Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH

KEMARITIMAN
TERNATE
Kerajaan Ternate
(1257-sekarang)
Kerajaan Ternate yang terdapat di wilayah Maluku Utara
memiliki sumber daya rempah-rempah yang dikenal
mancanegara hingga ke Benua Eropa. Untuk mendukung
aktivitas perdagangan rempah-rempahnya, Kerajaan Ternate
membangun pelabuhan dan galangan kapal di beberapa
pulau utamanya. Terdapat juga pelabuhan pendukung di
beberapa pulau kecil yang bertujuan untuk membawa hasil
bumi dari pulau-pulau kecil ini ke pelabuhan utama.
Aktivitas perdagangan dan pelayaran Kerajaan Ternate serta
kerajaan-kerajaan lain di Nusantara pada abad 11 hingga
abad 14 terintegrasi dengan aktivitas maritim Kerajaan
Majapahit. Terjalin hubungan yang baik dan perjanjian di
antara kerajaan-kerajaan ini dimana Kerajaan Majapahit
dipercaya untuk melindungi dan mengontrol jalur
perdagangan dan pelayaran yang ada di wilayah Nusantara.
Dalam Sejarah Maluku Utara sebelum kedatangan bangsa eropa, negeri ini telah
didatangi orang Cina dan para pedagang Arab , hal ini mengidentifikasikan
bahwa para pedagang Cina dan Arab telah lama melaksanakan kegiatan niaga
di Maluku Utara. Para pedagang inilah yang membawa rempah-remah ke
Calicuta, Sri Langka, Timur Tengah dan Laut Tengah. Para pedagang lebih
banyak menggunakan laut sebagai jalur perdagangan sehingga ada yang kita
kenal dengan jalur sutera. Karena transportasi rempah-rempah melalui jalur
darat ternyata beresiko tinggi. Para pedagang yang menempuh jalur darat harus
mengeluarkan biaya tinggi untuk membayar pungutan di sepanjang jalur
tersebut.
 Tahun 1957, ketika Deklarasi Juanda dicanangkan. Deklarasi ini
menyatakan bahwa batas territorial atau kedaulatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah garis terluar dari batas pantai yang saling
berhubungan dan tidak ada celahnya.
 Gagasan ini merupakan jawaban terhadap pandangan Laut Bebas
yang menimbulkan anggapan perairan di seluruh dunia sebagai
common property.
 Pada tahun 1980-an muncul gagasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE),
yang memberikan kedaulatan kepada Negara kepulauan untuk
menggarap sumber daya maritimnya.
Kota Ternate adalah sebuah kota yang berada di bawah kaki
Gunung Api Gamalama pada sebuah pada sebuah Pulau
Ternate di Provinsi Maluku Utara, Indonesia.
Ternate menjadi satu kota otonom sejak 4 Agustus 2010, dan
menjadi ibukota sementara Provinsi Maluku Utara sampai
Sofifi yang menjadi ibukotanya di Pulau Halmahera siap
secara infrastruktur.
 Ada sekitar 353 pulau besar dan kecil baik yang berpenghuni
maupun belum di wilayah ini.
 Pulau terbesarnya dan paling utama adalah Halmahera, menyusul
pulau-pulau penting lainya seprti Obi, Sula, Morotai, Bacan, Makian,
Ternate dan Tidore.
 Luas wilayah daratan Maluku Utara mencapai 32.000 km² kemudian
kawasan lautnya sebesar 107.381 km².
 Di sebelah utara kawasan ini berbatasan langsung dengan samudra
pasifik, disebelah selatan dengan laut seram, di sebelah timur
dengan laut Halmahera, dan disebelah barat dengan laut Maluku.
Jalur pelayaran yang dilakukan oleh para
pedagang untuk mencapai kepulauan Maluku
dilakukan dengan menggunakan kapal layar
dan perahu. Secara tradisional pengetahuan
akan astronomi yang telah lama dikenal
membantu para pelaut dalam pelayaran,
walaupun sebenarnya para nelayan Nusantara
telah mengenal kompas.

Pengetahuan tentang kompas mereka peroleh dari para pedagang


Arab, Persia, Gujarat, dan China yang sering berkunjung di
Kepulauan Nusantara. Melalui ilmu perbintangan ini dapat diduga
akan arah mata angin, musim, dan arus laut. Ketika langit cerah
maka perahu dapat diarahkan dengan melihat bintang dan
bentuknya, sehingga para nelayan dan perahu pedagang biasanya
telah mempunyai pengetahuan akan musim angin.
 Pelayaran perdagangan ini dipengaruhi oleh muson barat laut
dan muson timur laut.. Kondisi muson ini diikuti pula dengan
pengaruh angin darat dan arus laut yang mengikuti arah angin,
menciptakan pola jalur pelayaran niaga dan jaringan dalam
perdagangan maritim Nusantara.
 Jalur perdagangan ini menempatkan Maluku sebagai jaringan
perdagangan rempah-rempah baik melalui jalur timur-barat,
maupun utara-selatan. Jaringan perdagangan barat-timur
menyebabkan adanya dua jalur penting dalam pelayaran niaga
ini.
 Pertama adalah jalur pelayaran dari Malaka menyusuri pesisir
utara Pulau Sumatera, Jawa kemudian ke Nusa Tenggara dan
melanjutkan pelayaran menuju Maluku bagi yang akan mencari
rempah-rempah dan yang mencari kayu cendana memasuki
perairan Nusa Tenggara Timur ke Timor dan Sumba. Pelayaran
balik mengikuti jalur yang sama.
 Jalur lain, seperti dimuat dalam catatan Tome Pires, adalah dari
Malaka ke Tanjungpura kemudian berlayar ke Makasar
selanjutnya melalui Buton menuju Maluku dan kembali dengan
Ternate sebagai salah satu pusat perdagangan di
Nusantara bagian timur, banyak didatangi oleh pedagang
baik lokal maupun asing. Para pedagang makassar-bugis
membawa barang dagangan berupa bahan-bahan katun,
mesiu, emas, uang perak, pala, dan hasil laut.

Barang-barang ini kemudian ditukar dengan rempah-


rempah yang kemudian oleh para pedagang tersebut
dibawa ke pusat perdagangan baik di Sulawesi sendiri
bahkan sampai ke Batavia
Sub sektor perikanan
menduduki posisi penting
bagi kehidupan masyarakat
karena rata-rata pemukiman
penduduk adalah berada di
pesisir pantai dan sebagian
besar masyarakat
menggantungkan hidup
pada usaha ini.

Secara keseluruhan semua jenis produksi ikan di Kota Ternate


dari tahun 1995 sampai 2003, yaitu 6.997 ton (1995), 7132 ton
(1996), 7.204 ton (1997) dan 7.408 ton (1998), hingga 9.998 ton
pada tahun 2003. Produksi meliputi ikan cakalang, pelangis, tuna,
teri, demersil, dan hasil laut lainnya. Melihat potensi laut diwilayah
Kota Ternate seluas 3.397 Km² maka kemungkinan
pengembangan usaha perikanan akan menjadi salah satu
andalan bagi kehidupan ekonomi rakyat.

Anda mungkin juga menyukai