Disusun oleh:
TEKNIK INFORMATIKA
2016/2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Lantar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia ?
C. Pengertian Masyarakat?
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karna
berkat Rahmat dan Karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Ilmu Budaya dan Sosial Dasar ini.
Demikianlah makalah ini kami buat, dan kami menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, sehingga kami selaku
penulis makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan dan peningkatan kualitas di masa yang akan datang
dari pembaca, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
Jakarta, 26 Maret
2017
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Lantar Belakang
B. Rumusan Masalah
a) Pengertian Manusia
b) Pengertian Masyarakat
c) Hubungan Manusia dan Masyarakat
d) Tipe Masyarakat
e) Masyarakat Modern
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, di harapkan wawasan penalaran
dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh wawasan yang lebih luas khususnya
dalam menghadapi masalah masalah di kehidupan bermasyarakat, serta sikap dan
tingkah laku manusia-manusia lain terhadap manusia yang bersangkutan dapat
memahami sejauh mana hubungan kebudayaan manusia dan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia
Dari pandangan segi ilmu biologi, manusia merupakan makhluk biologis
yang tergolong dalam golongan makhluk mamalia. Dalam ilmu ekonomi, manusia
merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu
memperhitungkan setiap kegiatan, atau sering di sebut homo economicus.
Menurut sosiologi, manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri
sendiri. (Suhada, 2016:171-172)
Manusia dapat diarikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah
kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan
sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah
spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan
tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang
bervariasi yang, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan
ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan
dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan
penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta
perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk
membentuk kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta
pertolongan.1
Selain itu banyak para ahli yang telah memberikan pengertian tentang
manusia. Berikut beberapa pengertian dan definisi manusia menurut beberapa
para ahli, yang dikutip Ibrahim (https://pengertiandefinisi.com/pengertian-
manusia-menurut-para-ahli/, akses 31 Maret 2017) :
Kees Bertens
Menurut Kees Bertens, manusia adalah setiap makhluk
yang terdiri dari dua unsur yang satuannya tidak dapat dinyatakan
dalam bentuk apapun.
Upanisads
Menurut Upanisads, manusia merupakan sebuah kombinasi
dari beberapa unsur kehidupan seperti roh (atman), pikiran, jiwa,
dan prana (tubuh / fisik).
Abineno J. I
Menurut Abineno J. I, manusia adalah tubuh yang
dilengkapi dengan jiwa / berjiwa dan bukan jia abadi yang
berada atau pun yang terbungkus di dalam sebuah tubuh / badan
yang fana / tidak nyata.
Sokrates
Menurut Sokrates, pengertian manusia adalah makhluk
hidup yang memiliki dua kaki, yang tidak berbulu, dan memiliki
kuku datar berukuran lebar.
I Wayan Watra
Menurut I Wayan Warta, manuisa merupakan makhluk yang
dinamis yang menganut trias dinamika yaitu cipta, karsa, dan rasa.
Erbe Sentanu
Menurut Erbe Sentanu, manusia merupakan makhluk
sebaik baiknya yang diciptakan oleh Tuhan. Bahkan, dapat
dikatakan manusia merupakan ciptaan Tuhan yang paling
sempurna jika dibandingkan dengan makhluk citaannya yang lain.
Agung. P. P.
Menurut Agung P. P., Manusia dapat diartikan sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, yang tersusun atas
kesatuan fisik, ruh / jiwa, dan akal pikiran yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan lingkungannya.
Kesimpulan dari penjelasan para ahli dapat di simpulkan bahwa manusia adalah
makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain, oleh karena itu manusia
senantiasa membutuhkan interkasi dengan manusia lainnya.
Selain itu ada hal yang tidak mudah didefinisikan yaitu mendefinisikan tentang
manusia. Mendefinisikan manusia tidaklah semudah dengan mendefinisikan
wujud-wujud yang lainnya karena mendefinisikan manusia adalah mendefinisikan
dirinya sendiri.
C. Pengertian Masyarakat
Dalam bahasa Inggris masyarakat di sebut society, berasal dari kata bahasa
latin societas atau socius yang dipakai untuk menunjukkan ikatan atau interaksi
antar berbagai individu secara ramah atau bersahabat. Terkadang istilah ini
langsung dikaitkan dengan kumpulan orang yang berada di luar kekuasaan formal
atau sipil. Dalam pemahaman yang lebih umum, istilah masyarakat mengandung
pengertian kemanusiaan (humanity). (Weruin, 2014:85).
Internalisasi (internalization)
Sosialisasi (socialization)
Enkulturasi (enculturation).
a. Linton (1936)
Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang telah cukup lama
hidup dan bekerja sama,sehingga dapat mengorganisasikan diri dan
berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-
batas tertentu.
d. Koentjaraningrat (1990)
D. Tipe Masyarakat
Meskipun manusia sudah membangun banyak tipe panjang sejarah, para
antopolog cenderung menggolongkan berbagai tipe masyarakat berdasarkan akses
terhadap keuntungan seperti sumber daya, prestise atau kekuasaan. Pada semua
masyarakat diferensiasi dan ketidaksamaan sosial terbentuk melalui proses
stratifikasi sosial dan pembagian kerja antara aanggota masyarakat. Stratifikasi
dan peran sosial yang berbeda berdasarkan pembagian kerjadalam masyarakat
pada akhirnya menciptakan kesnjangan kesejaterahan , prestise, atau kekuasaan.
Dari sudut pandang sosiologis (dengan mengacu pada tingkat perkembangan
teknologi) umumnya masyarakat di bagi dalam tiga katagori yaitu: masyarakat
pra-industri, masyarakat industri, dan masyarakat post-industri (Weruin 2014:88).
1) Masyarakat Pra-Industri
Masyarakat Pra-Industri adalah suatu bentuk organisasi
sosial, politik, dan budaya pada masa sebelum Revolusi Industri3.
Pada masyarakat pra-industri, aktivitas ekonomi dalam
bentuk proses produksi makanan sebgaian besar menggunakan
tenaga manusia dan hewan. Masyarakat pra industri ini di bagi ke
dalam kelompok yang lebih kecil menurut level teknologi dan
metode produksi makanan yang mereka miliki. Sub kelompok pada
masyarakat ini adalah berburu, pengumpul, pengembala atau
pertenak, berkebun/pertanian, dan feodal. Pada masyarakat ini,
makanan di kumpulkan dari hasil-hasil hutan, tidak memproduksi
sendiri, umumnya hidup dalam kelompok-kelompok kecil seperti
suku dan tidak dalam kampung besar atau dengan struktur sosial
2) Masyarakat Industri
Perkembangan masyarakat ini pada abad ke-15 dan ke-16,
memunculkan sistem ekonomi baru yang mulai menggantikan
feodalisme. Masyarakat insdustri mengandalkan mesin untuk
menjalankan produksi. Produksi ini berkerja berdasarkan prinsip
efisien. Efisieni yang semakin meningkat dari revolusi industri
menghasilkan surplus yang lebih besar lagi dari pada era
sebelumnya. (Weruin, 2014:90)
Revolusi industri ini lah yang merubah secara besar-besaran
di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, trasportasim dan
teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi ini di mulai dari
Britania Raya dan kemudian menyabar ke seluruh Eropa Barat,
Amerika Utara, Jepang, dan akhir nya ke seluruh dunia.4
E. Masyarakat Tradisional
1. Pengertian Masyarakat Tradisional6
Menurut Subandi (2009:31) mengartikan bahwa masyarakat tradisional
sebagai suatu masyarakat yang :
Struktur fungsi produksi yang terbatas, cara cara memproduksi
yang rellatif primitif dan sikap masyarakat serta cara hidupnya
yang sangat dipengaruhi oleh nilai nilai yang dicetuskan oleh
cara pemikiran yang bukan rasional, tetapi oleh kebiasaan yang
berlaku secara turn temurun.
Tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas perpekerja
masih sangat terbatas.
Kegiatan politik dan pemerintahan terdapat di daerah daerah dan
di pegang oleh tuan tuan tanah berkuasa.
5 Arti Masyarakat Post-Industri (http://arti-definisi-pengertian.info/arti-masyarakat-
post-industri/, akses 31 Maret 2017)
F. Masyarakat Transisi
1. Pengertian Masyarakat Transisi
Masyarakat Transisi adalah masyarakat yang mudah di pengaruhi
oleh kebudayaan barat, yang datang menyentuh kebudayaan tradisional.
Sedangkan menurut Pasaribu J.L, dkk ( 1982:146147)
menjelaskan bahwa dalam masyarakat taransisi pengaruh kebudayaan
barat dianggap sebagai penyebab timbulnya proses transisi kebudayaan
barat yang datang menyentuh masyarakat tradisional kerapkali melalui
penduduk wilayah lalu menembus pola pola kehidupan dikalangan
masyarakat tradisional menuju modernisasi.9
o Kesehatan
Di pedesaan telah banyak didirikan Balai kesehatan termasuk
Puskesmas dengan tujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Yang nampak jelas dalam masyarakat
transisi dalam hal kesehatan ini terutama dalam hal ibu-ibu
bersalin masih banyak tergantung pada dukun beranak. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti kurangnya tenaga
medik, jauhnya jarak ke Puskesmas terdekat, atau kepercayaan
terhadap dukun beranak yang tetap tinggi. Dengan demikian,
bahwa kedudukan dukun beranak di masyarakat transisi yang
ada di pedesaan menjadi mitra tenaga medik Puskesmas
sehingga dukun beranak perlu mendapatkan pengetahuan
bersalin secara hiegenis dan ilmiah agar tingkat kematian bayi
dan ibu melahirkan dapat diperkecil atau dihilangkan. Dalam
bidang pengobatan masyarakat transisi masih sangat
mengandalkan peranan pengobatan non-medik sebagai upaya
meningkatkan derajat sehat, walaupun mereka memerlukan
pula tenaga-tenaga medik yang berkeliling ke daerah mereka.
Dengan demikian, bahwa pengobatan non-medik bersama-
sama dengan pengobatan medik diperlukan dalam kehidupan
mereka.
o Industri
Industri yang berkembang dalam kehidupan masyarakat
transisi lebih banyak bersifat industri rumah tangga atau
industri kerajinan di mana bahan bakunya berasal dari
wilayah sekitarnya. Industri ini dilaksanakan bukan atas dasar
keahlian dari para pekerjanya melainkan keterampilan yang
diperoleh dari seringnya melakukan jenis pekerjaan yang
diberikan kepadanya. Pekerja berasal dari keluarga pemilik
industri itu sendiri atau tetangga sekitar industri itu berada.
o Mata Pencaharian
Ketidak tertarikan pemuda di bidang agraris dan adanya
perubahan fungsi lahan menyebabkan masyarakat di pinggiran
kota sebagai masyarakat transisi berusaha mencari kehidupan di
bidang lain, bagi mereka yang mampu dan memiliki modal
untuk mengembangkan usaha, biasanya akan menyewakan
kamar, rumah, ataupun mendirikan warung nasi untuk pekerja
industri di wilayahnya. Berdirinya industri di wilayah mereka,
menyebabkan adanya persaingan untuk menjadi pekerja dengan
masyarakat yang berasal dari daerahdaerah lain, tetapi tidak
sedikit di antara mereka yang tidak dapat diterima dengan alasan
latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan,
akibatnya mereka kalah bersaing sehingga tersingkir dari
kehidupan menjadi pekerja industri.
o Konflik
Adanya perumahan baru yang diisi oleh mereka yang bekerja di
kota, komplek perumahan tersebut terpisah dengan pemukiman
warga masyarakat sekitarnya oleh benteng yang kokoh dan
tinggi, apalagi kehidupan masyarakat setempat berada di bawah
masyarakat pemukiman baru, di tambah lagi sarana umum
seperti jalan yang masuk ke pemukiman masyarakat setempat
ditutup akibatnya masyarakat untuk menuju tempat atau jalan
terdekat harus mengelilingi pemukiman baru yang jaraknya
relatif jauh. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya konflik
dengan pengembang perumahan ataupun dengan penduduk
pemukiman baru, yang menyebabkan terjadinya permusuhan
antar dua pemukiman. Konflik dapat pula terjadi antara
masyarakat setempat dengan industri yang ada di lingkungan
mereka, baik yang disebabkan kebisingan, pencemaran
lingkungan, rusaknya jalan hasil masyarakat, air sumur menjadi
berkurang dan kering dimusim kemarau akibat air tanah
permukaan tersedot oleh kebutuhan industri, maupun tidak
dapatnya mereka bekerja di industri tersebut. Konflik
masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi industri seringkali
terjadi dan tidak jarang terjadi pengrusakan terhadap bangunan
industri.
o Pengaruh Kota
Mereka yang berada di pinggiran kota sudah mulai
meninggalkan sikap dan sifat tradisionalnya kemudian beralih
menjadi masyarakat kota yang modern. Tetapi perubahan ini
tidak selamanya sesuai dengan yang diinginkan terutama hal-hal
yang bersifat positif seperti ciri dari masyarakat modern.
Keinginan untuk menjadi masyarakat modern menjadi terlalu
dipaksakan malah terjebak pada sikap weternisasi, karena
kurangnya pengetahuan dari pengertian modern itu sendiri.
Masyarakat transisi yang berada di perkotaan. Masyarakat kota
tidak selamanya sebagai masyarakat modern apalagi seperti
Indonesia di mana kota-kotanya tumbuh dan berkembang tidak
lepas dari adanya urbanisasi dan lambatnya proses adaptasi
terhadap perubahan yang terjadi. Berikut ini, beberapa faktor yang
menunjukkan terdapatnya masyakat transisi di perkotaan:
o Urbanisasi
Banyaknya urbanisasi yang berasal dari pedesaan
menyebabkan penduduk kota semakin bertambah besar,
apalagi tidak semua pendatang dapat menempati kedudukan
yang layak di perkotaan, sehingga mereka yang tidak dapat
atau kalah bersaing di perkotaan akan terpinggirkan menjadi
pemulung, pengemis, pelacur, gelandangan, bahkan penjadi
penjahat, sedangkan yang agak beruntung akan menempati
sektor informal seperti pedagang kaki lima, pedagang asongan,
pedagang warung nasi (warung tegal), dan lain-lain. Mereka
ini hidup dan menjadi masyarakat perkotaan, tetapi banyak
yang masih membawa sifat dan sikap (mentalitas) tradisional
sebagaimana di bawa dari daerah asal.
o Mentalitas
Mentalitas sebagai masyarakat transisi bagi mereka yang
berada di perkotaan sebagai pendatang, tidak akan secara
langsung menjadi masyarakat modern melainkan memerlukan
proses yang kecepatannya tergantung pada mereka sendiri
untuk cepat berubah dan menyesuaikan diri menjadi
masyarakat modern. Perubahan dari masyarakat tradisional
menjadi masyarakat modern bagi masyarakat pendatang di
perkotaan menjadi sangat lambat, apabila mereka bertempat
tinggal, bergaul, dan berusaha bersama-sama dengan yang
memiliki mentalitas sama
o Pengaruh Perdesaan
Para pendatang di perkotaan (urbanisan) tidak akan begitu saja
meninggalkan mentalitas tradisionalnya, apabila yang
bersangkutan secara langsung berasal dari pedesaan, apalagi
seringnya mereka pulang-pergi ke pedesaan yang tradisional,
maka pengaruh pedesaan akan tetap melekat dalam diri
mereka. Dengan demikian, pengaruh desa tradisional dengan
pengaruh kota yang modern sama-sama diterima dalam
kehidupan
G.Masyarakat Modern
1. Pengertian Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar
warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan
dalam peradaban masa kini. Pada umumnya masyarakat modern tinggal di
daerah perkotaan, sehingga disebut masyarakat kota. Namun tidak semua
masyarakat kota tidak dapat disebut masyarakat modern,sebab orang kota
tidak memiliki orientasi ke masa kini, misalnya gelandangan.11
3. Tahapan Modernisasi
Walt Whitman Rostow mengidentifikasi bahwa ada lima tahapan dalam
modernisasi, yaitu:15
Masyarakat tradisional: tahapan ini ditandai dengan kegiatan
bertani dan barter.
Persiapan untuk tinggal landas: tahapan ini ditandai dengan adanya
spesialisasi, produksi barang dan perdagangan. Selain itu,
infrastruktur transportasi dikembangkan untuk mendukung
perdagangan. Tahapan ini pada akhirnya mendorong adanya
investasi.
Tinggal landas: pada tahapan ini terjadi peningkatan industrialisasi
dan ekonomi beralih dari pertanian ke manufaktur.
Menuju kematangan: pada tahap ini terjadi diversifikasi ekonomi
ke daerah baru dan sedikit ketergantungan pada impor.
I. Berbeda dengan masyarkat kota yang di tandai dengan kehidupan yang ramai,
wilayahnya yang luas, banyak penduduknya, hubungan tidak erat satu sama
Menurut Setiadi, Hakam, dan Effendi (2006:87-88) Kita sering mendengar
jenis-jenis masyarakat, seperti masyarakat desa dan masyarkat kota. Desa dan
kota memiliki perbedaan baik secara fisik maupun secara sosial.
Sebuah desa sering kali di tandai dengan kehidupan yang jauh lebih
tenang, lain, dan mata pencahariannya bermacam-macam.
Untuk perbandingan antara masyarakat desa dan kota bisa dilihat sebagai
berikut: (Weruin, 2014:102-104)
o o
o o
o o
o o
o o
18 Kompas, Minggu 12 November 2006 (Jangan bunuh desa kami) oleh Marwanto
Menyimak realitas diatas, memang benar bahwa yang selama
ini terjadi sesungguhnya adalah Pembangunan di desa dan
bukan pembangunan untuk, dari dan oleh desa. Desa adalah
unsur bagi tegak dan eksisnya sebuah bangsa (nation) bernama
Indonesia.
Kalaupun derap pembangunan merupakan sebuah program
yang diterapkan sampai kedesa-desa, alangkah baiknya jika
menerapkan konsep :Membangun desa, menumbuhkan kota.
Konsep ini, meski sudah sering dilontarkan oleh banyak
kalangan, tetapi belum dituangkan ke dalam buku yang khusus
dan lengkap. Inilah tantangan yang harus segera dijawab.
b. Ciri-ciri Masyarakat desa (karakteristik)
d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak
diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi
merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau
keturunan.(lawanya prestasi).
e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam
hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit.
Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk
menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson)
dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa
pengaruh dari luar.19
C. Masyarakat Perkotaan
a. Pengertian Kota
i. Wirth
ii. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa
harus berdantung pada orang lain (Individualisme).
iii. Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan
mempunyai batas-batas yang nyata. iv. Kemungkinan-kemungkinan
untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.
2) lingkungan hidup
3) mata pencaharian
5) stratifiksi sosial
6) mobilitas sosial
8) solidaritas sosial
2.) Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk
pindah dan menetap dikota (pull factors)
B. Saran
Kita sebagai warga negara dan termasuk juga sebagai masyarakat, penting
hal nya untuk mempelajari dan berbaur dengan masyarakat. Banyak orang-orang
yang tidak peduli dengan sekelilingnya termasuk berbaur dengan masyarakat,
mereka lebih cenderung mengikuti trend yang ada sekarang hingga mengabaikan
sekelilingnya. Contoh hal nya banyak sekali karang taruna yang sudah jarang di
setiap masyarakat di tahun ini, tidak seperti tahun-tahun sebelum nya, karna
mereka mementingkan perkembangan IPTEK di bandingkan membangangun
budaya yang ada di masyarakat dari dulu. Seharus nya itu yang harus di
perhatikan tentang manusia dan masyarakat saat ini. Sehingga kita dapat menjadi
berguna bagi masyarakat dan membantu mengatasi permasalahan-permasalahan di
manusia dan masyarakat.
Daftar Pustaka