I. PENDAHULUAN
Diadema setosum merupakan salah satu spesies dari bulu babi atau landak
laut. Genus Diadema sp. termasuk dalam filum Echinodermata dan merupakan
hewan invertebrate (tidak bertulang belakang). Dari 600 spesies bulu babi, sekitar
80 spesies beracun jika terdapat kontak fisik dengan manusia. Duri hitam landak
laut D. setosum menimbulkan ancaman akibat duri rapuh yang pecah setelah
menembus kulit, namun pada gonad bulu babi terdapat kandungan senyawa
bioaktif yang bermanfaat salah satunya sebagai anti bakteri, anti inflamasi, anti
sample bulu babi, namun tidak secara eksplisit menerangkan bahwa sumber bahan
bioaktif yang digunakan untuk melakukan uji anti inflamasi adalah bulu babi dari
spesies D. setosum, pada jurnal sumber bahan bioaktif yang digunakan adalah
melakukan studi mengenai karakterisasi kimia dari gonad bulu babi, dimana
lemak tak jenuh ganda (MUFAs) dan -karoten 7. PUFA terdiri dari
C22: 6) (n-3)]. Selain itu, -karoten dan beberapa xanthophylls mengandung pro-
vitamin A dan asam arakhidonat (AA) yang tinggi (Pozharitskaya, et al., 2015).
Pada percobaan lain, ekstrak sample D. setosum diaplikasikan sebagai bahan uji
2
anti bakteri menggunakan pelarut methanol dan kloroform dengan hasil pelarut
2015). Sedangkan metode ekstraksi dan induksi pada hewan uji yang dilakukan
pada penelitian dimana sumber bahan uji yang digunakan adalah Bunchosia
armeniaca yang berupa tumbuhan dan injeksi dilakukan pada radang selaput dada
yang diinduksi oleh satu intra-pleura (ipl.) injeksi 0,1 ml (NaCl 0,95%) ditambah
karagenan kemudian di uji dengan flavonoid dari ekstrak bahan uji berupa
Beberapa penelitian mengenai bulu babi atau landak laut juga dilakukan di
Indonesia. Penelitian yang dilakukan berupa uji aktivitas anti bakteri dari ekstrak
etanol bulu babi (D. setosum) terhadap bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus dengan hasil uji berupa fraksi etil asetat memiliki aktivitas
anti bakteri yang terbaik terhadap bakteri S. aureus. Hasil uji aktivitas anti bakteri
fraksi etil asetat dan ekstrak etanol memiliki kemampuan aktivitas anti bakteri
terhadap E. coli (Siahaan, dkk., 2015). Pada penelitian yang lain, dilakukan uji
toksisitas dari bulu babi D. setosum terhadap mortalitas Nauplius artemia dengan
bagian tubuh yang digunakan yaitu cangkang dan duri, dimana bagian tersebut
dilapisi oleh pigmen cairan hitam yang stabil dan mengandung senyawa bioaktif.
Namun, ekstrak kloroform pada cangkang maupun duri landak laut memiliki
potensi bio aktifitas sebagai anti mikroba (Aprilia, dkk., 2015). Penelitian
mengenai uji anti inflamasi dari senyawa bioaktif bulu babi masih jarang
dilakukan, pada contoh penelitian ini dilakukan uji aktivitas anti inflamasi dari
leucospilota Brandt berpotensi sebagai agen anti inflamasi (Wiranto, dkk., 2016).
Oleh karena itu, dengan masih sedikit penelitian mengenai bulu babi
bioaktif dari bahan hayati laut. Penelitian ini juga bertujuan untuk melakukan uji
aktivitas anti inflamasi berupa radang pada kaki tikus putih yang diinduksi
Bulu babi jenis D. setosum merupakan jenis yang paling banyak dijumpai di
Indonesia, namun belum ada penelitian yang secara spesifik melakukan uji
senyawa bioaktif dan uji aktivitas anti bakteri. Selain itu di kalangan masyarat
biota ini dianggap merugikan karena durinya yang tajam dan dapat mengeluarkan
racun apabila terkena kontak fisik dengan benda asing, sehingga dengan jumlah
yang banyak dan pemanfaatan yang kurang, bulu babi mudah untuk didapatkan.
Pada bidang farmasi, biota ini dapat dijadikan sebagai bahan alternatif pembuatan
a. Menentukan aktivitas anti inflamasi dari ekstrak gonad bulu babi (D. setosum)
b. Menentukan pengaruh yang sama atau berbeda pada satu perlakuan dengan
perlakuan lain
Diponegoro.
5
Bulu babi merupakan biota laut penghuni ekosistem terumbu karang dan
padang lamun yang sangat umum dijumpai di perairan dangkal. Biota ini tersebar
luas mengikuti penyebaran terumbu karang (Sugiarto dan Supardi, 1995). Fauna
menyukai substrat yang agak keras terutama substrat di padang lamun campuran
yang terdiri dari pasir dan pecahan karang (Aziz dan Sugiarto, 1994). Di dunia
terdapat kurang lebih 6000 jenis fauna Echinodermata dan diperkirakan 950 jenis
diantaranya adalah bulu babi yang terbagi dalam 15 ordo, 46 famili dan 121 genus
(Aziz, 1987). Di Indonesia, terdapat kurang lebih 84 jenis bulu babi yang berasal
permukaan oral dilengkapi dengan 5 buah gigi sebagai alat untuk mengambil
makanan. Hewan ini pada umumnya merupakan herbivora, yang memakan alga
dan lamun. Namun, pada kondisi perairan yang berbeda hewan ini dapat bersifat
omnivora (Aziz, 1987). Bentuk umum dari bulu babi marga Diadema
membulat-oval. Berbeda dari kelompok bintang laut dan bintang mengular, pada
biota ini tangan teredukasi sama sekali tetapi tetap memperlihatkan pola simetris
pentaradial (Sugiarto dan Supardi, 1995). Bulu babi marga Diadema terdiri dari
ini hidup tersebar pada kedalaman antara 0-30 meter. Di ekosistem terumbu
6
karang, bulu babi marga Diadema dapat menempati zona rataan pasir, zona
echino berarti duri dan dermata/dermis berarti lapisan kulit. Jadi nama
Echinodermata kurang lebih berarti binatang yang mempunyai kulit berduri. Bulu
babi termasuk ke dalam kelas Echinoidea. Kelas Echinoidea ini mempunyai dua
anak kelas yaitu anak kelas Perischoechinoidea dan anak kelas Euechinoidea.
Anak kelas Euechinoidea ini mempunyai empat induk bangsa (super ordo) yaitu
& Birtles, 1989). Bulu babi marga Diadema termasuk ke dalam induk bangsa
Diadematacea. Klasifikasi Bulu babi (D. setosum) menurut Clark & Courtman-
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Kelas : Echinoidea
Ordo : Diadematoida
Famili : Diadematoidae
Genus : Diadema
Diadema merupakan marga yang relatif kecil yaitu dengan 4 jenis. Keempat jenis
dari marga Diadema hidup di perairan tropis dan subtropics menurut Sugiarto dan
Senyawa aktif yang berikatan dengan bahan akan ditarik oleh pelarut
warna ekstrak yang berbeda. Ekstrak n-heksana berwarna coklat keemasan dan
agak cair. Ekstrak etil asetat berwarna coklat kehitaman dan berbentuk pasta.
persentase rendemen ekstrak gonad bulu babi paling banyak dihasilkan dari
ekstrak etil asetat hal ini diduga karena gonad bulu babi mengandung senyawa-
senyawa semi polar yang tinggi sehingga larut dalam pelarut etil asetat.
ekstraksi adalah metode ekstraksi, karakteristik bahan yang diekstrak, dan jenis
pelarut. Pemilihan jenis pelarut merupakan faktor yang paling penting karena
bahwa pelarut semi polar mampu melarutkan senyawa-senyawa yang berasal dari
8
golongan alkaloid dan aglikon (alkoholik, fenolik, steroid, flavonoid dan saponin).
Untuk mengetahui komponen aktif pada gonad bulu babi dapat dilakukan
analisis dengan fitokimia berdasarkan Harborne (1984), ekstrak gonad bulu babi
dari golongan terpenoid. Secara umum senyawa yang berasal dari golongan
terpenoid bersifat mudah larut dalam lemak. Rosyidah et al. (2010) menyatakan
bahwa komponen ini lebih mudah menembus dinding sel bakteri dengan cara
oligoglycosides) bersifat larut dalam air dan etanol, namun tidak larut dalam eter.
bakteri sehingga terjadi bakterilisis pada sel bakteri yang ditandai dengan
pecahnya membran sel (Sikkema et al., 1995). Stonik dan Elyakov (1988)
berhubungan dengan sistem pertahanan diri terhadap fungi laut, predator dan
parasit. Senyawa ini lebih khusus berperan sebagai anti fungi pada echinodermata.
9
Disisi lain senyawa ini juga berperan dalam proses reproduksi untuk jenis lain
menurut Mamelona et al. (2011) senyawa fenol (asetonitril) lebih tinggi pada
gonad bulu babi dibandingkan dengan saluran pencernaan. Stonik dan Elyakov
binatang secara khusus terdapat pada echinodermata. Senyawa ini merupakan ciri
khas dari bulu babi dan bintang laut. Pigmen memiliki peran penting bagi bulu
yang mengandung komponen bakterisidal yang berasal dari cairan celomic dari
bulu babi. Flavonoid merupakan salah satu senyawa fenol yang bersifat polar
sehingga larut dalam pelarut-pelarut polar seperti metanol, etanol, butanol dan
aseton.
anti oksidan dan pengkhelat. Middleton et al. (2000) juga menambahkan bahwa
aktivitas biologi lainnya dari flavonoid adalah sebagai anti bakteri, anti trombotik,
anti inflamasi, vasodilatasi dan anti kanker dengan mekanisme yang berbeda-
rendah, mengandung nitrogen dan 20% ditemukan pada tanaman yang berfungsi
senyawa alkaloid pada ekstrak metanol gonad bulu babi menunjukkan bahwa
senyawa ini mudah larut dalam pelarut polar, Septiadi et al. (2013) menyatakan
bahwa alkaloid bersifat basa sehingga sangat mudah larut dalam pelarut metanol
10
dan air. Harborne (1984) menyatakan bahwa secara umum prekursor alkaloid
2.3. Inflamasi
yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat mikrobiologi.
menghilangkan zat iritan, dan mengatur perbaikan jaringan (Mycek et al., 2001).
Tubuh mendapat manfaat dari inflamasi ini yaitu dengan memperbarui jaringan,
aliran darah dan pembangunan jaringan baru (Aaslid dan Schultz, 2001).
Inflamasi biasanya terbagi dalam 3 fase yaitu: inflamasi akut, respon imun
dan inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera
jaringan hal tersebut terjadi melalui media rilisnya autacoid yang terlibat antara
terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan diaktifkan untuk
merespon organisme asing atau substansi anti genik yang terlepas selama respon
terhadap inflamasi akut serta kronis. Akibat respon imun bagi tuan rumah
merusak bila menjurus pada inflamasi kronis tanpa penguraian dari proses cedera
yang tidak menonjol dalam respon akut. Salah satu kondisi yang paling penting
yang melibatkan mediator ini adalah artritis rheumatoid, dimana inflamasi kronis
11
menyebabkan sakit dan kerusakan pada tulang dan tulang rawan yang bisa
Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsang kimiawi, fisik,
yang terdapat di situ menjadi asam arachidonat, kemudian untuk sebagian diubah
zat-zat prostaglandin. Bagian lain dari asam arachidonat diubah oleh enzym
terdiri dari 2 isoenzym yakni COX-1 dan COX-2. COX-1 terdapat di kebanyakan
jaringan, antara lain di pelat-pelat darah, ginjal, dan saluran cerna. Zat ini
produksi asam. COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat di jaringan, tetapi
dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel radang dan kadarnya dalam sel
meningkat sampai 80 kali (Tjay dan Raharja, 2002). Lima ciri khas inflamasi,
berkumpul pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh
kimia.
jaringan dan karena rasa nyeri. Keduanya mengurangi mobilitas pada daerah
berbagai macam sel, misalnya dalam beberapa jam sel-sel leukosit yang berfungsi
sebagai sel pertahanan tubuh menempel ke sel endotel pembuluh darah di daerah
inflamasi dan bermigrasi melewati dinding kapiler masuk ke rongga jaringan yang
neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, monosit yang berinteraksi satu sama lain
dalam proses inflamasi. Sel sistem imun nonspesifik seperti neutrofil, basofil,
eosinofil, dan monosit ini diproduksi dan disimpan di sumsum tulang dan
diedarkan di dalam darah. Pada keadaan normal, leukosit hanya sedikit melekat
pada sel endotel, tetapi pada inflamasi adhesi antara leukosit dan sel endotel ini
Anti inflamasi adalah sebutan untuk agen/obat yang bekerja melawan atau
yang poten yang disebut prostaglandin, yang mengatur peradangan, suhu tubuh,
analgesia, agregasi trombosit dan sejumlah proses lain. Mekanisme kedua untuk
Infiltrasi jaringan lokal oleh sel imun dan pelepasan mediator kimia oleh sel-sel
dilepaskan oleh sel-sel imun. Histamin, yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil
Sampai beberapa tahun yang lalu, ada dua jalan untuk mengurangi
dan yang kedua adalah penggunaan obat anti inflamasi non steroid (AINS)
(Olson, 2003).
Obat-obat anti inflamasi non steroid (AINS) merupakan suatu grup obat
yang secara kimiawi tidak sama dan berbeda aktivitas anti inflamasinya. Obat-
obat ini bekerja dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase tetapi tidak
obat-obat ini memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping
(Nogrady, 1992).
Salah satu obat AINS adalah aspirin. Asam asetil salisilat yang lebih dikenal
sebagai asetosal atau aspirin adalah analgesik, anti piretik dan anti inflamasi yang
sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Selain sebagai prototip,
obat ini merupakan standar dalam menilai efek obat sejenis (Wilmana, 1995
didapat dari proses penurunan dan penghambatan limfosit serta makrofag perifer
2002).
2.5. Karagen
jaringan dan memberikan respon yang lebih peka terhadap obat anti inflamasi
berkurang dalam waktu 24 jam. Edema yang disebabkan oleh injeksi karagen
diperkuat oleh mediator inflamasi terutama PGE1 dan PGE2 dengan cara
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bulu babi jenis
D.setosum yang diambil dari lokasi penelitian di Pulau Karimunjawa. Bahan uji
inflamasi pada tikus putih yang diinduksi oleh karagenan. Karagen adalah bahan
yang diekstrak dari Chondrus cripus yang digunakan untuk menimbulkan edema
pada telapak kaki tikus. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian Uji Aktivitas Anti
Inflamasi Senyawa Bioaktif dari Gonad Bulu Babi (D. setosum) terhadap Tikus
Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Karagenan
Bulu babi dipisahkan antara cangkang dan gonad, kemudian dicuci bersih di
bawah air mengalir dan tiriskan, setelah itu dikeringkan dalam oven pada suhu 40-
etanol. Sebanyak 300 gram simplisia direndam dengan 2,5 L etanol di dalam
bejana maserasi, ditutup dan dibiarkan selama 24 jam disimpan dalam keadaan
terlindung dari cahaya matahari, lalu disaring. Ampas direndam lagi dengan
etanol dan dibiarkan selama 24 jam. Penyarian dilakukan sebanyak 3 kali. Ekstrak
etanol yang diperoleh dipekatkan dengan alat evaporator hingga diperoleh ekstrak
kepolaran (Harborne, 1987) Ekstrak yang telah didapatkan dari hasil di larutkan
dengan proses partisi dengan pelarut n-heksan, methanol dan etil asetat.
(%):
Persen radang = 100%
Persen Inhibisi Radang = 100%
kelompok mana yang mempunyai pengaruh sama atau berbeda satu dengan yang
lainnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Aaslid, Elisabeth and Schultz, Kate A. 2001. Healing Muscle Pain: Tools,
Techniques, and Tips to Bring Your Muscles Back to Health. USA: New
York John Willey Press
Aprilia, Hilda Ayu, Delianis Pringgenies, dan Ervia Yudiati. 2012. Uji Toksisitas
Ekstrak Kloroform Cangkang dan Duri Landak Laut (D. setosum)
Terhadap Mortalitas Nauplius Artemia sp. Semarang: Journal of Marine
Research. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 75-83
Aziz A. 1987. Makanan dan Cara Makan Berbagai Jenis Bulu Babi. Journal of
Oseana. 29(4):91-100.
Azmir J, Zaidul ISM, Rahman MM, Sharif KM, Mohamed, A, Sahena F, Jahurul
MHA, Ghafoor K, Norulaini NAN, Omar AKM. 2013. Techniques for
Extraction of Bioactive Compounds From Plant Material: A Review.
Journal of Food Engineering. 117(4): 426-436.
Corsini, E., Paola R. D., Viviani, B., Genovese, T., Mazzon, E., Lucchi, L., Galli,
C.L., and Cuzzorcrea S. 2005. Increased Carragenan-Induced Acute Lung
Inflamation in Old Rats, Immunology, 115(2): 253-261.
Dorland, W.A.N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC. p 68-
556
Heim KE, Tagliaferro AR, Bobilya DJ. 2002. Flavonoid Anti oxidant Chemistry:
Metabolism, and Structure Activity Relationships. Journal of Nutritional
Biochemistry. 13(10):572-584.
Katzung, B.G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VIII. Alih Bahasa:
Dripa Sjabana dkk. p 432-455
Mansjoer, S.1997. Efek Anti radang Minyak Atsiri Temu Putih (Curcuma
zeodaria Rosch). Media Farmasi Indonesia 8(1): p 35-36
Rahayu WP. 1999. Kajian Aktivitas Anti mikroba Ekstrak dan Fraksi Rimpang
Lengkuas (Alpinia galanga l. Swartz) Terhadap Mikroba Patogen Perusak
Pangan [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Septiadi T, Pringgenies D, Radjasa OK. 2013. Uji fitokimia dan aktivitas anti
jamur ekstrak teripang keling (Holothuria atra) dari pantai Bandengan
Jepara terhadap jamur Candida albicans. Journal of Marine Research.
2(2):76-84.
Siahaan, Mentari Risnauli, Andi Hairil Alimuddin, dan Harlia. 2015. Identifikasi
Metabolit Sekunder Ekstrak Landak Laut (D. setosum) dan Uji Aktivitas
Anti bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Pontianak: JKK,
Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 53-60 ISSN 2303-1077
Siswanto, A. dan Nurulita, N.A. 2005. Daya Anti inflamasi Infus Daun Mahkota
Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl) pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus) Jantan. Prossiding Seminar Nasional TOI XXVII, 177181,
Batu 1516 Maret 2005.
Sugiarto, H. dan Supardi 1995. Beberapa catatan tentang bulu babi marga
Diadema. Oseana XX (4): 35.
Tjay, T.H., dan Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan
Efek Sampingnya. Edisi 5. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. hal: 309-
310
23
Wiranto, Edi, Muhamad Agus Wibowo, dan Puji Ardiningsih. 2016. Aktivitas
Anti inflamasi Secara In-Vitro Ekstrak Teripang Butoh Keling (Holothuria
leucospilota Brandt) dari Pulau Lemukutan. Pontianak: JKK, Tahun 2016,
Volume 5(1), halaman 52-57 ISSN 2303-1077