Anda di halaman 1dari 4

Nama : Kristin Novita Simanihur uk

NIM : J3H218126 ( Praktikum 2 )

Tugas : FISIOLOGI IKAN

Soal

1. Jelaskan perbedaan usus ikan mas dan ikan lele!


2. Kenapa kantung sperma pada ikan lele begerigi, kemudian Jelaskan!
3. Mengapa ginjal pada ikan lele menempel pada rongga atas? Apakah semua ikan
seperti ini?
4. Apa itu Aborescent, Jelaskan!

Jawab

1. Lele lokal (Clarias batrachus) merupakan jenis ikan air tawar yang bersifat karnivora.
Ikan ini membutuhkan kandungan protein jauh lebih tinggi dibandingkan ikan
herbivora karenanya, ikan ini lebih mudah mencerna protein daripada karbohidrat,
dengan demikian maka pakan yang dibutuhkan juga harus memiliki kandungan
protein yang tinggi (Widodo,2009).

Usus merupakan bagian terpanjang pada saluran pencernaan ikan. Pada organ usus
terdapat dua muara yang berasal dari kantung empedu dan pankreas serta pada lapisan
mukosa usus terdapat vili-vili (Asri, 2015). Jenis sel yang umum ditemukan pada usus
adalah sel enterosit dan sel Goblet. Jenis maupun jumlah sel Goblet dapat
berbeda-beda pada beberapa spesies ikan. Bahkan pada organ yang sama, jenis
serta jumlah sel Goblet juga dapat berbeda, hal ini disebabkan karena kandungan
glikoprotein penyusun mukusnya tidak sama (Yamada dan Yokote, 1975).

Berdasarkan hasil pengamatan, struktur histologi usus lele terdiri dari empat lapisan,
yaitu tunika mukosa, submukosa muskularis, dan serosa. Menurut Manisha dkk.
(2015), struktur histologi dinding usus lele hampir sama dengan ikan lainnya yang
terdiri dari tunika mukosa, submukosa, muskularis dan serosa. Lapisan mukosa
usus membentuk penjuluran kearah lumen yang disebut dengan vili yang terdiri dari
lamina epitelia disusun oleh sel epitel silindris selapis bersilia dan sel Goblet yang
terlihat oval dan bulat. Lapisan submukosa terlihat tebal dan terdiri dari jaringan ikat
longgar tepat dibawah lamina propria tanpa batas pemisah. Lapisan muskularis terdiri
dari lapisan tebal otot sirkuler dan otot longitudinal.
Ikan mas termasuk jenis ikan omnivora. Ikan Mas dapat memakan plankton maupun
invertebrata kecil. Atas dasar inilah maka dapat dikatakan bahwa ikan Mas
merupakan ikan omnivora yang cenderung herbivora. Keadaan usus yang sangat
panjang pada ikan herbivora merupakan kompensasi terhadap kondisi makanan yang
memiliki kadar serat yang tinggi sehingga memerlukan pencernaan lebih lama. Hal ini
dapat dibuktikan melalui pengamatan pada organ dalam ikan Mas yang tidak
ditemukan adanya lambung tetapi bagian depan usus halus terlihat membesar yang
lebih dikenal dengan istilah “lambung palsu”. Ikan Mas memilki panjang usus yang
melebihi panjang tubuh ikan. Pada pengukuran yang telah dilakukan diketahui bahwa
tubuh ikan Mas memiliki panjang baku 19 cm sedangkan panjang ususnya mencapai
50 cm atau hampir tiga kali lipat dari panjang tubuhnya. Usus yang panjang tersebut
bertujuan untuk mendapatkan hasil hidrolisis makromolekul makanan secara
maksimal (Santoso, 1993:14).

2. Testis menyerupai kantung kecil panjang yang tipis dan bergerigi pada bagian
bawahnya, berwarna abu-abu agak jernih dan belum terdapat bagian testis yang
berwarna putih-susu. Saat umur ikan lele 4 bulan.

3. Ginjal ikan lele yang menempel pada rongga atas disebabkan karena bentuk tubuhnya,
bentuk tubuh ikan lele picak. Tidak memiliki ruang yang lebih luas seperti ikan mas
dan sejenisnya. Sehingga posisi organ-organnya menyesuaikan bentuk tubuh ikan lele
tersebut. Habitat ikan lele di air juga dapat menjadi alasan mengapa ginjal ikan lele
menempel. Apabila ginjal menggantung, maka akan mengganggu sistem
osmoregulasinya.
Semua ikan memiliki ginjal seperti diatas, hal ini dipengaruhi oleh kondisi hidup di
dalam air serta berkaitan dengan osmoregulasi.

4. Insang merupakan organ respirasi utama pada ikan, bekerja dengan mekanisme difusi
permukaan dari gas-gas respirasi (oksigen dan karbondioksida) antara darah dan air.
Oksigen yang terlarut dalam air akan diabsorbsi ke dalam kapiler-kapiler insang dan
difiksasi oleh hemoglobin untuk selanjutnya didistribusikan keseluruh tubuh.
Karbondioksida dikeluarkan dari sel dan jaringan untuk dilepaskan ke air di sekitar
insang (Saputra dkk., 2013). Struktur histologi insang terdiri dari beberapa lamela
primer dan satu lamela primer terdiri dari beberapa lamela sekunder. Ukuran panjang
dan lebar lamela sekunder cenderung hampir sama. Sel-sel pernapasan ikan hanya
terdiri dari dua atau tiga lapis epitel yang terletak di membran basal.
Sel-sel tersebut terbungkus oleh selaput epidermis yang tipis dan bersifat
semipermeabel (Sukarni dkk., 2012) Ikan gabus termasuk golongan ikan yang
mempunyai alat bantu pernapasan (breating organ) yaitu labirin, terletak di bagian
atas insang, berfungsi untuk menghirup udara dari atmosfer (Chandra dan Banerjee,
2004; Muslim dan Syaifudin, 2012).
Ikan ini juga memiliki kemampuan bernapas langsung dari udara dan memiliki daya
tahan hidup yang tinggi, sehingga hal ini merupakan keuntungan komersial dalam
proses transportasi ikan gabus dalam keadaan hidup (Listyanto dan Adriyanto. 2009).
Organ labirin bernama divertikula yang terletak di bagian atas insang yang
memungkinkan menyerap oksigen dari udara sehingga mampu hidup di tempat yang
kekurangan air. Sebagaimana ikan-ikan yang juga mempunyai labirin, ikan gabus
mampu bertahan dalam kondisi perairan rawa dengan kandungan oksigen terlarut
rendah dan pH berkisar 4,5-6 (Listyanto dan Adriyanto, 2009; Muthmainnah, 2013).
Ikan yang memiliki alat bantu pernapasan mampu memanfaatkan oksigen yang ada di
atmosfer sebagai sumber gas pernapasan, sehingga ikan gabus mampu
mempertahankan hidupnya lebih dari 8 jam tanpa air (Chandra dan Banerjee, 2004).

Lele adalah komoditas budidaya perikanan global. Lele diekspor ke seluruh dunia
dalam bentuk daging sayat (fillet), utuh (whole around) tanpa kepala (head less) tanpa
insang dan isi perut (whole gill gutted/GG) dan daging halus (surimi). Permintaan
pasar ekspor adalah lele berukuran sekitar 500 g/ekor (2 ekor/kg) . Momentum ini
harus benar-benar dimanfaatkan oleh pembudidaya karena budidaya lele sangat
mudah sebab kemampuan lele untuk bertahan hidup sangat tinggi oleh adanya alat
bantu pernapasan labirin (aboresen) yaitu dapat mengambil oksigen langsung dari
udara dan pakan yang tidak pilih-pilih.
Daftar Pustaka

Hibya T. 1995. An Atlas of Fish Histology Normal and Pathologycal Features. (Second
edition). Kondansha LTD, Tokyo.

Khaisar, Okto. 2006. Kandungan Timah Hitam (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam Air, Sedimen
dan Bioakumulasi Serta Respon Histopatologis Organ Ikan Alu-alu (Sphyraena
barracuda) di Perairan Teluk Jakarta. [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Kvitt H, A Colorni. 2004. Diseases of Aquatic Organism. Vol. 61 : 67 – 73. Inter Research.
www.Int.Res.com. [Diakses pada Rabu, 11 Desember 2013].

Lu, FC.1995. Toksikologi Dasar. Nugroho Edi, penerjemah; Jakarta: UI Press.


Terjemahan dari: Basic Toxicology.

Pazra, Debby Fadhilah. 2008. Gambaran Histopatologi Insang, Otot dan Usus Pada Ikan Lele
(Clarias spp.) Asal dari Daerah Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.

Susanto, Dwi. 2008. Gambaran Histopatologi Organ Insang, Otot dan Usus Ikan Mas
(Cyprinus carpio) di Desa Cibanteng. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.

Sukarni, Maftuch dan H. Nursyam. 2012. Kajian penggunaan ciprofloxacin terhadap


histologi insang dan hati ikan Botia (Botia macracanthus, bleeker) yang diinfeksi
bakteri Aeromonas hydrophila. J.Exp. Life Sci. 2(1).

Anda mungkin juga menyukai