Anda di halaman 1dari 12

sejarah logika berkaitan dengan studi tentang perkembangan ilmu berlaku inferensi ( logika ).

Logika
formal berkembang pada zaman kuno di India , Cina , dan Yunani . Metode Yunani, khususnya logika
Aristotelian (atau logika istilah) seperti yang ditemukan di Organon , menemukan penerapan dan
penerimaan yang luas dalam sains dan matematika Barat selama ribuan tahun. [1] Kaum Stoa , terutama
Chrysippus , mulai mengembangkan logika predikat .

Filsuf Kristen dan Islam seperti Boethius (meninggal 524), Ibnu Sina (Avicenna, meninggal 1037) dan
William dari Ockham (meninggal 1347) mengembangkan lebih lanjut logika Aristoteles pada Abad
Pertengahan , mencapai titik tertinggi pada pertengahan abad keempat belas, dengan Jean Buridan .
Periode antara abad keempat belas dan awal abad kesembilan belas mengalami kemunduran dan
pengabaian, dan setidaknya satu sejarawan logika menganggap masa ini mandul. [2] metode empiris
memerintah hari, sebagaimana dibuktikan oleh Sir Francis Bacon 's Novum Organon dari 1620.

Logika dihidupkan kembali pada pertengahan abad kesembilan belas, pada awal periode revolusioner
ketika subjek berkembang menjadi disiplin yang ketat dan formal yang mengambil contoh metode
pembuktian yang tepat digunakan dalam matematika , mendengarkan kembali ke tradisi Yunani. [3]
Perkembangan logika "simbolik" atau "matematika" modern selama periode ini oleh orang-orang seperti
Boole , Frege , Russell , dan Peano adalah yang paling signifikan dalam sejarah logika dua ribu tahun, dan
bisa dibilang salah satunya dari peristiwa paling penting dan luar biasa dalam sejarah intelektual
manusia . [4]

Kemajuan dalam logika matematika dalam beberapa dekade pertama abad kedua puluh, terutama yang
timbul dari karya Gödel dan Tarski , memiliki dampak yang signifikan pada filsafat analitik dan logika
filosofis , terutama dari tahun 1950-an dan seterusnya, dalam mata pelajaran seperti logika modal ,
logika temporal , logika deontik , dan logika relevansi

Logika adalah suatu pertimbangan pikiran manusia yang diungkapkan melalui perkataan dan dinyatakan
dalam bahasa. Atau arti logika yaitu cara orang berbahasa dalam mencerminkan jalan fikirannya. Jika
secara etimologi logika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari jalan pikiran seseorang yang
dinyatakannya dalam berbahasa.

Pembagian Materi Logika


Mengerti permasalahan

Yaitu memahami apa yang menjadi permasalahan yang sedang di hadapi.Kegiatan mengerti ini dapat di
bangun melalui penginderaan misalnya dengan mengamati.

Adanya kausualitas

Yaitu adanya keterkaitan. Pekerjaan otak selanjutnya setelah mengerti permasalahan adalah
membangun hubungan yang ada antara berbagai fakta.

Adanya kesimpulan

Pekerjaan akal yang ketiga adalah membangun kesimpulan. Kesimpulan ini didapat atas serangkaian
kegiatan mulai dari mengerti hubungan permasalahan dan fakta yang dari keduanya dapat ditarik
kesimpulan.

Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh. [1]
Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar
tidaknya. [2] Singkatnya, proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau
salah.[3]

Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yakni:[1]

Subjek, perkara yang disebutkan terdiri dari orang, benda, tempat, atau perkara. [4]

Predikat adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek. [4]

Kopula adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat. [1]


Contohnya kalimat Semua manusia adalah fana.[1] Kata semua dalam kalimat tersebut dinamakan
dengan pembilang.[1] Kemudian kata manusia berkedudukan sebagai subjek, sedang adalah merupakan
kopula. Adapun predikat di sini diwakili oleh kata fana.[1]

Banyak pemikir modern berpikir bahwa "pernyataan" dan "proposisi" adalah sinonim, atau paling tidak
seharusnya sama. [5][

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan
terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses
inilah yang disebut menalar.

Berpikir

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan
hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

Berita Hari Ini

NEWS

15 Desember 2020 7:37

Mengenal Apa Itu Silogisme dan Contohnya

Konten ini diproduksi oleh Berita Hari Ini


Mengenal Apa Itu Silogisme dan Contohnya

Ilustrasi berpikir logika silogisme. Foto: Pixabay

Silogisme tidak lepas dari sosok filsuf asal Yunani Aristoteles. Menurutnya, ada dua bentuk utama
penarikan kesimpulan yang logis, pertama melalui silogisme dan kedua melalui induksi.

ADVERTISEMENT

Silogisme merupakan cara menarik kesimpulan secara deduktif, yakni dari premis-premis umum (mayor)
dan khusus (minor). Silogisme juga disebut sebagai penyimpulan tidak langsung karena konklusi diambil
dari dua permasalahan yang dihubungkan dengan cara tertentu.

Agar lebih paham, perhatikan contoh sederhana ini:

Premis mayor: Jika hujan saya naik becak.

Premis minor: Sekarang hujan.

Konluksi: Saya naik becak.

Silogisme secara umum digolongkan menjadi tiga, yaitu silogisme kategorik, silogisme hipotetik, dan
silogisme disjungtif. Apa perbedaannya?

Silogisme Kategorik

Silogisme yang premis-premis dan kesimpulannya berupa keputusan kategoris. Untuk mendapat
kesimpulan yang benar, kita harus memperhatikan patokan-patokan silogisme. Beberapa contohnya
adalah:

Semua tanaman membutuhkan air (primis mayor).


Akasia adalah tanaman (premis minor)

Akasia membutuhkan air (kesimpulan).

Contoh lainnya yakni:

Semua pencuri tidak disenangi (premis mayor).

Sebagian anak jalanan adalah pencuri (premis minor)

Jadi, sebagian anak jalanan tidak disenangi (kesimpulan).

Silogisme Hipotetik

Silogisme hipotetis merupakan suatu silogisme yang premisnya berupa pernyataan bersyarat. Jenis
silogisme ini biasanya ditandai dengan adanya kata “jika” atau “bila”.

Silogisme hipotetik dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Silogisme yang premis minornya mengakui bagian antecedent.

Jika hujan, saya naik becak.

Sekarang hujan.

Jadi saya naik becak.


2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuensinya.

Jika hujan, bumi akan basah.

Sekarang bumi telah basah.

Jadi, hujan telah turun.

3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.

ADVERTISEMENT

Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.

Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa.

Jadi kegelisahan tidak akan timbul.

4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.

Bila mahasiswa turun kejalanan, pihak penguasa akan gelisah.

Pihak penguasa tidak gelisah.

Jadi mahasiswa tidak turun kejalanan.


aSilogisme Kategorik

Silogisme yang premis-premis dan kesimpulannya berupa keputusan kategoris. Untuk mendapat
kesimpulan yang benar, kita harus memperhatikan patokan-patokan silogisme. Beberapa contohnya
adalah:

Semua tanaman membutuhkan air (primis mayor).

Akasia adalah tanaman (premis minorr

Akasia membutuhkan air (kesimpulan).

Contoh lainnya yakni:

Semua pencuri tidak disenangi (premis mayor).

Sebagian anak jalanan adalah pencuri (premis minor)

Jadi, sebagian anak jalanan tidak disenangi (kesimpulan).

Silogisme Hipotetik

Silogisme hipotetis merupakan suatu silogisme yang premisnya berupa pernyataan bersyarat. Jenis
silogisme ini biasanya ditandai dengan adanya kata “jika” atau “bila”.

Silogisme hipotetik dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Silogisme yang premis minornya mengakui bagian antecedent.


Jika hujan, saya naik becak.

Sekarang hujan.

Jadi saya naik becak.

2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuensinya.

Jika hujan, bumi akan basah.

Sekarang bumi telah basah.

Jadi, hujan telah turun.

3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent

Kumparan Logo

Berita Hari Ini

NEWS

15 Desember 2020 7:37

Mengenal Apa Itu Silogisme dan Contohnya

Konten ini diproduksi oleh Berita Hari Ini

Mengenal Apa Itu Silogisme dan Contohnya

Ilustrasi berpikir logika silogisme. Foto: Pixabay


Silogisme tidak lepas dari sosok filsuf asal Yunani Aristoteles. Menurutnya, ada dua bentuk utama
penarikan kesimpulan yang logis, pertama melalui silogisme dan kedua melalui induksi.

ADVERTISEMENT

Silogisme merupakan cara menarik kesimpulan secara deduktif, yakni dari premis-premis umum (mayor)
dan khusus (minor). Silogisme juga disebut sebagai penyimpulan tidak langsung karena konklusi diambil
dari dua permasalahan yang dihubungkan dengan cara tertentu.

Agar lebih paham, perhatikan contoh sederhana ini:

Premis mayor: Jika hujan saya naik becak.

Premis minor: Sekarang hujan.

Konluksi: Saya naik becak.

Silogisme secara umum digolongkan menjadi tiga, yaitu silogisme kategorik, silogisme hipotetik, dan
silogisme disjungtif. Apa perbedaannya?

Silogisme Kategorik

Silogisme yang premis-premis dan kesimpulannya berupa keputusan kategoris. Untuk mendapat
kesimpulan yang benar, kita harus memperhatikan patokan-patokan silogisme. Beberapa contohnya
adalah:

Semua tanaman membutuhkan air (primis mayor).

Akasia adalah tanaman (premis minor).


ADVERTISEMENT

Akasia membutuhkan air (kesimpulan).

Contoh lainnya yakni:

Semua pencuri tidak disenangi (premis mayor).

Sebagian anak jalanan adalah pencuri (premis minor)

Jadi, sebagian anak jalanan tidak disenangi (kesimpulan).

Mengenal Apa Itu Silogisme dan Contohnya (1)

Ilustrasi berpikir. Foto: Freepik

Silogisme Hipotetik

Silogisme hipotetis merupakan suatu silogisme yang premisnya berupa pernyataan bersyarat. Jenis
silogisme ini biasanya ditandai dengan adanya kata “jika” atau “bila”.

Silogisme hipotetik dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Silogisme yang premis minornya mengakui bagian antecedent.

Jika hujan, saya naik becak.

Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.

2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuensinya.

Jika hujan, bumi akan basah.

Sekarang bumi telah basah.

Jadi, hujan telah turun.

3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.

ADVERTISEMENT

Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.

Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa.

Jadi kegelisahan tidak akan timbul.

4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.

Bila mahasiswa turun kejalanan, pihak penguasa akan gelisah.


Pihak penguasa tidak gelisah.

Jadi mahasiswa tidak turun kejalanan.

Silogisme Disjungtif

Silogisme disjungtif merupakan silogisme di mana premis mayornya terdiri dari keputusan disjungtif.
Keputusan disjungtif mengandung dua atau lebih pilihan kemungkinan.

Sementara itu premis minornya bersifat kategorik dengan menyetujui atau tidak menyetujui pernyataan
pada premis mayor. Contohnya:

Bu Gina sedang menjelaskan materi IPS atau PPKn.

Ternyata Bu Gina sedang menjelaskan materi PPKn.

Bu Gina menjelaskan materi PPKn bukan materi IPS.

Anda mungkin juga menyukai