Anda di halaman 1dari 4

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA

A. Pengertian
Manusia adalah salah satu makhluk Tuhan didunia. Makhluk Tuhan di
alam fana ini ada empat macam, yaitu alam, tumbuhan, binatang, dan manusia.
Sifat-sifat yang dimiliki makhluk tersebut sebagai berikut.

1. Alam memiliki sifat wujud.


2. Tumbuhan memiliki sifat wujud dan hidup.
3. Binatang memiliki sifat wujud, hidup dan dibekali hawa nafsu.
4. Manusia memiliki sifat wujud, hidup, dibekali nafsu serta akal budi.

Dengan akal budi, manusia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan


hidup, tetapi juga mampu mempertahankan serta meningkatkan derajatnya
sebagai makhluk yang tinggi bila disbanding dengan makhluk yang lainnya.
Manusia tidak hanya sekedar homo, tetapi human (manusia yang manusiawi).
Dengan demikian, manusia memiliki dan mampu mengembangkan sisi
kemanusiaanya.

Kelebihan manusia disbanding makhluk lain terletak pada akal budi.


Manusia mampu menciptakan kebudayaan, mengkreasikan, memperlakukam,
memperbarui, memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang
ada untuk kepentingan hidup manusia, baik dengan alam maupun manusia
lainnya. Untuk itu manusia dapat dikatakan sebagai pencipta kebudayaan dan
makhluk berbudaya. (Herimanto, 2013: 18-20)

Kebudayaan mempunyai kegunaan sangat besar bagi manusia, sehingga


kebudayaan memiliki peran sebagai:

1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya.


2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan lain.
3. Sebagai pembimbing kehidupan manusia.
4. Pembeda manusia dan binatang.
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan
berperilaku didalam pergaulan.
6. Pengantar agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya
bertindak, berbuat, menentukan sikapnya jika berhubungan dengan
orang lain.(Elly, 2007: 38)

B. Martabat Manusia

Dewasa ini dalam bahasa tulisan maupun dalam bahasa lisan sering
dipakai istilah-istilah yang menyangku tnilai dan hakikat manusia misalnya
"manusia Indonesia seutuhnya" . Dalam istilah itu terkandung pengertian
bagaimana martabat manusia itu dan nilai-nilai apa saja yang seharusnya
dimiliki manusia. Dengan demikian nilai-nilai kemanusiaan universal berakar
dalam martabat manusia.

Martabat berarti derajat atau pangkat manusia sebagai manusia. Dengan


kata lain martabat manusia mengungkapkan apa yang merupakan keluhuran
manusia yang membedakannya dari mahluk-mahluk lain dibumi (Suseno, 1986).
Pengakuan atas martabat manusia merupakan keyakinan dan keterlibatan dasar,
sama halnya dengan pengakuan bahwa manusia mempunyai hati nurani dan
wajib mempertanggunjawabkan pemuatannya. Pembicaraan tentang martabat
manusia tidak dapat dipakai pembuktian secara matematis-kuantitatif, karena ini
menyangkut nilai-nilai(values). Masalah nilai bersangkutan dengan pemahaman
dan penghayatan.

Keluhuran manusia berakar dari kenyataan bahwa ia berakal budi.


Melalui akal budi ia mengatasi keterikatan binatang pada lingkungan dan
kebutuhannya sendiri. Akal budi berarti bahwa hati dan wawasan manusia
merentangkan diri mengatasi segala keterbatasan kearah cakrawala yang tidak
terbatas.(Suseno, 1986). Dengan kemampuan jangkauan yang demikian itu,
manusia tidak terikat pada titik lingkungan serta potensi instingnya. Akibat lebih
lanjut ia dapat berhadapan dengan manusia lain, ia dapat menghadapi alam
semesta secara sadar. Ia terbuka terhadap seluruh kenyataan. Ia dapat
menentukan sikap dan memilih perbuatannya. Keterbukaan itu berarti bahwa,
meskipun ia hidup di alam terbatas, namun pengertiannya tidak pernah sampai
pada suatu batas yang dapat dilampaui lagi. Keterbukaan tersebut berarti juga
bahwa rangsang dan insting apapun tidak dapat mengikat dan menentukan
kelakuannya. Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah mahluk yang bebas.

C. Perbedaan Manusia dengan Makhluk yang Lain


Manusia adalah salah satu makhluk yang hidup di muka bumi, juga
merupakan makhluk yang memiliki karakter paling unik. Secara fisik manusia
tidak begitu berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan
dengan binatang.
Letak perbedaan manusia yang utama, antara manusia dengan makhluk
lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan
hanya manusia saja yang memilikinya, sedangkan binatang hanya meiliki
kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instingtif.
Berkaitan dengan kelebihan manusia dalam dimensi pengetahuan ini,
dalam Muqaddimah, Ibnu Khaldun menyatakan bahwa: Manusia berbeda
dengan makhluk lainnya karena kemampuannya berfikir yang memberikan
petunjuk kepadanya, mendapatkan mata pencaharian, bekerja sama antar
sesamanya, berkumpul dalam rangka untuk bekerja menerima dan menjalankan
ajaran yang dibawa para Nabi dari Allah Swt.,serta mengikuti jalan kebaikan
yang membawanya menuju alam akhirat. Manusia selalu berfikir dalam semua
ini, dan tidak pernah terlepas dari berfikir sama sekali.
Dibanding dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan.
Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Di antara
kelebihan manusia lainnya adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang
bagaimanapun, baik di darat, laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya
mampu bergerak di ruang yang terbatas. Adapun ada binatang yang bergerak di
darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa
melampaui manusia. Sebagaimana kelebihan manusia atau makhluk lain
dijelaskan dalam surah QS. Al-Isra ayat 70 yang Artinya:
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan
Kami lebihkan mereka kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan”.
Namun demikian, kemuliaan manusia sangat erat kaitannya dengan
komitmen mereka menjaga kelebihan-kelebihan tersebut dengan cara
menggunakannya secara optimal dan seimbang dengan sistem yang telah
dirancang Tuhan pencipta yakni Allah SWT.(Alim, 2019).
Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia, selama mereka
memanfaatkan secara optimal. Adapun tiga keistimewaan yang mereka miliki,
yakni: spiritual, emosional, dan intelektual dalam diri mereka pribadi, sesuai visi
dan misi penciptaan mereka. Namun, apabila terjadi penyimpangan visi dan misi
idup, mereka akan menjadi makhluk yang paling hina, bahkan lebih hina dari
binatang dan iblis, yakni ketika mereka kehilangan kontrol atas ketiga
keistimewaan yang mereka miliki. Penyimpangan visi dan misi hidup akan
menyebabkan derajat manusia jatuh di mata Tuhan Pencipta dan di dunia, pola
hidup mereka lebih buruk daripada binatang dan iblis.

D. Hak Asasi Manusia


Hak-hak Asasi Manusia adalah sejumlah hak yang berakar dalam kodrat
setiap pribadi manusia yang justru karena kemanusiaannya yang tidak dapat
dicabut oleh siapapun juga, karena kalau dicabut hilang pula kemanusiaannya.

Ditinjau dari segi hakikatnya, hak-hak asasi manusia adalah hak-hak


yang melekat secara kodrati pada manusia karena martabatnya, dan bukannya
karena pemberian oleh masyarakat atau negara. Dalam hak-hak tersebut
terkandung unsur-unsur kehidupan Seorang manusia yang tidak boleh dilanggar.

Ditinjau dari sejarah pemunculannya, hak-hak asasi yang dirumuskan


kira-kira tiga ratus tahun yang lalu berhadapan dengan kekuasaan Negara yang
semakin absolut dan kemudian berhadapan dengan kekuatan ekonomi dan sosial
modern yang semakin mengancam keutuhan kehidupan masing-masing anggota
masyarakat.

Ditinjau dari segi fungsinya, hak-hak asasi manusia merupakan sarana


perlindungan manusia terhadap kekuatan politik, sosial, ekonomi, kebudayaan
yang mungkin dapat melindasnya kalau tidak dicegah. Dalam hubungannya
dengan pembangunan, maka hormat atas hak-hak asasi manusia merupakan
prasyarat agar pembangunan tetap berperikemanusiaan dan berkeadaban.
Dalam hubungannya dengan bidang hukum, hormat terhadap hak-hak
asasi manusia merupakan usaha hokum untuk menjamin bahwa bagaimanapun
dan apapun kebijaksanaan yang diambil, harust idak pernah mengorbankan
manusia secara konkrit. Dengan demikian pengakuan terhadap hak-hak asasi
manusia merupakan jaminan bahwa tidak diterima segala usaha yang bersifat
totaliter. Dapat dikatakan bahwa pembangunan mempertahankan martabat
kemanusiaan.

REFERENSI

Alim, Akhmad. 2014. Sains dan Teknologi Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Elly M. Setiadi. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:Kencana.

Herimanto, Winarno. 2013. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Suseno,Franz Magnis. 1986. Kuasa dan Moral. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai