Anda di halaman 1dari 7

ULASAN BACAAN

DISUSUN OLEH
SATRIA YUDHA N.E.A (L021171310)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
ULASAN
Introduction to the use of biomarkers in the assessment of aquatic ecosystem
health ( PENGANTAR PENGGUNAAN BIOMARKER DALAM PENILAIAN
KESEHATAN EKOSISTEM PERAIRAN )
Potensi dan Permasalahan
Pada subbab ini penulis menjelaskan Seperti yang kita ketahui di Indonesia
biormarker belum di masukkan sebagai alat untuk menentukan kriteria kesehatan
lingkungan. Hal ini mungkin karena masih kurangnya penelitian-penelitian biomarker
yang meggunakan organisme wilayah tropis sebagai sentinel organism wilayah tropis
dalam mengkriteriakan kesehatan lingkungan menjadi penting. Selama ini kriteria
kerusakan baik yang digunakan dalam pemantauan lingkungan maupun standard baku
mutu masih didasarkan pada teknik klasik yang utamanya hanya difokuskan pada
hubungan bahan pencemar tunggal dengan potensi kerusakan yang sebagian besarnya
didasarkan pada mortalitas sentinel organism (Yaqin, 2021).

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa 102 pengkriteriaan kesehatan


lingkungan yang didasarkan hanya pada level bahan pencemar tunggal dengan basis
mortalitas kurang dapat diandalkanHal ini karena di lingkungan perairan keberadaan
bahan pencemar tidak berdiri sendiri, tetapi mereka akan membentuk interaksi sinergis
maupun antagonis dengan bahan pencemar yang lainnya dalam menghasilkan
kerusakan pada berbagai organisasi biologis suatu organisme. Di samping itu mortalitas
biota dianggap kurang memadai sebagai ukuran kriteria kesehatan lingkungan karena
mortalitas adalah kovergensi dan akumulasi dari berbagai kerusakan di dalam tubuh
organisme. Dengan kata lain, sebelum terjadinya mortalitas, organisme sudah
mengalami berbagai kerusakan organisasi biologis yang dapat berakibat fatal bagi
organisme dalam melangsungkan kehidupannya. Sebagai contoh bahan pencemar
tributiltin dalam konsentrasi yang rendah sudah dapat menimbulkan kerusakan tulang
belakang ikan. Tentunya kerusakan ini tidak dapat dideteksi sebagai kematian, tetapi
kerusakan yang terjadi dapat berakibat fatal pada kemampuan renang ikan (Yaqin,
2021).

Penilaian Kondisi Kesehatan Ekosistem Perairan


Pada subbab ini penulis menjelaskan Introduksi penggunaan biomarker ditujukan
untuk membuat kriteria kesehatan perairan, meningkatkan kualitas ekosistem perairan,
melalui reliabilitas standard baku mutu lingkungan perairan. Kualitas lingkungan dapat
ditingkatkan 103 dengan penggunaan biomarker, karena dalam konsep biomarker
inheren di dalamnya konsep early warning system engan itu tingkat keparaham
kerusakan lingkungan perairan akibat stresor lingkungan dapat diminimalisir sedemikian
sehingga tindakan preventif lebih mungkin dilakukan tindakan kuratif. Biomarker dapat
meningkatkan reliabilitas standar baku mutu karena ia akan mengurangi kesempatan
terjadinya underestimate atau overestimate terhadap potensi kerusakan yang
ditimbulkan oleh stresor lingkungan. Ada beberapa jenis biomarker yang dapat dipakai
sebagai alat monitoring dan uji di laboratorium, mulai dari tingkat yang paling rendah
dari 104 organisasi biologis seperti tingkat molekuler, seluler, histologi, fisiologi,
morfologi, hingga tingkah laku (Yaqin, 2021).

Biomarker Tingkat Molekuler


Pada subbab ini penulis menjelaskan Paparan genotoksin (bahan pencemar yang
merusak gen) akan berkonsekuensi terhadap kesehatan organisme perairan. Untuk
mendeteksi adanya kanker dibutuhkan waktu yang lama hingga kanker itu muncul
sebagai salah satu jenis gangguan kesehatan sejak setelah tubuh organisme terpapar
oleh genotoksin. Fakta penelitian dapat di ketahui bahwa kerusakan DNA dari suatu
biota telah dijadikan sebagai salah satu biomarker molekuler. Kerusakan DNA akan
muncul sebagai kerusakan pilinan pita DNA yang merupakan akibat dari alkali yang
labil. Kerusakan DNA juga dapat terjadi karena adanya aktivitas pengguntingan pilinan
rantai DNA pada saat terjadi perbaikan oleh enzim, Beberapa alat yang harus dimiliki
oleh suatu laboratorium untuk menjalankan comet assay yaitu sentrifus, shaker,
mikroskop fluorescence, kamera dan peralatan electrophoresis. Comet assay telah
diaplikasikan lebih dari 15 tahun yang lalu, dan sejak itu menjadi salah satu assay yang
banyak digunakan untuk mendeteksi kerusakan DNA pada hewan perairan. comet
assay memunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan metode yang lainnya yang
umum digunakan dalam mendeteksi toksisitas genotoksin di antaranya yaitu; (1)
kerusakan akibat genotoksin dapat dideteksi hampir pada semua sel yang mempunyai
nukleus yang berasal dari jaringan somatik dan germinal (Yaqin, 2021).
(2) dalam analisisnya dibutuhkan sel dalam jumlah sedikit
(3) merupakan metode yang cepat dan 106 sensitif
(4) dapat digunakan sebagai sistem peringatan dini terhadap paparan genotoksin
Biomarker Sistem Syaraf
Pada subbab ini penulis menjelaskan Salah biomarker yang sangat bermanfaat
dalam mendeteksi bahan kimia yang dapat mengganggu atau merusak saraf adalah
aktivitas enzim kolinesterase. Karbamat dan organofosfat adalah dua golongan
pestisida yang difabrikasi untuk menggantikan pestisida jenis organoklorin. Hal ini
karena pestisida jenis organoklorin sangat sulit didegradasi secara alami contohnya
adalah DDT. Enzim kolinesterase memiliki peranan penting dalam meregulasi transmisi
impuls antar sel saraf. Adanya enzim kolinesterase pada sel-sel saraf akan mencegah
adanya transmisi impuls yang berlebih. Pencegahan ini dilakukan dengan mekanisme
pemecahan asetilkolin—yang merupakan zat transmitor— menjadi asam asetat dan
kolin (Yaqin, 2021).
Menurut Ilmuwan dalam bidang ekotoksikologi memanfaatkan tanda-tanda
ketidakaktifan enzim kolinesterase ini sebagai biomarker adanya gangguan pestisida
dalam tubuh organisme. Ellman dan koleganya pada tahun 1961 menemukan teknik
pengukuran aktivitas enzim kolinesterase yang dikenal dengan teknik kolorimetrik
Kematian kerang air tawar (Elliptio steinstansana) yang hidup di sungai yang tercemar
dengan berbagai bahan pencemar pertanian mengalami inhibisi aktivitas kolinesterase
65-67 persen jika dibandingkan dengan kerang yang hidup di sungai yang tidak
tercemar Dengan menggunakan kerang hijau, Perna viridis sebagai sentinel organism
mengobservasi bahwa aktivitas kolinesterase kerang hijau yang hidup di perairan
Pangkajene dan Kepualauan (Pangkep) lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas
kolinetsrease kerang hijau yang hidup di Kamal Muara dan Cilincng (Yaqin, 2021).

Imunitas Kerang sebagai Biomarker


Pada subbab ini penulis menjelaskan Kerang yang imunitas sebagai biomarker.
Sistem imunitas pada biota air sebagaimana yang ada pada organisme darat
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu sistem imunitas innate (bawaan) dan adaptif.
Sistem immunitas innate adalah sistem kekebalan paling awal yang dimiliki oleh
organimse ketika diinfeksi oleh organisme lain yang bersifat patogen. Bisa kita ketahui
sistem imunitas adatif atau spesifi kadalah perkebmbangan dari sistem imun bawaan
dengan peranggkat yang lebih kompleks (Yaqin, 2021).

Ulasan Buku Petunjuk Praktis Aplikasi Biomarker Sederhana yang ditulis oleh Dr. Ir.
Khusnul Yaqin, M. Sc :

Secaara garis besar tampilan cover buku tampak sangat sederhana, didalam buku terdapat
beberapa typo pada penulisannya. Judul buku ini sesuai dengan pembahasan yang dibahas,
isinya terlihat seperti proses dan hasil suatu uji coba sederhana. Bahasa yang digunakan cukup
sederhana, mudah dimengerti, disertai dokumentasi cukup lengkap mengenai sampel yang
digunakan serta aplikasi dan contoh grafik. Susunan buku diawali dengan daftar isi, daftar tabel,
daftar gambar, kata pengantar, pendahuluan kerang hijau dan Biomarker, metode aplikasi dan
daftar pustaka
1. Kerang hijau dan biomarker
 Mengapa kerang hijau?

Penulis mengungkapkan bahwa dalam ekotoksikologi di kenal terminology sentinel organism.


Makna Harafiah terminology yaitu organisme penjaga (Yaqin, 2019).
Di jelas seiring dengan perkembangan waktu teknik itu di elaborasi oleh pra ahli pencemaran
atau ekotoksikolog untuk kegiatan pengujian atau penilitan di laboratorium maupun lapangan
(Yaqin, 2019).

 Biomarker

Pada subbab ini dibahas mengenai defenisi biomarker dari beberapa tokoh seperti Peakall
1994 yang mengatakan biomarker ialah suatu perubahan akibat suatu respon biologis yang
dapat dikaitkan dengan adanya paparan atau efek racun dari bahan kimia yang ada di
lingkungan. Dalam buku ini dimuat juga kelompok biomarker yang dikutip dari NRC (1987) dan
WHO (1993), tiga kelompok itu ialah : biomarker paparan, biomarker efek dan biomarker
kerentanan. Selain itu sejarah penggunaan awal biomarker dalam ilmu pengatahuan awalnya
digunakan dalam ilmu farmasi dan kedokteran lalu digunakan sebagai alat monitoring
lingkungan. Sehingga penulis juga memuat informasi yang dikutop dari salah penulis laiinya
Van der Oost, et al (2003) mengenai enam kriteria yang harus dipenuhi agar suatu biomarker
dapat diterima atau digunakan sebagai alat biomonitoring.

2. Metode aplikasi

Pada subbab ini penulis menjabarkan tahapan pengambilan sampel, jumlah sampel digunakan
yang mewakili dua kondisi perairan berbeda, proses pengambilan bagian tubuh kerang hijau
hingga proses pengeringan daging dan cangkang kerang hijau yang akan diamati. Adapun
analisis data yang digunakan dalam uji coba biomarker sederhana sebagai berikut (Yaqin,
2019)

 Indeks Kondisi

Penulis menjabarkan sepuluh rumus IK dari beberapa penemunya yang nanti merefleksikan
perubahan morfologis dan fisiologis kerang sebagai respon terhadap lingkungan yang ada.

 Growth Index

Menurut penuli Terdapat dua cara pengukuran indeks pertumbuhan yang pertama dilihat dari
garis-garis pertumbuhan yang teradapat pada cangkang kerang hijau dibagi dengan nilai bobot
daging kering, kedua garis-garis umur dibagi dengan panjangnya.
 Analisis Logam

Tahapan yang dijabarkan dalam buku ini untuk mengetahui kandungan logam dalam kerang
hijau, dimulai dari tahap penimbangan, pemanasan, menambahan larutan penyaringan, lalu
dinalisis menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Analisis Statistik

Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui korelasi-korelasi (kuat, lemah, sedang, sangat
kuat) antara pb dalam daging dengan stress on stress, pb dalam daging dengan GI, dan pb
dalam daging dengan IK. Korelasi tersebut akan menunjukkan beberapa kriteria apakah suatu
perairan itu bersih, tercemar ringan, tercemar sedang, tercemar dan sangat tercemar.

 Analisis Stress On Stress

Parameter ini dihitung untuk mengetahui kemampuan kerang untuk hidup di udara dalam waktu
tertentu, hubungannya dengan bahan pencemar ialah semakin tinggi konsentrasi bahan
pencemar dana lama waktu pemaparan, maka akan semakin berkurang kemmapuan kerang
untuk hidup diudara begitupun sebaliknya (Yaqin 2019).

 Menghitung Lt50 Kaplan-Meier

LT50 kaplan-meier dapat dihitung dengan berbagai software statistic, misalnya SPSS,
Graphpad Prism dan lain-lain, pada buku ini menjabarkan proses pengerjaan data pada uji coba
kerang hijau sehingga pembaca lebih mudah memahami cara kerja olah datanya
DAFTAR PUSTAKA

Yaqin, K. 2019. Petunjuk Praktis Aplikasi Biomarker Sederhana. Unhas Press.


Makassar.
Yaqin, K. 2021. Pengantar Penggunaan Biomarker dalam Penilaian Kesehatan
Ekosistem Perairan.

Anda mungkin juga menyukai