Kemudian ada satu hal lagi yang harus dipunyai penghulu itu ialah akal, ialah
cahaya yang ditanamkan Alah di dalam hati manusia, kemudian bersinar ke otak,
sehingga dapat membedakan yang mudah dan sulit. Sifat akal itu menjalar
bagaikan air, mengalir ke bagian yang rendah. Itulah sifat dan gerak akal. Setelah
suatu cita-cita yang menimbulkan gerak hati, kemudian budi itu merangkak
menjadi maksud dan diusahakan oleh akal sampai tercapai apa uang dicita-citakan
itu. Akhir perjalanan budi dengan akal itulah yang merupakan kesimpulannya
yang dikatakan "bicara" itu.
Untuk mencapai bicara halus dan budi yang dalam seorang penghulu harus
memahami adat Minangkabau yang secara garis besar dibagi atas 4 bagian kajian,
yakni: penghulu, *cupak, *adat, dan *undang-undang.
Pada masa ini penghulu itu dianggap sebagai orang pertama menciptakan dan
memimpin suatu pekerjaan. Pada masa ini sifat penghlu tidak terlepas dari
sifat umum yang harus dipunyai seorang penghulu, yaitu bicara yang halus
dan budi yang dalam. Sifat penghulu di dalam adat Datuk Perpatih Nan
Sabatang dan Datuk Katumanggungan ada dua saja, pertama, lurus dan kedua,
benar. Kedua sifat ini terasa sederhana sekali, tidak cukup bagi sifat seorang
pemimpin . Walaupun pemimpin kaum yang berarti sekelompok kecil ulayat
dan rakyatnya, namun pemimpin kaum itu adalah orang yang
bertanggungjawab dalam kaum dan dalam nagarinya. Sungguhpun demikian
amatlah luas dan dalam artinya. Seperti halnya sifat penghulu yang dua itu,
amat luas sekali pengertiannya.
Sifat "benar" , mengandung arti benar dalam segala hal, benar pada lahir dan
batin, benar dalam berkata, benar dalam kepribadian, benar dalam pemikiran,
dan lain sebagainya.
Sementara itu sifat "lurus" mengandung maksud lurus dalam segala bidang;
Lurus mengandung arti tidak menyimpang dari garis-garis adat, karena dalam
adat Minangkabau untuk setiap-tiap bidang sudah ada ukuran dan jangkanya.
Baik dalam adat secara umumnya di seluruh Minangkabau atau adat setempat
tetap ada garis atau ketentuan seperti kata adat: barih menahan tiliak, balabeh
utang menentukan.( lurus baris di pandangan, belebas yang menentukan)
Misalnya lurus alur yang diturut, lurus hilang (yang) dicari, lurus salah (yang)
ditimbang. Sungguh amat luas pengertian dan tujuan sifat lurus itu.
Sifat cerdik cendekia adalah sifat orang yang pandai melaksanakan segala
sesuatu. Orang yang cerdik ialah orang sanggup melaksanakan kewajibannya,
baik terhadap diri sendiri, maupun terhadap orang yang dipimpinnya, seperti
anak kemenakan, korong kampung dan nagari.
Cerdik dalam kaji mengaji, yaitu sanggup menganalisa segala sesuatu hal,
mengaji baik atau buruk dampaknya, serta mengaji awal. dan akhir. Seseorang
penghulu harus sanggup mengaji membuat masa kini dan perkiraan di masa
datang.
Andaikata ada sesuatu hal yang tidak sesuai dengan garis adat, akan ditarik
dan diluruskannya kepada yang benar. Orang yang termasuk cerdik cendekia
ialah orang yang tidak pernah menyinggung perasaan orang lain. Dia selalu
menyenangkan orang lain yang bergaul dengan dia dan mau mendengar
perkataannya
3) Penghulu menurut Adat Alam Minangkabau, yaitu orang yang tinggi lantaran
dianjung, yaitu diangkat dan dibesarkan oleh kaumnya dan bergelar dengan
himbauan "datuk". Penghulu adat memimpin kaumnya yang mempunyai
tanggung jawab yang banyak. Penghulu adat dipilih di antara anggota
kaumnya menurut *waris nasab keturunan ibu. Semua waris nasab berhak
menjadi penghulu dan berhak pula menurunkan penghulu itu jika ia bersalah
atau tidak menunaikan kewajiabannya. Gelar penghulu itu adalah hak
kaumnya, yang semuanya adalah waris nasab yang disebut 'nan sepayung
sepetagak, yang selingkung cupak adat". Gelar dan jabatan itu dipusakai turun
temurun sampai ke anak cucu selama waris nasab masih ada dan sepakat pula
mendirikannya. Jadi, orang yang menjunjung pangkat penghulu adat
Minangkabau, tinggi karena diangkat atau dipilih. Dia sederajat dengan
anggota kaum yang mengangkat dan memilihnya.
Martabat adalah harkat kemanusiaan atau harga diri. Martabat penghulu ialah
harga diri dari seorang penghulu yang merupakan alat untuk melaksanakan
kewajibannya. Dengan martabat tersebut akan menambah kewibawaan seorang
penghulu dalam membimbing anak kemenakan, korong kampung dan nagari.
Apabila seorang penghulu kekurangan salah satu martabat itu, ia tidak akan
sempurna melaksanakan tugasnya. Alangkah binasanya orang yang dipimpinnya,
apabila ia kepalang tanggung melengkapi kewibawaannya, sebagaimana disebut
pepatah: alang (=tanggung) tukang binasa kayu; kepalang alim rusak agama,
alang cerdik binasa negeri.
Sifat seorang penghulu itu lemah lembut mulutnya dan fasih lidahnya berkata-
kata. Pepatah adat mengungkapkan: lemah lembut itu anak kunci bagi hati
sekalian manusia. Penghulu itu sebagai seorang pemimpin yang menjadi ikutan
oleh anak kemenakan, korong kampung dan nagari. Perkataannya suci dan
sifatnya benar (siddik), sebagaimana sifat yang dipunyai Nabi Muhammad s.a.w.
Yang dimaksud dengan kaya hati ialah senag hatinya mengizinkan atau
memenuhi permintaan anak kemenakannya yang tak mau melanggar
kebenaran sesuai dengan adat dan agama. Sebaliknya miskin hati ialah tidak
mengizinkan atau memenuhi permintaan anak kemenakannya untuk pekerjaan
yang tidak di dalam patut atau yang dilarang adat dan agama atau pun dilarang
oleh cupak.
Begitu pula sebaliknya, dia tidak mau melangkahkan kakinya dan meringan
tangannya terhadap pekerjaan yang jelas-jelas dilarang adat dan agama, atau
yang dilarang cupak, walau ia diperlukan orang, berat baginya untuk
melangkah kaki menuruti undangan seperti itu, sekalipun diberi undangan
terhormat dan martabatnya ditinggikan.
5) Selalu waspada, imat pada awal dan jimat pada akhir. Suatu pekerjaan yang
akan dilakukan diperhitungkannya dengan hemat sebelum dilaksanakan.
Sebaliknya dengan cermat ia memperhitungkan akibatnya nanti. Ungkapan
mengatakan hemat di awal, cermat di akhir. Maksudnya ialah pada awal
pekerjaan itu dipikirkan latar belakangnya dan diperhitungkannya dengan
tepat supaya hasilnya tidak merugikan dan mengecewakan dalam
pelaksanaannya. Diperkirakan pula hambatan yang akan ditemui dalam
mencapai tujuannya. Demikian diperlukan hati-hati dalam memperhitungkan
awal dan akhir, terutama dalam memimpin anak kemenakan, korong kampung
dan masyarakat nagari.
Suara yang keras tak keruan, seperti bunyi membakar buluh. Bila berbicara
dalam suatu musyawarah, suaranya seperti merendang kacang saja. Itulah
beberapa pantangan bagi seorang penghulu yang dapat dibagi atas dua jenis, yaitu:
penghulu pembantah dan penghulu pengalih.
Limbago Adat