A. Pengertian Kebudayaan
Apabila ditinjau dari asal katanya, maka Kebudayaan berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu Budhayah, yang merupakan bentuk jamak dari Budhi yang
berarti Budi atau Akal. Dalam hal ini, Kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-
hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Selanjutnya Koentjaraningrat
(2015) mendefinisikan Kebudayaan sebagai “Keseluruhan dari hasil budi dan
karya”. Dengan kata lain kebudayaan adalah keseluruhan dari apa yang pernah
dihasilkan oleh manusia karena pemikiran dan karyanya. Jadi kebudayaan
merupakan produk dari budaya. Dalam disiplin Ilmu Antropologi Budaya,
pengertian Kebudayaan dan Budaya tidak dibedakan. Adapun pengertian
Kebudayaan dalam kaitannya dengan Ilmu Sosial Budaya Dasar adalah:
“Penciptaan, penertiban dan pengolahan nilai-nilai insani yang tercakup di
dalamnya usaha memanusiakan diri di dalam alam lingkungan, baik fisik
maupun sosial”. Herkovits yang dikenal dengan bukunya yang berjudul “Man
and His Work” telah memberikan Dalil tentang Teori Kebudayaan, yaitu:
B. Karakteristik kebudayaan
b. Dimiliki Bersama
Kebudayaan diciptakan dan dikembangkan oleh satu komunitas
masyarakat tertentu secara bersama-sama, bukan kerja individual. Itu
sebabnya suatu komunitas yang telah menetap di suatu wilayah
tertentu dalam waktu yang relatif lama akan mengembangkan
ekspresi budaya yang bersifat khas dan berbeda dengan komunitas
masyarakat lain. Kepemilikan bersama suatu kebudayaan oleh
komunitas memiliki jangkauan ruang dan waktu yang berbeda.
Terdapat nilai atau ekspresi budaya yang diikuti oleh komunitas yang
sangat luas seperti budaya negara atau bahkan budaya dunia. Budaya-
budaya semacam ini biasa kita identifikasi sebagai nilai-nilai budaya
universal.
Dalam konteks waktu, kepemilikan bersama terhadap
kebudayaan juga beragam. Ada nilai-nilai dan ekspresi budaya yang
relatif abadi, ada yang berlangsung secara singkat, bahkan sangat
singkat. Budaya-budaya yang relatif abadi adalah budaya yang
berasal dari kearifan agama. Islam, Katolik, Protestan dan agama-
agama lain di dunia mengembangkan nilai-nilai dan ekspresi yang
sama dan berlangsung dalam waktu yang relatif abadi. Misalnya,
konsep ketuhanan dalam agama-agama (contohnya konsep tauhid
dalam Islam) cenderung bersifat abadi. Di sisi lain terdapat ekspresi
budaya yang hanya dimiliki bersama oleh suatu komunitas dalam
waktu yang terbatas. Misalnya, mode berpakaian yang selalu berubah
dari waktu ke waktu. Kepemilikan bersama kebudayaan membuat
budaya mampu melampaui ruang dan waktu.
Dalam konteks ruang, ekspresi budaya yang muncul pada satu
wilayah tertentu dapat saja berkembang dan diikuti oleh banyak
orang di wilayah lain. Karena itu, kita dapat membedakan suatu
komunitas bukan didasarkan pada ruang atau wilayah tapi didasarkan
pada kepemilikan bersama suatu kebudayaan. Kita dapat
mengidentifikasi orang Islam dan non-Islam bukan dari wilayah di
mana dia tinggal tapi dari ekspresi budayanya seperti ritual Sholat
dan puasa Ramadhan. Dalam konteks waktu, kemampuan budaya
melampaui waktu diwujudkan dengan keabadian relatif budaya
tersebut. Bahkan dalam sejarah, terdapat nilai-nilai budaya lama yang
kemudian hendak dihidupkan kembali seperti momen sejarah
renaissance yang mencoba menghidupkan kembali warisan budaya
klasik Romawi dan Yunani agar dapat keluar dari kegelapan abad
pertengahan. Dalam kehidupan keagamaan di Indonesia, kita juga
dapat menyaksikan ekspresi keagamaan yang hendak menghidupkan
warisan budaya masa lalu secara sangat ketat, seperti sebagian
kelompok muslim yang menyerukan kembali pada tradisi dan budaya
pada masa Nabi dan Sahabat, termasuk dalam hal penampilan seperti
memelihara jenggot dan berpakaian ala Nabi dan sahabat dengan
jubah dan celana di atas mata kaki.
d. Bersifat Adaptif
Kebudayaan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan berbagai keadaan. Tingkat kemampuan itu berbeda-beda
antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Ada masyarakat
yang memiliki budaya dengan kemampuan adaptasi yang sangat
tinggi. Ini karena nilai-nilai budaya yang dimiliki cenderung bersifat
lentur dan terbuka. Masyarakat perkotaan sebagian besar termasuk
dalam kategori ini. Sebaliknya, ada masyarakat yang memiliki nilai-
nilai budaya yang cenderung tertutup sehingga kemampuan
adaptabilitasnya rendah. Beberapa komunitas masyarakat adat di
Indonesia masih mempertahankan keasliannya di tengah perubahan
sosial yang luar biasa seperti di Kampung Naga Jawa Barat.
Kemampuan adaptabilitas juga berbeda-beda pada elemen budaya
yang berbeda. Elemen budaya tertentu yang bernilai sakral cenderung
memiliki kemampuan adaptabilitas yang lebih rendah daripada
elemen budaya lain yang tidak dipandang sakral oleh masyarakat.
Keyakinan keagamaan adalah sesuatu yang dianggap sakral, sebab
itu relatif tidak banyak mengalami perubahan, sementara elemen
budaya seperti gaya hidup atau gaya berpakaian yang tidak dianggap
sakral memiliki daya lentur yang sangat luar biasa sehingga
perubahannya juga luar biasa cepat. Kebudayaan memang diwariskan
dan dilestarikan, hanya saja manusia tidak sekedar menerima dan
mewariskan kebudayaan tapi juga merubahnya. Perubahan itu
dilakukan dalam rangka proses adaptasi dengan kebutuhan
masyarakat. Itu sebabnya, cerita tentang kebudayaan adalah cerita
tentang perubahan-perubahan.
C. Fungsi Kebudayaan
D. Unsur Kebudayaan
E. Jenis kebudayaan
F. Perubahan Kebudayaan