, Prancis,
dll.
2. Ideologi Pancasila
Ideologi Pancasila adalah Ideologi yang bersumber dari seluruh nilai – nilai Pancasila yang terdapat pada
sila yang satu dengan sila yang lainnya. Ciri – cirri Ideologi ini antara lain :
a) Percaya kepada Tuhan yang maha esa
b) Pemerintahan berdasarkan persetujuan rakyat.
c) Negara berdasarkan atas hukum.

Adapun fungsi pancasila adalah sebagai berikut :


a) Pancasila sebagai ideologi pancasila
Fungsi pancasila sebagai ideologi nasional , meliputi :
1. Pancasila sebagai ideologi
2. Pancasila sebagai ideologi Negara
3. Ideologi pancasila sebagai ideologi yang terbaik.

Negara yang menganut Ideologi ini adalah cuma di Indonesia.

Semoga Bermanfaat !
Sumber : http://suryachandragobel.blogspot.com/2013/09/pengertian-ciri-ciri-dan-
negara.html#ixzz2qkxmEDTP

http://suryachandragobel.blogspot.com/2013/09/pengertian-ciri-ciri-dan-negara.html

Perbandingan Ideologi Liberalisme, Komunisme, dan Pancasila

1. 1. Liberalisme
Jhon Locke (1632-1704) merupakan orang pertama yang meletakan dasar-dasa ideologi liberal. Liberalisme muncul sebagai
reaksi terhadap filsafat Filmer yang mengatakan bahwa setiap kekuasaan bersifat monarki mutlak dan tidak ada yang lahir
bebas (Magnis suseno,1994). Dengan kata lain, ciri liberalisme adalah sebagai berikut[1] :
1. Memiliki kecenderungan untuk mendukung perubahan
2. Mempunyai kepercyaan terhadap nalar manusiawi
3. Bersedia menggunakan pemerintah untuk meningkatkan kondisi manusiawi
4. Mendukung kebebasan individu
5. Bersikap ambivalen terhadap sifat manusia ( Lyman Tower sargent,1986:96)
Walaupun di atas telah disebutkan ciri-ciri liberalisme, kecuali sifat ambivalennya terhadap sifat manusia, namun liberalisme
mempunyai kelemahan-kelemahan yakni Liberalisme buta terhadap kenyataan, bahwa tidak semua orang kuat kedudukannya
dan tidak semua orang sama cita-citanya. Oleh karena itu, kebebasan yang hampir tanpa batas itu dengan sendirinya
dipergunakan oleh individu-individu dan kelompok-kelompok yang kuat untuk semakin memperluas pengaruhnya. Akibatnya
tanggung jawab sosial seluruh masyarakat ditolak oleh liberalisme sehingga melahirkan istilah binatang ekonomis. Artinya
manusia hanya mementingkan keuntungan ekonomisnya sendiri.
Maka dapat diartikan bahwa hal-hal yang terdapat dalam liberalisme terdapat dalam pasal-pasal UUD 1945, teetapi pancasila
menolak liberalisme sebagai ideologi bersifat absolutisasi dan determinasi. Absolutisasi diartikan sebagai adanya proses
pemutlakan hal-hal yang pada hakikatnya tidak mutlak. Sedangkan determinasi adalah ajaran bahwa sesuatu itu secara mutlak
telah ditentukan dan dibatasi oleh faktor-faktor tertentu.[2]
1. 2. Komunisme
3 ciri negara komunis adalah[3] :
1. Berdasarkan ideologi Marxisme-Leninisme, artinya bersifat materialistis, atheis dan kolektivistik,
2. Merupakan sistem kekuasaan satu partai seluruh masyarakat
3. Ekonomi komunis bersifat etatisme[4]
Ideologi komunisme bersifat absolutisasai dan determinis, karena memberi perhatian yang sangat besar kepada kolektivitas
atau masyarakat, kebebasan individu , hak milik pribadi tidak diberi tempat dalam negara komunis. Manusia dianggap sebagai
“sekrup” dalam sebuah kolektivitas.[5]
Pancasila sebagai ideologi memberi kedudukan yang seimbang kepada manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Pancasila bertitik tolok dari pandangan bahwa manusia secara kodrati bersifat monopluralis[6], manusia secara kodrati terdiri
dari susunan kodrat, sifat kodrat dan kedudukan kodrat yang harus diwujudkan secara seimbang
1. 3. Pancasila
Soeryanto poespo wardojo, mengemukakan bahwa pancasila sebagai orientasi kemanusiaaan , bila dirumuskan negatif antara
lain:
1. Pancasila bukan Materialisme
Erik Fromm mengatakan bahwa dalam masyarakat modern, manusia telah teralienasi (terasing) dari diri sendiri dan
lingkungannya. Manusia tidak bebas, karena harus tunduk pada irama kehidupan.[7]
1. Pancasila bukan pragmatisme
Pragmatisme merupakan faham yang menitikberatkan atau meletakan kriteria tindakan manusia pada pemanfaatan atau
kegunaan. Pandangan ini jika ditarik lebih jauh akan bermuara pada tindakan yang inhuman. Pancasila mengakui manusia
sebagai pribadi yang bernilai pada dirinya sendiri (intrinsik) dan tidak boleh direduksikan ke bawah kriteria manfaat atau
kegunaan saja.
1. Pancasila bukan spiritualisme[8]
Faham ini ternyata dalam telah dipakai untuk untuk melegitimasi tindakan otoriter dan tidak demokratis dari penguasa.
Sedangkan jika dirumuskan positif pancasila mempunyai ciri-ciri
1. Integral
Dalam arti Pancasila mengajarkan ajaran kemanusiaan yang integral. Manusia adalah individualitas dan sekaligus sosialitas yang
dimana manusia itu memiliki masing-masing otonom dan korelatif.
1. Religius
Merupakan hal berkaitan dengan yang adikodrati[9], yang bersifat supranatural dan transendental. Dengan demikian faham
kemanusiaan yang humanisme-religius. Mengingkari Tuhan sebagai pencipta berarti mengingkari eksistensi dirinya sendiri.
Pancasila dengan sendirinya menolak ateisme dan buka pula negara agama (teotokrasi) sekaligus bukan pula negara sekuler.
1. Etis
Yaitu filsafat yang berkaitan dengan tindakan manusia yang dapat dikenal ukuran baik buruknya.
Diposkan oleh Annisa Reza di 23.35

http://rezaannisa.blogspot.com/2013/01/perbandingan-ideologi-liberalisme.html
Bentuk-Bentuk Ideologi Politik
----------------------------------

Dalam ilmu politik, dewasa ini berkembang banyak ideologi diantaranya adalah, kapitalisme,
liberalisme, sosialisme, pancasila dan lain sebagainya. Dengan konflik itu melahirkan kemajuan
ilmu sosial yang, terutama ilmu politik yang makin berkembang maju dan melahirkan berbagai
paradigma baru.

Berikut ini akan dipaparkan ideoogi-ideologi yang terdapat dalam ilmu politik.

2) Liberalisme

Menurut faham liberalisme, manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu yang bebas.
Manusia dalam perspektif libreralisme sebagai pribadi yang utuh dan lengkap yang terlepas dari
manusia lainnya. Manusia sebagai individu memliki potensi dan senantiasa berjuang untuk
kepentingan dirinya sendiri.

Ideologi keagaamaan (Faham Keagamaan)

Ideologi keagaamaan pada hakikatnya memiliki perspektif dan tujuan yang berbeda dengan
ideologi liberalisme dan komunisme. Sebenarnya sangat sulit untuk menentukan tipologi ideologi
keagamaan, karena sangat banyak dan beraneka ragamnya wujud, gerak dan tujuan dari ideologi
tersebut.

Namun secara keseluruhan terdapat suatu ciri bahwa ideologi keagamaan senantiasa mendasarkan
pemikiran, cita-cita serta moralnya pada suatu ajaran agama tertentu. Gerakan-gerakan politik
yang mendasar pada suatu ideologi keagamaan lazimnya sebagai sauatu reaksi atas ketidakadilan,
penindasan, serta pemaksaan terhadap suatu bangsa, etnis, ataupun kelompok yang mendasarkan
pada suatu agama.

Ideologi Pancasila

Pancasila sebagai ideologi memiliki karakter utama sebagai ideologi nasional. Ia adalah cara
pandang dan metode bagi seluruh bangsa indonesia untuk mencapai cita-citanya, yaitu masyarakat
yang adil dan makmur.

Pancasila adalah ideologi kebangsaan karena ia digali dan dirumuskan untuk kepentingan
membangun negara bangsa Indonesia. Pancasila yang memberi pedoman dan pegangan bagi
tercapainya persatuan dan kesatuan dikalangan warga bangsa dan membangun pertalian batin
antara warga negara dengan tanah airnya.

Daftar Bacaan :
Trubus Rahardiansah,P. Pengantar Ilmu Politik 2006. Jakarta: Universitas Trisakti hlm. 190 -212

David Apter, 1996; Austi ranney,1990.

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto, 2005.

sumber: indra munawar.blogspot.com

https://www.facebook.com/permalink.php?id=465930916800736&story_fbid=483002268426934

Perbedaan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lainnya


Posted: September 25, 2012 in Berbagi Materi Pelajaran
Tag:Perbedaan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lainnya
0

Perbandingan antara Ideologi Pancacila dan Ideologi lainnya

No Komunisme Pancasila Liberalisme


1. Atheis Monotheisme Sekuler
2. HAM diabaikan HAM dilindungi tanpa melupakan HAM dijunjung secara mutlak
kewajiban asasi
3. Nasionalisme ditolak Nasionalisme dijunjung tinggi Nasionalisme diabaikan
4. Keputusan ditangan pimpinan Keputusan melalui musyawarah Keputusan melalui voting
partai mufakat dan pemilihan suara
5. Dominasi Partai Tidak ada dominasi Dominasi mayoritas
6. Tidak ada oposisi Ada oposisi dengan alasn Ada oposisi
7. Tidak ada perbedaan Ada perbedaan pendapat Ada perbedaan pendapat
8. Kepentingan negara Kepentingan seluruh rakyat Kepentingan mayoritas
9. Demokrasi rakyat Demokrasi Pancasila Demokrasi Liberal
10. Hukum untuk melanggengkan Hukum untuk menjunjung tinggi Hukum untuk melindungi
komunis keadilan dan keberadaan individu individu
dan masyarakat
11. Peran negara dominan Peran negara kecil Peran negara ada agar tidak
terjadinya monopoli dll. yang
merugikan rakyat
12. Masyarakat diabdikan untuk Individu diakui keberadaannya Individu lebih penting
individu daripada masyarakat
http://selandonaendrablogspot.wordpress.com/2012/09/25/perbedaan-ideologi-pancasila-dengan-
ideologi-lainnya-2/

Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Paham Ideologi Besar Lainnya di Dunia


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga dengan rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyusun hasil diskusi ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen yang telah
memberikan arahan dan nasehat demi terwujudnya kinerja yang efisien.

Kami sadar bahwa hasil diskusi ini masih banyak terdapat kejanggalan dan kesalahan. Maka dari itu kami
berharap para pembaca agar sudi kiranya memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan hasil
diskusi ini.

Akhir kata, semoga hasil diskusi kami ini dapat bermanfaat bagi seluruh kalangan yang membutuhkan
terutama kepada para mahasiswa.

___________, _____________

Hormat kami,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

A. IDEOLOGI PANCASILA................................................................................ 1
Negara Pancasila .................................................................................................... 1
1. Paham Negara Persatuan ................................................................................. 2
2. Paham Negara Kebangsaan ............................................................................. 2
3. Paham Negara Integralistik................................................................................ 4
4. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa 6
5. Negara Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil
dan Beradap........................................................................................................ 10
6. Negara Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan .................. 10
7. Negara Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Yang Berkeadilan Sosial.............. 11

B. IDEOLOGI LIBERAL ..................................................................................... 12


Hubungan Negara Dengan Agama Menurut Paham Liberalisme ................................ 12

C. IDEOLOGI SOSIALISME KOMUNIS ........................................................... 12

Hubungan Negara Dengan Agama Menurut Paham Komunisme ................................ 13

PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN


PAHAM IDEOLOGI BESAR LAINNYA DI DUNIA

A. IDEOLOGI PANCASILA
Ideologi pada suatu bangsa pada hakikatnya memiliki ciri khas serta karakteristik masing-masing
sesuai dengan sifat dan ciri khas bangsa itu sendiri. Ideologi Pancasila sebagai sebagai ideologi bangsa
dan negara Indonesia berkembang melalui suatu proses yang cukup panjang. Nilai-nilai Pancasila berasal
dari nilai-nilai pandangan hidup bangsa telah di yakini kebenarannya kemudian di angkat oleh bangsa
Indonesia sebagai dasar filsafat negara dan kemudian menjadi ideologi bangsa dan negara. Oleh karena
itu ideologi Pancasila ada pada kehidupan bangsa dan terletak pada kelangsungan hidup bangsa dalam
rangka bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam ideologi Pancasila menyakini atas kebenaran dan kemerdekaan individu, namun dalam
hidup bersama juga harus mengakui hak dan kebebasan orang lain secara bersama sehingga dengan
demikian harus mengakui hak-hak masyarakat.
Negara Pancasila
Manusia dalam merealisasikan dan meningkatkan harkat dan martabatnya tidaklah mungkin
untuk dipenuhinya sendiri, oleh sebab itu manusia sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan
orang lain dalam hidupnya. Berdirinya negara di dunia memiliki suatu ciri khas yaitu dengan mengangkat
nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum membentuk suatu negara modren. Nilai-nilai tersebut adalah
berupa nilai-nilai adat istiadat kebudayaan, serta nilai religius yang kemudian dikristalisasikan menjadi
suatu sistem nilai yang di sebut Pancasila.
Bangsa Indonesia mendirikan suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu yang
karena di tentukan oleh keanekaragaman, sifat dan karakteristiknya, maka bangsa ini mendirikan suatu
negara berdasarkan filsafat Pancasila yaitu suatu persatuan, suatu negara kebangsaan serta suatu
negara yang bersifat integralistis. Hakikat serta pengertian sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Paham Negara Persatuan
Negara persatuan yaitu negara yang mengatasi segala paham golongan dan paham
perseorangan. Jadi negara persatuan bukanlah negara yang berdasarkan individualisme sebagaimana di
terapkan di negara liberal dimana negara hanya merupakan suatu ikatan individu saja.
Negara persatuan adalah negara yang memiliki sifat persatuan bersama, negara yang berdasarkan
kekeluargaan, tolong menolong atas dasar keadilan sosial.
BHINNEKA TUNGGAL IKA
Hakikat makna Bhinneka Tunggal Ika memberikan suatu pengertian bahwa meskipun bangsa dan negara
terdiri atas berbagai macam perbedaan namun merupakan suatu persatuan.
2. Paham Negara Kebangsaan
Dalam pengertian inilah maka manusia membentuk suatu persekutuanj hidup yang disebut sebagai
bangsa, dan bangsa yang hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan tertentu maka
pengertian ini disebut sebagai negara.
a. Hakikat Bangsa
Bangsa pada hakikatnya adalah merupakan satu penjelmaan dari sifat kodrat manusia tersebut dalam
merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaan.
b. Teori Kebangsaan
Teori-teori kebangsaan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Teori Hans Kohn
Hans Kohn sebagai seorang ahli antropologi mengemukakan teorinya tentang, bangsa, yang
dikatakannya bahwa bangsa yaitu terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah,
negara dan kewarganegaraan.
2) Teori Kebangsaan Ernest Renan
Menurut Ranan pokok-pokok pikiran tentang bangsa adalah sebagai berikut :
a. Bahwa bangsa adalah suatu jiwa, suatu asas kerohanian
b. Bahwa bangsa adalah suatu soidaritas yang besar
c. Bangsa adalah suatu hasil sejarah. Oleh karena sejarah berkembang terus maka kemudian menurut
Renan bahwa :
1) Bangsa adalah bukan sesuatu yang abadi
2) Wilayah dan ras bukanlah suatu penyebab timbulnya bangsa. Wilayah memberikan ruang dimana
bangsa hidup. Sedangkan manusia membentuk jiwanya. Dalam kaitan inilah maka Renan kemudian tiba
pada suatu kesimpulan bahwa bangsa adalah suatu jiwa, suatu asas kerohanian
3) Teori Gepolitik oleh Frederich Ratza
Suatu teori kebangsaan yang baru mengungkapkan hubungan antara wilayah geografi dengan
bangsa yang di kembangkan oleh Frederich Ratza dalam bukunya yang berjudul “Political Geography”
(1987). Teori tersebut menyatakan bahwa negara adalah merupakan suatu organisme yang hidup. Agar
supaya suatu bangsa itu hidup subur dan kuat maka memerlukan suatu ruang untuk hidup, dalam
bahasa jerman disebut “lebensraum”.
4) Negara Kebangsaan Pancasila
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah uang cukupo panjang, sejak zaman
kerajaan-kerajaan Sriwijaya, Majapahit serta dijajah oleh bangsa asing selama tiga setengah abad.
Sintesia persatuan dan kesatuan tersebut kemudian dituangkan dalam suatu atas kerohanian,
yang merupakan suatu kepribadian serta jiwa bersama yaitu Pancasila. Oleh karena itu prinsip-prinsip
nasionalisme Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah bersifat “majemuk tunggal”. Adapun unsur-
unsur yang membentuk nasionalisme (bangsa) Indonesia adalah sebagai berikut :
1) Kesatuan sejarah, yaitu sejak zaman prasejarah, zaman Sriwijaya, Majapahit, kemudian datang
penjajah tercetus sumpah pemuda 1928 dan akhirnya memproklamasikan sebagai bangsa yang merdeka
pada tanggal 17 Agustus 1945, dalam suatu wilayah negara Republik Indonesia.
2) Kesatuan nasib, yaitu penderitaan penjajahan selama tiga setengah abad dan memperjuangkan
demi kemerdekaan secara bersama dan akhirnya mendapatkan kegembiraan bersama atas karunia
Tuhan Yang Maha Esa tentang kemerdekaan.
3) Kesatuan kebudayaan.
4) Kesatuan wilayah.
5) Kesatuan asas kerohanian
3. Paham Negara Integralistik
Pancasila sebagai asas kerohanian bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu asas
kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius. Dalam pengertian inilah maka bangsa Indonesia dengan
keanekaragamannya tersebut membentuk suatu kesatuan integral sebagai suatu bangsa yang merdeka.
Bangsa Indonesia yang membentuk suatu penelitian hidup dengan mempersatukan keanekaragaman
yang dimilikinya dalam suatu kesatuan integral yang disebut negara Indonesia. Bangsa Indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Dalam pengertian yang demikian ini maka manusia pada hakikatnya merupakan makhluk
yang saling tergantung, sehingga hakikat manusia itu bukanlah total individu dan juga bukan total
makhluk sosial.
Dengan pengertian ini paham integralistik memberikan suatu prinsip bahwa negara adalah suatu
kesatuan integral dari unsur yang menyusunnya, negara mengatasi semua golongan bagian-bagian yang
membentuk negara, negara tidak memihak pada suatu golongan betapapun golongan tersebut sebagai
golongan terbesar. Paham integralistik yang terkandung dalam Pancasila meletakkan azas kebersamaan
hidup, mendambakan keselarasan dalam hubungan antara individu maupun masyarakat. Dalam
pengertian ini paham negara integralistik tidak memihak kepada yang kuat, tidak mengenal dominasi
mayoritas dan juga tidak mengenal tirani minoritas. Maka didalamnya terkandung nilai kebersamaan,
kekeluargaan, ke “Bhinneka Tuggal Ika”an, nilai religius serta selaras (Ensiklopedi Pancasila, 1955 : 274).
Berdasarkan pengertian paham integralistik tersebut maka rincian pandangan tersebut adalah sebagai
berikut :
(1) Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral
(2) Semua golongan, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu sama lainnya.
(3) Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang argonis.
(4) Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa seluruhnya.
(5) Negara tidak memihak kepada golongan atau perorangan.
(6) Negara tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat.
(7) Negara tidak hanya untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan saja.
(8) Negara menjamkin kepentingan manusia seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral.
(9) Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu kesatuan yang tak dapat
dipisahkan.
(Yamin, 1959).
4. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa
Dasar antologis negara kebangsaan Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah hakikat manusia
“monopluralis” manusia secara filosofis memiliki unsur “unsur kodrat” jasmani (raga) dan rohani (jiwa),
sifat kodrat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta “kedudukan kodrat” sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa serta sebagai makhluk pribadi.
Sesuai dengan makna negara kebangsaan Indonesia yang berdasarkan maka memiliki sifat kebersamaan,
kekeluargaan serta religiusitas. Dalam pengertian inilah maka negara Pancasila pada hakikatnya adalah
negara kebangsaan yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu setiap individu yang hidup dalam suatu negara sebagai totalitas yang integral adalah
Ber-Ketuhanan, demikian pula setiap warganya juga Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana terdapat dalam pembukaan UUD 1945, telah
memberikan sifat yang khas kepada negara kebangsaan Indonesia, yaitu bukan merupakan negara
sekuler yang memisahkan antara agama dengan negara demikian juga bukan merupakan negara agama
yaitu negara yang mendasarkan atas agama tertentu.
Negara tidak memaksa dan tidak memaksakan agama karena agama adalah merupakan suatu keyakinan
batin yang tercermin dalam hati sanubari dan tidak dapat dipaksakan.
Kebebasan beragama dan kebebasan agama adalah merupakan hak asasi manusia yang paling mutlak,
karena langsung bersumber pada martabat manusia yang berkedudukan kodrat sebagai pribadi dan
sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
a. Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Oleh
karena sebagai dasar negara maka sila tersebut merupakan sumber nilai, dan sumber norma dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara, baik yang bersifat material maupun spiritual, bahwa segala aspek
penyelenggaraan negara harus sesuai degnan hakekat nilai-nilai yang berasal dari Tuhan baik material
maupun spiritual. Adapun yang bersifat spiritual antara lain moral agama dan moral penyenggaraan
negara.
Hal ini ditegaskan oleh Moh. Hatta, bahwa sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” merupakan dasar
yang memimpin cita-cita kenegaraan kita untuk menyelenggarakan yang baik bagi masyarakat dan
penyelenggaraan negara, sila ini yang menjadi dasar yang memimpin kerohanian arah jalan kebenaran,
keadilan, kebaikan, kejujuran, dan persaudaraan (Hatta, Panita Lima, 1980).
Hakikat “Ketuhanan Yang Maha Esa” secara ilmiah filosofis mengandung makna terhadap
kesesuaian hubungan seban akibat antara Tuhan, manusi dengan negara. Adapun kedudukan kodrat
manusia adalah sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu
antara negara dengan Tuhan terdapat hubungan sebab akibat yang tidak langsung. Konsekuensinya
negara kebangsaan menurut Pancasila adalah negara kebangsaan yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Hubungan Negara dengan Agama
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu sifat
dasar kodrat manusia tersebut merupakan sifat dasar negara, sehingga negara sebagai manifestasi
kodrat manusia. Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa ia memiliki hak dan kewajiban untuk memenuhi
harkat kemanusiaannya yaitu menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manifestasi hubungan
manusia dengan Tuhannya adalah terwujudnya dalam agama. Negara merupakan produk manusia
sehingga merupakan hasil budaya manusia, sedangkan agama bersumber pada wahyu Tuhan yang
sifatnya mutlak.
Berdasarkan pengertian kodrat manusia tersebut maka terdapat berbagai macam konsep
tentang hubungan negara dengan agama, dan hal ini sangat ditentukan oleh dasar ontologis manusia
masing-masing.
(1) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Pancasila
Menurut Pancasila negara adalah berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa atas dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini termuat dalam penjelasan pembukaan UUD 1945 yaitu
Pokok Pikiran keempat. Rumusan yang demikian ini menunjukkan pada kita bahwa negara indn yang
berdasarkan Pancasila adalah bukan negara sekuler yang memisahkan negara dengan agama, karena hal
ini tercantum dalam pasal 29 ayat (1), bahwa negara adalah berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa. Hal ini berarti bahwa negara sebagai persekutuan hidup adalah Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam pasal 29 ayat (1) mengandung suatu pengertian bahwa negara indn adalah negara yang
bukan hanya mendasarkan ada suatu agama tertentu atau bukan negara agama dan juga bukan negara
Theokrasi.
Pasal 29 ayat (2) memberikan kebebasan kepada seluruh warga negara untuk memeluk agama
dan menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan ketaqwaan masing-masing. Negara kebangsaan
yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa adalah negara yang merupakan penjelmaan dari hakikat kodrat
manusia sebagi individu makhluk sosial dan manusia adalah sebagai pribadi dan makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
(2) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Theokrasi
Hubungan negara dengan agama menurut paham theokrasi bahwa antara negara dengan agama
tidak dapat dipisahkan. Dalam praktek kenegaraan terdapat dua macam pengertian negara theokrasi,
yaitu negera theokrasi langsung dan negara theokrasi tidak langsung.
a) Negara Theokrasi Langsung
Dalam sistem negara theokrasi langsung, kekuasaan adalah langsung merupakan otoritas Tuhan.
Dalam sistem negara yang demikian maka agama menyatu dengan negara, dalam arti seluruh sistem
negara, norma-norma negara adalah merupakan otoritas langsung dari Tuhan melalui wahyu.
b) Negara theokrasi Tidak Langsung
Berbeda dengan sistem negara theokrasi yang langsung, negara theokrasi tidak langsung
bukan tuhan sendiri yang memerintah dalam negara, melainkan Kepala Negara atau Raja yang memiliki
otoritas atas nama Tuhan.
Negara merupakan penjelmaan dari kekuasaan Tuhan, dan oleh karena kekuasaan Raja dalam
negara adalah merupakan kekuasaan yang berasal dari Tuhan maka sistem dan norma-norma dalam
negara dirumuskan berdasarkan firman-firman Tuhan.
(3) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Sekulerisme
Paham sekulerisme membedakan dan memisahkan antara agama dan negara. Sekulerisme
berpandangan bahwa negara adalah masalah-masalah keduniaan hubungan manusia dengan manusia,
adapun agama adalah urusan akhirat yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan.
Negara adalah urusan hubungan horisontal antar manusia dalam mencapai tujuannya, adapun
agama adalah menjadi urusan umat masing-masing agama. Walaupun dalam negara sekuler
membedakan antara negara dengan agama, namun lazimnya warga negara diberikan kebebasan dalam
memeluk agama masing-masing.
5. Negara Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil dan Beradap
Negara pada hakikatnya menurut pandangan filsafat pancasila adalah merupakan suatu
persekutuan hidup manusia, yang merupakan suatu penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai mahkluk
individu dan makhluk sosial serta manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Sifat-sifat dan keadaan negara tersebut adalah meliputi :
1) Bentuk negara
2) Tujuan negara
3) Organisasi negara
4) Kekuasaan negara
5) Penguasaan negara
6) Warga negara, masyarakat, rakyat dan bangsa.
Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang berkemanusiaan bukan suatu kebangsaan yang
Chanvinistic. Bangsa Indonesia mengakui bahwa bangsa adalah sebagai penjelmaan kodrat manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, oleh karena itu bangsa indonesia mengakui bahwa bangsa
Indonesia adalah sebagai bagian dari umat manusia.
6. Negara Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan
Negara menurut Filsafat Pancasila adalah dari oleh dan untuk rakyat. Demokrasi menurut
kerakyatan adalah demokrasi “monodualis” artinya sebagai makhluk individu memiliki hak dan sebagai
makhluk sosial harus disertai tanggung jawab.
Pokok-pokok kerakyatan yang terkandung dalam sila keempat dalam penyelenggaan negara
dapat dirinci sebagai berikut :
1) Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga negara dan warga masyarakat mempunyai
kedudukan dan hak yang sama.
2) Dalam menggunakan hak-haknya selalu memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan negara
dan masyarakat.
3) Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama maka pada dasarnya tidak dibenarkan
memaksakan kehendak pada fihak lain.
4) Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu diadakan musyawarah.
5) Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah
6) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh suasana dan semangat bersama.
7. Negara Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Yang Berkeadilan Sosial
Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berkeadilan sosial yang berarti bahwa negara
sebagai penjelmaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam hidup bersama baik dalam masyarakat, bangsa dan negara harus terwujud suatu keadilan
(keadilan sosial) yang meliputi 3 hal yaitu :
1. Keadilan distributif (keadilan membagi), yaitu negara terhadap warganya.
2. Keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu warga terhadap negaranya untuk mentaati peraturan
perundangan.
3. Keadilan komutatif (keadilan antar sesama warga negara), yaitu hubungan keadilan antara warga satu
dengan lainnya secara timbal balik (Notonagoro, 1975).
Negara hukum harus terpenuhi adanya tiga syarat pokok yaitu :
1. Pengakuan dan perlindungan atas hak-hak asasi manusia.
2. Peradilan yang bebas.
3. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.
Konsekuensinya sebagai suatu negara hukum yang berkaitan sosial, maka negara Indonesia
harus mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 1
dan 2, Pasal 28, Pasal 29 ayat 2, pasal 31 ayat 1. Demikianlah sebagai suatu negara ang berkeadilan
maka warga negara berkewajiban mentaati peraturan perundang-undangan sebagai manifestasi
keadilan legal dalam hidup bersama.
Dalam realisasinya pembangunan nasional adalah merupakan suatu upaya untuk mencapai
tujuan negara, sehingga pembangunan nasional harus senantiasa meletakkan asas keadilan sebagai
dasar operasional serta dalam penentuan berbagai macam kebijaksanaan dalam penentuan
pemerintahan negara.

B. IDEOLOGI LIBERAL
Pada paham liberalisme berkembang dari akar-akar Rasionalisme yaitu paham yang meletakkan rasio
sebagai sumber kebenaran tertinggi, inpirisme ang mendasarkan atas kebenaran fakta empiris (yang
dapat di tangkap dengan indra manusia). Serta individualisme yang meletakkan nilai dan kebebasan
individu sebagai nilai tertinggi dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Berdasarkan latar belakang timbulnya paham liberalisme yang merupakan sintesa dari beberapa paham
antara lam paham, materialisme, impirisme, dan individualisme maka dalam penerapan serta paham-
paham tersebut secara keseluruhan.
Hubungan Negara Dengan Agama Menurut “Paham Liberalisme”
Negara adalah merupakan alat atu sarana individu, sehingga masalah agama dalam negara sangat
ditentukan oleh kebebasn individu-individu. Paham libaralisme dalam pertumbuhannya sangat
dipengaruhi oleh paham rasionalisme yang mendasarkan atas kebenaran rasio.

C. IDEOLOGI (SOSIALISME) KOMUNIS


Berbagai macam konsep dan paham sosialisme sebenarnya hanya paham komunismelah sebagai pahan
yang paling jelas dan lengkap. Paham ini adalah sebagai bentuk eaksi dasar perkembangan masyarakat
kapitalis sebagai hasil dari idiologi liberal. Berkembangnya paham individualisme liberalisme yang
munculnya masyarakat kapitalis menurut paham yang mengakibatkan penderitaan rakyat kecil oleh
kalangan kapitalis yang didukung pemerintah. Idiologi komunisme mendasarkan pada suatu keyakinan
bahwa manusia pada hakikatnya adalah hanya makhluk sosial saja. Manusia pada hakikatnya adalah
merupakan sekumpulan relasi, sehingga yang mutlak adalah komunitas dan bukanlah individualitas.
Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Komunisme
Paham komunisme dalam memandang hakikat hubungan negara dengan agama mendasarkan pada
pandangan filosofis materialisme dialektis dan materialisme historis. Hakikat kenyataan tertinggi
menurut paham komunisme berada pada ketegangan intern secara dinamis bergerak dari keadaan
(fesis) ke keadaan lain (antifesis), kemudian menyatakan (sintesis) ketingkat yang lebih tinggi.
Selanjutnya sejarah sebagaimana berlangsungnya suatu proses sangat ditentukan oleh fenomena-
fenomena dasar, yaitu dengan suatu kegiatan-kegiatan yang paling material yaitu fenomena-fenomena
ekonomis. Dalam pengertian inilah menurut komunisme yang dipelopori oleh K. Marx, menyatakan
bahwa manusia adalah merupakan suatu hakikat yang menciptakan dirinya sendiri dengan
menghasilkan sarana-sarana kehidupan sehingga sangat menentukan dalam perubahan sosial, politik,
ekonomi, kebudayaan bahkan agama.
Dalam pengertian ini maka komunisme berpaham atheis. Karena manusia ditentukan oleh dirinya
sendiri. Agama menurut komunisme adalah suatu kesadaran diri bagi manusia yang kemudian
menghasilkan masyarakat negara. Agama menurut komunisme adalah realisasi fantis makhluk manusia.
Agama adalah keluhan makhluk tertindas. Oleh karena itu menurut komunisme marxis, agama adalah
merupakan candu masyarakt (Marx, dalam Lovs Leahy, 1992 :97, 98).
Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat atheis bahkan bersifat antitheis, melarang dan
menekan kehidupan agama. Nilai yang tertinggi dalam negara adalah materi sehingga nilai manusia
ditentukan oleh materi.

http://makalahskripsikumpulan.blogspot.com/2013/05/perbandingan-ideologi-pancasila-dengan.html

Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Lain

Pengertian Ideologi
Berdasarkan etimologinya, ideologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
(idea) berarti perawakan, gagasan, dan buah pikiran dan (logia) yang berarti ajaran. Dengan
demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau (science des
ideas).

Pengertian ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan serta
kepercayaan yang bersifat sistematis yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam
berbagai bidang kehidupan seperti:
1. Bidang politik, termasuk bidang hokum, pertahanan, dan keamanan.
2. Bidang sosial.
3. Bidang kebudayaan.
4. Bidang keagamaan.

Maka ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi basis bagi suatu
teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada
hakekatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
2. Oleh karena itu, mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan hidup, pandangan
dunia, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan, kepada
generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

Ideologi erat sekali hubungannya dengan filsafat. Karena filsafat merupakn dasar dari gagasan
yang berupa ideology. Filsafat memberikan dasar renungan atas ideologi itu sehingga dapat
dijelmakan menjadi suatu gagasan untuk pedoman bertindak. Dari sudut etimologinya, filsafat
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua buah kata, yaitu (filos) berarti cinta dan
(Sophia) berarti kebenaran atau kebijaksanaan. Jadifilsafat berarti cinta akan kebenaran atau
kebijaksanaan. Arti kata inilah yang kemudian dirangkumkan menjadi suatu makna bahwa
filsafat adalah suatu renungan atau pemikiran yang sedalam-dalamnya untuk mencari
kebenaran.

Karena filsafat itu tersusun dalam suatu keseluruhan, kebulatan, dan sistematis maka
pemikiran filsafat harus berdasarkan kejujuran dalam penemuan hakikat dari suatu obyek
yang menjadi titik sentral pemikiran.

Di sini jelas bahwa hubungan ideologi dan filsafat itu sukar dipisahkan. Ideologi berdiri
berdasarkan landasan tertentu yaitu filsafat. Dan masalah ideologi adalah masalah pilihan.
Ketepatannya tergantung kepada jiwa bangsa itu sendiri. Ideologi yang dianngapnya benar
dan sesuai dengan jiwa bangsa, apa lagi yang telah terbukti tetap dapat bertahan dari segala
godaan dan cobaan ideologi lain melalui gerakan-gerakan atau pemberontakan akan
memperkuat keyakinan pentingnya mempertahankan ideology.

Ideologi Pancasila
Pancasila berasal dari bahasa sansekerta, menurut Muhammad Yamin dalam dalam bahasa
sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal, yaitu:
· Panca artinya lima
· Syila artinya batu sendi, alas, dasar
· Syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh
Secara etimologis kata Pancasila berasal dari istilah Pancasyila yang memiliki arti secara
harfiah harfiah yaitu dasar yang memiliki lima unsur.

Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial. Oleh karena itu dalam ideologi Pancasila mengakui atas kebebasan hak-
hak masyarakat. Selain itu bahwa manusia menurut Pancasila memiliki kodrat sebagai
makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga nilai-nilai Ketuhanan
senantiasa menjiwai kehidupan manusia dalam hidup negara dan masyarakat. Kebebasan
manusia dalam rangka demokrasi tidak melampaui hakikat nilai-nilai Ketuhanan, bahkan nilai
Ketuhanan terjelma dalam bentuk moral dalam ekspresi kebebasan manusia.

Perbandingan Pancasila Dengan Ideologi Lain


Berikut beberapa perbandingan ideologi Pancasila dengan ideologi lain dalam beberapa aspek,
yaitu:

 Politik Hukum

Pancasila> Demokrasi Pancasila, Hukum untuk menjunjung tinggi keadilan dan keberadaan
individu dan masyarakat.

Komunisme> Demokrasi rakyat, Berkuasa mutlak satu parpol, Hukum untuk melanggengkan
komunis.

Liberalisme> Demokrasi liberal, Hukum untuk melindungi individu, Dalam politik


mementingkan individu.

 Ekonomi

Pancasila> Peran negara ada untuk tidak terjadi monopoli dll yang merugikan rakyat.

Komunisme> Peran negara dominan, Demi kolektivitas berarti demi Negara, Monopoli Negara.

Liberalisme> Peran negara kecil, Swasta mendominasi, Kapitalisme, Monopolisme, Persaingan


bebas.

 Agama
Pancasila> Bebas memilih agama, Agama harus menjiwai dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Komunisme> Agama harus dijauhkan dari masyarakat, Atheis.

Liberalisme > Agama urusan pribadi, Bebas beragama (memilih agama/atheis).

 Pandangan Terhadap Individu Dan Masyarakat

Pancasila > Individu diakui keberadaannya, Hubungan individu dan masyarakat dilandasi 3S
(selaras, serasi, dan seimbang).

Komunisme> Individu tidak penting – Masyrakat tidak penting, Kolektivitas yang dibentuk
negara lebih penting.

Liberalisme> Individu lebih penting daripada masyarakat, Masyarakat diabdikan bagi individu.

 Ciri Khas

Pancasila> Demokrasi Pancasila, Bebas memilih agama.

Komunisme> Atheisme, Dogmatis, Otoriter, Ingkar HAM.

Liberalisme> Penghargaan atas HAM, Demokrasi, Negara hokum, Menolak dogmatis.

Berdasarkan sifatnya ideologi Pancasila bersifat terbuka yang berarti senantiasa


mengantisipasi perkembangan aspirasi rakyat sebagai pendukung ideologi serta menyesuaikan
dengan perkembangan jaman. Ideologi Pancasila senantiasa merupakan wahana bagi
tercapainya tujuan bangsa.

Kedudukan dan fungsi pancasila harus dipahami sesuai dengan konteksnya, misalnya Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia,
sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh kedudukandan fungsi Pancasila itu
bukanlah berdiri secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokkan maka akan kembali
pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan
hidup bangsa Indonesia.

Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan kristalisasi nilai-
nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-unsur
kebudayaanluar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan
bangsa Indonesia. Hal itu bias dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu
proses yang disebut kausa materialisme karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan
hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan yang diyakini
kebenarannya itu menimbulkan tekad bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap
dan tingkah laku serta perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu menjadi motor penggerak
bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari pandangan inilah maka dapat
diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan kejiwaan apa saja yang akan coba
diwujudkan dalam kehidupan bemasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari sepenuhnya oleh para pendiri negara
Republik Indonesia adalah “ atas dasar apakah negara Indonesia didirikan?” ketika mereka
bersidang untuk pertama kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup bagi
bangsa Indonesia harus ditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa Indonesia sendiri yang
merupakan perwujudan dari nilai-nilai yang dimiliki, diyakini, dan dihayati kebenarannya oleh
masyarakat sepanjang masa dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan bangsa sejak
lahirnya.

Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dasar bangsa Indonesia
tentang kehidupan yang dianggap baik. Merela menciptakn tata nilai yang mendukung tata
kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak, watak, dan cirri masyarakat dan bangsa
Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat dan bangsa lainnya. Kenyataan yang
demikian itu merupakan suatu kenyatan objektif yang merupakan jatidiri bangsa Indonesia.
Diposkan oleh Apri Wibowo di 23.06

http://apriwibowosas.blogspot.com/2013/05/perbandingan-ideologi-pancasila-dengan.html

PERBANDINGAN PANCASILA DENGAN IDEOLOGI LAIN


Diposkan oleh it's me ira Kamis, 17 Mei 2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sebagai dasar Negara Indonesia Pancasila memegang peranan penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila pada hakikatnya merupakan hasil penuangan atau pemikiran
seseorang atau sekelompok orang. Pancasila diangkat dari nilai – nilai adat istiadat kebudayaan serta
nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia. Melalui pendidikan Pancasila
warga Negara Republik Indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisis dan menjawab masalah
– masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten dengan
cita – cita dan tujuan nasional seperti digariskan di dalam pembukaan UUD 1945.
Pancasila adalah ideologi Bangsa Indonesia. Dengan pedoman Pancasila para pedahulu kita bisa
mempersatukan berbagai golongan dan kelompok. Selain ideologi Pancasila ada banyak ideologi lain
yang berkembang didunia yaitu ideologi Liberalisme, Kapitalisme, Komunisme dan Sosialisme. Semua itu
memiliki banyak perbedaan dengan ideologi Pancasila. Maka dari itu makalah ini akan membahas
berbagai perbedaan ideologi Pancasila dengan beberapa ideologi yang berkembang didunia.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah ideologi Pancasila itu?
2. Apa saja macam – macam ideologi yang ada?
3. Bagaimana perbedaan pancasila dengan ideologi lain?

C. Tujuan
1. Mengetahui pancasila sebagai ideologi bangsa
2. Mengetahui berbagai macam ideologi lain
3. Mengetahui perbedaan ideologi pancasila dengan ideologi lain

D. Manfaat
Makalah ini mencakup manfaat teoritis dan praktis. Manfaat teoritis yaitu memperkaya
khasanah pengetahuan tentang berbagai ideologi yang ada di dunia. Manfaat praktis yaitu dengan
adanya makalah ini dapat memberikan banyak informasi kepada masyarakat luas dan pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya tentang perbedaan Pancasila dengan ideologi lain.

BAB II
PEMBAHASAN
Menurut AL Marsudi ideologi berasal dari kata Yunani yaitu idein yang berarti melihat, atau idea
yang berarti raut muka, perawakan, gagasan, buah pikiran, dan kata logia yang berarti ajaran. Dengan
demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau science des ideas.
Menurut Marxisme ideologi diartikan sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan
kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang poltik atau sosial.
Puspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai komplek
pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau masyarakat untuk
memahami jagad raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya.
Jadi ideologi dapat kita artikan sebagai suatu gagasan dan buah pikiran yang dikembangkan
secara keseluruhan yang tersusun sistematis untuk mewujudkan tujuan dan cita- cita suatu Negara.

A. Ideologi Pancasila
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfian (BP7 Pusat,1991 : 192), Pancasila telah memenuhi
syarat sebagai ideologi terbuka khususnya di Negara Republik Indonesia. Sebagai ideologi terbuka
Pancasila memberikan orientasi ke depan, mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari situasi
kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapi globalisasi dan era keterbukaan
dunia dalam segala bidang. Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki dimensi – dimensi idealitas,
normatif, dan realitas.

B. Liberalisme
Jika dibandingkan dengan ideologi Pancasila yang secara khusus norma-normanya terdapat di
dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka dapat dikatakan bahwa hal-hal yang terdapat di dalam
Liberalisme terdapat di dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi Pancasila menolak Liberalisme sebagai
ideologi yang bersifat absolutisasi dan determinisme.
Liberalisme merupakan paham yang memberikan penekanan kebebasan individu ssehingga
kesejahteraan bukan menjadi tanggung jawab negara.

C. Komunisme
Komunisme sebagai anti Kapitalisme menggunakan sistem Sosialisme sebagai alat kekuasaan
sebagai prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara
merata. Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya sehingga Komunisme juga disebut
anti Liberalisme.
Dalam Komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Jadi perubahan
sosial dimulai dari buruh, namun pengorganisasian buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah
dominasi partai.

Perbandingan ideologi Pancasila dengan ideologi Liberalisme, Komunisme, Sosialisme.


IDEOLOGI

LIBERALISME KOMUNISME PANCASILA


ASPEK
POLITIK HUKUM- Demokrasi - Demokrasi - Demokrasi
liberal rakyat Pancasila
- Hukum untuk - Berkuasa - Hukum untuk
melindungi mutlak satu menjunjung
individu parpol tinggi keadilan
- Dalam politik - Hukum untuk dan
mementingka melanggengka keberadaban
n individu n komunis individu dan
masyarakat
EKONOMI

- Peran negara - Peran negara


- Peran negara
dominan ada untuk
kecil
- Demi tidak terjadi
- Swasta
kolektivitas monopoli,
mendominasi
berarti demi yang dirugikan
- Kapitalisme
negara rakyat
- Monopolisme
AGAMA - Monopoli
- Persaingan
negara
bebas
- Bebas memilih
- Agama candu salah satu
- Agama urusan
masyarakat agama
pribadi
- Agama harus - Agama harus
- Bebas
dijauhkan dari menjiwai
beragama masyarakat dalam
 Bebas kehidupan
memilih bermasyarakat

PANDANG-AN agama berbangsa dan

TERHADAP  Bebas tidak bernegara


INDIVIDU DAN beragama
MASYARA-AT
- Individu
-Individu
tidak penting
- Individu lebih - diakui
Masyarakat
penting dari tidak penting keberadaanya
CIRI KHAS pada - Masyarakat
- Kolektivitas
masyarakat diakui
yang dibentuk
- Masyarakat keberadaanny
negara lebih
diabdikan bagi a
penting
individu

- Atheisme
- Dogmatis
- Penghargaan - Otoriter
atas HAM - Ingkar HAM
- Demokrasi - Reaksi
- Negara terhadap - Individu akan
hokum liberalesme punya arti
- Reaksi dan apabila hidup
terhadap kapitalisme di tengah
apsolutisme masyarakat

- Keselarasan
keseimbangan
, dan
keserasian
dalam setiap
aspek
kehidupan
Sumber : Setiadi, Elly M. 2003.Pendidikan Pancasila. Jakarta : Gramedia

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah bagian dari Ideologi
bangsa yang diangkat dari nilai – nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam
pandangan hidup masyarakat Indonesia. Ideologi dapat diartikan sebagai suatu gagasan dan buah
pikiran yang dikembangkan secara keseluruhan yang tersusun secara sistematis untuk mewujudkan
tujuan dan cita- cita suatu Negara. Pancasila sebagai Ideologi bangsa menunjukkan adanya
keseimbangan ide dan gagasan serta tidak bersifat absolute dalam memandang manusia dan kehidupan
bernegara, sedangkan Liberalisme, Komunisme lebih bersifat mutlak atau totaliter. Keduanya juga
cenderung menutup mata akan adanya dampak individualisme dan persaingan. Selain itu, jika
dibandingkan dengan Pancasila, Sosialisme sering dikatakan sebagai antitesa Kapitalisme, yang tingkah
laku ekonomi dikuasai oleh kepentingan untuk memperoleh keuntungan maksimal lewat persaingan
bebas, sistem pasar, dan harga.

B. Saran
Pancasila sebagaimana kita yakini merupakan jiwa, kepribadian dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Kerena Pancasila merupakan ideologi dari negeri kita. Dengan adanya persatuan dan
kesatuan tersebut jelas mendorong usaha dalam menegakkan dan memperjuangkan kemerdekaan. Ini
membuktikan dan meyakinkan tentang Pancasila sebagai suatu yang harus kita yakini karena cocok bagi
bangsa Indonesia.
Jadi, Indonesia saat ini sangat membutuhkan sebuah idiologi dalam menjalankan pemerintahan
ini ke depan. Tidak lain ideologi itu adalah Pancasila. Sebelumnya melangkah lebih jauh, sangat perlu
kita memahami apa arti dari ideologi dan apa itu Pancasila sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Setiadi, Elly M. 2003.Pendidikan Pancasila. Jakarta : Gramedia

Purwastuti, L. Andriani.2002.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta : UNY Press

http://thehilmanscoy.blogspot.com,Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lainnya,

http://slowdownthing.blogspot.com,”Perbedaan Ideologi Pancasila, Komunis dan Sosialis”,

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

http://iramajapanay.blogspot.com/2012/05/perbandingan-pancasila-dengan-ideologi.html

PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA, IDEOLOGI LIBERAL DAN


IDEOLOGI KOMUNIS
Posted onJanuary 14, 2013bydikaapryan

PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN IDEOLOGI LAIN

ASPEK POLITIK HUKUM :

AGAMA

- Teokrasi

- Kitab Suci sebagai dasar hukum

- Pemaksaan agama penguasa terhadap individu

LIBERALISME

- Demokrasi liberal
- Hukum untuk melindungi individu

-Dalam politik mementingkan individu

KOMUNISME

- Demokrasi rakyat

- Berkuasa mutlak satu parpol

- Hukum untuk melanggeng kan komunis

PANCASILA

- Demokrasi pancasila

- Hukum untuk menjunjung tinggi keadilan dan keberadaan individu dan masyarakat

ASPEK EKONOMI

AGAMA

- Tergantung pada pertanian/perdagangan yang ditentukan oleh alam dan keadaan alam
ditentukan oleh Tuhan

LIBERALISME

- Peran Negara kecil

- Swasta mendominasi

- Kapitalisme
- Monopolisme

- Persaingan bebas

KOMUNISME

- Peran Negara dominan

- Demi kolektivitas berarti demi Negara

- Monopoli Negara

PANCASILA

- Peran negara ada untuk tidak terjadi monopoli dll yang merugikan rakyat

ASPEK AGAMA

AGAMA

- Setiap individu harus ber agama dan menjalan kan ibadah agama kepada Tuhannya
karena Tuhan adalah tempat berganTung Semua makhluk

LIBERALISME

- Agama urusan pribadi

- Bebas beragama (bebas memilih agama dan bebas tidak beragama)

KOMUNISME

- Agama candu masyarakat

- Agama harus dijauhkan dari masyarakat

- Atheis
PANCASILA

- Bebas memilih salah satu agama

- Agama harus menjiwai dalam kehidupan bermasyara kat, berbangsa dan bernegara

PANDANGAN TERHADAP INDIVIDU DAN MASYARAKAT

AGAMA

- Kemulia an individu dan masyara kat dinilai dari tingkat keimanannya dimata Tuhan
sebagai mana diamanah kan lewat kitab-Nya

LIBERALISME

- Individu lebih penting dari pada masyara kat

KOMUNISME

- Masyarakat di abdikan untuk individu

- Individu tidak penting dan masyarakat tidak penting

PANCASILA

- Individu diakui keberadaan nya

- Hubungan individu dan masyarakat dilandasi 3S (selaras, seimbang, serasi)

- Masyarakat ada karena ada individu-individu

http://www.google.com
http://dikaapryan.wordpress.com/2013/01/14/perbandingan-ideologi-pancasila-ideologi-liberal-dan-
ideologi-komunis/

PERBANDINGAN IDEOLOGI LIBERALISME, IDEOLOGI KOMUNISME, DAN IDEOLOGI


PANCASILA

A. Ideologi Liberalisme
Jika dibandingkan dengan ideologi Pancasila yang secara khusus norma-normanya terdapat di dalam
Undang-Undang Dasar 1945, maka dapat dikatakan bahwa hal-hal yang terdapat di dalam Liberalisme
terdapat di dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi Pancasila menolak Liberalisme sebagai ideologi yang
bersifat absolutisasi dan determinisme.
Liberalisme merupakan paham yang memberikan penekanan kebebasan individu ssehingga
kesejahteraan bukan menjadi tanggung jawab negara.

B. Ideologi Komunisme
Komunisme sebagai anti Kapitalisme menggunakan sistem Sosialisme sebagai alat kekuasaan sebagai
prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata.
Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya sehingga Komunisme juga disebut anti
Liberalisme.
Dalam Komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Jadi perubahan sosial
dimulai dari buruh, namun pengorganisasian buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah
dominasi partai.

C. Ideologi Pancasila
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfian (BP7 Pusat,1991 : 192), Pancasila telah memenuhi syarat
sebagai ideologi terbuka khususnya di Negara Republik Indonesia. Sebagai ideologi terbuka Pancasila
memberikan orientasi ke depan, mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari situasi kehidupan
yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapi globalisasi dan era keterbukaan dunia dalam
segala bidang. Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki dimensi – dimensi idealitas, normatif, dan
realitas.

PERBANDINGAN IDEOLOGI LIBERALISME, IDEOLOGI KOMUNISME, DAN IDEOLOGI


PANCASILA

ASPEK POLITIK HUKUM :


AGAMA
- Teokrasi
- Kitab Suci sebagai dasar hukum
- Pemaksaan agama penguasa terhadap individu

LIBERALISME
- Demokrasi liberal
- Hukum untuk melindungi individu
-Dalam politik mementingkan individu

KOMUNISME
- Demokrasi rakyat
- Berkuasa mutlak satu parpol
- Hukum untuk melanggeng kan komunis

PANCASILA
- Demokrasi pancasila
- Hukum untuk menjunjung tinggi keadilan dan keberadaan individu dan masyarakat

ASPEK EKONOMI
AGAMA
- Tergantung pada pertanian/perdagangan yang ditentukan oleh alam dan keadaan alam ditentukan
oleh Tuhan

LIBERALISME
- Peran Negara kecil
- Swasta mendominasi
- Kapitalisme
- Monopolisme
- Persaingan bebas

KOMUNISME
- Peran Negara dominan
- Demi kolektivitas berarti demi Negara
- Monopoli Negara

PANCASILA
- Peran negara ada untuk tidak terjadi monopoli dll yang merugikan rakyat
ASPEK AGAMA
AGAMA
- Setiap individu harus ber agama dan menjalan kan ibadah agama kepada Tuhannya karena Tuhan
adalah tempat berganTung Semua makhluk

LIBERALISME
- Agama urusan pribadi
- Bebas beragama (bebas memilih agama dan bebas tidak beragama)

KOMUNISME
- Agama candu masyarakat
- Agama harus dijauhkan dari masyarakat
- Atheis

PANCASILA
- Bebas memilih salah satu agama
- Agama harus menjiwai dalam kehidupan bermasyara kat, berbangsa dan bernegara

PANDANGAN TERHADAP INDIVIDU DAN MASYARAKAT


AGAMA
- Kemulia an individu dan masyara kat dinilai dari tingkat keimanannya dimata Tuhan sebagai mana
diamanah kan lewat kitab-Nya

LIBERALISME
- Individu lebih penting dari pada masyara kat

KOMUNISME
- Masyarakat di abdikan untuk individu
- Individu tidak penting dan masyarakat tidak penting

PANCASILA
- Individu diakui keberadaan nya
- Hubungan individu dan masyarakat dilandasi 3S (selaras, seimbang, serasi)
- Masyarakat ada karena ada individu-individu

Sumber :
http://harisbanjarmasin.blogspot.com/2011/12/perbandingan-ideologi-pancasila-dengan_18.html
Posted by dina agusriani at 11:38 PM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
http://agusrianidina19.blogspot.com/2013/01/perbandingan-ideologi-liberalisme.html

Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Paham Ideologi Besar Lainnya di Dunia


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga dengan rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyusun hasil diskusi ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen yang telah
memberikan arahan dan nasehat demi terwujudnya kinerja yang efisien.

Kami sadar bahwa hasil diskusi ini masih banyak terdapat kejanggalan dan kesalahan. Maka dari itu kami
berharap para pembaca agar sudi kiranya memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan hasil
diskusi ini.

Akhir kata, semoga hasil diskusi kami ini dapat bermanfaat bagi seluruh kalangan yang membutuhkan
terutama kepada para mahasiswa.

___________, _____________

Hormat kami,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

A. IDEOLOGI PANCASILA................................................................................ 1
Negara Pancasila .................................................................................................... 1
1. Paham Negara Persatuan ................................................................................. 2
2. Paham Negara Kebangsaan ............................................................................. 2
3. Paham Negara Integralistik................................................................................ 4
4. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa 6
5. Negara Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil
dan Beradap........................................................................................................ 10
6. Negara Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan .................. 10
7. Negara Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Yang Berkeadilan Sosial.............. 11

B. IDEOLOGI LIBERAL ..................................................................................... 12


Hubungan Negara Dengan Agama Menurut Paham Liberalisme ................................ 12

C. IDEOLOGI (SOSIALISME) KOMUNIS ........................................................... 12

Hubungan Negara Dengan Agama Menurut Paham Komunisme ................................ 13

PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN


PAHAM IDEOLOGI BESAR LAINNYA DI DUNIA

A. IDEOLOGI PANCASILA
Ideologi pada suatu bangsa pada hakikatnya memiliki ciri khas serta karakteristik masing-masing
sesuai dengan sifat dan ciri khas bangsa itu sendiri. Ideologi Pancasila sebagai sebagai ideologi bangsa
dan negara Indonesia berkembang melalui suatu proses yang cukup panjang. Nilai-nilai Pancasila berasal
dari nilai-nilai pandangan hidup bangsa telah di yakini kebenarannya kemudian di angkat oleh bangsa
Indonesia sebagai dasar filsafat negara dan kemudian menjadi ideologi bangsa dan negara. Oleh karena
itu ideologi Pancasila ada pada kehidupan bangsa dan terletak pada kelangsungan hidup bangsa dalam
rangka bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam ideologi Pancasila menyakini atas kebenaran dan kemerdekaan individu, namun dalam
hidup bersama juga harus mengakui hak dan kebebasan orang lain secara bersama sehingga dengan
demikian harus mengakui hak-hak masyarakat.
Negara Pancasila
Manusia dalam merealisasikan dan meningkatkan harkat dan martabatnya tidaklah mungkin
untuk dipenuhinya sendiri, oleh sebab itu manusia sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan
orang lain dalam hidupnya. Berdirinya negara di dunia memiliki suatu ciri khas yaitu dengan mengangkat
nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum membentuk suatu negara modren. Nilai-nilai tersebut adalah
berupa nilai-nilai adat istiadat kebudayaan, serta nilai religius yang kemudian dikristalisasikan menjadi
suatu sistem nilai yang di sebut Pancasila.
Bangsa Indonesia mendirikan suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu yang
karena di tentukan oleh keanekaragaman, sifat dan karakteristiknya, maka bangsa ini mendirikan suatu
negara berdasarkan filsafat Pancasila yaitu suatu persatuan, suatu negara kebangsaan serta suatu
negara yang bersifat integralistis. Hakikat serta pengertian sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Paham Negara Persatuan
Negara persatuan yaitu negara yang mengatasi segala paham golongan dan paham
perseorangan. Jadi negara persatuan bukanlah negara yang berdasarkan individualisme sebagaimana di
terapkan di negara liberal dimana negara hanya merupakan suatu ikatan individu saja.
Negara persatuan adalah negara yang memiliki sifat persatuan bersama, negara yang berdasarkan
kekeluargaan, tolong menolong atas dasar keadilan sosial.
BHINNEKA TUNGGAL IKA
Hakikat makna Bhinneka Tunggal Ika memberikan suatu pengertian bahwa meskipun bangsa dan negara
terdiri atas berbagai macam perbedaan namun merupakan suatu persatuan.
2. Paham Negara Kebangsaan
Dalam pengertian inilah maka manusia membentuk suatu persekutuanj hidup yang disebut sebagai
bangsa, dan bangsa yang hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan tertentu maka
pengertian ini disebut sebagai negara.
a. Hakikat Bangsa
Bangsa pada hakikatnya adalah merupakan satu penjelmaan dari sifat kodrat manusia tersebut dalam
merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaan.
b. Teori Kebangsaan
Teori-teori kebangsaan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Teori Hans Kohn
Hans Kohn sebagai seorang ahli antropologi mengemukakan teorinya tentang, bangsa, yang
dikatakannya bahwa bangsa yaitu terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah,
negara dan kewarganegaraan.
2) Teori Kebangsaan Ernest Renan
Menurut Ranan pokok-pokok pikiran tentang bangsa adalah sebagai berikut :
a. Bahwa bangsa adalah suatu jiwa, suatu asas kerohanian
b. Bahwa bangsa adalah suatu soidaritas yang besar
c. Bangsa adalah suatu hasil sejarah. Oleh karena sejarah berkembang terus maka kemudian menurut
Renan bahwa :
1) Bangsa adalah bukan sesuatu yang abadi
2) Wilayah dan ras bukanlah suatu penyebab timbulnya bangsa. Wilayah memberikan ruang dimana
bangsa hidup. Sedangkan manusia membentuk jiwanya. Dalam kaitan inilah maka Renan kemudian tiba
pada suatu kesimpulan bahwa bangsa adalah suatu jiwa, suatu asas kerohanian
3) Teori Gepolitik oleh Frederich Ratza
Suatu teori kebangsaan yang baru mengungkapkan hubungan antara wilayah geografi dengan
bangsa yang di kembangkan oleh Frederich Ratza dalam bukunya yang berjudul “Political Geography”
(1987). Teori tersebut menyatakan bahwa negara adalah merupakan suatu organisme yang hidup. Agar
supaya suatu bangsa itu hidup subur dan kuat maka memerlukan suatu ruang untuk hidup, dalam
bahasa jerman disebut “lebensraum”.
4) Negara Kebangsaan Pancasila
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah uang cukupo panjang, sejak zaman
kerajaan-kerajaan Sriwijaya, Majapahit serta dijajah oleh bangsa asing selama tiga setengah abad.
Sintesia persatuan dan kesatuan tersebut kemudian dituangkan dalam suatu atas kerohanian,
yang merupakan suatu kepribadian serta jiwa bersama yaitu Pancasila. Oleh karena itu prinsip-prinsip
nasionalisme Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah bersifat “majemuk tunggal”. Adapun unsur-
unsur yang membentuk nasionalisme (bangsa) Indonesia adalah sebagai berikut :
1) Kesatuan sejarah, yaitu sejak zaman prasejarah, zaman Sriwijaya, Majapahit, kemudian datang
penjajah tercetus sumpah pemuda 1928 dan akhirnya memproklamasikan sebagai bangsa yang merdeka
pada tanggal 17 Agustus 1945, dalam suatu wilayah negara Republik Indonesia.
2) Kesatuan nasib, yaitu penderitaan penjajahan selama tiga setengah abad dan memperjuangkan
demi kemerdekaan secara bersama dan akhirnya mendapatkan kegembiraan bersama atas karunia
Tuhan Yang Maha Esa tentang kemerdekaan.
3) Kesatuan kebudayaan.
4) Kesatuan wilayah.
5) Kesatuan asas kerohanian
3. Paham Negara Integralistik
Pancasila sebagai asas kerohanian bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu asas
kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius. Dalam pengertian inilah maka bangsa Indonesia dengan
keanekaragamannya tersebut membentuk suatu kesatuan integral sebagai suatu bangsa yang merdeka.
Bangsa Indonesia yang membentuk suatu penelitian hidup dengan mempersatukan keanekaragaman
yang dimilikinya dalam suatu kesatuan integral yang disebut negara Indonesia. Bangsa Indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Dalam pengertian yang demikian ini maka manusia pada hakikatnya merupakan makhluk
yang saling tergantung, sehingga hakikat manusia itu bukanlah total individu dan juga bukan total
makhluk sosial.
Dengan pengertian ini paham integralistik memberikan suatu prinsip bahwa negara adalah suatu
kesatuan integral dari unsur yang menyusunnya, negara mengatasi semua golongan bagian-bagian yang
membentuk negara, negara tidak memihak pada suatu golongan betapapun golongan tersebut sebagai
golongan terbesar. Paham integralistik yang terkandung dalam Pancasila meletakkan azas kebersamaan
hidup, mendambakan keselarasan dalam hubungan antara individu maupun masyarakat. Dalam
pengertian ini paham negara integralistik tidak memihak kepada yang kuat, tidak mengenal dominasi
mayoritas dan juga tidak mengenal tirani minoritas. Maka didalamnya terkandung nilai kebersamaan,
kekeluargaan, ke “Bhinneka Tuggal Ika”an, nilai religius serta selaras (Ensiklopedi Pancasila, 1955 : 274).
Berdasarkan pengertian paham integralistik tersebut maka rincian pandangan tersebut adalah sebagai
berikut :
(1) Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral
(2) Semua golongan, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu sama lainnya.
(3) Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang argonis.
(4) Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa seluruhnya.
(5) Negara tidak memihak kepada golongan atau perorangan.
(6) Negara tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat.
(7) Negara tidak hanya untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan saja.
(8) Negara menjamkin kepentingan manusia seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral.
(9) Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu kesatuan yang tak dapat
dipisahkan.
(Yamin, 1959).
4. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa
Dasar antologis negara kebangsaan Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah hakikat manusia
“monopluralis” manusia secara filosofis memiliki unsur “unsur kodrat” jasmani (raga) dan rohani (jiwa),
sifat kodrat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta “kedudukan kodrat” sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa serta sebagai makhluk pribadi.
Sesuai dengan makna negara kebangsaan Indonesia yang berdasarkan maka memiliki sifat kebersamaan,
kekeluargaan serta religiusitas. Dalam pengertian inilah maka negara Pancasila pada hakikatnya adalah
negara kebangsaan yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu setiap individu yang hidup dalam suatu negara sebagai totalitas yang integral adalah
Ber-Ketuhanan, demikian pula setiap warganya juga Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana terdapat dalam pembukaan UUD 1945, telah
memberikan sifat yang khas kepada negara kebangsaan Indonesia, yaitu bukan merupakan negara
sekuler yang memisahkan antara agama dengan negara demikian juga bukan merupakan negara agama
yaitu negara yang mendasarkan atas agama tertentu.
Negara tidak memaksa dan tidak memaksakan agama karena agama adalah merupakan suatu keyakinan
batin yang tercermin dalam hati sanubari dan tidak dapat dipaksakan.
Kebebasan beragama dan kebebasan agama adalah merupakan hak asasi manusia yang paling mutlak,
karena langsung bersumber pada martabat manusia yang berkedudukan kodrat sebagai pribadi dan
sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
a. Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Oleh
karena sebagai dasar negara maka sila tersebut merupakan sumber nilai, dan sumber norma dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara, baik yang bersifat material maupun spiritual, bahwa segala aspek
penyelenggaraan negara harus sesuai degnan hakekat nilai-nilai yang berasal dari Tuhan baik material
maupun spiritual. Adapun yang bersifat spiritual antara lain moral agama dan moral penyenggaraan
negara.
Hal ini ditegaskan oleh Moh. Hatta, bahwa sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” merupakan dasar
yang memimpin cita-cita kenegaraan kita untuk menyelenggarakan yang baik bagi masyarakat dan
penyelenggaraan negara, sila ini yang menjadi dasar yang memimpin kerohanian arah jalan kebenaran,
keadilan, kebaikan, kejujuran, dan persaudaraan (Hatta, Panita Lima, 1980).
Hakikat “Ketuhanan Yang Maha Esa” secara ilmiah filosofis mengandung makna terhadap
kesesuaian hubungan seban akibat antara Tuhan, manusi dengan negara. Adapun kedudukan kodrat
manusia adalah sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu
antara negara dengan Tuhan terdapat hubungan sebab akibat yang tidak langsung. Konsekuensinya
negara kebangsaan menurut Pancasila adalah negara kebangsaan yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Hubungan Negara dengan Agama
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu sifat
dasar kodrat manusia tersebut merupakan sifat dasar negara, sehingga negara sebagai manifestasi
kodrat manusia. Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa ia memiliki hak dan kewajiban untuk memenuhi
harkat kemanusiaannya yaitu menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manifestasi hubungan
manusia dengan Tuhannya adalah terwujudnya dalam agama. Negara merupakan produk manusia
sehingga merupakan hasil budaya manusia, sedangkan agama bersumber pada wahyu Tuhan yang
sifatnya mutlak.
Berdasarkan pengertian kodrat manusia tersebut maka terdapat berbagai macam konsep
tentang hubungan negara dengan agama, dan hal ini sangat ditentukan oleh dasar ontologis manusia
masing-masing.
(1) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Pancasila
Menurut Pancasila negara adalah berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa atas dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini termuat dalam penjelasan pembukaan UUD 1945 yaitu
Pokok Pikiran keempat. Rumusan yang demikian ini menunjukkan pada kita bahwa negara indn yang
berdasarkan Pancasila adalah bukan negara sekuler yang memisahkan negara dengan agama, karena hal
ini tercantum dalam pasal 29 ayat (1), bahwa negara adalah berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa. Hal ini berarti bahwa negara sebagai persekutuan hidup adalah Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam pasal 29 ayat (1) mengandung suatu pengertian bahwa negara indn adalah negara yang
bukan hanya mendasarkan ada suatu agama tertentu atau bukan negara agama dan juga bukan negara
Theokrasi.
Pasal 29 ayat (2) memberikan kebebasan kepada seluruh warga negara untuk memeluk agama
dan menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan ketaqwaan masing-masing. Negara kebangsaan
yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa adalah negara yang merupakan penjelmaan dari hakikat kodrat
manusia sebagi individu makhluk sosial dan manusia adalah sebagai pribadi dan makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
(2) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Theokrasi
Hubungan negara dengan agama menurut paham theokrasi bahwa antara negara dengan agama
tidak dapat dipisahkan. Dalam praktek kenegaraan terdapat dua macam pengertian negara theokrasi,
yaitu negera theokrasi langsung dan negara theokrasi tidak langsung.
a) Negara Theokrasi Langsung
Dalam sistem negara theokrasi langsung, kekuasaan adalah langsung merupakan otoritas Tuhan.
Dalam sistem negara yang demikian maka agama menyatu dengan negara, dalam arti seluruh sistem
negara, norma-norma negara adalah merupakan otoritas langsung dari Tuhan melalui wahyu.
b) Negara theokrasi Tidak Langsung
Berbeda dengan sistem negara theokrasi yang langsung, negara theokrasi tidak langsung
bukan tuhan sendiri yang memerintah dalam negara, melainkan Kepala Negara atau Raja yang memiliki
otoritas atas nama Tuhan.
Negara merupakan penjelmaan dari kekuasaan Tuhan, dan oleh karena kekuasaan Raja dalam
negara adalah merupakan kekuasaan yang berasal dari Tuhan maka sistem dan norma-norma dalam
negara dirumuskan berdasarkan firman-firman Tuhan.
(3) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Sekulerisme
Paham sekulerisme membedakan dan memisahkan antara agama dan negara. Sekulerisme
berpandangan bahwa negara adalah masalah-masalah keduniaan hubungan manusia dengan manusia,
adapun agama adalah urusan akhirat yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan.
Negara adalah urusan hubungan horisontal antar manusia dalam mencapai tujuannya, adapun
agama adalah menjadi urusan umat masing-masing agama. Walaupun dalam negara sekuler
membedakan antara negara dengan agama, namun lazimnya warga negara diberikan kebebasan dalam
memeluk agama masing-masing.
5. Negara Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil dan Beradap
Negara pada hakikatnya menurut pandangan filsafat pancasila adalah merupakan suatu
persekutuan hidup manusia, yang merupakan suatu penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai mahkluk
individu dan makhluk sosial serta manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Sifat-sifat dan keadaan negara tersebut adalah meliputi :
1) Bentuk negara
2) Tujuan negara
3) Organisasi negara
4) Kekuasaan negara
5) Penguasaan negara
6) Warga negara, masyarakat, rakyat dan bangsa.
Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang berkemanusiaan bukan suatu kebangsaan yang
Chanvinistic. Bangsa Indonesia mengakui bahwa bangsa adalah sebagai penjelmaan kodrat manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, oleh karena itu bangsa indonesia mengakui bahwa bangsa
Indonesia adalah sebagai bagian dari umat manusia.
6. Negara Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan
Negara menurut Filsafat Pancasila adalah dari oleh dan untuk rakyat. Demokrasi menurut
kerakyatan adalah demokrasi “monodualis” artinya sebagai makhluk individu memiliki hak dan sebagai
makhluk sosial harus disertai tanggung jawab.
Pokok-pokok kerakyatan yang terkandung dalam sila keempat dalam penyelenggaan negara
dapat dirinci sebagai berikut :
1) Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga negara dan warga masyarakat mempunyai
kedudukan dan hak yang sama.
2) Dalam menggunakan hak-haknya selalu memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan negara
dan masyarakat.
3) Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama maka pada dasarnya tidak dibenarkan
memaksakan kehendak pada fihak lain.
4) Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu diadakan musyawarah.
5) Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah
6) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh suasana dan semangat bersama.
7. Negara Pancasila Adalah Negara Kebangsaan Yang Berkeadilan Sosial
Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berkeadilan sosial yang berarti bahwa negara
sebagai penjelmaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam hidup bersama baik dalam masyarakat, bangsa dan negara harus terwujud suatu keadilan
(keadilan sosial) yang meliputi 3 hal yaitu :
1. Keadilan distributif (keadilan membagi), yaitu negara terhadap warganya.
2. Keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu warga terhadap negaranya untuk mentaati peraturan
perundangan.
3. Keadilan komutatif (keadilan antar sesama warga negara), yaitu hubungan keadilan antara warga satu
dengan lainnya secara timbal balik (Notonagoro, 1975).
Negara hukum harus terpenuhi adanya tiga syarat pokok yaitu :
1. Pengakuan dan perlindungan atas hak-hak asasi manusia.
2. Peradilan yang bebas.
3. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.
Konsekuensinya sebagai suatu negara hukum yang berkaitan sosial, maka negara Indonesia
harus mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 1
dan 2, Pasal 28, Pasal 29 ayat 2, pasal 31 ayat 1. Demikianlah sebagai suatu negara ang berkeadilan
maka warga negara berkewajiban mentaati peraturan perundang-undangan sebagai manifestasi
keadilan legal dalam hidup bersama.
Dalam realisasinya pembangunan nasional adalah merupakan suatu upaya untuk mencapai
tujuan negara, sehingga pembangunan nasional harus senantiasa meletakkan asas keadilan sebagai
dasar operasional serta dalam penentuan berbagai macam kebijaksanaan dalam penentuan
pemerintahan negara.

B. IDEOLOGI LIBERAL
Pada paham liberalisme berkembang dari akar-akar Rasionalisme yaitu paham yang meletakkan rasio
sebagai sumber kebenaran tertinggi, inpirisme ang mendasarkan atas kebenaran fakta empiris (yang
dapat di tangkap dengan indra manusia). Serta individualisme yang meletakkan nilai dan kebebasan
individu sebagai nilai tertinggi dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Berdasarkan latar belakang timbulnya paham liberalisme yang merupakan sintesa dari beberapa paham
antara lam paham, materialisme, impirisme, dan individualisme maka dalam penerapan serta paham-
paham tersebut secara keseluruhan.
Hubungan Negara Dengan Agama Menurut “Paham Liberalisme”
Negara adalah merupakan alat atu sarana individu, sehingga masalah agama dalam negara sangat
ditentukan oleh kebebasn individu-individu. Paham libaralisme dalam pertumbuhannya sangat
dipengaruhi oleh paham rasionalisme yang mendasarkan atas kebenaran rasio.

C. IDEOLOGI (SOSIALISME) KOMUNIS


Berbagai macam konsep dan paham sosialisme sebenarnya hanya paham komunismelah sebagai pahan
yang paling jelas dan lengkap. Paham ini adalah sebagai bentuk eaksi dasar perkembangan masyarakat
kapitalis sebagai hasil dari idiologi liberal. Berkembangnya paham individualisme liberalisme yang
munculnya masyarakat kapitalis menurut paham yang mengakibatkan penderitaan rakyat kecil oleh
kalangan kapitalis yang didukung pemerintah. Idiologi komunisme mendasarkan pada suatu keyakinan
bahwa manusia pada hakikatnya adalah hanya makhluk sosial saja. Manusia pada hakikatnya adalah
merupakan sekumpulan relasi, sehingga yang mutlak adalah komunitas dan bukanlah individualitas.
Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Komunisme
Paham komunisme dalam memandang hakikat hubungan negara dengan agama mendasarkan pada
pandangan filosofis materialisme dialektis dan materialisme historis. Hakikat kenyataan tertinggi
menurut paham komunisme berada pada ketegangan intern secara dinamis bergerak dari keadaan
(tesis) ke keadaan lain (antitesis), kemudian menyatakan (sintesis) ketingkat yang lebih tinggi.
Selanjutnya sejarah sebagaimana berlangsungnya suatu proses sangat ditentukan oleh fenomena-
fenomena dasar, yaitu dengan suatu kegiatan-kegiatan yang paling material yaitu fenomena-fenomena
ekonomis. Dalam pengertian inilah menurut komunisme yang dipelopori oleh K. Marx, menyatakan
bahwa manusia adalah merupakan suatu hakikat yang menciptakan dirinya sendiri dengan
menghasilkan sarana-sarana kehidupan sehingga sangat menentukan dalam perubahan sosial, politik,
ekonomi, kebudayaan bahkan agama.
Dalam pengertian ini maka komunisme berpaham atheis. Karena manusia ditentukan oleh dirinya
sendiri. Agama menurut komunisme adalah suatu kesadaran diri bagi manusia yang kemudian
menghasilkan masyarakat negara. Agama menurut komunisme adalah realisasi fantis makhluk manusia.
Agama adalah keluhan makhluk tertindas. Oleh karena itu menurut komunisme marxis, agama adalah
merupakan candu masyarakt (Marx, dalam Lovs Leahy, 1992 :97, 98).
Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat atheis bahkan bersifat antitheis, melarang dan
menekan kehidupan agama. Nilai yang tertinggi dalam negara adalah materi sehingga nilai manusia
ditentukan oleh materi.

Label: Makalah Bahasa IndonesiaDiposkan oleh kumpulanmakalah skripsi di

http://makalahskripsikumpulan.blogspot.com/2013/05/perbandingan-ideologi-pancasila-dengan.html

Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Lain

Pengertian Ideologi
Berdasarkan etimologinya, ideologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
(idea) berarti perawakan, gagasan, dan buah pikiran dan (logia) yang berarti ajaran. Dengan
demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau (science des
ideas).

Pengertian ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan serta
kepercayaan yang bersifat sistematis yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam
berbagai bidang kehidupan seperti:
1. Bidang politik, termasuk bidang hokum, pertahanan, dan keamanan.
2. Bidang sosial.
3. Bidang kebudayaan.
4. Bidang keagamaan.

Maka ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi basis bagi suatu
teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada
hakekatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
2. Oleh karena itu, mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan hidup, pandangan
dunia, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan, kepada
generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

Ideologi erat sekali hubungannya dengan filsafat. Karena filsafat merupakn dasar dari gagasan
yang berupa ideology. Filsafat memberikan dasar renungan atas ideologi itu sehingga dapat
dijelmakan menjadi suatu gagasan untuk pedoman bertindak. Dari sudut etimologinya, filsafat
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua buah kata, yaitu (filos) berarti cinta dan
(Sophia) berarti kebenaran atau kebijaksanaan. Jadifilsafat berarti cinta akan kebenaran atau
kebijaksanaan. Arti kata inilah yang kemudian dirangkumkan menjadi suatu makna bahwa
filsafat adalah suatu renungan atau pemikiran yang sedalam-dalamnya untuk mencari
kebenaran.

Karena filsafat itu tersusun dalam suatu keseluruhan, kebulatan, dan sistematis maka
pemikiran filsafat harus berdasarkan kejujuran dalam penemuan hakikat dari suatu obyek
yang menjadi titik sentral pemikiran.

Di sini jelas bahwa hubungan ideologi dan filsafat itu sukar dipisahkan. Ideologi berdiri
berdasarkan landasan tertentu yaitu filsafat. Dan masalah ideologi adalah masalah pilihan.
Ketepatannya tergantung kepada jiwa bangsa itu sendiri. Ideologi yang dianngapnya benar
dan sesuai dengan jiwa bangsa, apa lagi yang telah terbukti tetap dapat bertahan dari segala
godaan dan cobaan ideologi lain melalui gerakan-gerakan atau pemberontakan akan
memperkuat keyakinan pentingnya mempertahankan ideology.

Ideologi Pancasila
Pancasila berasal dari bahasa sansekerta, menurut Muhammad Yamin dalam dalam bahasa
sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal, yaitu:
· Panca artinya lima
· Syila artinya batu sendi, alas, dasar
· Syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh
Secara etimologis kata Pancasila berasal dari istilah Pancasyila yang memiliki arti secara
harfiah harfiah yaitu dasar yang memiliki lima unsur.

Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial. Oleh karena itu dalam ideologi Pancasila mengakui atas kebebasan hak-
hak masyarakat. Selain itu bahwa manusia menurut Pancasila memiliki kodrat sebagai
makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga nilai-nilai Ketuhanan
senantiasa menjiwai kehidupan manusia dalam hidup negara dan masyarakat. Kebebasan
manusia dalam rangka demokrasi tidak melampaui hakikat nilai-nilai Ketuhanan, bahkan nilai
Ketuhanan terjelma dalam bentuk moral dalam ekspresi kebebasan manusia.

Perbandingan Pancasila Dengan Ideologi Lain


Berikut beberapa perbandingan ideologi Pancasila dengan ideologi lain dalam beberapa aspek,
yaitu:

 Politik Hukum

Pancasila> Demokrasi Pancasila, Hukum untuk menjunjung tinggi keadilan dan keberadaan
individu dan masyarakat.

Komunisme> Demokrasi rakyat, Berkuasa mutlak satu parpol, Hukum untuk melanggengkan
komunis.

Liberalisme> Demokrasi liberal, Hukum untuk melindungi individu, Dalam politik


mementingkan individu.

 Ekonomi

Pancasila> Peran negara ada untuk tidak terjadi monopoli dll yang merugikan rakyat.

Komunisme> Peran negara dominan, Demi kolektivitas berarti demi Negara, Monopoli Negara.

Liberalisme> Peran negara kecil, Swasta mendominasi, Kapitalisme, Monopolisme, Persaingan


bebas.
 Agama

Pancasila> Bebas memilih agama, Agama harus menjiwai dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Komunisme> Agama harus dijauhkan dari masyarakat, Atheis.

Liberalisme > Agama urusan pribadi, Bebas beragama (memilih agama/atheis).

 Pandangan Terhadap Individu Dan Masyarakat

Pancasila > Individu diakui keberadaannya, Hubungan individu dan masyarakat dilandasi 3S
(selaras, serasi, dan seimbang).

Komunisme> Individu tidak penting – Masyrakat tidak penting, Kolektivitas yang dibentuk
negara lebih penting.

Liberalisme> Individu lebih penting daripada masyarakat, Masyarakat diabdikan bagi individu.

 Ciri Khas

Pancasila> Demokrasi Pancasila, Bebas memilih agama.

Komunisme> Atheisme, Dogmatis, Otoriter, Ingkar HAM.

Liberalisme> Penghargaan atas HAM, Demokrasi, Negara hokum, Menolak dogmatis.

Berdasarkan sifatnya ideologi Pancasila bersifat terbuka yang berarti senantiasa


mengantisipasi perkembangan aspirasi rakyat sebagai pendukung ideologi serta menyesuaikan
dengan perkembangan jaman. Ideologi Pancasila senantiasa merupakan wahana bagi
tercapainya tujuan bangsa.

Kedudukan dan fungsi pancasila harus dipahami sesuai dengan konteksnya, misalnya Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia,
sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh kedudukandan fungsi Pancasila itu
bukanlah berdiri secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokkan maka akan kembali
pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan
hidup bangsa Indonesia.

Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan kristalisasi nilai-
nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-unsur
kebudayaanluar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan
bangsa Indonesia. Hal itu bias dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu
proses yang disebut kausa materialisme karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan
hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan yang diyakini
kebenarannya itu menimbulkan tekad bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap
dan tingkah laku serta perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu menjadi motor penggerak
bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari pandangan inilah maka dapat
diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan kejiwaan apa saja yang akan coba
diwujudkan dalam kehidupan bemasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari sepenuhnya oleh para pendiri negara
Republik Indonesia adalah “ atas dasar apakah negara Indonesia didirikan?” ketika mereka
bersidang untuk pertama kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup bagi
bangsa Indonesia harus ditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa Indonesia sendiri yang
merupakan perwujudan dari nilai-nilai yang dimiliki, diyakini, dan dihayati kebenarannya oleh
masyarakat sepanjang masa dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan bangsa sejak
lahirnya.

Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dasar bangsa Indonesia
tentang kehidupan yang dianggap baik. Merela menciptakn tata nilai yang mendukung tata
kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak, watak, dan cirri masyarakat dan bangsa
Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat dan bangsa lainnya. Kenyataan yang
demikian itu merupakan suatu kenyatan objektif yang merupakan jatidiri bangsa Indonesia.
Diposkan oleh Apri Wibowo di 23.06

http://apriwibowosas.blogspot.com/2013/05/perbandingan-ideologi-pancasila-dengan.html

PERBANDINGAN IDEOLOGI KOMUNIS, LIBERAL DAN PANCASILA


A. Ideologi Pancasila

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfian (BP7 Pusat,1991 : 192), Pancasila telah memenuhi
syarat sebagai ideologi terbuka khususnya di Negara Republik Indonesia. Sebagai ideologi terbuka
Pancasila memberikan orientasi ke depan, mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari situasi
kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapi globalisasi dan era keterbukaan
dunia dalam segala bidang. Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki dimensi – dimensi idealitas,
normatif, dan realitas.

B. Liberalisme
Jika dibandingkan dengan ideologi Pancasila yang secara khusus norma-normanya terdapat di
dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka dapat dikatakan bahwa hal-hal yang terdapat di dalam
Liberalisme terdapat di dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi Pancasila menolak Liberalisme sebagai
ideologi yang bersifat absolutisasi dan determinisme.

Liberalisme merupakan paham yang memberikan penekanan kebebasan individu ssehingga


kesejahteraan bukan menjadi tanggung jawab negara.

C. Komunisme

Komunisme sebagai anti Kapitalisme menggunakan sistem Sosialisme sebagai alat kekuasaan
sebagai prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara
merata. Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya sehingga Komunisme juga disebut
anti Liberalisme.

Dalam Komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Jadi perubahan
sosial dimulai dari buruh, namun pengorganisasian buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah
dominasi partai.

Perbandingan ideologi Pancasila dengan ideologi Liberalisme, Komunisme, Sosialisme.

IDEOLOGI
LIBERALISME KOMUNISME PANCASILA
ASPEK
POLITIK - Demokrasi - Demokrasi - Demokrasi
HUKUM liberal rakyat Pancasila
- Hukum untuk - Berkuasa - Hukum untuk
melindungi mutlak satu menjunjung
individu parpol tinggi
- Dalam politik - Hukum untuk keadilan dan
mementingkan melanggengk keberadaban
individu an komunis individu dan
masyarakat

EKONOMI

- Peran - Peran
- Peran
negara kecil negara negara ada
- Swasta dominan untuk tidak
mendominasi - Demi terjadi
- Kapitalisme kolektivitas monopoli,
- Monopolisme berarti demi yang
- Persaingan negara dirugikan
AGAMA
bebas - Monopoli rakyat
negara
- Agama
urusan pribadi - Agama
- Bebas
- Bebas candu
memilih salah
beragama masyarakat
satu agama
· Bebas - Agama harus
- Agama harus
memilih dijauhkan dari
menjiwai
agama masyarakat
dalam
PANDANG-AN · Bebas tidak
kehidupan
TERHADAP beragama
bermasyaraka
INDIVIDU DAN t berbangsa
MASYARA-AT dan
- Individu lebih bernegara
penting dari
- Individu
pada
tidak penting
masyarakat -Individu
CIRI KHAS - Masyarakat
- Masyarakat diakui
tidak penting
diabdikan bagi keberadaanya
- Kolektivitas
individu - Masyarakat
yang dibentuk
negara lebih diakui
penting keberadaanny
- Penghargaan a
atas HAM - Atheisme
- Demokrasi - Dogmatis
- Negara - Otoriter
hokum - Ingkar HAM
- Reaksi - Reaksi
terhadap terhadap
apsolutisme liberalesme - Individu
dan akan punya
kapitalisme arti apabila
hidup di
tengah
masyarakat

- Keselarasan
keseimbanga
n, dan
keserasian
dalam setiap
aspek
kehidupan

Diposkan oleh Ikke Vera Apriani di 05.21

http://ikkevera.blogspot.com/2013/01/perbandingan-ideologi-komunis-liberal.html

Anda mungkin juga menyukai