Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

“SISTEM INTIGUMEN DAN SISTEM RESPIRASI PADA IKAN”

Disusun oleh :
Nama : Farizah Zakirah
NPM : E1I021045
Hari/Tanggal : Rabu/ 6 April 2022
Shift/Kelompok : 3 / 4
Dosen : 1. Ir. Zamdial, M.Si
2. Maya Angraini Fajar Utami, S.Pi.,M.Si.
Co-ass : 1. Dia Ayu Meytria (E1I019017)
2. Emilio Roeskana (E1I019020)
3. Melisabeth Br. Purba (E1I020013)
4. Nur Alvi Syahrin (E1I020005)
5. Riska Ayu Kurniati (E1I019035)
6. Qinthara Aqiila Syahri (E1I020001)

LABORATORIUM PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi
dan menginformasikan ikan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan
bagian sistem organ yang terbesar. Kata ini berasal dari bahasa latin “intergum” yang berarti
penutup. Sehubungan dengan bervariasinya integumen pada vertebrata khususnya ikan, maka
fungsinya pun bermacam-macam pula, antara lain: pelindung terhadap gangguan mekanis,
fisis, organis atau penyesuaian diri terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupannya,
termasuk pelindung terhadap hewan lain yang merupakan musuhnya. Kulit juga digunakan
sebagai alat ekskresi dan osmoregulasi dan sebagai alat pernapasan pada beberapa jenis ikan
tertentu. Kata ini berasal dari bahasa Latin "integumentum", yang berarti "penutup".
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi,
dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali
merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku,
kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Salah satu jenis integument pada ikan
yaitu sisik. Sisik merupakan bagian tubuh luar dan salah satu karakteristik yang sangat
penting baik untuk ikan tulang rawan maupun ikan tulang keras. Pada umumnya, sisik
berfungsi sebagai pelindung dan penutup tubuh.
Berdasarkan asal, struktur dan fungsi, sedemikian variasi, sehingga sisik dianggap
sebagai hal yang penting dalam klasifikasi. Sisik sering diistilahkan sebagai rangka dermis
karena dibuat di dalam lapisan dermis. Di samping ikan yang bersisik, juga banyak terdapat
ikan yang sama sekali tidak bersisik, misalnya ikan-ikan yang termasuk sub-ordo Siluroidae
(jambal, Pangasius pangasius). Berdasarkan bentuk bahan yang terkandung di dalamnya, sisik
ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu placoid, cosmoid, ganoid, cycloid dan ctenoid.
Sistem urat daging atau sistem otot pada ikan secara fungsional otot ini dibedakan menjadi
dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak dibawah rangsangan otak. 
Respirasi adalah suatu proses perombakan bahan makanan dengan menggunakan
oksigen, sehingga diperoleh energi dan gas CO2. Selain manusia hewan pun melakukan
respirasi, respirasi pada hewan juga terjadi dalam 2 fase. Ikan merupakan salah satu hewan
yang memiliki sistem pernafasan berbeda daripada makhluk lainnya. Hewan Vertebrata telah
memiliki sistem sirkulasi yang fungsinya antara lain untuk mengangkut gas pernapasan (O2)
dari tempat penangkapan gas menuju sel-sel jaringan. Begitu pula sebaliknya, untuk
mengangkut gas buangan (CO2) dari sel sel jaringan ke tempat pengeluarannya. Mekanisme
pernapasan pada hewan Vertebrata beragam.
Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis
berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air,
sedang bagian dalam berhubungan erat dengan kapilerkapiler darah. Tiap lembaran insang
terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada
filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O2
berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum sistem integumen dan sistem respirasi adalah sebagai berikut:
1. Untuk melihat dan mengetahui struktur kulit pada ikan.
2. Untuk melihat dan mengetahui bentuk dan bagian-bagian dari sisik pada ikan.
3. Untuk melihat dan mengetahui perbedaan bentuk dan struktur dari sisik cycloid dan
sisik cienoid.
4. Untuk mempelajari dan memahami secara teoritis dan praktek identifikasi, taksonomi
dan klasifikasi ikan.
5. Untuk melakukan secara langsung identifikasi ikan berdasarkan ciri morfologi, data
morfometrik dan meristik dengan panduan Buku Kunci identifikasi ikan.
6. Untuk menyusun tingkatan (hierarki) kategori-kategori taksonomi sebagai bentuk
klasifikasi ikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi
dan menginformasikan ikan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan
bagian sistem organ yang terbesar. Sisik ikan termasuk bagian dari sistem integumen
(melindungi hewan dari lingkungan sekitar). Sisik tertanam pada lapisan bawah kulit. Selain
dilindungi sisik, ikan juga dilindungi lapisan lendir yang bersifat antiseptik. Sisik memiliki
bentuk dan ukuran yang beraneka macam dan dibedakan menjadi 4 jenis secara garis besar,
yaitu ganoid, cycloid, ctenoid, dan placoid (Gufran dkk, 2017).
Integumen merupakan suatu sistem yang sangat bervariasi. Terdapat sejumlah organ
ataupun struktur tertentu dengan fungsi yang bermacam-macam. Sistem integumen dapat
dianggap terdiri dari kulit yang sebenarnya dan derivat-derivatnya. Gigi pada ikan hiu, scute,
keel dan beberapa tulang tengkorak pada ikan merupakan modifikasi dari sisik. Kulit yang
sebenarnya yaitu lapisan penutup yang umumnya terdiri dua lapisan utama, letaknya sebelah
luar dari jaringan ikat kendur yang meliputi otot dan struktur permukaan lain (Burhanuddin,
2015).
Insang merupakan organ respirasi utama pada ikan, bekerja dengan mekanisme difusi
permukaan dari gas-gas respirasi (oksigen dan karbondioksida) antara darah dan air. Oksigen
yang terlarut dalam air akan diabsorbsi ke dalam kapiler-kapiler insang dan difiksasi oleh
hemoglobin untuk selanjutnya didistribusikan keseluruh tubuh. Karbondioksida dikeluarkan
dari sel dan jaringan untuk dilepaskan ke air di sekitar insang. Struktur histologi insang terdiri
dari beberapa lamela primer dan satu lamela primer terdiri dari beberapa lamela sekunder.
Ukuran panjang dan lebar lamela sekunder cenderung hampir sama. Sel-sel pernapasan ikan
hanya terdiri dari dua atau tiga lapis epitel yang terletak di membran basal. Sel-sel tersebut
terbungkus oleh selaput epidermis yang tipis dan bersifat semipermeabel (Veronica, 2017).
Kebanyakan hewan tergantung pada ketersediaan oksigen untuk setidaknya di
beberapa bagian dari kehidupan mereka. Bahkan hewan yang telah beradaptasi untuk hidup di
habitat yang anoksik biasanya hanya bersifat anaerob fakultatif. Oksigen merupakan salah
satu faktor yang paling penting dalam budidaya dan kebutuhan oksigen dari organisme
akuatik juga berhubungan dengan metabolisme. Tingkat metabolisme hewan merupakan
variabel yang dapat dipengaruhi dari dalam (bobot tubuh sifat fisiologis) maupun luar
(misalnya ketersediaan oksigen, suhu, dan asupan makanan). Saat ini, tingkat metabolisme
menjadi salah satu ciri fisiologis yang paling banyak dipelajari pada hewan (Prakoso dan
Chang, 2017).
Insang merupakan organ utama respirasi yang berperan penting dalam proses
osmoregulasi, keseimbangan ion dan sekresi nitrogen. Insang juga merupakan organ yang
terpapar langsung dengan lingkungan sehingga berpotensi digunakan sebagai bioindikator
pencemaran lingkungan. Insang ikan terdiri dari tiga bagian utama yaitu arcus branchialis
(arcus insang), filamen branchialis (filamen insang) dan branchiospinalis (raker insang: tapis
insang). Umumnya ikan memiliki empat pasang arcus branchialis, walaupun demikian
terdapat beberapa jenis ikan dengan jumlah arcus branchialis yang lebih sedikit atau lebih
banyak. Contohnya ikan Lagocephalus sceleratus memiliki tiga pasang dan ikan Solea
senegalensis memiliki lima pasang. Variasi bentuk anatomi insang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor di antaranya perbedaan karakteristik habitat dan perilaku makan (Ernita dkk,
2020).
Insang merupakan organ respirasi utama pada ikan, bekerja dengan mekanisme difusi
permukaan dari gas-gas respirasi (oksigen dan karbondioksida) antara darah dan air. Oksigen
yang terlarut dalam air akan diabsorbsi ke dalam kapiler-kapiler insang dan difiksasi oleh
hemoglobin untuk selanjutnya didistribusikan keseluruh tubuh. Karbondioksida dikeluarkan
dari sel dan jaringan untuk dilepaskan ke air di sekitar insang. Struktur histologi insang terdiri
dari beberapa lamela primer dan satu lamela primer terdiri dari beberapa lamela sekunder.
Ukuran panjang dan lebar lamela sekunder cenderung hampir sama. Sel-sel pernapasan ikan
hanya terdiri dari dua atau tiga lapis epitel yang terletak di membran basal. Sel-sel tersebut
terbungkus oleh selaput epidermis yang tipis dan bersifat semipermeabel (Pertiwi dkk, 2017).
Ikan yang pada umumnya hidup di dalam air memiliki aktivitas yakni, aktivitas
respirasi dan pencernaan. Pada aktivitas respirasi, ikan memompa air dari mulut kemudian
oksigen terlarut disaring dan diserap oleh insangnya, selanjutnya air tersebut dikeluarkan lagi.
Begitu juga pada pencernaannya, ikan memakan makanannya dari mulut kemudian masuk ke
sistem pencernaan. Jika air dalam kondisi yang tidak menguntungkan atau air mengandung
zat-zat toksik tertentu, maka akan mempengaruhi aktivitasnya dan dapat menyebabkan
kematian. Di dalam air, ikan akan hidup normal jika pada kondisi lingkungan perairan yang
sesuai, misalnya dengan nilai oksigen terlarut (DO), pH, suhu dan faktor-faktor lain yang
sesuai sehingga tidak menimbulkan stress pada ikan (Kamiswari dkk, 2013).
Struktur histologi insang terdiri dari beberapa lamela primer dan satu lamela primer
terdiri dari beberapa lamela sekunder. Ukuran panjang dan lebar lamela sekunder cenderung
hampir sama. Sel-sel pernapasan ikan hanya terdiri dari dua atau tiga lapis epitel yang terletak
di membran basal. Sel-sel tersebut terbungkus oleh selaput epidermis yang tipis dan bersifat
semipermeabel. Organ labirin bernama divertikula yang terletak di bagian atas insang yang
memungkinkan menyerap oksigen dari udara sehingga mampu hidup di tempat yang
kekurangan air. Sebagaimana ikan-ikan yang juga mempunyai labirin, ikan gabus mampu
bertahan dalam kondisi perairan rawa dengan kandungan oksigen terlarut rendah dan pH
berkisar 4,5-6. Ikan yang memiliki alat bantu pernapasan mampu memanfaatkan oksigen yang
ada di atmosfer sebagai sumber gas pernapasan, sehingga ikan mampu mempertahankan
hidupnya lebih dari 8 jam tanpa air (Mutmainnah, 2013).
Labirin adalah alat pernapasan tambahan pada ikan berupa lipatan-lipatan epitelium
pernapasan. Labirin terletak pada suatu rongga di belakang atau di atas insang. Ikan yang
mempunyai labirin mampu hidup di perairan yang miskin oksigen terlarut, asalkan permukaan
perairan terdapat udara bebas. Labirin memiliki pembuluh darah kapiler yang mampu
mengambil oksigen langsung dari udara. Udara ditampung di rongga labirin saat akan muncul
di permukaan air. Apabila labirin tidak mempunyai kesempatan mengambil oksigen langsung
dari udara bebas yang dikarenkan permukaan air tertutup oleh tanaman atau material lain,
maka ikan akan mati.Labirin terdiri dari tunika mukosa dan tunika submukosa, pada tunika
mukosa terdapat epitelium pipih berlapis dan sel mukus, sedangkan pada tunika submukosa
terdapat pembuluh darah, sel lemak, jaringan ikat, dan tulang rawan elastis yang dibungkus
oleh perikondrium (Prameswari dkk, 2013).
Dermis adalah lapisan yang di dalamnya terkandung pembuluh darah, saraf dan
jaringan pengikat memiliki struktur yang lebih tebal dengan sel-sel susunannya lebih kompak
dari pada epidermis. Derivat-derivat ikan dibentuk pada lapisan tersebut. Lapisan dermis
berperan dalam pembentukan sisik pada ikan yang bersisik dan derivat-derivat kulit lainnya.
Ikan yang tidak bersisik memproduksi lendir yang lebih dari tebal dibandingkan ikan bersisik.
Ketebalan lendir dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang berbentuk piala yang terletak di
dalam epidermis. Kelenjar tersebut akan memproduksi lendir lebih banyak saat ikan berusaha
melepaskan diri dari bahaya dibandingkan pada saat keadaan normal (Yuniarti, 2018).
Unit fungsional dasar insang adalah filamen, yang menopang deretan lamella seperti
pelat. Lamella dirancang untuk pertukaran gas dengan luas permukaan yang besar dan epitel
tipis yang mengelilingi inti kapiler sel pilar yang bervaskularisasi dengan baik. Lamella
diposisikan agar aliran darah berlawanan dengan aliran air di atas insang. Pada ikan biasanya
terdapat 4 lembar insang yang ada pada setiap sisi tubuh. Ikan hiu dan ikan pari memiliki 5
lembar insang, sedangkan beberapa spesies bahkan memiliki 6 atau 7 lembar insang.
Lembaran insang yang biasanya memiliki warna merah. karena mengandung pembuluh darah.
Lembaran insang berbentuk menyerupai sisir. Tiap lembaran insang memiliki sepasang
filamen, setiap filamen terdiri dari banyak lembaran tipis atau disebut lamella. Pada filamen
terdapat pembuluh darah yang mengandung kapiler sehingga memungkinkan terjadinya
pertukaran gas O2 dan CO2 (Jumiati dkk, 2021).
BAB III
METODELOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas
Pertanian, Universitas Bengkulu. Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 6 April
2022.
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
Bahan-bahan yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah ikan mas, ikan sebelah,
ikan kakap, ikan gabus, ikan nila dan ikan belanak, jenis ikan air tawar, ikan air laut dan
ikan air payau. Peralatan yang digunakan antara lain adalah mikroskop, gelas preparat,
baki/nampan plastik, peralatan bedah, tisu pembersih, alat tulis, kaca pembesar (loup),
baki/nampan plastik, mistar/penggaris, jangka sorong, papan ukur (Measuring Board),
alat hitung (counter), pinset, kaca pembesar (loup), tisu pembersih, alat tulis dan Buku
Kunci Identifikasi-Hasanuddin Saanin dan buku kunci identifikasi lainnya sebagai
pendukung.
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1 Sistem Integumen
1. Menyiapkan semua ikan yang menjadi objek praktikum sistem integument dan
menggambarkan dalam buku gambar dan melengkapi dengan keterangan morfologi
ikan.
2. Menyiapkan mikroskop dan gelas preparat di atas meja kerja.
3. Mengambil irisan kulit ikan di bagian tubuh menggunakan pisau, meletakkan di atas
gelas preparat dan mengamati di bawah mikroskop. Menggambarkan struktur kulit di
dalam buku gambar dan melengkapi dengan keterangan gambar.
4. Mengambil sisik pada bagian badan ikan preparat menggunakan pinset, meletakkan di
atas gelas preparat dan mengamati di bawah mikroskop.
5. Mengulangi pengamatan untuk sisik ikan yang diambil dari bagian gurat sisi atau linea
literalis.
6. Melihat perbedaannya dengan sisik yang diambil dari bagian badan ikan.
3.3.2 Sistem Respirasi
Identifikasi dapat dilakukan terhadap ikan yang telah diketahui jenisnya,
kelompok atau golongan untuk mengetahui taksonomi dan klasifikasi ikan tersebut
secara lengkap. Identifikasi juga diperlukan untuk mendeskripsikan ciri-ciri taksonomi
dan klasifikasi ikan yang sama sekali belum diketahui jenis, kelompok dan
golongannya. Pekerjaan identifikasi ikan dilakukan secara sistematis dari pencarian
kelompok taksonomi yang umum, mulai dari Kingdom hingga ke spesies. Cara ini
bersesuai dengan alur pikir deduktif. Penentuan kelompok taksonomi dari yang umum
ke yang khusus dibantu dengan buku kunci indentifikasi. Untuk mendapatkan ketepatan
hasil identifikasi, keterangan dan deskripsi ciri-ciri morfologi, data morfometrik dan
meristik dapat juga dilengkapi dengan sumber-sumber lainnya. Dan akan lebih lagi jika
tersedia acuan yang terbaru. Pencocokan dengan menggunakan gambar atau foto akan
sangat membantu hasil identifikasi yang dilakukan.
Prosedur untuk melakukan identifikasi ikan di laboratorium adalah sebagai berikut:
1. Mengambil sampel ikan yang akan diidentifikasi, meletakkan pada nampan atau baki
plastik atau wadah lainnya yang sesuai.
2. Menyiapkan peralatan pendukung, seperti alat ukur (mistar/penggaris, atau papan
ukur atau measuring board, jangka sorong, kaca pembesar, pinset dan alat tulis
menulis).
3. Menyiapkan buku kunci identifikasi. Buku utamanya adalah Buku Taksonomi dan
Kunci Identifikasi Ikan; Jilid 1 dan 2 (Saanin, 1984). Untuk mendukung akurasi
penyamaan ciri morfologi, morfometrik dan meristik, dapat juga dilengkapi dengan
buku-buku lainnya, seperti Marine Fishes of South-East Asia (Allen, 2000), Fishes of
the World (Nelson et al., 2016), Market Fishes of Indonesia (White et al., 2013) dan
FAO Species Identification for Fishery Purpose (FAO, 1974).
4. Melakukan pengamatan ciri-ciri morfologi, mengukur data morfometrik dan
meristik, lalu mencocokkan dengan keterangan atau petunjuk yang ada pada Buku
Kunci Identifikasi.
5. Mencatat semua deskripsi yang dicocokkan dengan ciri-ciri morfologi, data
morfometrik dan meristik sesuai urutan yang tercantum dalam Buku Kunci Identifikasi.
6. Mengidentifikasi selesai jika sudah sampai pada deskripsi taksonomi terendah yaitu
spesies.
Untuk identifikasi yang terkait dengan meristik (perhitungan bagian-bagian tubuh pada
ikan), perlu kehati-hatian yang sangat tinggi, sehingga diperlukan adanya petunjuk atau
arahan yang jelas baik berupa narasi maupun gambar.
DAPUS
Pertiwi, S. L., Zainuddin, Z., & Rahmi, E. (2017). GAMBARAN HISTOLOGI SISTEM RESPIRASI IKAN
GABUS (Channa striata)(Histological Respiratory System of Snakehead (Channa striata)). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Veteriner, 1(3), 291-298.
Kamiswari, R., Hidayat, M. T., & Rahayu, Y. S. (2013). Pengaruh pemberian deterjen terhadap mortalitas
ikan Platy sp. LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi, 2(1), 139-142.

Prakoso, V. A., & Chang, Y. J. (2017). Laju respirasi induk ikan blackhead seabream Acanthopagrus
schlegelii pada suhu pemeliharaan yang berbeda. Jurnal Riset Akuakultur, 12(2), 161-167.

Gufran, M. F. B., Aziz, N., Pitoyo, W., & Suhandi, S. (2017). Pemanfaatan Ekstrak Kitosan dari Limbah Sisik
Ikan Bandeng di Selat Makassar pada Pembuatan Bioplastik Ramah Lingkungan. Hasanuddin Student
Journal, 56-61.
Veronica, V. (2017). HISTOLOGIS INSANG DAN LABIRIN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy Lac.)
(Histological Gill and Arborencent of Carp (Osphronemus gouramy Lac.). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Veteriner, 2(1), 23-29.
Gufran, M. F. B., Aziz, N., Pitoyo, W., & Suhandi, S. (2017). Pemanfaatan Ekstrak Kitosan dari Limbah Sisik
Ikan Bandeng di Selat Makassar pada Pembuatan Bioplastik Ramah Lingkungan. Hasanuddin Student
Journal, 56-61.
Burhanuddin, A. I. (2015). Ikhtiologi, Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya. Deepublish.

Mutmainnah, D. 2013. Hubungan panjang berat dan faktor kondisi ikan Gabus
(Channa striata Bloch, 1793) yang dibesarkan di rawa Lebak, provinsi
Sumatera Selatan. Depik. 2(3):184-190.
Parameswari, W., A. D. Sasanti, dan Muslim. 2013. Populasi bakteri,
histologi, kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan Gabus (Channa
striata) yang dipelihara dalam media dengan penambahan probiotik. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia. 1(1):76-89.
Jumiati, J., Rahmaningsih, S., & Sudianto, A. (2021). MUTU KERUPUK LIMBAH INSANG IKAN KURISI
(Nemipterus japonicus) DITINJAU DARI ANALISIS PROKSIMAT. Jurnal Teknologi Pangan, 15(1).
Yuniarti. 2018. Aspek Biologis dan Ekologis Ikan Menggabai. Jurnal Ikhtiologi Indonesia
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. 1(2) : 11-17.

Anda mungkin juga menyukai