Anda di halaman 1dari 4

URANG NAN AMPEK JINIH

A. Pengertian

Makna gelar Tuanku mengalami pergeseran terutama di dua lingkung habitus,


Darekdan Rantau. Secara etimologi kata “tuanku” pun dimaknai beragam, setidaknya
tedapat empat pendapat utama. Pertama, kata “tuangku” atau “tuanku” berasal dari
bahasa Minang, yaitu “tuan” yang memiliki arti “kakak,” dan “ku” yang memiliki makna
“aku”. Tuanku memiliki arti “kakaku”. Pendapat kedua, mengatakan bahwa kata tuanku
berasal dari kata bahasa Aceh yaitu “tengku”, yang merupakan gelar bangsawan Aceh
bagi orang ̳alim di bidang syara‟ (agama Islam). Sedangkan pendapat ketiga, meyakini
kata “tuanku” berasal dari kata “daulat tuanku”, yang diambil dari gelar Raja-Raja
kesultanan Melayu Malaka. Pendapat keempat, menurut Anas Nafis, bahwa gelar tuanku
berasal dari gelar sultan atau raja di pesisir timur Sumatera dan Riau.

Dapat dikatakan bahwa Tuanku berakar pada bahasa Minang yang bermakna
seseorang yang diakui otoritasnya sebagai bagian ninik mamak. Pada beberapa nagari di
darek, selain gelar dari surau, Tuanku adalah gelar adat yang mendampingi Datuk atau
Penghulu dalam menjalankan tugas-tugas keadatan. Tuanku bagian dari unsur Urang Nan
Ampek Jinih, yaitu pangulu (Penghulu), Manti, Dubalang, Tuanku danMalin. Di samping
itu ada pengelompokan Urang JinihNan Ampek yang terdiri dari Imam, Katik (Khatib),
Bila (Bilal) dan Qadhi. Pada sejumlah nagari di Luhak Agam, Tanah Datar, dan
Limopuluah Koto, kedua unsur ini mempunyai otoritas yang kuat terhadap sejumlah
prosesi atau forum-farum keadatan.

Urang ampek jinih ialah fungsional adat yang turun temurun sebagai kelengkapan
adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, yaitu penghulu, manti, hulubalang, dan
malin dalam suku pada nagari yang menganut sistem Koto-Piliang.

Urang nan ampek jinih adalah sebutan untuk empat tokoh laki-laki yang dianggap
sebagai pemimpin kelompok kaum atau suku dalam masyarakatnya, yang terdiri dari: (1)
penghulu (pemimpin kaum atau suku), (2) manti (ahli adat), (3) malin (ahli agama), dan
(4) dubalang(penjaga keamanan).

B. Kewajiban

Siapa saja yang disebut Urang Ampek Jinih ? Mereka adalah empat pemangku
adat yaitu Pangulu, Manti, Dubalang dan Malin. Sedangkan Urang Jinih Nan Ampek
adalah orang yang memangku jabatan syara’ meliputi Imam, Khatib. Bilal dan khadi.
Menurut LKAAM Sumbar, terkait tupoksi bagi Urang Ampek Jinih adalah
sebagai berikut
1. Pangulu 
a. Bertanggungjawab ke luar dan ke dalam suku dan atau kampuang dalam
memimpin anak kemenakan 
b. Karana kato pangulu kato pusako tagak di pintu bana, maka pangulu bertugas
menghukum adia bakato bana
c. Berfungsi mengkondisikan dan mengkonsultasikan segala hal yang akan
diambil keputusan kepada seluruh perangkat suku dan atau kampuang.
d. Berwenang menunjuk perangkatnya dalam melaksanakan tugas pokokdan
fungsinya
e. Manuruik labuah nan luruih, maikuik kato nan bana, mamaliharo anak
kamanakan, dan manjago harato pusako 
2. Manti
a. Bertanggungjawab membantu penghulu di bidang kesekretariatan dan
administrasi adat secara internal kampuang dan atau suku sesuai titah
penghulu 
b. Karanao kato manti kato mufakat atau kato pangubuang tagak di pintu susah,
maka manti bertugas mengkomunikasikan dan menginformasikan segala
keputusan atau kesepakatan yang telah diambil kepada anak kemenakan secara
bertanggo turun 
c. Berfungsi mencatat seluruh anak kemenakan baik yang di kampuang maupun
yang di rantau pada buku induk suku (BIS). Dipercaya memeungut PBB
terhadap anak dan kemenakan 
d. Membuat ranji paruik dalam kampuang secara benar dan jujur, disetujui
mamak kepala waris dan mamak kepala kaum dan diketahui oleh KAN 
3. Dubalang 
a. Bertanggung jawab kepada penghulu di bidang keamanan dan ketertiban yang
ditetapkan oleh penghulu 
b. Karena kato dubalang kato mandareh tagak di pintu mati, maka dubalang
berfungsi menciptakan ketertiban, kedamaian dan keamanan dalam kampuang 
c. Walaupun dubalang memakai prinsip nan kareh ditakiak nan lunak disudu,
tetapi selalu memakai prinsip santun dalam berbahasa dan sopan dalam
bertindak 
d. Membuat pertimbangan laternatif untuk mengangkat dan atau memperhentikan
perangkat kampuang melalui urang tuo untuk diputuskan oleh penghulu
kampuang 
4. Malin 
a. Bertanggungjawab kepada penghulu di bidang keagamaan dan kesejahteraan
anak kemenakan sesuai dengan firman Allah dan sunnah rasul 
b. Karena ia bertanggung jawab dunia akhirat, maka ia bertugas merencanakan
kegiatan untuk anak kemenakan agar pandai shalat jo mangaji, pandai sekolah
jo babudi 
c. Berfungsi mengkoordinir dan mencatat anak kemenakan yang membayar zakat,
infak dan sedekah sesuai dengan ketentuan yang berlaku 
d. Berfungsi menegakkan dan mengamalkan ajaran adat basandi syara’
syara’basandikitabullah syara’ mangatoadatmamakai alam takambang jadi guru
untuk diamalkan oleh anak kemenakan
C. Penghulu
Penghulu adalah pemimpin bagi anak kemenakannya dan merupakanorang yang
didahulukan selangkah dan ditinggikan seranting. Pemimpin dalam adat Minangkabau
disebut “Pangulu” atau Penghulu. Pangulu bergelar “Datuak”, gelar tersebut diterimanya
secara turun temurun. Seorang pangulu menjadi pemimpin untuk kaum atau sukunya.
Sedangkan di Nagari, di tingkatyang lebih besar ia bersama-sama dengan pangulu lain
menjadi pemimpin. Jadi seorang pangulu selain menjadi pemimpin bagi anak
kemenakannya, ia juga menjadi pemimpin masyarakat dalam suatu nagari. Penghulu
sebagai “urang gadang” (orang besar) mempunyai beberapa orang pembantu. Pembantu
utamanya itu adalah “manti, malin, dubalang”, selain ketiga pembantu itu ada seorang
pembantu dekatnya yang disebut “Panungkek” (penongkat). Manti yaitu pembantu
pangulu di bidang tata laksana pemerintahan.Hal-hal yang berhubungan dengan
pemerintahan menurut adat diurus oleh Manti. Malin adalah pembantu penghulu di
bidang agama. Semua urusan agama menjadi tanggung jawabnya. Ia bertindak menurut
ajaran Islam,menurut Al-Qur'an dan hadits. Tugasnya membimbing masyarakat ke jalan
yang ditentukan oleh Islam. Ia membimbing anak mengaji, mengajari anak-anak
melaksanakan sholat dan memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang Islam.
Dubalang (hulubalang) adalah pembantu penghulu di bidangkeamanan. Ia bertugas dan
menjaga keamanan dan ketentraman masyarakat. Dengan keberadaan dubalang, merasa
aman dan tentram.
Pangulu (penghulu) bertugas memimpin anak kemenakan. Ruang lingkup
kepemimpinannya menurut adat sangat luas. Ia juga berkewajiban memelihara dan
melindungi yang dipimpimnya sehingga anak kemenakannya merasa tentram lahir dan
bathin, moral dan materil, mental dan spiritual. Oleh karena itu penghulu mempunyai
martabat yakni kehormatan jabatannya. Dalam ungkapan adat disebut pangulu “tumbuh
dek ditanam, tinggidek dianjung, gadang dek diamba” (tumbuh karena ditanam, tinggi
karena dianjung, besar karena dilambuk). Penghulu tersebut bukan ada dengan
sendirinya, tetapi karena ditanam, ditinggikan dan dibesarkan oleh kemenakannya.
Pangulu lahir karena dilahirkan oleh kaumnya. Tinggi karena didukung oleh kaumnya
dan besar karena dibesarkan oleh kaumnya. Oleh karena ia ditumbuhkan, ditinggikan dan
dibesarkan, pangulu harus memelihara kebesarannya yakni dengan martabatnya yang
baik. Untuk mempertahankan dan memelihara martabatnya, pangulu memiliki empat sifat
utama. sifat-sifat itu mempedomani sifat Rasul Allah, Muhammad, yakni 1) siddiq atau
benar, 2) amanah atau dipercaya, 3) fatanahatau cerdas, dan 4) tabligh atau
menyampaikan. Keempat sifat rasul itu merupakan sifat dasar seorang Pangulu yang
tidak boleh dilupakannya. Sebagai pemimpin, penghulu mempunyai pakaian kebesaran
yangdisebut pakaian adat. Pakaian itu mengandung makna simbolik, adanya maknayang
tersembunyi di dalamnya. Maknanya menunjukkan budi, kepribadiandan perangai
seorang penghulu. Jadi, pakaian bukan hanya sebagai pertandakebesaran belaka, tetapi
merupakan lambang kepribadian dan tingkah lakunya. Penghulu tumbuah karena
ditanam, tinggi karena dianjung, besar karena dipupuk. Yang menanam penghulu adalah
kaumnya, yang meninggikan penghulu adalah anak kemenakannya dan yang
memupuk  penghulu adalah masyarakatnya.
Jadi penghulu itu ada karena diadakan, tidak ada dengan sendirinya.
Pengangkatan penghulu disebut juga membangun gelar pusaka (membangun sako).
Jabatan penghulu di Minangkabau turun temurun, dalam adat diungkapkan ”biriak- biriak
tabang ka samak, dari samak ka halaman, dari niniak turun ka mamak, dari mamak turun
ka kamanakan” yang berhak mendapat atau memakai gelar penghulu adalah kemenakan
dekat, kemenakan di bawah dagu yakni kemenakan yang setali darah menurut
matrilineal. Penghulu adalah pemimpin kaumnya, pembimbing anak kemenakan dan
menjadi niniak mamak di Nagari. Oleh karena itu seorang yang akan menjadi penghulu
adalah orang yang memenuhi syarat kepemimpinan menurut adat Minangkabau.

REFERENSI

Kato, Tsuyoshi. Matriliny and Migration, Evolving Minangkabau Traditions in Indonesia. Itacha
and London: Cornell University Press, 1982.

https://bundokandung.wordpress.com/2014/03/12/tugas-pokok-dan-fungsi-urang-ampek-
jinih/

https://www.museumadityawarman.org/artikel/detail/peran-penghulu-di-minangkabau

Anda mungkin juga menyukai