Anda di halaman 1dari 4

Biografi Maulana Ishaq

Biografi Maulana Ishaq


Maulana Ishaq adalah anak dari Sayyid Husain Jamaluddin. Yang bergelar
Syekh Jumadil Kubro. Maulana Ishaq adalah adik dari Maulana Malik
Asmaraqandi [Sunan Gresik]
Pembaca perlu membedakan antara Syaikh Jumadil Kubro [ayah Maulana
Malik Ibrahim dan Maulana Ishak ini] dengan Maulana Ahmad Jamadil Kubro.
Dua orang yang berbeda.
Sama dengan kakaknya, yaitu Maulana Malik Ibrahim Asmaraqandi [Sunan
Gresik]. Maka Maulana Ishaq dilahirkan di Samarkand, Uzbekistan. Dahulu
bagian dari wilayah Kerajaan Turki Utsmani. Dalam satu data, ditemukan
bahwa Maulana Ishaq ini adalah masih kerabat dan guru dari Laksamana Cheng
Ho.
Nasab keluarga Maulana Ishaq yang lengkap dan benar adalah: Maulana Ishaq
bin Husein Jamaluddin [Syaikh Jumadil Kubro] bin Ahmad Syah Jalaluddin bin
'Abdullah Khan bin Abdul Malik Azmatkhan bin 'Alwi 'Ammil Faqih bin
Muhammad Shohib Mirbath bin 'Ali Khali Qasam bin 'Alwi Shohib Baiti Jubair
bin Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin 'Alwi Al-Mubtakir bin 'Ubaidillah
bin Ahmad Al-Muhajir bin 'Isa An-Naqib bin Muhammad An-Naqib bin 'Ali
Al-'Uraidhi bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin
Imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah
Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw.
Hubungannya dengan Wali Songo yang lain adalah: [Maulana Ishaq adalah adik
kandung Maulana Malik Ibrahim Asmaraqandi yang bergelar Sunan Gresik],
[Maulana Ishaq adalah paman dari Sunan Ampel Surabaya dan Sayyid Ali
Murtadha yang bergelar Sunan Santri atau Raden Santri atau Raja Pendeta],
[Maulana Ishaq adalah ayah kandung dari Sunan Giri Gresik], [Maulana Ishaq
adalah kakek paman dari Sunan Bonang, Sunan Drajat dan Sunan Ngudung]
dan [Maulana Ishaq adalah Buyut paman dari Sunan Kudus].
Dakwah Maulana Ishaq ke Belambangan Banyuwangi
Di awal abad 14 M. Kerajaan Blambangan diperintah oleh Prabu Menak
Sembuyu, salah seorang keturunan Prabu Hayam Wuruk dari kerajaan
Majapahit. Raja dan rakyatnya memeluk agama Hindu dan ada sebagian yang
Memeluk agama Budha. Kerajaan Blambangan terdapat di daerah Banyuwangi
Selatan, dekat dengan daerah Muncar.
Pada suatu hari Prabu Menak Sembuyu gelisah, demikian pula permaisurinya,
pasalnya putri mereka satu-satunya telah jatuh sakit selama beberapa bulan.
Sudah diusahakan mendatangkan tabib untuk mengobatinya tapi sang putri
belum sembuh juga.
Memang pada waktu itu kerajaan Blambangan sedang dilanda pegebluk atau
wabah penyakit. Banyak sudah korban berjatuhan. Menurut gambaran babad
Tanah Jawa esok sakit dan sorenya mati. Seluruh penduduk sangat prihatin,
berduka cita, dan hampir semua kegiatan sehari-hari menjadi macet total.

Atas saran permaisuri Prabu Meunak Sembuyu kemudian mengadakan


sayembara, siapa yang dapat menyembuhkan putrinya akan diambil menantu
dan siapa yang dapat mengusir wabah penyakit di Blambangan akan diangkat
sebagai Bupati atau Raja Muda.
Sayembara disebar dihampir pelosok negeri. Sehari, dua hari, seminggu bahkan
berbulan-bulan kemudian tak ada seorangpun yang menyatakan
kesanggupannya untuk mengikuti sayembara 'itu.
Permaisuri makin sedih hatinya. Prabu Menak Sembuyu berusaha menghibur
isterinya dengan menugaskan Patih Bajul Sengara untuk mencari pertapa sakti
guna mengobati penyakit putrinya.
Diiringi beberapa prajurit pilihan, Patih Bajul Sengara berangkat melaksanakan
tugasnya. Para pertapa bisanya tinggal di puncak atau lereng-lemng gunung,
maka kesanalah Patih Bajul Sengara mengajak pengikutnya mencari orang-
orang sakti, Patih Bajul Sengara akhirnya bertemu dengan Raja Kandaya yang
mengetahui adanya seorang tokoh sakti dari negeri seberang. Orang yang
dimaksud adalah Syekh Maulana lshaq yang sedang berdakwah secara
sembunyi-sembunyi di daerah Blambangan. Tepatnya di Kota Banyuwangi
[Sekarang tempat berdakwahnya Maulana Ishaq, oleh masyarakat Banyuwangi
dibangun sebagai Masjid dan di beri nama Masjid Jami’ Baiturrahim, di depan
Polres Banyuwangi].
Patih Bajul Sengara dapat bertemu dengan. Syekh Maulana lshak yang sedang
bertafakkur di sebuah goa yang terdapat di kawasan Rogojampi, di daerah
Cemoro. Setelah terjadi negosiasi bahwa Raja dan Rakyat Blambangan mau
diajak memeluk agama Islam maka Syekh Maulana Ishak bersedia datang ke
istana Blambangan. la memang piawai dibidang ilmu kedokteran, putri Dewi
Sekardadu sembuh dan setelah diobati Pagebluk juga lenyap dari wilayah
Blambangan.
Sesuai janji Raja maka Sekh Maulana Ishak dikawinkan dengan Dewi
Sekardadu. Diberi kedudukan sebagai Adipati untuk menguasai sebagian
wilayah Blambangan tepatnya di Banyuwangi bagian Utara, yang sekarang
menjadi Kota Banyuwangi. Dari daerah sinilah lahir seorang bayi mungil yang
elok, namanya Sayyid ’Ainul Yaqin yang kelak setelah dewasa bergelar Sunan
Giri. Oleh masyarakat Banyuwangi, daerah kelahiran Sunan Giri, dijadikan
nama desa dan kecamatan, yaitu Kecamatan Giri.
Hasutan dan Fitnah kepada Maulana Ishaq
Tujuh bulan sudah Syekh Maulana Ishak menjadi Adipati baru di
Blambangan. Makin hari semakin bertambah banyak saja penduduk
Blambangan yang masuk agama Islam. Sementara Patih Bajul Sengara tak
henti-hentinya mempengaruhi sang Prabu dengan hasutan-hasutan jahatnya.
Hati Prabu Menak Sembuyu jadi panas mengetahui hal ini.
Patih Bajul Sengara sendiri tanpa sepengetahuan sang Prabu sudah mengadakan
teror pada pengikut Syakh Maulana Ishak. Tidak sedikit penduduk Kadipaten
yang dipimpin Syekh Maulana Ishak diculik, disiksa dan dipaksa kembali
kepada agama lama, Walaupun kegiatan itu dilakukan secara rahasia dan
sembunyi-sembunyi pada akhirnya Syekh Maulana Ishak mengetahui juga.
Pada saat itu Dewi Sekardadu sedang hamil tujuh bulan. Syekh Maulana Ishak
sadar, bila hal itu diteruskan akan terjadi pertumpahan darah yang seharusnya
tidak perlu, Kasihan rakyat jelata yang harus menanggung akibatnya. Maka dia
segera berpamitan kepada isterinya untuk pergi meninggalkan Blambangan.
Maulana Ishaq pergi menuju Gresik untuk bertemu dengan kakaknya, yaitu
Maulana Malik Ibrahim, seminggu kemudian dia menuju Ampel Denta
menemui keponakannya, yaitu Sunan Ampel dan menitipkan bayinya yang
masih ada di Blambangan. Maulana Ishaq kemudian berlayar menuju Kerajaan
Samudera Pasai, dan berdakwah di sana.
Demikianlah, pada tengah malam, dengan hati berat karena harus meninggalkan
isteri yang hamil tujuh bulan, Syekh Maulana Ishak berangkat meninggalkan
Blambangan seorang diri. Besok harinya sepasukan besar prajurit Blambangan
yang dipimpin Patih Bajul Sengara menerobos masuk wilayah Kadipaten yang
sudah ditinggalkan Syekh Maulana lshak,Tentu saja Patih kecewe, walau
seluruh isi istana di obrak-abrik dia tidak menemukan Syakh Maulana Ishak
yang sangat dibencinya.
Dua bulan kemudian dari rahim Dewi Sekardadu lahir bayi laki-laki yang elok
rupawan. Sesungguhnya Prabu Menak Sembuyu dan permaisurinya merasa
senang dan bahagia melihat kehadiran cucunya yang tampan dan rupawan itu.
Bayi itu lain daripada yang lain, wajahnya mengeluarkan cahaya terang.
Lain halnya dengan Patih Bajul Sengara. Dia menghasut Prabu Menak
Sembuyu agar terus membunuh Syaikh Maulana Ishaq dan membunuh bayinya.
Kebetulan setelah ditinggal Maulana Ishaq, kondisi Blambangan menjadi
terjangkit lagi oleh penyakit Pagebluk tersebut. Penyakit pagebluk semacam
penyakit Tho’un atau virus flu burung atau flu babi.
Patih Bajul Sengara menghasut Raja dengan berkata: "Bayi itu ! Benar gusti
Prabu ! Cepat atau lambat bayi itu akan menjadi bencana di kemudian hari.
Wabah penyakit inipun menurut dukun-dukun terkenal di Blambangan ini
disebabkan adanya hawa panas yang memancar dari jiwa bayi itu !" kilah Patih
Bajul Sengara dengan alasan yang dibuat-buat. Sang Prabu tidak cepat
mengambil keputusan, dikarenakan dia terlanjur menyukai kehadiran cucunya
itu, namun sang Patih tiada bosan-bosannya menteror dengan hasutan dan
tuduhan keji akhirnya Sang Prabu terpengaruh juga.
Walau demikian tiada tega juga dia memerintahkan pembunuhan atas cucunya
itu secara langsung, Bayi yang masih berusia empat puluh hari dimasukkan ke
dalam peti dan diperintahkan untuk dibuang ke Samudera. [Bersambung ke
Biografi Sunan Giri].

Bagaimana dengan Maulana Ishaq?. Maulana Ishaq kemudian singgah ke


Gresik menemui Maulana Malik Ibrahim, untuk melaporkan hasil dakwahnya di
Blambangan dan meminta saran kepada kakaknya itu sebagai ketua Wali Songo
Periode 1. Oleh kakaknya, Maulana Ishaq disarankan ke Surabaya dulu untuk
beristirahat selama 40 hari menemui Sunan Ampel, dan ditugasi untuk
berdakwah ke Kerajaan Samudera Pasai. Kebetulan Kerajaan Samudera Pasai
membutuhkan seorang Penasehat [Mufti]. Maulana Ishaq menjadi Anggota
Wali Songo selama 2 Periode. Kemudian pada periode ke 3 digantikan oleh
putranya, yaitu Sunan Giri. Dari data yang didapatkan oleh penulis, Maulana
Ishaq wafat di Singapore yang saat itu merupakan bagian dari wilayah Kerajaan
Samudera Pasai. Dan dimakamkan di sana.

Anda mungkin juga menyukai