Anda di halaman 1dari 4

Pemerintahan Sultan Iskandar Muda

Kerajaan Aceh merupakan salah satu kerajaan yang sukses dan menjadi pusat
perekonomian maritim di nusantara. Hal ini dapat dilihat pada masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda. Sultan Iskandar Muda dikenal sebagai Sultan yang adil dan bijaksana. Oleh
karena itu, kerajaan aceh mencapai masa kejayaan pada pemerintahannya. Ini menjadi suatu
pertanyaan baru, seperti : mengapa masa kejayaan Kerajaan Aceh terjadi pada pemerintahan
Sultan Iskandar Muda? Hal apa saja yang dilakukan oleh Sultan Iskandar Muda sehingga sukses
? bagaimana sistem pemerintahan Sultan Iskandar Muda ?

Kerajaan Aceh sebelum pemerintahan Sultan Iskandar Muda merupakan kerajaan kecil
yang terus tumbuh. Kerajaan Aceh terus melakukan serangan terhadap kerajaan – kerajaan
disekitarnya seperti Kerajaan Johor. Hal ini dilakukan untuk kepentingan politik dan juga
kepentingan ekonomi. Untuk kepentingan politik, hal ini ditunjukkan untuk menambah daerah
kekuasaan Kerajaan Aceh dan juga dengan menaklukkan kerajaan – kerajaan disekitarnya dapat
menunjukkan kebesaran Kerajaan Aceh. Sehingga ini secara langsung maupun tidak langsung
berdampak pada perekonomian Kerajaan Aceh. Pada akhirnya kerajaan aceh menjadi pusat
ekonomi maritime dibagian barat.

Penaklukkan kerajaan – kerajaan disekitar kerajaan aceh ini dilakukan sejak


pemerintahan sebelum Sultan Iskandar Muda. Penakhlukan ini terus dilakukan sampai sultan
Iskandar Muda naik tahta dan mencapai keberhasilan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar
Muda. Dengan adanya keberhasilan dalam penakhlukkan ini mengakibatkan Kerajaan Aceh
mencapai kejayaan. Dan bagaimana pemerintahan Sultan Iskandar Muda untuk memimpin
Kerajaan Aceh yang besar, yang banyak kerajaan – kerajaan kecil dibawah pemerintahannya.

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda ini terdapat Perundang – Undangan yang
mengatur tata pemerintahan1 . Perundangan – undangan ini tidak hanya mengatur pemerintahan
yang di kota – kota saja, tetapi juga mengatur yang ada di pelabuhan. Selain perundangan –
undangan, dalam pemerintahan Sultan Iskandar juga terdapat lambang – lambang kekuasaan

1
Denys Lombard, Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607 – 1636), (Jakarta :
KPG), hlm.112-113
sebagai simbol tertinggi. Lambang kekuasaan tertinggi sultan dilambangkan dengan keris dan
cap.2 Keris ini menunjukkan bahwa semua pegawai kerajaan harus patuh pada perintah raja.
Tanpa keris tak ada pegawai yang dapat mengaku bertugas melaksanakan perintah raja.
Sedangkan untuk cap ini menunjukkan ke-esahan perintah raja. Jadi, tanpa adanya cap dalam
suatu perintah, maka perintah tersebut tidak sah dalam hukum. Hal ini bagus untuk mengawasi
pegawai yang berusaha untuk menyalahgunakan kekuasaan dan juga dapat membuat masyarakat
menghormati wibawa suatu kekuasaan dan bukan charisma yang terpancar dari pribadi raja yang
kadang – kadang jauh. Selain adanya perundangan – undangan dan juga perlambangan, terdapat
juga peradilan dalam pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Peradilan ini dibagi menjadi 4
(empat) lembaga peradilan, perdata, pidana, agama, dan niaga.3 Hal ini – inilah yang menguatan
pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Sehingga tidak mengherankan apabila pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda, kerajaan aceh mencapai masa kejayaannya.

Sultan Iskandar Muda tidak hanya mengatur tata pemerintahan yang ada didalam
kerjaraan saja. Tetapi pada masa pemerintahannya, juga mengatur mengenai tata peraturan
hubungan internasional. Kerajaan Aceh tidak bisa terlepas mengenai ekonomi mereka. Karena
kerajaan Aceh menjadi besar seperti yang kita ketahui saat ini karena perekonomian mereka
yang menjadi pusat ekonomi di nusantara bagian barat. Dalam tata pemerintahan mengenai
perdagangan internasioanal ini seperti contohnya, Sultan Iskandar Muda melarang pedagang –
pedagang asing mendirikan kantor dagang mereka di pelabuhan – pelabuhan pantai barat
sumatera yang di bawah kuasa Aceh. Selain itu, Sultan Iskandar Muda juga mengirim panglima
baru untuk mnegganti panglima lama yang kedapatan melakukan penyelewengan. 4 Panglima –
panglima yang melakukan penyelewangan ini akan dihukum berat dengan memindahkan atau
dimutasi ke tempat lain yang jauh terpencil dari pantai barat Sumatera. Selain itu, Sultan
Iskandar Muda juga menerapkan pembayaran Bea Cukai di pelabuhan. Terdapat juga lembaga –

2
Ibid, hlm.116
3
Ibid, hlm.118
4
Sudirman, Banda Aceh dalam Siklus Perdagangan Internasional 1500 – 1873, (Banda
Aceh : Balai Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional), hlm.44
lembaga perdagangan dan keuangan seperti Balai Baitul, Balai Furdhah, Syahbandar, dan lain –
lain.5

Selain terkenal didalam kerajaan, Sultan Iskandar Muda juga terkenal diluar kerajaan
Aceh. Diluar kerajaan Aceh, Sultan Iskandandar Muda dikenal sebagai raja yang besar,
bijaksana, dan juga kaya. Hal ini dapat dillihat pada armada perang yang dimiliki oleh Sultan
Iskandar Muda yang sangat kuat. Armada perang ini digunakan untuk penakhlukkan politik
daerah – daerah yang ada disekitar Kerajaan Aceh. Selain pasukan armadanya yang kuat, Sultan
Iskandar Muda juga dikenal sebagai raja yang besar dan sifat ramah tamahnya. Hal ini dapat
dilihat ketika beliau menyambut tamu – tamu kerajaan. Dalam penyambutan tamu – tamu
kerajaan, tamu tersebut akan dijemput menggunakan sepasukan gajah dari pelabuhan hingga
istana kerajaan Aceh. Diantara sepasukan gajah tersebut terdapat juga iringan – iringan yang
menyertainya. Di istana sendiri tamu itu juga disambut dengan sebuah pesta yang mewah,
makanan, tari – tarian, selama 3 (tiga) hari tiga malam. Belum setelahnya tamu tersebut
diberkenankan untuk menginap didalam istana. Saat itu, gajah merupakan tetrmasuk dalam
barang mewah. Karena gajah merupakan suatu komoditas ekspor yang malah. Sehingga secara
tidak langsung, hal – hal tetrsebut dilaukan untuk menunjukkan seberapa besar dan berkuasanya
Sultan Iskandar Muda. Tujuan lain yang ingin ditunjukkan adalah membuat musuh berpikir
untuk kedua kalinya apabila ingin menyerang Kerajaan Aceh.

5
Ibid, hlm. 73
DAFTAR PUSTAKA

Ricklef, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta : Serambi. 2008.


Lombard, Denys. Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607 – 1636). Jakarta :
KPG.2007.
Sudirman. Banda Aceh dalam Siklus Perdagangan Internasional 1500 – 1873. Banda Aceh :
Balai Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional.2009.
Poesponegoro, Marwati Djoened. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta : Balai Pustaka. 2008.
Reid, Anthony. Asal Mula Konflik Aceh dari Perebutan Pantai Timur Sumatera hingga akhir
Kerajaan Aceh ke-19. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 2005

Anda mungkin juga menyukai