Anda di halaman 1dari 15

Kajian Sejarah Pancasila Pada Masa Orde Lama

Di susun oleh :

Nurul fauziah 210407510007

Syamsinar syamsuddin 210407510009

Annisa Nurul Magfira 210407511012

Maulana Putri 210407511015

Nur Alya Mudjaidah 210407512022

Wahyuni Zahra 210407512026

Nur Annisa 210407512027

Firda Ayu 210407512035

Program studi : Pendidikan Pancasila

Fakultas : Ilmu Pendidikan

Universitas : Universitas Negeri Makassar

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur  senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan
dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini di  susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Pendidikan dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu
pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan.  Maka dari itu
kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua
yang membaca makalah ini yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk
kami.

Makassar,  Februari 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Manfaat Penulisan Makalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Hdkuashcu
B. Utihiojo

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila adalah dasar Negara Indonesia, Pancasila pada sejarah
perjalanan bangsa Indonesia bukan sesuatu yang baru, melainkan telah
using dikenal menjadi bagian pada nilai-nilai budaya kehidupan Bangsa
Indonesia. Kemudian nilai-nilai tadi dirumuskan menjadi dasar Negara
Indonesia. Artinya, Pancasila digali dan dari berdasarkan nilai-nilai
pandangan hidup warga Indonesia. Sejak zaman dahulu, daerah-daerah
pada nusantara ini mempunyai beberapa nilai yang dipegang teguh sang
masyarakatnya. Nilai-nilai Pancasila berdasarkan teori kausalitas yang
diperkenalkan Notonagoro (kausa materialis, kausa formalis, kausa efisien,
kausa finalis) adalah penyebab lahirnya negara. Munculnya pertarungan
yang mendera Indonesia, menerangkan sudah tergerusnya nilai-nilai
Pancasila pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Putri
2020).
Pancasila yang lahir pada tanggal 1 juni 1945 ini resmi di tetapkan
sebagai dasar negara indonesia dan masih terus di gunakan hingga saat ini.
Penerapan berbeda sesuai dengan masa yang ada, disetiap masa pancasila
mengalami perkembangan terutama dalam mengartikan pancasila itu
sendiri, dalam masa-masa tersebut, terdapat banyak hal yang belum
relevan dalam penerapan nilai-nili luhur pancasila sebgai ideologi bangsa
indonesia, Banyak penyimpangan yang terjadi. Oleh karena itu, menarik
rasanya untuk di bahas mengenai pancasila pada masa orde lama.

Pancasila sebagai dasar negara baru disahkan oleh PPKI pada


tanggal 18 Agustus 1945. Tetapi jauh sebelum disahkan nilai-nilai
Pancasila telah terdapat dalam kehidupan rakyat Indonesia sejak zaman
dahulu sebelum bangsa Indonesia sebagai sebuah negara dimana nilai-nilai
tadi berupa nilai-nilai tata cara adat istiadat, kebudayaan serta religious.
Nilai-nilai yang terdapat lalu diambil dan dirumuskan oleh para pendiri
negara yang dijadikan dasar Negara Indonesia. Oleh karena itu untuk
memahami Pancasila secara utuh dan kaitannya menggunakan jati diri
bangsa Indonesia ini diperlukan pemahaman sejarah bangsa Indonesia
pada membangun suatu negara dan dijadikannya Pancasila sebagai dasar
negara lantaran berhubungan dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila Era Orde Lama


Penerapan Pancasila masa setelah Kemerdekaan RI (1945-1950)
sebagaimana dikutip dari laman situs Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemdikbud), penerapan Pancasila pada masa awal
kemerdekaan berlangsung dari 1945 hingga 1959. Sejak saat itu, Pancasila
sudah dijadikan falsafah hidup bangsa dan dasar negara Indonesia. Maka
pada saat itu pula, warga Indonesia sudah bertekad untuk melepaskan diri
dari segala bentuk penjajahan dan menjadi bangsa yang mandiri. Sejak
Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan pada
17 Agustus 1945, yang terjadi setelahnya adalah hiruk-pikuk politik dan
keamanan seiring masuknya kembali Belanda ke wilayah Indonesia. Pada
masa awal pemerintahan Soekarno pula Pancasila dibentuk dan digodok.
Tak hanya dasar negara, bentuk pemerintahan juga birokrasi di dalamnya
juga dirumuskan. Pembentukan negara Indonesia ini diwarnai silang
pendapat dan perdebatan panjang.
Selain harus menghadapi Belanda di berbagai front pertempuran
maupun meja perundingan, masa pemerintahan usai kemerdekaan RI kala
itu juga terjadil gejolak internal. Ada rasa ketidakpercayaan dari sejumlah
golongan tertentu terhadap pemerintahan Soekarno-Hatta. Pada 1948,
misalnya, terjadi aksi di Madiun dimotori oleh Musso. Peristiwa ini kerap
disebut sebagai Pemberontakan PKI Madiun yang terjadi pada 18
September 1948. Peristiwa PKI Madiun melibatkan beberapa partai politik
atau organisasi berhaluan kiri kontra pemerintahan Republik Indonesia
pimpinan Soekarno-Mohammad Hatta. Aksi lainnya dilakukan oleh
Maridjan Kartosuwiryo pada 1949 atas nama Darul Islam/Tentara Islam
Indonesia (DI/TII). Di Jawa Barat, Kartosuwiryo memproklamasikan
berdirinya Negara Islam Indonesia (NII).
Setelah melalui rangkaian perundingan dan polemik bersenjata yang
dituntaskan dengan Konferensi Meja Bundar (KMB), Belanda akhirnya
mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdiri
sendiri pada 27 Desember 1949. Menjadi negara yang berdaulat justru
membuat pemerintahan Soekarno tidak stabil lantaran banyak munculnya
masalah internal, baik dari kabinet maupun ancaman disintegrasi bangsa.
Purwoko melalui penelitiannya berjudul “Sistem Politik dan Pemerintahan
Indonesia Setelah Reformasi, menuliskan dalam kurun waktu 9 tahun,
yakni 1950-1959, pemerintahan Indonesia kala itu bernama Republik
Indonesia Serikat atau RIS mengalami 7 kali perombakan kabinet. Di
berbagai wilayah, pada periode ini muncul gerakan-gerakan yang
mengancam keutuhan negara. Contoh gerakan-gerakan yang mengancam
keutuhan negara saat itu yaitu pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil
(APRA), Andi Azis, Republik Maluku Selatan (RMS), Perjuangan Rakyat
Semesta (Permesta), Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI), pemberontakan DI/TII di sejumlah daerah, dan lainnya.
Pancasila sebagai ideologi negara dan falsafah bangsa yang pernah
dikeramatkan dengan sebutan azimat revolusi bangsa, pudar untuk pertama
kalinya pada akhir dua dasawarsa setelah proklamasi kemerdekaan.
Meredupnya sinar api Pancasila sebagai tuntutan hidup berbangsa dan
bernegara bagi jutaan orang diawali oleh kehendak seorang kepala
pemerintahan yang terlalu gandrung pada persatuan dan kesatuan.
Kegandrungan tersebut diwujudkan dalam bentuk membangun kekuasaan
yang terpusat, agar dapat menjadi pemimpin bangsa yang dapat
menyelesaikan sebuah revolusi perjuangan melawan penjajah (nekolim,
neokolonialisme) serta ikut menata dunia agar bebas dari penghisapan
bangsa atas bangsa dan penghisapan manusia dengan manusia.
Penerapan Pancasila pada masa orde lama, terjadi pada tahun 1959
hingga 1966. Pada masa itu berlaku demokrasi terpimpin. Setelah
menetapkan berlakunya kembali UUD 1945, Presiden Soekarno
meletakkan dasar kepemimpinannya. Periode ini dinamakan demokrasi
terpimpin yaitu demokrasi khas Indonesia yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Demokrasi terpimpin
dalam prakteknya tidak sesuai dengan makna yang terkandung di
dalamnya dan bahkan terkenal menyimpang. Dimana demokrasi terpimpin
dipimpin oleh kepentingan-kepentingan tertentu.
Masa pemerintahan orde lama, kehidupan politik dan pemerintahan
sering terjadi penyimpangan yang dilakukan presiden dan juga MPRS
yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Artinya pelaksanaan
UUD 1945 pada masa itu belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal
ini terjadi karena penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada kekuasaan
seorang presiden dan lemahnya control yang seharusnya dilakukan DPR
terhadap kebijakan-kebijakan.
Selain itu, pada masa ini, bangsa Indonesia masih mengalami
peralihan dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang sepenuhnya
merdeka. Maka dari itu, dalam penerapannya masih diperlukan proses
adaptasi. Sebagian masyarakat ada yang merasa setuju dan sebagian lagi
merasa keberatan. Namun, dalam penerapannya ditemui beberapa tindakan
penyimpangan terhadap Pancasila. Muncul pertentangan politik dan
konflik lainnya yang berkepanjangan sehingga situasi politik, keamanan
dan kehidupan ekonomi makin memburuk. Puncak dari situasi tersebut
adalah munculnya pemberontakan G30S/PKI yang dilakukan oleh D.N
Aidit pada 30 September 1965 yang sangat membahayakan keselamatan
bangsa dan negara. Pemberontakan ini bertujuan untuk mengubah ideologi
menjadi komunis, demikian dikutip laman resmi BPIP.
Mengingat keadaan makin membahayakan Ir. Soekarno selaku
presiden RI memberikan perintah kepada Letjen Soeharto melalui Surat
Perintah 11 Maret 1969 (Supersemar) untuk mengambil segala tindakan
yang diperlukan bagi terjaminnya keamanan, ketertiban dan ketenangan
serta kestabilan jalannya pemerintah. Lahirnya Supersemar tersebut
dianggap sebagai awal masa Orde Baru.
B. Perkembangan Ideologi Pancasila pada Masa Orde Lama

➢ Pada masa Orde Lama, yaitu pada masa kekuasaan Presiden


Soekarno, Pancasila mengalami
ideologisasi. Artinya, Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan
sebagai keyakinan dan
kepribadian bangsa Indonesia
➢ Pada masa ini, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang
berkembang pada situasi dunia
yang ketika itu diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya
berada di dalam suasana
transisional dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat merdeka.
Masa ini adalah masa pencarian
bentuk implementasi Pancasila, terutama dalam sistem kenegaraan.
Maka dari itu, Pancasila
diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda
➢ Pada periode tahun 1945 sampai dengan 1950, nilai persatuan dan
kesatuan rakyat
Indonesia masih tinggi karena menghadapi Belanda yang masih
ingin mempertahankan
daerah jajahannya di Indonesia. Namun, setelah penjajah dapat
diusir, bangsa Indonesia
mulai mendapat tantangan dari dalam.
➢ Dalam kehidupan politik, sila keempat yang mengutamakan
musyawarah dan mufakat tidak
dapat dilaksanakan karena demokrasi yang diterapkan adalah
demokrasi parlementer.
Presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara, sedangkan kepala
pemerintahan
dipegang oleh perdana menteri. Sistem ini menyebabkan tidak
adanya stabilitas
pemerintahan.
➢ Presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara, sedangkan
kepala pemerintahan
dipegang oleh perdana menteri. Sistem ini menyebabkan tidak
adanya stabilitas
pemerintahan.
➢ Padahal dasar negara yang digunakan adalah Pancasila dan
Undang-Undang Dasar
1945 yang presidensil, namun dalam praktiknya sistem ini tidak
dapat terwujud.
Persatuan rakyat Indonesia mulai mendapatkan tantangan dengan
munculnya upayaupaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara
dengan paham komunis oleh
PKI melalui pemberontakan di Madiun pada tahun 1948. Selain itu,
ada juga DI/TII yang
ingin mendirikan negara berdasarkan ajaran Islam
➢ Pada periode tahun 1950 sampai dengan 1955, penerapan
Pancasila diarahkan sebagai
ideologi liberal, yang pada kenyataannya tidak dapat menjamin
stabilitas pemerintahan.
Walaupun dasar negara tetap Pancasila, tetapi rumusan sila keempat
tidak berjiwakan
musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak. Sistem
pemerintahannya yang liberal
lebih menekankan hak-hak individual
➢ Pada periode ini, persatuan dan kesatuan bangsa mendapat
tantangan yang berat dengan
munculnya pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh
RMS, PRRI, dan
Permesta yang ingin melepaskan diri dari NKRI
Pada periode tahun 1956 sampai dengan 1965, dikenal sebagai
demokrasi terpimpin. Akan tetapi,
demokrasi justru tidak berada pada kekuasaan rakyat yang
merupakan amanah nilai-nilai Pancasila,
Konstituante menemui jalan buntu hingga bulan Juni 1959. Presiden
Soekarno turun tangan dengan
sebuah Dekrit Presiden yang disetujui oleh kabinet tanggal 3 Juli
1959, yang kemudian dirumuskan di
Istana Bogor pada 4 Juli 1959 dan diumumkan secara resmi oleh
presiden pada 5 Juli 1959 pukul
17.00 di depan Istana Merdeka. Dekrit Presiden tersebut berisi :
1. Pembubaran konstituante;
2. Undang-Undang Dasar 1945 kembali berlaku;
3. Pembentukan MPRS.
BAB III
KESIMPULAN

Demokrasi terpimpin sejatinya merupakan konsep untuk membentuk ulang


sistem pemerintahan yang kacau. Dengan menjadikan presiden sebagai titik
sentral pemerintahan, Soekarno berharap dapat mencipta ulang stabilitas politik
Indonesia waktu itu. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Dikutip dari tulisan
berjudul “Rantjangan Pendjelasan Pelengkap Undang-Undang Dasar 1945” yang
terhimpun dalam Buletin MPRS (1967), pelaksanaan Demokrasi Terpimpin telah
menyeleweng dari ketentuan UUD 1945. Pada pelaksanaan Demokrasi
Terpimpin, justru terjadi pelanggaran terhadap UUD 1945 dan pemerintah
cenderung menjadi sentralistik. Hal ini dikarenakan terpusat hanya kepada
presiden yang membuat kedudukan presiden sangat kuat dan berkuasa, terlebih
setelah mundurnya Muhammad Hatta dari posisi wakil presiden sejak 1956.
Kedudukan Pancasila pada masa Orde Lama kembali terancam dengan terjadinya
peristiwa G30S/PKI 1965 yang melibatkan orang-orang PKI dan sebagian militer
sebagai pelakunya. Tragedi G30S/PKI 1965 menjadi akhir dari rezim Orde Lama
pimpinan Soekarno yang sekaligus menjadi awal era Orde Baru sejak tahun 1966.
Namun demikian, penerapan Pancasila semasa rezim Orde Baru di bawah
komando Soeharto sebagai presiden RI pun tidak berjalan baik-baik saja. kerap
terjadi penyalahgunaan yang dilakukan penguasa demi kepentingan-kepentingan
politik.

Oleh karena itu, terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap


Pancasila dalam konstitusi. Akibatnya, Presiden Soekarno menjadi presiden yang
otoriter, mengangkat dirinya menjadi presiden dengan masa jabatan seumur hidup.
Selain itu, terjadinya politik konfrontasi

karena digabungkannya nasionalis, agama, dan komunis, yang ternyata tidak


cocok dengan konsep Negara Indonesia. Terbukti bahwa pada masa ini adanya
kemerosotan moral di masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nilai-nilai
Pancasila, serta berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain.
Sosialisasi terhadap paham Pancasila yang konklusif menjadi prelude penting bagi
upaya selanjutnya; Pancasila dijadikan “ideologi negara” yang tampil hegemonik.
Ikhtiar tersebut tercapai ketika Ir. Soekarno memberi tafsir Pancasila sebagai satu
kesatuan paham dalam doktrin “Manipol/USDEK”.
DAFTAR PUSTAKA

Maharani Sartika Dewi, Dinie Anggraeni. 2021. Penerapan Nilai Pancasila Dari
Arus Sejarah Perjuangan Dan Dampak Globalisasi. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan Undiksha. 9: 305-306
Rizal Amril Yahya. 2021. Sejarah Penerapan Pancasila Pada Masa Orde Lama
1959 Sampai 1966. https://tirto.id/sejarah-penerapan-pancasila-pada-masa-
orde-lama-1959-sampai-1966-ghT9. (21 Februari 2022)
https://osf.io › downloadPDF
sumber historis pancasila sebagai kajian sejarah bangsa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai