Anda di halaman 1dari 8

UPACARA TRADISIONAL BATAGAK PANGULU

Upacara Adat Batagak Gala Hulu ini yang sepertinya lebih tepat bukan
sebagai “upacara”, tetapi sebagai “pesta adat” atau “pesta rakyat”. Penghulu di
Minang memiliki kedudukan yang terhormat. Oleh kedudukannya itu memiliki
fungsi. Fungsi tersebut adalah memimpin anak dan kemenakan serta masyarakat
di nagari. Dalam memimpin anak kemenakan, ia mengikuti alur adat yang
berlaku. Ia berpedoman kepada ketentuan yang telah ditetapkan oleh nenek
moyang orang Minang. Dalam melaksanakan fungsinya di nagari, ia bersama-
sama dengan penghulu lain. pelaksanaan tugas atau fungsinya itu pun ia
berpedoman kepada kelaziman dan garis adat di nagari tersebut. Sebagai
seorang pemimpin penghulu lebih tinggi kedudukannya dari anak-kemenakan
atau masyarakatnya. Dalam adat Minang dikenal dengan ungkapan “ditinggikan
sarantiang, di dahulukan salangkah”. Sehingga, dalam kedudukannya sebagai
pemimpin, ia tetap dekat dengan yang di pimpinnya. Pangulu dalam
kedudukannya tersebut, ia memiliki fungsi yang besar, baik dalam kaum maupun
nagari.

1. Kedudukan Pangulu

Pangulu adalah andiko dari kaumnya atau raja dari kemenakannya.


Seperti yang di ungkapkan dalam adat “kamanakan barajo ka mamak, mamak
barajo ka pangulu”. Sebagai raja ia menjadi kepala pemerintahan, dan menjadi
hakim pendamai kaum serta menjadi jaksa dan pembela perkara yang di hadapi
kaumnya. Di dalam masyarakat, pangulu juga sama dengan laki-laki lain di
Minang. Ia menjadi anggota masyarakat, menjadi bapak buat anak-anaknya,
menjadi sumando di rumah istrinya. Begitupun dalam nagarinya, ia menjadi
niniak mamak dan menjadi anggota di nagarinya.
Dalam kedudukannya sebagai pemimpin kaum, pangulu disebut juga
dengan “Datuak”. Gelar itu diterima sebagai warisan dari mamaknya dahulu.
gelar tersebut akan di turunkan jika pangulu telah tua atau telah meninggal
dunia. Lalu kemenakan pangulu tersebut menerima gelar itu sebagai
penerusnya. Jadi pangulu juga berkedudukan sebagai penerus gelar pusaka dari
suatu generasi ke generasi selanjutnya.
Selain gelar, pangulu juga akan menerima warisan berupa harta benda atau
disebut “harta pusako”. Harta tersebut wajib di pelihara. Harta tersebut juga
tidak boleh dijual atau digadaikan. Harta tersebut hendaknya tetap utuh, dan jika
memungkinkan hendaknya pangulu tersebut bisa menambahnya. Maka dengan
begitu melalui harta tersebut pangulu bisa mensejahterakan kemenakan
sekaumnya.
Jadi kedudukan pangulu sebagai pemimpin kaum, adalah menjadi
pemimpin. Dalam kepemimpinannya itu, pangulu menyandang gelar yang
disebut dengan “datuak”. Untuk menjaga gelar dan kepemimpinannya tersebut,
pangulu menerima warisan harta pusaka. Mengenai harta pusaka tersebut,
dalam adat di jelaskan sebagai berikut :
Sawah ladang banda buatan sawah batumpak di nan data ladang babidang di nan
lereng banda baliku turuik bukik cancang latiah niniak mamak muyang tambilang
basi rang tuo-tuo usah di jua di gadaikan kalau sumbiang mintak di titiak batah
batimpo hilang bacari tarapuang bakaik tabanam basalami kurang di tukuak,
ketek di pagadang senteng di bilai, singkek di uleh

2. Fungsi Pangulu

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pangulu memiliki kedudukan yang


terhormat, oleh karena itu ia memiliki fungsi. Fungsi tersebut ialah menjaga dan
memimpin anak – kemenakannya beserta masyarakat di nagari.
Dalam memimpin anak – kemenakannya, pangulu dapat mengikuti alur
adat yang berlaku. Pangulu tersebut berpedoman pada ketentuan adat yang
telah ditetapkan oleh nenek moyang suku Minang. Dalam melaksanakan
fungsinya di nagari, ia bekerja sama dengan pangulu lainnya. Pelaksanaan tugas
atau fungsinya berpedoman kepada garis adat di nagari tersebut.
Sebenarnya, fungsi dari pangulu itu telah tergambarkan dalam
kewajibannya. Kewajiban itu di dalam adat di sebut utang. Utang adalah sesuatu
yang harus di bayar. Maka selama masa jabatannya, ia harus membayar utang
tersebut. Utang pangulu yang di maksud dalam adat Minang yaitu, “manuruik
alua nan luruih, manampuah jalan nan pasa, mamalihari anak kamanakan dan
mamalihari harato pusako”.
Dalam suku Minang, “alua nan luruih” adalah “alua adat” yaitu peraturan
yang dibuat dengan kata mufakat oleh pangulu  dalam suatu nagari. peraturan
itu merupakan peraturan pelaksanaan dari aturan pokok. Gunanya adalah untuk
mencapai tujuan, “alua nan luruih” mengandung makna kebenaran yang dapat di
ukur. Semua itu di jelaskan dalam ungkapan adat sebagai berikut :
luruih manahan tiliak balabeh manahan cubo bungka manahan asah ameh
manahan uji ilmu manahan surah hukum adia manahan bandiang bajalan tatap
di nan pasa bakato tatap di nan bana
Alua tersebut terbagi dua yaitu alua adat dan alau pusako. Tadi telah di
jelaskan tentang alua adat. sekarang apa yang dimaksud dengan alua pusako,
yaitu aturan yang turun temurun dari datuak parpatih nan sabatang dan datuak
katumanggungan. Alua pusako tidak dapat berubah, sesua dengan ungkapan
adat “indak lakang karano paneh, indak lapuak karano hujan”. Contohnya
adalah “salah batimbang, mati bakubua”.
salah cotok malantiangkan salah makan maluakan salah ambiak mangambalikan
salah ka tuhan minta tobat salah ka manusia minta maaf sasek suruik, talangkah
kambali
Jadi selain menurut alua adat “alua nan luruih” tersebut juga di dasarkan “alua
pusako”. Menurut adat di jelaskan “kato dahulu batapati, kato kudian kato
bacari”.

3. Sifat Wajib Pangulu

Untuk mempertahankan dan memelihara martabatnya, penghulu


memiliki empat sifat utama. Sifat-sifat tersebut mempedomani sifat-sifat Rasul
Allah, Muhammad. Keempat sifat itu merupakan sifat dasar penghulu yang tidak
boleh dilupakannya, yaitu:
1. Siddiq (Benar)
Seorang penghulu harus bersifat siddiq (benar). Ia selalu benar dalam
berfikir, berucap dan bertindak. Kebenaran yang ia miliki adalah kebenaran
menurut syarak dan adat. Seperti ungkapan di dalam adat berikut :
bajalan luruih, bakato bana, jalan luruih alua tarantang, luruih manahan tiliak,
balabeh manahan cubo
Kebenaran itu ia pertahankan dalam berbagai kondisi. Pada saat
bermasalah ia juga berdiri pada yang benar, tidak terpengaruh oleh keadaan.
Seperti yang dinyatakan dalam adat “bapantang kuniang dek kunik, bapantang
lamak dek santan”. Kebenarannya tidak terpengaruh oleh apa dan siapa pun.
2.  Amanah (Dipercaya)
Seorang penghulu bersifat amanah (dipercaya). Ia dapat dipercaya lahir
dan batin. Kata-katanya sesuai dengan perbuatan. Kepercayaan anak dan
kemenakan kepadanya tidak pernah ia sia-siakan. Ia tidak pernah berkhianat jika
berjanji, janjinya selalu ditepati. Sifat penghulu ini menjadi teladan bagi anak dan
kemenakan serta masyarakatnya. Sifat yang dihindarinya adalah “mangguntiang
dalam lipatan, manuhuak kawan sairiang”.
3. Fatanah (Cerdas)
` Seorang penghulu memiliki sifat fatanah (cerdas). Orang yang menjadi
penghulu adalah orang yang cerdas, bukan orang bodoh. Kecerdasan itu ditandai
dengan memiliki pengetahuan yang luas. Pengetahuan yang ia miliki, selain
pengetahuan tentang adat Minang, juga pengetahuan umum, pengetahuan
kemasyarakatan, dan pengetahuan agama Islam. Pengetahuan yang dimiliki
sebagai tanda kecerdasan itu digunakan untuk kepentingan dirinya dan
kepentingan masyarakatnya. Pengetahuan itu ia manfaatkan secara optimal
dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan modal kecerdasan tersebut, ia memimpin anak dan
kemenakannya. Kecerdasan itu ia gunakan untuk memimpin, untuk
membimbing anak dan kemenakan menuju kesejahteraan lahir dan batin.
Penghulu bukanlah “cadiak mambuang kawan, gapuak mambuang lamak”, tetapi
kecerdasannya digunakan untuk melindungi dan mengayomi anak dan
kemenakan serta masyarakat.
4. Tabligh (Menyampaikan)
Penghulu bersifat tabligh (menyampaikan). Sifat tabligh berhubungan
dengan kemampuan mengkomunikasikan, kemampuan menggunakan bahasa
untuk menyampaikan sesuatu kepada anak dan kemenakannya. Segala
peraturan dan ketentuan ia sampaikan secara arif dan bijaksana. Ia sampaikan
dengan sabar dan bahasa yang baik. Ia menyampaikan dengan cara yang
mendidik. Inti yang disampaikannya adalah menyuruh berbuat baik dan
melarang berbuat salah.

4. Syarat Utama Menjadi Seorang Pangulu

Jabatan penghulu di Minang turun-temurun dari niniak turun ke mamak,


dari mamak turun ke kemenakan. Orang yang berhak mendapat atau memakai
gelar penghulu adalah penghulu adalah kemenakan dekat, kemenakan di bawah
dagu yaitu kemenakan yang setali darah menurut garis matrilineal. Penghulu
adalah pemimpin kaumnya, pembimbing anak kemenekan dan menjadi niniak
mamak dalam nagari. Oleh karena itu seseorang yang akan menjadi penghulu
adalah orang yang memenuhi syarat kepemimpinan adat Minang antara lain:
1. Laki-laki
Seorang penghulu adalah laki-laki, yaitu laki-laki yang dianggap
memenuhi syarat dari kaumnya
2. Baik zatnya
Seorang penghulu adalah orang baik. Berasal dari keluarga yang baik,
baik perangai bapaknya dan baik tingkah laku ibunya. Hal ini berguna
sebagai jaminan akhlak dalam kepemimpinannya.
3. Baliq dan berakal
Seorang penghulu harus orang dewasa yang berakal. Orang berakal dapat
menimbang baik dan buruk, dapat membedakan yang benar dan yang
salah. Dengan akalnya, penghulu dapat bertindak tepat dan tegu
pendirian, tidak terombang-ambing dalam mengambil keputusan.
4. Kaya
Seorang penghulu harus kaya supaya jangan menyusahkan orang lain. ia
tidak hidup dari anak kemenakannya untuk keperluan sehari-hari. Ia
tidak boleh mencari keuntungan di atas kepemimpinannya.
5. Berilmu
Seorang penghulu harus berilmu. Ia berilmu tentang adat, hukum adat
dan ketentuan adat. Di samping itu juga menguasai ilmu agama Islam
untuk diamalkannya. Ilmu pengetahuan umum juga harus dimilikinya
sesuai dengan aliran pada zamannya.
6. Adil
Seorang penghulu harus bersifat adil. Adil memperlakukan
kemenakannya. Adil dalam mengambil keputusan dan menimbang atau
menghukum berdasarkan kebenaran. Tidak pilih kasih antara kemenakan
jauh dan kemenakan dekat.
7. Arif dan bijaksana
Penghulu harus seseorang yang arif dan bijaksana. Berperasaan halus,
berpaham, dan berpikiran tajam. Ia mengatasi berbagai masalah dengan cara
arif dan bijaksana.
8. Tablig
Seorang penghulu harus orang yang mampu menyampaikan segala hal
yang baik-baik kepada masyarakat.
9. Pemurah
Seorang penghulu adalah orang pemurah. Orang yang dapat memberikan
nasihat, bantuan kepada orang lain yang memerlukannya.
10. Tulus
Seorang penghulu adalah orang yang tulus dan ikhlas dalam melaksanakan
tugasnya.
11. Sabar
Penghulu adalah orang yang sabar, berlapang dada, dan berpandang luas.

5. Tata Cara Pengangkatan Pangulu

Dalam adat Minang, pengangkatan ini disebut juga dengan


membangun gelar pusaka (mambangun sako) dan ini terjadi karena lima hal
yaitu ,
 Hiduik bakrelahan (hidup dengan kerelaan), maksudnya adalah
merelakan gelar pusaka kepada yang lebih muda. Ini terjadi disaat
pangulu sudah tidak sanggup lagi menjalankan tugas pangulu, mungkin
karena sudah terlalu tua atau karena hal lain. Dalam adat di
ungkapkan “lurahlah dalam, bukik lah tinggi, jalan indak tatampuah,
labuah indak taturui” artinya pisik yang sudah tak sanggup lagi untuk
beraktivitas.  Maka karena itu pangulu tersebut menyerahkan gelar
dengan segala bebannya kepada yang lebih muda.
 Mati batungkek budi (mati bertongkat budi), apabila seorang pangulu
meninggal dunia, ahli waris menyepakati untuk mengangkat salah
seorang dari mereka sebagai pengganti.
 Bapuntiang di tanah sirah atau gadang di pakuburan (besar di
pekuburan), artinya mengumumkan penggantian pangulu di pekuburan.
Hal ini terjadi saat seorang pangulu meninggal dunia. Maka setelah
dilakukannya penguburan, penggantian langsung di lakukan di
pakuburan tersebut.  Setelah itu barulah di lakukan upacara adat.
 Gadang manyusu atau gadang manyimpang (besar menyimpang),
keluarga pasukuan tersebut sudah berkembang sangat besar. Seorang
pangulu saja tidak cukup lagi untuk memimpinnya. Untuk kelancaran
memimpin anak – kemenakan, maka di sepakati untuk mengangkatan
satu pangulu lagi. Gelar yang disandang pangulu baru tersebut setingkat
dan serupa dengan pangulu yang lama. Namun, tetap di bawah 
perlindungan pangulu yang lama. Dalam hal ini, pangulu yang baru hanya
mengurus urusan kedalam, sedangkan urusan keluar tetap menjadi
tanggung jawab pengulu yang lama atau pertama. Semua dibuat
berdasarkan kesepakatan kaum dan adat yang berlaku. hal ini dibenarkan
oleh adat minangkabau.
 Mambuek kato nan baru (membuat kata yang baru), artinya mendirikan
pangulu baru. Biasanya terjadi ketika ada kemenakan yang berpindah ke
daerah yang baru. Di daerah tersebut ia berkembang, dan telah menjadi
sebuah keluarga yang besar dan banyak keturunan.  Maka kemenakan
tersebut, membuat pangulu baru. Hal tersebut terjadi jika mendapatkan
persetujuan dari pangulu di mana ia berasal. Gelar tersebut juga di minta
kepada pangulu tempat ia berasal serta disesuaikan dengan musyawarah
dan mufakat.

6. Syarat Peresmian Pengangkatan Pangulu

Peresmian pengangkatan pangulu di Minang dilaksanakan dengan


upacara adat yang upacara tersebut telah diatur dan didasarkan pada adat dalam
suatu nagari yang  sesuai dengan adat Minang. Upacara ini disebut juga
dengan “malewakan gala” atau mengumumkan gelar kepada masyarakat.
Upacara ini dilaksanakan di suatu tempat yang disebut dengan “medan
nan bapaneh” atau di lapangan terbuka. Marawa dan panji-panji kebesaran di
kibarkan, gong di palu sepanjang hari, kerbau disembelih. Perjamuan
dilaksanakan selama tiga hari. Dan dalam upacara ini terdapat beberapa acara
pokok atau inti dari acara tersebut yaitu :
1. Hari pertama, Batagak gadang (mendirikan pangulu), yaitu upacara
peresmian. Upacara tersebut berlangsung di rumah gadang, dan di hadiri
oleh “urang nan ampek jinih” serta masyarakat. Pangulu yang sesuku atau
sekaum dengan pangulu yang di angkat menyampaikan pidato penobatan.
Inti dari pidato tersebut adalah permintaan agar pangulu yang baru
diangkat tersebut dibawa sehilir semudik di dalam nagari. kemudian
pangulu tertua di dalam suku itu memasangkan deta saluak di atas kepala
pangulu yang diangkat dan menyisipkan sebilah keris di pinggangnya.
Lalu, setelahnya adalah pengucapan sumpah sakti jika ia menyimpang
dari tugasnya. Sumpah tersebut kira-kira berbunyi seperti ini “di makan
biso kawi, di ateh indak bapucuak, di bawah indak baurek , di tangah di
lariak kumbang”. Selesai pengucapan sumpah, selanjutnya membaca do’a
selamat. Setelah itu makan bersama-sama.
2. Hari kedua, perjamuan. Semua anak nagari, undangan, dan orang-orang
terpandang dalam nagari di jamu makan dan minum. Acara ini di
meriahkan dengan kesenian anak nagari.Hari ketiga, perarakan. Arak-
arakan ini di iringi oleh tari galombang, dan iringan bunyi-bunyian.
Pangulu baru di arak ke rumah bakonya. Jika yang diangkat itu pangulu
pucuak, arak-arakannya memakai payung kuning kebesaran.
Itulah acara inti dari  upacara adat peresmian pengangkatan pangulu
yang berlaku di suku Minang. Namun, yang di atas di jelaskan secara umumnya
saja, tentunya upacara tersebut juga dipengaruhi oleh aturan dan ketentuan
yang berlaku dalam nagari tersebut.

Anda mungkin juga menyukai