Anda di halaman 1dari 9

KEBUDAYAAN

A. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan merupakan salah satu buah pikiran, baik berupa benda


maupun tindakan yang mana perlu kita lestarikan guna menjaga sejarah yang
telah ada di Negara ini.Kebudayaan menurut Koentjaraningrat(2015) adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar.sedangkan
menurut Richard brisling (1990:11) kebudayaan mengacu pada cita-cita bersama
secara luas,nilai,pembentukan dan penggunaan kategori,asumsi tentang
kehidupan, dan kegiatan. Goal-directet yang menjadi sadar diterima sebagai
”benar” dan “benar” oleh orang-orang yang mengidentifikasi.

Kebudayaan atau yang dapat disebut juga peradaban mengandung


pengertian yang sangat luas dan mengandung pemahaman perasaan suatu bangsa
yang sangat kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,moral, hukum,
adat-istiadat, kebiasaan dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota
masyarakat (Taylor, 1897). Mempelajari pengertian kebudayaan bukanlah suatu
kegiatan yang mudah dan sederhana, karena banyak sekali batasan konsep dari
berbagai bahasa, sejarah, sumber bacaan atau literatur baik yang berwujud
ataupun yang abstrak dari sekelompok orang atau masyarakat.

Apabila ditinjau dari asal katanya, maka Kebudayaan berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu Budhayah, yang merupakan bentuk jamak dari Budhi yang
berarti Budi atau Akal. Dalam hal ini, Kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-
hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Selanjutnya Koentjaraningrat
(2015) mendefinisikan Kebudayaan sebagai “Keseluruhan dari hasil budi dan
karya”. Dengan kata lain kebudayaan adalah keseluruhan dari apa yang pernah
dihasilkan oleh manusia karena pemikiran dan karyanya. Jadi kebudayaan
merupakan produk dari budaya. Dalam disiplin Ilmu Antropologi Budaya,
pengertian Kebudayaan dan Budaya tidak dibedakan. Adapun pengertian
Kebudayaan dalam kaitannya dengan Ilmu Sosial Budaya Dasar adalah:
“Penciptaan, penertiban dan pengolahan nilai-nilai insani yang tercakup di
dalamnya usaha memanusiakan diri di dalam alam lingkungan, baik fisik
maupun sosial”. Herkovits yang dikenal dengan bukunya yang berjudul “Man
and His Work” telah memberikan Dalil tentang Teori Kebudayaan, yaitu:

1. Kebudayaan dapat dipelajari.


2. Kebudayaan berasal atau bersumber dari segi biologis, lingkungan,
psikologis, dan komponen sejarah eksistensi manusia.
3. Kebudayaan mempunyai struktur.
4. Kebudayaan dapat dipecah-pecah ke dalam berbagai aspek.
5. Kebudayaan bersifat dinamis.
6. Kebudayaan mempunyai variabel.
7. Kebudayaan memperlihatkan keteraturan yang dapat danalisis
dengan metode ilmiah.
8. Kebudayaan merupakan alat bagi seseorang untuk mengatur keadaan
totalnya dan menambah arti bagi kesan kreatifnya.

Pengertian budaya memang sedikit membingungkan ketika ditarik suatu


definisi pastinya. Selain karena subjek ini adalah subjek yang tidak ringan,
definisi budaya juga mudah sekali disalahartikan dan hanya mengerucut pada
hal tertentu saja secara sosiolinguistik. Untuk mengefisiensikan pemahaman
kita terhadap hal serupa, Wiranata (2011: 96) menjabarkan beberapa poin inti
dari banyak pemikiran para ahli tentang apa sesungguhnya kebudayaan itu.
Poin-poin tersebut adalah sebagai berikut ini:

1. Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia itu sangat beraneka


ragam
2. Kebudayaan itu didapat dan diteruskan secara sosial melalui proses
pembelajaran
3. Kebudayaan itu terjabarkan dari komponen biologis, sosiologis, dan
psikologis dari eksistensi manusia 4. Kebudayaan itu berstruktur
4. Kebudayaan itu memuat beberapa aspek
5. Kebudayaan itu bersifat dinamis
6. Nilai dalam kebudayaan itu bersifat relative

B. Karakteristik kebudayaan

Budaya memiliki empat karakteristik umum yang ada dalam setiap


kebudayaan. Salah satu aspek penting dari budaya adalah simbol. Budaya selalu
bersifat simbolik. Budaya juga tidak pernah hanya dimiliki oleh individu
perorangan. Budaya selalu dikonstruksi secara bersama-sama oleh masyarakat.
Ada masa ketika suatu praktik budaya bertahan melalui proses sosialisasi, tetapi
pada saat lain budaya juga pasti akan mengalami perubahan untuk menyesuaikan
diri dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat.

a. Berbasis pada Simbol


Ekspresi kebudayaan selalu berupa ekspresi simbolik karena yang
penting dari budaya itu bukan ekspresinya tapi makna yang
terkandung dalam ekspresi budaya. Sisi penting dari simbol adalah
makna yang ditunjuk oleh simbol itu, bukan simbol itu sendiri.
Interaksi budaya adalah aktifitas saling memahami makna simbol-
simbol yang dipertukarkan dalam proses interaksi sosial. Simbol-
simbol itu dikembangkan dan dimaknai secara bersama dalam
interaksi sosial. Simbol merupakan aspek penting dalam interaksi
manusia yang memungkinkan manusia bertindak dengan cara-cara
yang khas manusia. Respon-respon yang diberikan oleh manusia
dalam menanggapi lingkungannya, baik lingkungan alam atau
lingkungan sosial, bukanlah respon yang pasif. Manusia tidak
sekedar merespon dengan cara meniru simbol-simbol yang
diwariskan orang lain tetapi juga secara kreatif menciptakan atau
mencipta ulang simbol-simbol dalam interaksi sosial.

b. Dimiliki Bersama
Kebudayaan diciptakan dan dikembangkan oleh satu komunitas
masyarakat tertentu secara bersama-sama, bukan kerja individual. Itu
sebabnya suatu komunitas yang telah menetap di suatu wilayah
tertentu dalam waktu yang relatif lama akan mengembangkan
ekspresi budaya yang bersifat khas dan berbeda dengan komunitas
masyarakat lain. Kepemilikan bersama suatu kebudayaan oleh
komunitas memiliki jangkauan ruang dan waktu yang berbeda.
Terdapat nilai atau ekspresi budaya yang diikuti oleh komunitas yang
sangat luas seperti budaya negara atau bahkan budaya dunia. Budaya-
budaya semacam ini biasa kita identifikasi sebagai nilai-nilai budaya
universal.
Dalam konteks waktu, kepemilikan bersama terhadap
kebudayaan juga beragam. Ada nilai-nilai dan ekspresi budaya yang
relatif abadi, ada yang berlangsung secara singkat, bahkan sangat
singkat. Budaya-budaya yang relatif abadi adalah budaya yang
berasal dari kearifan agama. Islam, Katolik, Protestan dan agama-
agama lain di dunia mengembangkan nilai-nilai dan ekspresi yang
sama dan berlangsung dalam waktu yang relatif abadi. Misalnya,
konsep ketuhanan dalam agama-agama (contohnya konsep tauhid
dalam Islam) cenderung bersifat abadi. Di sisi lain terdapat ekspresi
budaya yang hanya dimiliki bersama oleh suatu komunitas dalam
waktu yang terbatas. Misalnya, mode berpakaian yang selalu berubah
dari waktu ke waktu. Kepemilikan bersama kebudayaan membuat
budaya mampu melampaui ruang dan waktu.
Dalam konteks ruang, ekspresi budaya yang muncul pada satu
wilayah tertentu dapat saja berkembang dan diikuti oleh banyak
orang di wilayah lain. Karena itu, kita dapat membedakan suatu
komunitas bukan didasarkan pada ruang atau wilayah tapi didasarkan
pada kepemilikan bersama suatu kebudayaan. Kita dapat
mengidentifikasi orang Islam dan non-Islam bukan dari wilayah di
mana dia tinggal tapi dari ekspresi budayanya seperti ritual Sholat
dan puasa Ramadhan. Dalam konteks waktu, kemampuan budaya
melampaui waktu diwujudkan dengan keabadian relatif budaya
tersebut. Bahkan dalam sejarah, terdapat nilai-nilai budaya lama yang
kemudian hendak dihidupkan kembali seperti momen sejarah
renaissance yang mencoba menghidupkan kembali warisan budaya
klasik Romawi dan Yunani agar dapat keluar dari kegelapan abad
pertengahan. Dalam kehidupan keagamaan di Indonesia, kita juga
dapat menyaksikan ekspresi keagamaan yang hendak menghidupkan
warisan budaya masa lalu secara sangat ketat, seperti sebagian
kelompok muslim yang menyerukan kembali pada tradisi dan budaya
pada masa Nabi dan Sahabat, termasuk dalam hal penampilan seperti
memelihara jenggot dan berpakaian ala Nabi dan sahabat dengan
jubah dan celana di atas mata kaki.

c. Dipelajari dan Diwariskan


Kebudayaan dipelajari dan diwariskan melalui proses interaksi
sosial. Proses ini disebut dengan sosialisasi. Sosialisasi menunjuk
pada proses penyampaian nilai-nilai kebudayaan dari masyarakat
pada individu-individu yang menjadi anggota masyarakat. Proses
sosialisasi itu dilakukan oleh agen-agen sosialisasi. Agen sosialisasi
terutama adalah orang-orang yang secara sosial dilegitimasi oleh
masyarakat untuk menjadi penjaga nilai-nilai budaya dalam
masyarakat seperti kyai, guru atau tokoh adat. Selain itu, sosialisasi
juga pertama dan terutama sekali dilakukan di dalam institusi
keluarga dengan orang tua sebagai agen utama sosialisasi. Selain
agen sosialisasi yang memang dilegitimasi secara sosial, sebetulnya
setiap indidu dalam masyarakat juga dapat menjadi agen sosialisasi.
Proses pewarisan kebudayaan ini menjamin kelestarian kebudayaan.
Masyarakat memiliki kecenderungan untuk melestarikan kebudayaan
yang dimilikinya sehingga dapat mencapai tingkat kemapanan
tertentu.

d. Bersifat Adaptif
Kebudayaan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan berbagai keadaan. Tingkat kemampuan itu berbeda-beda
antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Ada masyarakat
yang memiliki budaya dengan kemampuan adaptasi yang sangat
tinggi. Ini karena nilai-nilai budaya yang dimiliki cenderung bersifat
lentur dan terbuka. Masyarakat perkotaan sebagian besar termasuk
dalam kategori ini. Sebaliknya, ada masyarakat yang memiliki nilai-
nilai budaya yang cenderung tertutup sehingga kemampuan
adaptabilitasnya rendah. Beberapa komunitas masyarakat adat di
Indonesia masih mempertahankan keasliannya di tengah perubahan
sosial yang luar biasa seperti di Kampung Naga Jawa Barat.
Kemampuan adaptabilitas juga berbeda-beda pada elemen budaya
yang berbeda. Elemen budaya tertentu yang bernilai sakral cenderung
memiliki kemampuan adaptabilitas yang lebih rendah daripada
elemen budaya lain yang tidak dipandang sakral oleh masyarakat.
Keyakinan keagamaan adalah sesuatu yang dianggap sakral, sebab
itu relatif tidak banyak mengalami perubahan, sementara elemen
budaya seperti gaya hidup atau gaya berpakaian yang tidak dianggap
sakral memiliki daya lentur yang sangat luar biasa sehingga
perubahannya juga luar biasa cepat. Kebudayaan memang diwariskan
dan dilestarikan, hanya saja manusia tidak sekedar menerima dan
mewariskan kebudayaan tapi juga merubahnya. Perubahan itu
dilakukan dalam rangka proses adaptasi dengan kebutuhan
masyarakat. Itu sebabnya, cerita tentang kebudayaan adalah cerita
tentang perubahan-perubahan.

C. Fungsi Kebudayaan

Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti


bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau
akan berbehubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya.
Kebudayaan berfungsi sebagai:

1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok.


2. Wadah untuk menyakurkan perasaan-perasaan dan kehidupan
lainnya.
3. Pembimbing kehidupan manusia.
4. Pembeda antar manusia dan binatang.

D. Unsur Kebudayaan

Unsur-unsur kebudayaan bersifat universal, yakni terdapat dalam semua


masyarakat di mana pun di dunia, baik masyarakat “primitif”
(underdevelopedsociety) dan terpencil (isolated),masyarakat sederhana (less
developedsociety) atau prapertanian (preagricultural society), maupun
masyarakat berkembang (developing society) atau mengindustri (industrializing
society) dan masyarakat maju (developedsociety) atau masyarakat industri
(industrial society) dan pascaindustri (postindustrial society) yang sangat rumit
dan canggih (highly complicated society). Unsur-unsur tersebut juga
menunjukkan jenis-jenis atau kategori-kategori kegiatan manusia untuk
“mengisi” atau “mengerjakan,” atau “menciptakan” kebudayaan sebagai tugas
manusia diturunkan ke dunia sebagai “utusan” atau khalifah untuk mengelola
dunia dan seisinya, memayu hayuning bawana tidak hanya melestarikan isi alam
semesta melainkan juga merawat, melestarikan dan membuatnya indah. Unsur-
unsur kebudayaan tersebut dapat dirinci dan dipelajari dengan kategori-kategori
sub-unsur dan sub-sub-unsur, yang saling berkaitan dalam suatu sistem budaya
dan sistem social, yang meliputi(1) Sistem dan organisasi kemasyarakatan;(2)
Sistem religi dan upacara keagamaan;(3) Sistem mata pencaharian;(4) Sistem
(ilmu) pengetahuan;(5) Sistem teknologi dan peralatan;(6) Bahasa;dan(7)
Kesenian(Koentjaraningrat, 2015).

E. Jenis kebudayaan

Kebudayaan dapat dibagi menjadi 3 macam dilihat dari keadaan jenis-jenisnya:

1. Hidup-kebatinan manusia, yaitu sesuatu yang menimbulkan tertib


damainya hidup masyarakat dengan adat-istiadatnya,pemerintahan
negeri, agama atau ilmu kebatinan
2. Angan-angan manusia, yaitu sesuatu yang dapat menimbulkan
keluhuran bahasa, kesusasteraan dan kesusilaan.
3. Kepandaian manusia, yaitu sesuatu yang menimbulkan macam-
macam kepandaian tentang perusahaan tanah, perniagaan, kerajinan,
pelayaran, hubungan lalu-lintas, kesenian yang berjenis-jenis;
semuanya bersifat indah (Dewantara; 1994).

Berdasarkan Wujudnya, Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan


dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.

1. Gagasan (Wujud ideal)


Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan
sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat diraba atau disentuh.
Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam
pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan
gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari
kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil
karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut
dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan
adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-
hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud
kebudayaan.

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua


komponen utama:

1. Kebudayaan material Kebudayaan material mengacu pada semua


ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam
kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari
suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata,
dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang,
seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung
pencakar langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang
diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng,
cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

F. Perubahan Kebudayaan

Masyarakat dan kebudayaan di mana pun selalu dalam keadaan berubah,


ada dua sebab perubahan
1) Sebab yang berasal dari masyarakat dan lingkungannya
sendiri,misalnya perubahan jumlah dan komposisi
2) sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur
hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain, cenderung untuk
berubah secara lebih cepat.
3) adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru, khususnya
teknologi dan inovasi.

Dalam masyarakat maju, perubahan kebudayaan biasanya terjadi melalui


penemuan (discovery) dalam bentuk ciptaan baru (inovation) dan melalui proses
difusi. Discovery merupakan jenis penemuan baru yang mengubah persepsi
mengenai hakikat suatu gejala mengenai hubungan dua gejala atau lebih.
Invention adalah suatu penciptaan bentuk baru yang berupa benda (pengetahuan)
yang dilakukan melalui penciptaan dan didasarkan atas pengkom-binasian
pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda dan gejala yang
dimaksud. Ada empat bentuk peristiwa perubahan kebudayaan.

Pertama, cultural lag, yaitu perbedaan antara taraf kemajuan berbagai


bagian dalam kebudayaan suatu masyarakat. Dengan kata lain, cultural lag dapat
diartikan sebagai bentuk ketinggalan kebudayaan, yaitu selang waktu antara saat
benda itu diperkenalkan pertama kali dan saat benda itu diterima secara umum
sampai masyarakat menyesuaikan diri terhadap benda tersebut.

Kedua, cultural survival, yaitu suatu konsep untuk meng-gambarkan


suatu praktik yang telah kehilangan fungsi pentingnya seratus persen, yang tetap
hidup, dan berlaku semata-mata hanya di atas landasan adat-istiadat semata-
mata. Jadi, cultural survival adalah pengertian adanya suatu cara tradisional yang
tak mengalami perubahan sejak dahulu hingga sekarang.

Ketiga, pertentangan kebudayaan (cultural conflict), yaitu proses


pertentangan antara budaya yang satu dengan budaya yang lain. Konflik budaya
terjadi akibat terjadinya perbedaan kepercayaan atau keyakinan antara anggota
kebudayaan yang satu dengan yang lainnya.

Keempat, guncangan kebudayaan (cultural shock), yaitu proses


guncangan kebudayaan sebagai akibat terjadinya perpindahan secara tiba-tiba
dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Ada empat tahap yang membentuk
siklus cultural shock, yaitu: (1) tahap inkubasi, yaitu tahap pengenalan terhadap
budaya baru, (2) tahap kritis, ditandai dengan suatu perasaan dendam; pada saat
ini terjadi korban cultural shock, (3) tahap kesembuhan, yaitu proses melampaui
tahap kedua, hidup dengan damai, dan (4) tahap penyesuaian diri; pada saat ini
orang sudah membanggakan sesuatu yang dilihat dan dirasakan dalam kondisi
yang baru itu; sementara itu rasa cemas dalam dirinya sudah berlalu.

G. Peranan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat

Kebudayaan memiliki fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat,


karena kekuatan yang harus dihadapi oleh masyarakat dan anggota-anggotanya
(misalnya kekuatan alam) yang tidak selalu baik bagi mereka. Ditambah lagi
manusia sebagai masyarakat itu sendiri perlu kepuasan baik spiritual maupun
material. Apabila manusia sudah dapat mempertahankan diri dan menyesuaikan
diri dengan alam serta hidup damai dengan manusia-manusia lainnya, maka
akan timbul keinginan untuk menyatakan perasaan dan keinginan yang akan
disalurkan seperti kesenian. Jadi, fungsi kebudayaan bagi masyarakat dapat kita
bagi sebagai berikut:
1. Melindungi diri dari alam
Hasil karya manusia melahirkan tekhnologi yang mempunyai
kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap
lingkungan alamnya. Dengan tekhnologi, manusia dapat
memanfaatkan dan mengolah alam untuk kebutukan hidupnya,
sehingga manisia dapat menguasai alam.
2. Mengatur tindakan manusia
Dalam kebudayaan ada norma, aturan kaidah, dan adat istiadat yang
kesemuanya itu berfungsi untuk mengatur bagaimana manusia
bertindak dan berlaku dalam pergaulan hidup dengan anggota
masyarakat lainnya. Dalam mengatur hubungan antar manusia,
kebudayaan dinamakan pula sebagai “design for living” artinya
kebudayaan adalah garis-garis pokok tentang perikelakuan atau “blue
print for behavior”, yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai
apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
REFERENSI

Dewantara, Ki Hajar. 1994. Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian II : Kebudayaan.


Yogyakarta Offset Taman Siswa.
Koentjaraningrat. (2015). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Pasaribu, Rowland B. F. Masyarakat dan Kebudayaan. Di akses pada 6 April 2021 di:
http://eprints.dinus.ac.id/14516/1/[Materi]_Bab_04_kebudayaan_dan_masyaraka
t.pdf
Wiranata, I Gede A.B. (2011). Antropologi Budaya. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Anda mungkin juga menyukai