Anda di halaman 1dari 3

Sultan Iskandar Muda lahir di Banda Aceh pada 1593.

Di usianya yang tergolong


muda, ia memperlihatkan kemampuannya dalam memimpin. Dilansir dari
Encyclopaedia Britannica, Iskandar Muda sudah memimpin pasukan Aceh memukul
mundur pasukan Portugis yang mencoba mendarat di pantai Aceh. Rupanya maksud
kedatangan Portugis adalah untuk mengambil alih dan memonopoli perdagangan lada
di Aceh. Setahun kemudian, Iskandar Muda dinobatkan sebagai Sultan Aceh. Dirinya
menggantikan pendahulunya Sultan Ali Riayat Syah yang berkuasa dari tahun 1604-
1607.

Era kepemimpinan Sultan Iskandar Muda


Sejak kecil orangtua Iskandar Muda sudah mendidiknya dengan pengetahuan
agama dan kepemimpinan. Karena, dia yang akan mewarisi tahta dari sang ayah.
Sultan Iskandar Muda memulai pemerintahannya pada 1607. Dirinya segera melakukan
serangkaian tindakan angkatan laut yang memenangkan kendali atas bagian barat laut
kepulauan Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Aceh mengalami masa
jaya karena Sultan Iskandar Muda melakukan ekspedisi penaklukan ke daerah
sekitarnya. Pada 1612, Deli ditaklukan kemudian menyusul Johor pada 1613. Setahun
kemudian Bintan, selanjutnya dia berhasil mengalahkan Pahang di 1618, Kedah di
tahun 1619, dan Nias pada 1624-1625. Wilayah kerajaannya meliputi sebagian besar
pantai barat dan pantai timur Sumatera. Kutaraja yang sekarang menjadi Banda Aceh ,
merupakan bandar transito yang dapat menghubungkan perdagangan ke dunia barat.
Kutaraja menjadi tempat berlabuhnya kapal-kapal asing dari mancanegara untuk
membeli lada. Pada abad ke 17, Aceh merupakan pusat perdagangan lada terbesar di
dunia. Untuk mengusir Portugis dari Malaka, Sultan Iskandar Muda memperkuat
angkatan perang Aceh, terutama angkatan laut. Dirinya membangun angkatan perang
dengan jalan mempersiapkan anggota-anggota tentara yang sudah dilatih sejak muda.
Musuh utama yang dihadapi Sultan Iskandar Muda adalah bangsa Portugis sejak 1511
sudah menguasai Malaka. Keberadaan Portugis menjadi ancaman Aceh. Sebaliknya,
Portugis juga menganggap Aceh sebagai ancaman terhadap monopoli
perdagangannya. Untuk itu, keduanya sering terjadi bentrokan bersenjata. Kapal
Portugis yang berlayar di Selat Malaka sering diserang oleh armada Aceh.

Sejak awal pemerintahannya, Sultan Iskandar Muda memilih politik konfrontasi


terhadap Portugis. Dirinya tidak pernah memberikan toleransi kepada kerajaan yang
menjalin hubungan dengan Portugis, seperti Kerajaan Johor. Berbagai peraturan dibuat
Sultan Iskandar Muda dan harus ditaati oleh semua bangsa yang masuk ke Aceh.
Dengan angkatan perang yang dimiliki, Sultan Iskandar Muda tidak segan untuk
menumpas kekuatan asing yang ingin merebut wilayahnya. Serangan kepada Portugis
Serangan Aceh terhadap Portugis yang berada di Malaka dilakukan dari 1615 hingga
1629. Serangan pertama pada 1615 mengalami kegagalan, namun Sultan Iskandar
Muda tidak pantang menyerah. Serangan kedua kembali dilancarkan pada 1629 dan
dilakukan secara besar-besaran. Pasukan Portugis terkepung dan terancam, mereka
hampir saja menyerah.

Namun Portugis mendapat bantuan dari Johor, Pahang, Patani, Goa, dan India
yang pernah ditaklukkan Aceh. Sehingga serangan pasukan Sultan Iskandar Muda
terpatahkan. Setelah mengalami kegagalan kedua, Sultan Iskandar Muda lebih fokus
pada masalah-masalah dalam negeri. Dalam bidang pemerintahan, Sultan menata
wilayahnya dengan membagi kerajaan berdasarkan bidang masing-masing. Sistem
pemerintahan disempurnakan dan pendidikan agama menjadi prioritas di Aceh.

Dalam hal perekonomian rakyat, Sultan Iskandar Muda membuat peraturan


untuk menjamin kesejahteraan rakyat. Disusun seperti dalam bidang perdagangan,
perindustrian, pertambangan, pelayaran, pertanian, dan perikanan. Negara yang boleh
masuk ke wilayah kekuasaan Aceh hanya Inggris dan Belanda dengan jangka waktu
tertentu dan tunduk kepada peraturan yang berlaku di Aceh. Selat Malaka yang
dikuasai Aceh menjadi jalan dagang internasional. Barang-barang ekspor Aceh adalah
beras, lada, timah, emas, perak, dan rempah-rempah.
Sedangkan barang impor meliputi kain dari Koromandel (India), porselin dan
sutera dari Jepang serta China, dan minyak wangi dari Eropa. Banyak kapal Aceh yang
juga terlibat perdagangan dan pelayaran hingga Laut Merah.

Akhir hidup dan penghargaan Diambil dari buku Kumpulan Pahlawan Indonesia
(2012) karya Mirnawati, Sultan Iskandar Muda berhasil membawa Aceh ke puncak
kejayaan. Dirinya merupakan salah satu pemimpin yang mementingkan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyatnya. Pada 27 September 1636, Sultan Iskandar Muda
meninggal dunia di usia 43 tahun. Atas jasanya kepada negara, Sultan Iskandar Muda
dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No.077/TK/Tahun
1993.

Anda mungkin juga menyukai