Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

MANUSIA DAN MASYARAKAT

Disusun oleh:

Azas Ramadhan Akbar 2014470084

Ferly Wahyu Hermantiyo 2015470026

Santi Lasmanaa 2015470053

Endra Yoga Pamungkas 2015470069

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


FALKUTAS TEKNIK

TEKNIK INFORMATIKA

2016/2017

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Lantar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia ?

B. Faktor-faktor apa saja yang mendorong manusia untuk hidup?

C. Pengertian Masyarakat?

D. Apa yang menjadi pendorong manusia untuk hidup bermasyarakat ?

E. Kehidupan Manusia dalam kehidupan bermasyarakatan?

F. Bagaimana pentingnya kebudayaan manusia di masyarakat?

G. Apa saja masalah hubungan antara warga negara dan negara?

H. Bagaimana cara mengatasi masalah di kehidupan bermasyarakat?

I. Apa saja yg membedakan masyarakat perkotaan dan masyarakat perdesaan?

J. Bagaimana pengaruh perkembangan iptek dalam kehidupan masyarakat?

K. Apa dampak iptek terhadap perubahan kebudayaan masyarakat?

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karna
berkat Rahmat dan Karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Ilmu Budaya dan Sosial Dasar ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi penilaian tugas kelompok dalam


mata kuliah Ilmu Budaya dan Sosial Dasar dengan judul Manusia dan
Masyarakat. Makalah ini di tunjang dengan pembahasan dan studi kasus, yang
bertujuan agar mahasiswa dapat memahami masalah-masalah sosial yang terjadi
di masyarakat dan sekitarnya dan bagaimana cara mengatasinya.

Demikianlah makalah ini kami buat, dan kami menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, sehingga kami selaku
penulis makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan dan peningkatan kualitas di masa yang akan datang
dari pembaca, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

Jakarta, 26 Maret
2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
A. Lantar Belakang

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yg memiliki naruli untuk


hidup dengan manusia lainnya. Naruli manusia untuk selalu hidup berdampingan
dengan orang lain, sehingga manusia disebut makhluk sosial. Sejak manusia di
lahirkan manusia sudah mempunyai dua kecenderungan pokok, yaitu keinginan
menjadi satu dengan manusia lainnya di sekelilingnya (masyarakaat), dan
keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Kecenderungan
manusia untuk hidup bersosialisasi dengan masyarakaat sudah ada sejak lahir.
Sehingga manusia yang pantas di katakan sebagai makhluk budaya,
sedangkan makluk hidup lainnya di luar manusia tidak di katakan sebagai
makhluk budaya, melainkan juga bahwa kebudayaan di ciptakan manusia dalam
kehidupan bersama dalam masyarakat. Kebudayaan di ciptakan, di pelihara, di
pelajari, di pertahankan, dan di wariskan secara bersama-sama dalam masyarakat.
Melalui kehidupan bersama dalam masyarakatlah kebudayaan diciptakan.
Meskipun berhubungan secara sangat erat, kebudayaan berbeda dari masyarakat.
Kebudayaan dan masyarakat selalu berubah. Tetapi perubahan masyarakat,
sebagian besar, merupakan perubahan kebudayaan itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
a) Pengertian Manusia
b) Pengertian Masyarakat
c) Hubungan Manusia dan Masyarakat
d) Tipe Masyarakat
e) Masyarakat Modern

C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, di harapkan wawasan penalaran
dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh wawasan yang lebih luas khususnya
dalam menghadapi masalah masalah di kehidupan bermasyarakat, serta sikap dan
tingkah laku manusia-manusia lain terhadap manusia yang bersangkutan dapat
memahami sejauh mana hubungan kebudayaan manusia dan masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia
Dari pandangan segi ilmu biologi, manusia merupakan makhluk biologis
yang tergolong dalam golongan makhluk mamalia. Dalam ilmu ekonomi, manusia
merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu
memperhitungkan setiap kegiatan, atau sering di sebut homo economicus.
Menurut sosiologi, manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri
sendiri. (Suhada, 2016:171-172)

Manusia dapat diarikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah
kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan
sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah
spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan
tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang
bervariasi yang, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan
ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan
dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan
penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta
perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk
membentuk kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta
pertolongan.1

Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis


kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah
laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki

1 Wikipedia,Manusia (https://id.wikipedia.org/wiki/Manusia, akses 31 Maret 2017)


dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan
dewasa sebagai wanita.

Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi,


balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.

Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya,


berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi
badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga
negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga
dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh)
dan lain sebagainya.

Selain itu banyak para ahli yang telah memberikan pengertian tentang
manusia. Berikut beberapa pengertian dan definisi manusia menurut beberapa
para ahli, yang dikutip Ibrahim (https://pengertiandefinisi.com/pengertian-
manusia-menurut-para-ahli/, akses 31 Maret 2017) :

Paulana J. C. & Janet W. K.

Menurut Paula J. C. & Janet W. K. Manusia merupakan


makhluk yang terbuka, bebas memilih makna di dalam setiap
situasi, mangemban tanggung jawab atas setiap keputusan, yang
hidup secara berkelanjutan, serta turut menyusun pola hubungan
antara sesama dan unggul multidemsional dengan berbagai
kemungkinan.

Omar Mohammad Al Toumi Al Syaibany


Menurut Omar Mohammad Al Toumi Al Syaibany,
pengertian manusia adalah makhluk yang mulia. Masuia
merupakan makhluk yang mampu berpikir, dan menusia
merupakan makhluk 3 dimensi (yang terdiri dari badan, ruh, dan
kemampuan berpikir / akal). Manusia di dalam proses tumbuh
kembangnya dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor
keturunan dan faktor lingkungan.

Kees Bertens
Menurut Kees Bertens, manusia adalah setiap makhluk
yang terdiri dari dua unsur yang satuannya tidak dapat dinyatakan
dalam bentuk apapun.

Upanisads
Menurut Upanisads, manusia merupakan sebuah kombinasi
dari beberapa unsur kehidupan seperti roh (atman), pikiran, jiwa,
dan prana (tubuh / fisik).

Nicolaus D. & A. Sudiarja


Menurut Nicolaus D. & A. Sudiarja, manusia adalah
bhineka, akan tetapi tunggal. Manusia disebut bhineka karena ia
mempunyai jasmai dan rohani, sedangkan disebut tunggal karena
hanya berupa satu benda / barang saja.

Abineno J. I
Menurut Abineno J. I, manusia adalah tubuh yang
dilengkapi dengan jiwa / berjiwa dan bukan jia abadi yang
berada atau pun yang terbungkus di dalam sebuah tubuh / badan
yang fana / tidak nyata.

Sokrates
Menurut Sokrates, pengertian manusia adalah makhluk
hidup yang memiliki dua kaki, yang tidak berbulu, dan memiliki
kuku datar berukuran lebar.

I Wayan Watra
Menurut I Wayan Warta, manuisa merupakan makhluk yang
dinamis yang menganut trias dinamika yaitu cipta, karsa, dan rasa.

Erbe Sentanu
Menurut Erbe Sentanu, manusia merupakan makhluk
sebaik baiknya yang diciptakan oleh Tuhan. Bahkan, dapat
dikatakan manusia merupakan ciptaan Tuhan yang paling
sempurna jika dibandingkan dengan makhluk citaannya yang lain.

Agung. P. P.
Menurut Agung P. P., Manusia dapat diartikan sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, yang tersusun atas
kesatuan fisik, ruh / jiwa, dan akal pikiran yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan lingkungannya.

Kesimpulan dari penjelasan para ahli dapat di simpulkan bahwa manusia adalah
makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain, oleh karena itu manusia
senantiasa membutuhkan interkasi dengan manusia lainnya.

Selain itu ada hal yang tidak mudah didefinisikan yaitu mendefinisikan tentang
manusia. Mendefinisikan manusia tidaklah semudah dengan mendefinisikan
wujud-wujud yang lainnya karena mendefinisikan manusia adalah mendefinisikan
dirinya sendiri.

Menurut (Suhada, 2016:172-132) meskipun begitu, ada beberapa ciri khas


yang dapat di amati diri manusia yaitu :

a. Manusia berbeda dengan binatang. Perbedaan ini karena beberapa faktor


fisik yaitu :
1) Sikapnya yang tagak. Sikap tegak itu membebaskan manusia untuk
melakukan eksplorasi
2) Jari-jarinya yang bebas serta ibu jari yang mudah bergerak serta
kemampuan lengannya untuk berputar. Dengan jari-jari tanganya
yang fleksible manusia dapat memegang dengan sempurna suatu
benda, dapat membuat alat dan berkerja.
3) Otaknya dan kepalanya yang lebih besar, serta sistem saraf yang
jauh lebih tinggi dan sempurna daripada binatang.
b. Manusia memiliki keadaan dan bentuk sosial, kebudayaan dan intelektual
yang khusus. Manusia memiliki bahasa yang terdiri dari sejumlah kata dan
melakukan pembicaraan. Kata-kata yang diucapkan manusia sangat jelas.
c. Manusia mampu membuat dan menciptakan berkali-kali alat-alat yang
kompleks dan mesin-mesin. Manusia menyalakan api, membangun rumah,
memakai pakaian dan perhiasan dan melakukan perjalanan bahkan sampai
luar angkasa.
d. Manusia adalah makhluk sosial politik yang membuat hukum, mendirikan
kaidan dan dapat berkerja sama dalam kelompok-kelompok yang lebih
besar.
e. Hanya manusialah yang sadar akan sejarah dan mempunyai tradisi
kebudauaan yang terus menerus, membuat rencana masa depan dan
membuat keputusan.
f. Manusia memiliki sifat estetik, seni, dan keindahan.
g. Manusia memiliki rasa benar dan salah, beretika dan berhati nurani.
h. Menusia adalah makhluk religius, makhluk yang memiliki kepercayaan
dan beragama, percaya terhadap hal gaib dan melakukan aktivitas ritual.

B. Hubungan Manusia dan Masyarakat


Sebagai makhluk biologis manusia terkait pada alam dan hidup secara
alamiah dan kadang-kadang instingtual. Sebagai mahkluk psikologis, manusia
bukan sekedar maklukfisik-alamiah, melainkan supranatural, spritual, dan psikis.
Sebagai makhluk sosial, manusia terlihat hanya relevan dalam kelompok, ia
survive tidak hanya sebagai invdividu semata-mata melaikan sebagai anggota dari
kelompok sosial atau masyarakat tertentu. Meskipun begitu harusdiakui bahwa
manusia yang hanya relevan sebagai anggota suatu kelompok, tanpa pengakuan
akan keunikan, pluralitas, atau keragaman individual akan membuatnnya tidak
berbeda jauh dengan kumpulan hewan semata. Itulah sebabnya mengapa
antropolog semacamRuth Benedict menegaskan bahwa individu dan
masyarakatbukanlahdua hal yang berlawanan. Individu dan kelompok merupakan
dua hal yang saling mengandaikan, korelatif, dan berada dalam satu kesatuan
(Weruin, 2014:83).

Meskipun hubungan secara sangat erat, kebudayaan berbeda dari


masyarakat. Kebudayaan dan masyarakat selalu berubah. Tetapi perubahan
masyarakat, sebagaian besar, merupakan perubahan kebudayaan itu sendiri.
Pemerintahan, bangunan, bahasa, merupakan produk-produk kebudayaan yang di
ciptakan oleh manusia dalam kehidupan bersama dalam masyarakat dalam
bidang-bidang ini , sesungguhnya merupakan perubahan kebudayaan itu sendiri.
Tetapi kebudayan sendiri berbeda dari mayarakat. Kebudayaan merupakan salah
satu bagian penting dari masyarakat.

C. Pengertian Masyarakat
Dalam bahasa Inggris masyarakat di sebut society, berasal dari kata bahasa
latin societas atau socius yang dipakai untuk menunjukkan ikatan atau interaksi
antar berbagai individu secara ramah atau bersahabat. Terkadang istilah ini
langsung dikaitkan dengan kumpulan orang yang berada di luar kekuasaan formal
atau sipil. Dalam pemahaman yang lebih umum, istilah masyarakat mengandung
pengertian kemanusiaan (humanity). (Weruin, 2014:85).

Dan pada umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu pada


sekelompok orang yang hidub bersama dalam satu komunitas yang teratur. Untuk
menganalisa secara ilmiah tentang proses terbenruknya masyarakat sekaligus
problem-problem yang ada sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau
bergeser kita memerlukan beberapa konsep. Konsep-konsep tersebut sangat perlu
untuk menganalisa proses terbentuk dan tergesernya masyarakat dan kebudayaan
serta dalam sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamik
sosial (social dynamic). Konsep-konsep penting tersebut antara lain2 :

Internalisasi (internalization)

Sosialisasi (socialization)

Enkulturasi (enculturation).

Menurut Aditya (2012:2) terdapat berbagai definisi tentang Masyarakat yang


telah di rumuskan oleh para ahli, diantara nya sebagai berikut:

a. Linton (1936)
Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang telah cukup lama
hidup dan bekerja sama,sehingga dapat mengorganisasikan diri dan
berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-
batas tertentu.

b. Mac Laver (1957)


Masyarakat adalah sekelompok manusia yang mendiami teritorial
tertentu dan mempunyai sifat-sifat yang saling tergantung, mempunyai
pembagian kerja dan kebudayaan bersama.

c. Soejono Soekanto (1982)


Masyrakat adalah menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat
tinggal di suatu wilayah (secara Geografis) dengan batas-batas tertentu,
dimana yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar dari
anggota-anggotanya dibandingkan dengan penduduk di luar batas
wilayahnya

d. Koentjaraningrat (1990)

2 Wikipedia, Masyarakat (https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat, akses 31 Maret


2017)
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul
(berinteraksi) menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat
kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

D. Tipe Masyarakat
Meskipun manusia sudah membangun banyak tipe panjang sejarah, para
antopolog cenderung menggolongkan berbagai tipe masyarakat berdasarkan akses
terhadap keuntungan seperti sumber daya, prestise atau kekuasaan. Pada semua
masyarakat diferensiasi dan ketidaksamaan sosial terbentuk melalui proses
stratifikasi sosial dan pembagian kerja antara aanggota masyarakat. Stratifikasi
dan peran sosial yang berbeda berdasarkan pembagian kerjadalam masyarakat
pada akhirnya menciptakan kesnjangan kesejaterahan , prestise, atau kekuasaan.
Dari sudut pandang sosiologis (dengan mengacu pada tingkat perkembangan
teknologi) umumnya masyarakat di bagi dalam tiga katagori yaitu: masyarakat
pra-industri, masyarakat industri, dan masyarakat post-industri (Weruin 2014:88).

1) Masyarakat Pra-Industri
Masyarakat Pra-Industri adalah suatu bentuk organisasi
sosial, politik, dan budaya pada masa sebelum Revolusi Industri3.
Pada masyarakat pra-industri, aktivitas ekonomi dalam
bentuk proses produksi makanan sebgaian besar menggunakan
tenaga manusia dan hewan. Masyarakat pra industri ini di bagi ke
dalam kelompok yang lebih kecil menurut level teknologi dan
metode produksi makanan yang mereka miliki. Sub kelompok pada
masyarakat ini adalah berburu, pengumpul, pengembala atau
pertenak, berkebun/pertanian, dan feodal. Pada masyarakat ini,
makanan di kumpulkan dari hasil-hasil hutan, tidak memproduksi
sendiri, umumnya hidup dalam kelompok-kelompok kecil seperti
suku dan tidak dalam kampung besar atau dengan struktur sosial

3 Wikipedia,Masyarakat Pra-Industri (https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_pra-


industri, akses 31 Maret 2017)
yang hirarkis dengan kewenangan dan tanggung jawab yang tegas.
Ketiga kelompok-kelompok kecil ini tergabung dalam masyarakat
yang lebih luas, struktur sosial yang yang hirarkis kemudian mulai
terbentuk. Dalam masyarakat ini, perbedaan identitas dan status
sosial hampir tidak ada karena semua anggota masyarakat memiliki
kedudukan sosial yang relatif sama. Dalam kehidupan sosial-
organisatoris, keputusan yang mengikat dicapai melalui
kesepakatan bersama, berkembangnya kepemimpinan karismatik,
tidak ada struktur organisasi yang jelas, tidak ada politisi dengan
intrik-intrik kepentingan kelompok secara sepihak, melainkan
pemimpin yang hanya berperan sebatas seorang penasehat
sehingga konsolidasi anggota untuk aksi kolektif lebih didasarkan
pada kesukuan dan pertalian darah/keturunan. (Weruin, 2014:88-
89)

2) Masyarakat Industri
Perkembangan masyarakat ini pada abad ke-15 dan ke-16,
memunculkan sistem ekonomi baru yang mulai menggantikan
feodalisme. Masyarakat insdustri mengandalkan mesin untuk
menjalankan produksi. Produksi ini berkerja berdasarkan prinsip
efisien. Efisieni yang semakin meningkat dari revolusi industri
menghasilkan surplus yang lebih besar lagi dari pada era
sebelumnya. (Weruin, 2014:90)
Revolusi industri ini lah yang merubah secara besar-besaran
di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, trasportasim dan
teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi ini di mulai dari
Britania Raya dan kemudian menyabar ke seluruh Eropa Barat,
Amerika Utara, Jepang, dan akhir nya ke seluruh dunia.4

4 Wikipedia, Revolusi Industri (https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Industri, akses


31 Maret 2017)
3) Masyarakat Post-Industri
Masyarakat post industri merupakan masyarakat yang
didominasi oleh informasi, pelayanan jasa(service) dan teknologi
tinggi yang lebih dari sekedar memproduksi barang. Dalam
masyarakat industri maju sekarang ini terjadi suatu peralihan ke
arah peningkatan dalam sektor jasa yang melampaui sektor
manufaktur dan produksi (Weruin,2014:91). Masyarakat post
industri ini mulai pada abad ke- 19 bisa di sebut sebagai era
keemasan masyarakat modern. Masyarakat ini sangat terdidik,
dalam pengetahuan sebagai sumber utamanya, tetapi pengetahuan
dalam pengertian khusus. Masyarakat post industri berkerja atas
pengetahuan praktis yakni pengetahuan yang datang setelah
melakukan sesuatu, bukan dari riset murni.5

E. Masyarakat Tradisional
1. Pengertian Masyarakat Tradisional6
Menurut Subandi (2009:31) mengartikan bahwa masyarakat tradisional
sebagai suatu masyarakat yang :
Struktur fungsi produksi yang terbatas, cara cara memproduksi
yang rellatif primitif dan sikap masyarakat serta cara hidupnya
yang sangat dipengaruhi oleh nilai nilai yang dicetuskan oleh
cara pemikiran yang bukan rasional, tetapi oleh kebiasaan yang
berlaku secara turn temurun.
Tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas perpekerja
masih sangat terbatas.
Kegiatan politik dan pemerintahan terdapat di daerah daerah dan
di pegang oleh tuan tuan tanah berkuasa.
5 Arti Masyarakat Post-Industri (http://arti-definisi-pengertian.info/arti-masyarakat-
post-industri/, akses 31 Maret 2017)

6 Hasan, Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat


(http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIS/article/download/7362/7252. , akses 2 April
2017)
Selain itu menurut Pasaribu, dkk (1982:141 ) mengatakan bahwa:
dalam masyarakat tradisional pada umumnya sosial budaya dikuasai
tradisi, adat dan kepercayaan bukan dikuasai oleh hukum dan
perundang undangan. Lapisan yang ada dalam masyarakat akan
tetap untuk selamannya, anak cucu seseorang pada suatu lapisan
masyarakat, akan mengikuti status orang tua dan nenek moyangnya.

2. Pertumbuhan Masyarakat Tradisional7


Sistem ekonomi yang mendominasi adalah pertanian (bertani
tradisional)
Produktivitas kerja manusia lebih rendah, cara produksi msh
primitif
Ilmu pengetahuan belum begitu banyak dikuasai tunduk kepada
alam
Produksi sangat terbatas, cenderung bersifat statis (kemajuan
berjalan sangat lamban) produksi dipakai untuk konsumsi sendiri,
tidak ada di investasi

3. Karakateristik Masyarakaat Tradisional8


Orientasi terhadap nilai kepercayaan kebiasaan dan hukum alam
tercermin dalam pola berpikirnya
Kegiatan ekonomi masyarakat bertumpu pada sektor agraris
Fasilitas pendidikan dan tingkat pendidikan rendah
Cenderung tergolong dalam masyarakat agraris dan pada
kehidupannya tergantung pada alam sekitar
Ikatan kekeluargaan dan solidaritas masih kuat
Pola hubungan sosial berdasar kekeluargaan, akrab dan saling
mengenal
Kepadatan penduduk rata-rata perkilo meter masih kecil

7 Wijayanti, Masyarakat Desa Kota


(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/agustina-tri-wijayanti-spd-mpd/materi-
masyarakat-desa-kota-pert-1-8.pdf, akses 2 April 2017)

8 Setyandhini, 2012 PENYIMPANGAN DALAM PELAKSANAAN GADAI TANAH


PERTANIAN DI DESA (http://eprints.uny.ac.id/24169/1/SKRIPSI_Gilang-
Setyandhini_08401241016.pdf, akses 2 April 2017)
Pemimpin cenderung ditentukan oleh kualitas pribadi individu dan
faktor keturunan.

F. Masyarakat Transisi
1. Pengertian Masyarakat Transisi
Masyarakat Transisi adalah masyarakat yang mudah di pengaruhi
oleh kebudayaan barat, yang datang menyentuh kebudayaan tradisional.
Sedangkan menurut Pasaribu J.L, dkk ( 1982:146147)
menjelaskan bahwa dalam masyarakat taransisi pengaruh kebudayaan
barat dianggap sebagai penyebab timbulnya proses transisi kebudayaan
barat yang datang menyentuh masyarakat tradisional kerapkali melalui
penduduk wilayah lalu menembus pola pola kehidupan dikalangan
masyarakat tradisional menuju modernisasi.9

2. Faktor-faktor Masyarakat Transisi10


Kehidupan masyarakat transisiberada di antara masyarakat
tradisional dan modern, yang tentu saja transisi ini tergantung pada
beberapa faktor, di antaranya tergantung pada wilayah di masyarakat
tersebut berada, seperti perdesaan atau di perkotaan. Untuk penjelasannya
sebagai berikut :

Apabila masyarakat tersebut berada di perdesaan, maka tansisi


akan terlihat jelas terutama dalam bidang-bidang kehidupan,
misalnya:
o Pendidikan
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa dalam kehidupan
masyarakat transisi, pendidikan formal yang ada di suatu
wilayah hanya sampai tingkat SLTP, atau sekarang ini mungkin
saja sampai SMU, pendidikan formal seperti kadangkala
9 Konsep Dasar Tentang Masyarakat http://eprints.ung.ac.id/248/3/2013-2-87201-
231409009-bab2-10012014090342.pdf, akses 3 April 2017)

10 Pasya, Perkembangan Kehidupan Masyarakat Indonesia


(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/196103231986031-
R._GURNIWAN_KAMIL_PASYA/SMI-4.pdf, akses 4 April 2017)
dianggap sebagai usaha untuk mencari kerja di luar sektor
agraris. Pendidikan formal kemudian ditunjang oleh
pendidikan luar sekolah melalui pendidikan keagamaan yang
diselenggarakan di tempat-tempat peribadatan terutama
dilakukan pada sore hari, dengan tujuan nilai-nilai keagamaan
tidak luntur dalam kehidupan masyarakat. Apabila pendidikan
formal tidak dapat diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan
atau hanya sampai SD saja maka tidak sedikit di antara mereka
yang memperdalam pendidikannya melalui pendidikan
keagamaan yang diselenggarakan oleh pesantren. Pendidikan
pesantren seperti ini banyak terdapat di P. Jawa sebagai salah
satu upaya untuk memperkuat landasan para santri dalam
bidang keagamaan dan kehidupan di masyarakat jika kelak
mereka telah menyelesaikannya.

o Kesehatan
Di pedesaan telah banyak didirikan Balai kesehatan termasuk
Puskesmas dengan tujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Yang nampak jelas dalam masyarakat
transisi dalam hal kesehatan ini terutama dalam hal ibu-ibu
bersalin masih banyak tergantung pada dukun beranak. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti kurangnya tenaga
medik, jauhnya jarak ke Puskesmas terdekat, atau kepercayaan
terhadap dukun beranak yang tetap tinggi. Dengan demikian,
bahwa kedudukan dukun beranak di masyarakat transisi yang
ada di pedesaan menjadi mitra tenaga medik Puskesmas
sehingga dukun beranak perlu mendapatkan pengetahuan
bersalin secara hiegenis dan ilmiah agar tingkat kematian bayi
dan ibu melahirkan dapat diperkecil atau dihilangkan. Dalam
bidang pengobatan masyarakat transisi masih sangat
mengandalkan peranan pengobatan non-medik sebagai upaya
meningkatkan derajat sehat, walaupun mereka memerlukan
pula tenaga-tenaga medik yang berkeliling ke daerah mereka.
Dengan demikian, bahwa pengobatan non-medik bersama-
sama dengan pengobatan medik diperlukan dalam kehidupan
mereka.

o Industri
Industri yang berkembang dalam kehidupan masyarakat
transisi lebih banyak bersifat industri rumah tangga atau
industri kerajinan di mana bahan bakunya berasal dari
wilayah sekitarnya. Industri ini dilaksanakan bukan atas dasar
keahlian dari para pekerjanya melainkan keterampilan yang
diperoleh dari seringnya melakukan jenis pekerjaan yang
diberikan kepadanya. Pekerja berasal dari keluarga pemilik
industri itu sendiri atau tetangga sekitar industri itu berada.

o Komunikasi dan informasi


Komunikasi yang dilakukan masyarakat tidak atas
kepentingan ekonomi, tetapi adakalanya atas dasar
kekeluargaan di mana saling berkunjung hanya sekedar
bercengkrama masih dilakukan warga masyarakat, sedangkan
untuk kepentingan ekonomi dilakukan apabila berhubungan
dengan awal musim tanam atau panen hasil bumi, sampai
pada jual beli hasil bumi, jual beli tanah, dan kepentingan
untuk mengangkut hasil bumi. Informasi pembangunan yang
datang pada mereka berasal dari perangkat desa, dan jarang
informasi diperoleh dari media massa karena karena koran,
tabloid, majalah, jurnal dan lain-lain sedikit sekali atau tidak
pernah di antara mereka yang berlangganan, kalaupun ada
waktu penerbitannya telah terlewat. Begitupula informasi dari
televisi jarang diperoleh, di samping saluran televisi yang
terbatas juga acara yang mereka tonton terbatas pada
hiburannya saja, sedangkan berita dan informasi lain sering
diabaikan.
Apabila masyarakaat transisi ini berada di pinggiran kota.
Masyarakat transisi yang bertempat tinggil di pinggiran kota
kadangkala sikap modern tidak secara utuh berkembang dalam
kehidupan mereka, karena secara fisik dan budaya mereka
mendapat pengaruh kota tetapi secara mental dan administrasi
berada di desa. Dalam beberapa bidang kehidupan, masyarakat
transisi umumnya kalah bersaing dengan masyarakat kota, apalagi
oleh perkembangan kota sendiri yang turu menggeser kehidupan
mereka menjadi lebih terpinggirkan. Kehidupan masyarakat transisi
di pinggiran kota dapat diketahui dari beberapa aspek, antara lain :
o Pendidikan
Beberapa orang sudah banyak yang berhasil dalam bidang
pendidikan, terutama setelah mereka menamatkan tingkat
kesarjaannya. Tetapi di lain pihak banyak pula yang menjadi
pedagang di kota ataupun pengemudi ojek di wilayahnya.

o Perubahan Fungsi Lahan


Sebagian wilayah pinggiran kota masih berorientasi di bidang
agraris terutama pertanian yang banyak dilakukan oleh mereka
yang berusia tua, sedangkan pemuda nampaknya sudah tidak
tertarik lagi di bidang pertanian dan mereka berusaha bekerja di
bidang lain. Perkembangan kota di wilayah mereka ini
sedikitnya akan menggeser fungsi lahan dari pertanian ke
industri ataupun menjadi perumahan baru.

o Mata Pencaharian
Ketidak tertarikan pemuda di bidang agraris dan adanya
perubahan fungsi lahan menyebabkan masyarakat di pinggiran
kota sebagai masyarakat transisi berusaha mencari kehidupan di
bidang lain, bagi mereka yang mampu dan memiliki modal
untuk mengembangkan usaha, biasanya akan menyewakan
kamar, rumah, ataupun mendirikan warung nasi untuk pekerja
industri di wilayahnya. Berdirinya industri di wilayah mereka,
menyebabkan adanya persaingan untuk menjadi pekerja dengan
masyarakat yang berasal dari daerahdaerah lain, tetapi tidak
sedikit di antara mereka yang tidak dapat diterima dengan alasan
latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan,
akibatnya mereka kalah bersaing sehingga tersingkir dari
kehidupan menjadi pekerja industri.
o Konflik
Adanya perumahan baru yang diisi oleh mereka yang bekerja di
kota, komplek perumahan tersebut terpisah dengan pemukiman
warga masyarakat sekitarnya oleh benteng yang kokoh dan
tinggi, apalagi kehidupan masyarakat setempat berada di bawah
masyarakat pemukiman baru, di tambah lagi sarana umum
seperti jalan yang masuk ke pemukiman masyarakat setempat
ditutup akibatnya masyarakat untuk menuju tempat atau jalan
terdekat harus mengelilingi pemukiman baru yang jaraknya
relatif jauh. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya konflik
dengan pengembang perumahan ataupun dengan penduduk
pemukiman baru, yang menyebabkan terjadinya permusuhan
antar dua pemukiman. Konflik dapat pula terjadi antara
masyarakat setempat dengan industri yang ada di lingkungan
mereka, baik yang disebabkan kebisingan, pencemaran
lingkungan, rusaknya jalan hasil masyarakat, air sumur menjadi
berkurang dan kering dimusim kemarau akibat air tanah
permukaan tersedot oleh kebutuhan industri, maupun tidak
dapatnya mereka bekerja di industri tersebut. Konflik
masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi industri seringkali
terjadi dan tidak jarang terjadi pengrusakan terhadap bangunan
industri.

o Pengaruh Kota
Mereka yang berada di pinggiran kota sudah mulai
meninggalkan sikap dan sifat tradisionalnya kemudian beralih
menjadi masyarakat kota yang modern. Tetapi perubahan ini
tidak selamanya sesuai dengan yang diinginkan terutama hal-hal
yang bersifat positif seperti ciri dari masyarakat modern.
Keinginan untuk menjadi masyarakat modern menjadi terlalu
dipaksakan malah terjebak pada sikap weternisasi, karena
kurangnya pengetahuan dari pengertian modern itu sendiri.
Masyarakat transisi yang berada di perkotaan. Masyarakat kota
tidak selamanya sebagai masyarakat modern apalagi seperti
Indonesia di mana kota-kotanya tumbuh dan berkembang tidak
lepas dari adanya urbanisasi dan lambatnya proses adaptasi
terhadap perubahan yang terjadi. Berikut ini, beberapa faktor yang
menunjukkan terdapatnya masyakat transisi di perkotaan:
o Urbanisasi
Banyaknya urbanisasi yang berasal dari pedesaan
menyebabkan penduduk kota semakin bertambah besar,
apalagi tidak semua pendatang dapat menempati kedudukan
yang layak di perkotaan, sehingga mereka yang tidak dapat
atau kalah bersaing di perkotaan akan terpinggirkan menjadi
pemulung, pengemis, pelacur, gelandangan, bahkan penjadi
penjahat, sedangkan yang agak beruntung akan menempati
sektor informal seperti pedagang kaki lima, pedagang asongan,
pedagang warung nasi (warung tegal), dan lain-lain. Mereka
ini hidup dan menjadi masyarakat perkotaan, tetapi banyak
yang masih membawa sifat dan sikap (mentalitas) tradisional
sebagaimana di bawa dari daerah asal.

o Mentalitas
Mentalitas sebagai masyarakat transisi bagi mereka yang
berada di perkotaan sebagai pendatang, tidak akan secara
langsung menjadi masyarakat modern melainkan memerlukan
proses yang kecepatannya tergantung pada mereka sendiri
untuk cepat berubah dan menyesuaikan diri menjadi
masyarakat modern. Perubahan dari masyarakat tradisional
menjadi masyarakat modern bagi masyarakat pendatang di
perkotaan menjadi sangat lambat, apabila mereka bertempat
tinggal, bergaul, dan berusaha bersama-sama dengan yang
memiliki mentalitas sama

o Pengaruh Perdesaan
Para pendatang di perkotaan (urbanisan) tidak akan begitu saja
meninggalkan mentalitas tradisionalnya, apabila yang
bersangkutan secara langsung berasal dari pedesaan, apalagi
seringnya mereka pulang-pergi ke pedesaan yang tradisional,
maka pengaruh pedesaan akan tetap melekat dalam diri
mereka. Dengan demikian, pengaruh desa tradisional dengan
pengaruh kota yang modern sama-sama diterima dalam
kehidupan

Kehidupan masyarakat transisi ini, akan selalu dijumpai pada masyarakat di


negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, apalagi untuk
mencapai hidup yang layak sulit untuk dijangkau, maka tidak jarang cara berfikir
rasional dan non-rasional bersama-sama berjalan dalam kehidupan mereka.

G.Masyarakat Modern
1. Pengertian Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar
warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan
dalam peradaban masa kini. Pada umumnya masyarakat modern tinggal di
daerah perkotaan, sehingga disebut masyarakat kota. Namun tidak semua
masyarakat kota tidak dapat disebut masyarakat modern,sebab orang kota
tidak memiliki orientasi ke masa kini, misalnya gelandangan.11

11 Rafi, Masyarakat Modern dan Kebudayannya


(https://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/makalah-masyarakat-modern-dan-
kebudayannya/, akses 31 Maret 2017)
Priode dan perkembangan masyarakat modern ini di tandai dengan
munculnya negara bangsa (nation state), tumbuh dan berkembangnya
toleransi sebagai nilai sosial dan politik, muncul dan berkembangnya
industrialisasi, merkantilisme dan kapatalisme, munculnya negara-negara
sosialis, penemuan dan berkembangnnya kolonialisasi dunia di luar barat,
muncul dan berkembangnnya demokrasi representatif, meningkatnya
peran ilmu pengetahuan dan teknologi, tersingkirnya nilai-nilai moral dan
religius dan berkembangnnya etos-etos sosial dan bidang sosial, ekonomi,
dan politik, meningkatnya urbanisasi, kecurigaan dan ketidak percayaan
Katian dan Cartesian terhadapat tradisi di satu sisi dan kepercayaan penuh
terhadap otonomi akal budi manusia di sisi yang lain. (Weruin,2014:92)
Maka istilah modern dan modernitas di pakai untuk menunjukan
masyarakat, kehidupan sosial, kekuatan pendorong metalitas yang
mendukung kemajuan atau aspek-aspek lain yang menjelaskan tentang
modernitas.
Modernisasi tersendiri atau bisa di sebut penganyaran dalam ilmu
sosial merunjuk pada sebuah bentuk trnsformasi dari keadaan yang kurang
maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan
akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan
makmur.12
Teori Moderenisasi ini lahir pada tahun 1950-an dan merupakan
tanggapan kaum intelektual terhadap Perang Dunia. Bagi para penganut
teori evolusi, moderenisasi dianggap sebagai jalan optimistis menuju
perubahan.13

2. Syarat-Syarat terjadinya Moderenisasi


Modernisasi pada hakikatnya mancakup bidang-bidang yang sangat
banyak. Syarat-syarat suatu modernisasi adalah sebagai berikut:14

12 Wikipedia, Modernisasi (https://id.wikipedia.org/wiki/Modernisasi, akses 1 April


2017)

13 Pengertian Masyarakat Modern (http://tulisanterkini.com/artikel/artikel-


ilmiah/9204-pengertian-masyarakat-modern.html, akses 1 April 2017)
Cara berpikir yang ilmiah yang melembaga dalam kelas penguasa
maupun masyarakat.
Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar
mewujudkan birokrasi yang baik, jauh dari KKN, serta semangat
kerja yang tinggi.
Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur dan
terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu. Misalnya BPS
(Badan Pusat Statistik) yang menjadi sumber data bagi pemerintah.
Penciptaan iklim yang favorable (kondusif) dalam masyarakat
terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi
massa.
Kedisiplinan yang tinggi, tetapi tidak melanggar HAM warga
negara.
Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial
(social planning)

3. Tahapan Modernisasi
Walt Whitman Rostow mengidentifikasi bahwa ada lima tahapan dalam
modernisasi, yaitu:15
Masyarakat tradisional: tahapan ini ditandai dengan kegiatan
bertani dan barter.
Persiapan untuk tinggal landas: tahapan ini ditandai dengan adanya
spesialisasi, produksi barang dan perdagangan. Selain itu,
infrastruktur transportasi dikembangkan untuk mendukung
perdagangan. Tahapan ini pada akhirnya mendorong adanya
investasi.
Tinggal landas: pada tahapan ini terjadi peningkatan industrialisasi
dan ekonomi beralih dari pertanian ke manufaktur.
Menuju kematangan: pada tahap ini terjadi diversifikasi ekonomi
ke daerah baru dan sedikit ketergantungan pada impor.

14 Omika, Modernisasi dan Globalisasi (https://infosos.wordpress.com/kelas-xii-


ips/modernisasi-dan-globalisasi/, akses 1 April 2017)

15 Wikipedia, Teori Modernisasi (https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_modernisasi,


akses 1 April 2017)
Konsumsi massa: pada tahap ini ekonomi menuju konsumsi massa
dan pelayanan di sektor jasa semakin mendominasi.

4. Aspek- aspek dalam Moderenisasi. (Waruin, 2014:93-94)


Birokrasi : Impersonal, hirarki sosial yang ketat yang
mempraktekkan pembagian pekerja dan dibatasi oleh regularitas
metode dan prosedur.
Hilangnya pesona dunia hilangnnya pemahaman skral dan
metafisik atas semua bidang kehidupan dan budaya.
Resionalisasi: Dunia daapat di pahami dan di tata menurut sistem
yang logis dan rasional berdasarkan teori dan data yang dapat di uji
secara objektif dan rasional.
Sekularisasi: Hilangnya pengaruh atau keyakinan religius pada
level masyarakat.
Sekularisasi: Hilangnya pengaruh atau keyakinan religius pada
level masyarakat.
Alienasi: Terkungkungnya individu dari sistem makna keluarga,
kerabat, perkerjaan, agama, dan sebagainya.
Komodifikasi : Reduksi semua aspek kehidupan pada objek,
pertukaran, dan konsumsi yang diukur berdasarkan uang.
Dekontekstualisasi: Terkikisnya praktik-praktik sosial, keyakinan
keyakinan, dan objek-objek kultural dari daerah asal kebudayaan
mereka.
Individualisme: Menguatnya tekanan pada individu sebagai lawan
dari stuktur-strukur mediasi seperti keluarga, kampung, kelompok,
agama, dan sebagainya.
Nasionalisme : Berkembangnya bangsa-bangsa modern dengan
pemerintahan yang tersentralisasi secara rasional dan seringkali
melampaui kelompok kelompok lokal atau etnik yang beragam.
Urbanisasi: Gerakan dan dinamika orang, pusat-pusat kebudayaan,
dan pengaruh-pengaruh politik yang meluas ke kota-kota besar.
Subjektivesme: Definisi dan evaluasi kebenaran dan makna justru
berpaling kedalam diri masing-masing.
Kemajuan-linear: Lebih menekankan bentuk-bentuk penalaran
yang menekankan perkiraan perkiraan dan hasil yang di tarik
secara logis dari proposisi-prosisi
Objektivisme: Kepercayaan bahwa klaim-klaim kebenaran dapat di
tegakkan atau di bangun melalui informasi yang otonom dan dapat
di akses oleh semuaa orang.
Universalisme: Penerapan ide-ide atau klaim-klaim pada semua
lingkungan atau budaya tanpa pengakuan terhadap perbedaan-
perbedaan lokal
Reduksionosme: Kepercayaan bahwa sesuatu itu dapat di pahami
dengan mempelajari bagian-bagaian yang menyusunnya.
Masyarakat massa: Petumbuhan masyarakat dipersatukan oleh
media masa dan penyebaran yang cepat dari praktik-praktik
kultural sebgai sesuatu yang berbeda dengan kekhususan-
kekhususan budaya lokal dan regional.
Maysarakat industrial: Masyarakt dibentuk melalui produksi dan
distribusi produk industri.
Homogenisasi: Kekuatan-kekuatan sosial cenderung ke arah
keseragaman ide dan produk-produk kebudayaan.
Demokratisasi: Sistem politik dicirikan dengan pemilihan umum
yang bebas, pengadilan yang independen, negara hukum, dan
aspek terhadap hak-hak asasi manusia.
Mekanisasi: Terjadi peralihan atau transfer sarana-sarana produksi
dari tenaga kerja manusia ke teknologi mekanis dan maju.
Totalitarianisme: Pemerintahan terpusat yang aabsolut yang
mengabaikan kebebasan ekspresi dan perbedaan pendapat dan
politik, serta melakukan propaganda propaganda dan indokrinasi
terhadap warga negaranya.
Mofivasi terapeutik: Pemahaman bahwa dari manusia merupakan
produk dari keinginan-keinginan yang terus berubah dan
berkembang sehingga ia perlu di baantu untuk mencapai
keinginan-keinginan tersebut. Dengan di bantu untuk mencapai
keinginan-keinginan tersebut, Dengan demikian individu tidak
ditempatkan sebagai pihak yang mesti dikalahkan berhadapan
dengan proyek pembahuan etis atau upaya untuk mengejar nilai
publik

5. Ciri-Ciri Masyarakat Modern


Dalam kehidupan manusia telah di masuki nilai-nilai modern
sehingga dalam proses-proses sosial nilai-nilai itu selalu dikedepankan.
Nilai-nilai modern yang menonjol pada kehidupan individu dan
masyarakat yaitu, nilai rasionalistas, individualitas, materialitis, disiplin,
kemandirian, mengagingkan IPTEK dan menghargai pristise. Nilai-nilai
ini telah merasuki kehidupan masyarakat sehingga dalam pola pikir, sikap
dan perilaku masyarakat telah terbentuk oleh nilai-nilai modern tersebut.
Untuk lengkap pembahasan masalah modernisasi ini, maka di bawah ini
akan dikemukakan ciri-ciri manusia modern dan masyarakat modern:16
Menurut Soerjono Soekanto, (1982) bahwa ciri-ciri manusia
modern itu adalah sebagai berikut:
o Manusia modern adalh orang bersikap terbuka terhadap
pengalaman-pengalaman baru maupun penemuan-
penemuan baru. Intinya tidak ada sikap apriori atau
prasangka.
o Manusia modern senantiasa siap untuk menerima
perubahan-perubahan setelah ia menilai kekurangan-
kekurangan yang di hadapinya saat itu.
o Manusia modern mempunyai kepekaan terhadap masalah-
masalah yang terjadi sekitrnya dan mempunyi kesadaran
bahwa masalah-masalah tersebut berkaitan dengan dirinya.
o Manusia modern senantiasa mempunyai informasi yang
lengkap mengenai pendiriannya.
o Manusia modern lebih banyak berorientasi ke masa kini
dan masa mendatang (yang merupakan suatu sequence).

16 Ciri-ciri Masyarakat Modern (http://www.duniapelajar.com/2012/09/17/ciri-ciri-


masyarakat-modern/, akses 2 April 2017)
o Manusia modern senantiasa harus menyadari potensi-
potensi yang ada pada dirinya dan yakin bhwa potensi
tersebut akn dapat dikembangkan.
o Manusia modern adalah manusia yang peka perencanaan.
o Manusia modern tidak pasrah pada nasib.
o Manusia modern percaya pada keampuhan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, di dalam meningkatan
kesejahteraan umat manusia.
o Manusia modern menyadari dan menghormati hak-hak dan
kewajiban-kewajiban serta kehormatan pihak lain.

Sedangkan ciri-ciri masyarakat modern, menurut Selo Soemardjan,


(1983) adalah sebagai berikut:
o Hubungan antara manusia terutama didasarkan atas
kepentingan-kepentingan pribadi.
o Hubungan-hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain
dilakukan secara terbuka dalam suasana saling pengaruh
mempengaruhi, kecuali (mungkin) dalam penjaga rahasia
penemuan-penemuan baru.
o Kepercayaan kuat pada manfaat ilmu dan pengetahuan dan
tekhnologi sebagai sarana untuk senantiasa meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
o Masyarakat tergolong-golong berbagai macam profesi serta
keahlian yang masing-masing dapat dipelajari dan
ditingkatkan dalam lembaga-lembaga pendidikan,
keterampilan dan kejuruan.
o Tingkat pendidikan formal adalah tinggi dan merata.
o Hukum yang berlaku pada pokoknya hukum tertulis yang
sangat kompleks.
o Ekonomi hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasaran
yang didasarkan atas penggunaan uang dan alat-alat
pembaharuan lain.

Demikian juga menurut Alex Inkeles, dalam Afan Gaffar (1995)


bahwa ciri-cri masyarakat modern adalah sebagai berikut:
o Bersedia menerima pengalaman-pengalaman baru.
o Mampu menyatakan pendapat dan bahkan membentuk
opini tentang persoalan apa saja yang ada dalam
masyarakat.
o Berorientasi ke masa kini dan masa depan bukan masa
lampau.
o Selalu berorientasi pada perencanaan.
o Memiliki keyakinan untuk bekerja.
o Percaya bahwa segala hal, keadaan harus dapat
diperhitungkan.
o Percaya ada harga diri dan keagungan harkat hidup dan
keagunan manusia.
o Percaya pada ilmu dan tekhnologi.
o Percaya kepada keadilan dalam masyarakat.

Dari itu semualah umumnya orang melihat modernitas sebagian kemajuan,


tetapi konsep ini mengabaikan kompleksitas perubahan-perubahan sosial. Dalam
perubahan-perubahan tersebut, hak-hak dasar manusia juga berubah dan
mumunculkan persoalan pilihan dan kebebasan individual di satu sisi dan
kewajiban-kewajiban dan peran-peran terhadap orang lain tak terpecahkan agar
ilmu perkembangan dan teknologi didukung agar berkembang akan tetapi tidak
semua perubahan itu jelas membawa perubahan.

H. Perbedaan Masyarakat Perdesaan dan Masyarakat


Perkotaan
jauh dari hiruk piruk keramaian, penduduknya ramah-tamah, saling
mengenal satu sama lain, mata pencaharian penduduk kebanyakan sebagai petani
atau nelayan.

I. Berbeda dengan masyarkat kota yang di tandai dengan kehidupan yang ramai,
wilayahnya yang luas, banyak penduduknya, hubungan tidak erat satu sama
Menurut Setiadi, Hakam, dan Effendi (2006:87-88) Kita sering mendengar
jenis-jenis masyarakat, seperti masyarakat desa dan masyarkat kota. Desa dan
kota memiliki perbedaan baik secara fisik maupun secara sosial.
Sebuah desa sering kali di tandai dengan kehidupan yang jauh lebih
tenang, lain, dan mata pencahariannya bermacam-macam.

Untuk perbandingan antara masyarakat desa dan kota bisa dilihat sebagai
berikut: (Weruin, 2014:102-104)

Masyarakat Tradisional / Desa Masyarakat Modern/Kota


o Masyarakat dan elemennya o Masyarakat berskala besar
berskala kecil o Praktiknya berkaitan dengan
o Elemennya berasal dari dalam cara prokduksi Industri
dan sering prakrik-praktik
kultural yang kuno

Ekonomi dan Mata Pencaharian Ekonomi dan Mata Pencaharian


o Batas antara ekonimi, agama, o Batas antara ekonomi, agama,
politik, organisasi dan relasi politik, organisasi dan relasi
sosial, tidak terlalu kaku sosial, lebih jelas dan
o Ekonomi: produksi demi terspesialisasi.
konsumsi atau memenuhi o Ekonomi
kebutuhan hidup
o Pembagian kerja lebih
sederhana (berdasarkan usia
dan jenis kelamin)
o Menekankan kerja sama
o Unit-unit produksi, distribusi
dan konsumsi berdasarkan
keluarga, kerabat, lokal, usia
o Konsumsi demi memuaskan
kebutuhan-kebutuhan dasar
atau ritual
o Transformasi produksi

o o

o o
o o

o o
o o

B. Masyarakat Pedesaan (masyarakat tradisional)


a. Pengertian desa/pedesaan
Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartodikusuma
mengemukakan sebagai berikut: Desa adalah suatu kesatuan
hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat
pemerintahan tersendiri17
Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan
goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat
ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya
secara timbal balik dengan daerah lain.
Sedang menurut Paul H. Landis :Desa adalah pendudunya
kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut :

a) mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan


jiwa.
b) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap
kebiasaan
c) Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang paling umum yang
sangat dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam ,kekayaan alam,
sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan

Dalam kamus sosiologi kata tradisional dari bahasa Inggris, Tradition


artinya Adat istiadat dan kepercayaan yang turun menurun dipelihara,
dan ada beberapa pendapat yang ditinjau dari berbagai segi bahwa,
pengertian desa itu sendiri mengandung kompleksitas yang saling
berkaitan satu sama lain diantara unsur-unsurnya, yang sebenarnya
desa masih dianggap sebagai standar dan pemelihara sistem
kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong
menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong royong, kepribadian

17 Drs. H. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, 2003, Hal.241


dalam berpakaian, adat istiadat , kesenian kehidupan moral susila dan
lain-lain yang mempunyai ciri yang jelas.
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Dari defenisi tersebut, sebetulnya desa merupakan bagian vital bagi
keberadaan bangsa Indonesia. Vital karena desa merupakan satuan
terkecil dari bangsa ini yang menunjukkan keragaman Indonesia.
Selama ini terbukti keragaman tersebut telah menjadi kekuatan
penyokong bagi tegak dan eksisnya bangsa. Dengan demikian
penguatan desa menjadi hal yang tak bisa ditawar dan tak bisa
dipisahkan dari pembangunan bangsa ini secara menyeluruh.
Memang hampir semua kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan
pembangunan desa mengedepankan sederet tujuan mulia, seperti
mengentaskan rakyat miskin, mengubah wajah fisik desa,
meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat, memberikan
layanan social desa, hingga memperdayakan masyarakat dan
membuat pemerintahan desa lebih modern. Sayangnya sederet tujuan
tersebut mandek diatas kertas.
Karena pada kenyataannya desa sekedar dijadikan obyek
pembangunan, yang keuntungannya direguk oleh actor yang
melaksanakan pembangunan di desa tersebut :
Bisa elite kabupaten, provinsi, bahkan pusat. 18 Di desa,
pembangunan fisik menjadi indicator keberhasilan
pembangunan. Karena itu, Program Pengembangan Kecamatan
(PPK) yang ada sejak tahun 2000 dan secara teoritis memberi
kesempatan pada desa untuk menentukan arah pembangunan
dengan menggunakan dana PPK, orientasi penggunaan
dananyapun lebih untuk pembangunan fisik. Bahkan, di
Sumenep (Madura), karena kuatnya peran kepala desa (disana
disebut klebun) dalam mengarahkan dana PPK untuk
pembangunan fisik semata, istilah PPK sering dipelesetkan
menjadi proyek para klebun.

18 Kompas, Minggu 12 November 2006 (Jangan bunuh desa kami) oleh Marwanto
Menyimak realitas diatas, memang benar bahwa yang selama
ini terjadi sesungguhnya adalah Pembangunan di desa dan
bukan pembangunan untuk, dari dan oleh desa. Desa adalah
unsur bagi tegak dan eksisnya sebuah bangsa (nation) bernama
Indonesia.
Kalaupun derap pembangunan merupakan sebuah program
yang diterapkan sampai kedesa-desa, alangkah baiknya jika
menerapkan konsep :Membangun desa, menumbuhkan kota.
Konsep ini, meski sudah sering dilontarkan oleh banyak
kalangan, tetapi belum dituangkan ke dalam buku yang khusus
dan lengkap. Inilah tantangan yang harus segera dijawab.
b. Ciri-ciri Masyarakat desa (karakteristik)

Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli


Sosiologi Talcot Parsons menggambarkan masyarakat desa
sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mebngenal
ciri-ciri sebagai berikut :

a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta ,


kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan
tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita
orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.

b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu


mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri,
tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus
memperlihatkan keseragaman persamaan.

c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada


hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau
daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan
sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.
(lawannya Universalisme)

d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak
diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi
merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau
keturunan.(lawanya prestasi).
e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam
hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit.
Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk
menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson)
dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa
pengaruh dari luar.19

C. Masyarakat Perkotaan
a. Pengertian Kota

Seperti halnya desa, kota juga mempunyai pengertian yang


bermacammacam seperti pendapat beberapa ahli berikut ini.

i. Wirth

Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan


permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen
kedudukan sosialnya.

ii. Max Weber

Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat


memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar
lokal.

iii. Dwigth Sanderson

Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau


lebih.

Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan


mempunyani ciriciri mendasar yang sama. Pengertian kota
dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas
tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.
Menurut konsep Sosiologik sebagian Jakarta dapat disebut
Kota,20 karena memang gaya hidupnya yang cenderung bersifat
individualistik. Marilah sekarang kita meminjam lagi teori Talcott
Parsons mengenai tipe masyarakat kota yang diantaranya
mempunyai ciri-ciri :
a). Netral Afektif
19 Sosiologi 3 SMU 1994, hal. 70

20 H..E Kosim, STBA Yapari Bandung, 1996, Hal. 97


Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih
mementingkat Rasionalitas dan sifat rasional ini erat
hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau Association.
Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat
emosional atau yang menyangkut perasaan pada umumnya
dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe
masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya. b). Orientasi
Diri
Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat
mempertahankan dirinya sendiri, pada umumnya dikota
tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan
kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang
dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada
orang lain, mereka cenderung untuk individualistik.
c). Universalisme

Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh


karena itu pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat
penting untuk Universalisme.
d). Prestasi

Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan


orang itu diterima berdasarkan kepandaian atau keahlian
yang dimilikinya.
e). Heterogenitas

Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat Heterogen,


artinya terdiri dari lebih banyak komponen dalam susunan
penduduknya.
b. Ciri-ciri masyarakat Perkotaan

Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan,


yaitu :

i. Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu


dipikirkan karena memang kehidupan yang cenderung kearah
keduniaan saja.

ii. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa
harus berdantung pada orang lain (Individualisme).
iii. Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan
mempunyai batas-batas yang nyata. iv. Kemungkinan-kemungkinan
untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.

v. Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya


faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti
sangat penting, intuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang
individu.

vi. Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota


biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.

Perbedaan antara desa dan kota

Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat


pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban
community). Menurut Soekanto (1994), per-bedaan tersebut
sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian
masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa
pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruhpengaruh dari kota.
Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada
hakekatnya bersifat gradual.

Kita dapat membedakan antara masya-rakat desa dan masyarakat


kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-
masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial,
struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan
kadang-kadang dikatakan "berlawanan" pula. Perbedaan ciri antara
kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut
Poplin (1972) sebagai berikut:

Masyarakat Pedesaan Masyarakat Kota


Perilaku homogen Perilaku heterogen

Perilaku yang dilandasi oleh Perilaku yang dilandasi oleh konsep


konsep kekeluargaan dan pengandalan diri dan kelembagaan
kebersamaan

Perilaku yang berorientasi pada Perilaku yang berorientasi pada


tradisi dan status rasionalitas dan fungsi

Mobilitas sosial, sehingga dinamik


Isolasi sosial, sehingga statik

Kebauran dan diversifikasi kultural


Kesatuan dan keutuhan kultural

Birokrasi fungsional dan nilai-nilai


Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
sekular
Kolektivisme Individualisme

Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang


lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka
dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan
biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto,
1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan ciri-ciri relasi
sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama, hubungan
kekerabatan. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih
memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada
umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang
kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi
inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di
samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja 21.
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya
memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat
kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan
kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu
seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
21 Rr. Tjahjani Busono, MS Barliana, dan Johar Maknun, Perubahan Sosial di
Desa Asal Migran Tenaga Kerja Wanita, Hal. 2-3
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk
untuk membedakan antara desa dan kota. Dengan melihat
perbedaan perbedaan yang ada mudah mudahan akan dapat
mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu
masyarakat dapat disebut sebagi masyarakat pedeasaan atau
masyarakat perkotaan.
Ciri ciri tersebut antara lain :

1) jumlah dan kepadatan penduduk

2) lingkungan hidup

3) mata pencaharian

4) corak kehidupan sosial

5) stratifiksi sosial

6) mobilitas sosial

7) pola interaksi sosial

8) solidaritas sosial

9) kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional

Hubungan Desa-kota, hubungan pedesaan-perkotaan.

Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas


yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam
keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang
erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling
membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi
kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras
sayur mayur , daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber
tenaga kasar bagi bagi jenis jenis pekerjaan tertentu dikota.
Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek proyek perumahan.
Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan
dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja
musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di
sawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut,
sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota
terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
Interface, dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang
tumpangtindih dengan kawasan perdesaan, nampaknya
persoalan tersebut sederhana, bukankah telah ada alat
transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar,
dan rumah makan dan lain sebagainya, yang mempertemukan
kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu
yang kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa-kota,
makin besar suatu kota makin berpengaruh dan makin
menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi
desa melalui beberapa caar, seperti: (i) Ekspansi kota ke desa,
atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan
merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di
semua kawasan perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang
beraneka ragam; (ii) Invasi kota , pembangunan kota baru
seperti misalnya Batam dan banyak kota baru sekitar Jakarta
merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap
atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan; (iii)
Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai
kekotaan ke desa. Proses ini yang sesungguhnya banyak terjadi;
(iv) ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan
produk yang bersifat kedesaan ke kota. Dari keempat hubungan
desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan orang
kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena
itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan
pada umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang
akan mengkota.
Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah :

a). Urbanisasi dan Urbanisme

Dengan adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota yang


saling ketergantungan dan saling membutuhkan tersebut maka
timbulah masalah baru yakni ; Urbanisasi yaitu suatu proses
berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula
dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya
masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123 ).22
b) Sebab-sebab Urbanisasi

22 H.E Kosim, STBA Yapari Bandung, 1996, Hal. 99


1.) Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan
daerah kediamannya (Push factors)

2.) Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk
pindah dan menetap dikota (pull factors)

Hal hal yang termasuk push factor antara lain :

a. Bertambahnya penduduk sehingga tidak seimbang dengan persediaan


lahan pertanian,

b. Terdesaknya kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern.


c. Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat
istiadat yang ketat sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang
monoton.

d. Didesa tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu


pengetahuan.

e. Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir,


serangan hama, kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk
desa untuk mencari penghidupan lain dikota.

Hal hal yang termasuk pull factor antara lain :

a. Penduduk desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak


pekerjaan dan lebih mudah untuk mendapatkan penghasilan

b. Dikota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha


kerajinan rumah menjadi industri kerajinan.

c. Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih


mudah didapat.

d. Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan


merupakan tempat pergaulan dengan segala macam kultur
manusianya.

e. Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial


yang ketat atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah
( Soekanti, 1969 : 124-125 ).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedasarkan pembahasan mengenai Manusia dan Masyarakat dapat kita
simpulkan bahwa peran manusia individu dan masyarakat itu penting dalam hal
nya membantu sesama.

Tujuan utama pembahasan Manusia dan Masyarakat yaitu kita dapat


memahami peran masyarakat dari segi aspek mana pun, dan tau bagaimana cara
mengatasi permasalahan permasalahan yg di hadapai masyarakat saat ini. Dan
kita tau bagaimana cara hidup manusia individu dan masyarakat serta mengetahui
dapak-dampak negatif dan positif dari masyarakat perdesaan dan perkotaan serta
dampak dari IPTEK itu sendiri.

Selain itu kita dapat mengembangkan permasalahan-permasalahan yang


sudah ada, agar kita tidak membuat masalah di sekitar masyarakat yang sudah ada
ini, tetapi mengembangkan solusi masalah yang sudah ada di kalangan
masayarakat ini. Agar manusia dan masyarakat dapat menjalani hidup yang
tentram dan tanpa masalah.

B. Saran
Kita sebagai warga negara dan termasuk juga sebagai masyarakat, penting
hal nya untuk mempelajari dan berbaur dengan masyarakat. Banyak orang-orang
yang tidak peduli dengan sekelilingnya termasuk berbaur dengan masyarakat,
mereka lebih cenderung mengikuti trend yang ada sekarang hingga mengabaikan
sekelilingnya. Contoh hal nya banyak sekali karang taruna yang sudah jarang di
setiap masyarakat di tahun ini, tidak seperti tahun-tahun sebelum nya, karna
mereka mementingkan perkembangan IPTEK di bandingkan membangangun
budaya yang ada di masyarakat dari dulu. Seharus nya itu yang harus di
perhatikan tentang manusia dan masyarakat saat ini. Sehingga kita dapat menjadi
berguna bagi masyarakat dan membantu mengatasi permasalahan-permasalahan di
manusia dan masyarakat.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai