Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BIOMONITORING DAN PETANDA BIOLOGI

Disusun Oleh : Kelompok 1

1. Devita Rahayu Nurhaliza Putri (1951700037)


2. Damaris Ayu Kurniawati (2051700033)

Dosen Pengampu : Dewi Puspito Sari SKM., M.Kes

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA


TAHUN 2022/2023

DAFTAR ISI
BAB I

LATAR BELAKANG

1. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan peradaban kota, kebutuhan akan sarana dan
prasarana semakin meningkat, seperti perkembangan pusat-pusat industri dan
meningkatnya volume kendaraan bermotor. Disisi lain, pembangunan pusat-pusat
industri juga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif seperti penurunan
kualitas lingkungan berupa polusi udara, polusi air, polusi tanah, dan polusi suara.
Dalam aktivitas produksinya, industri tersebut menyebabkan timbulnya polutan-
polutan yang dibebaskan dalam udara yang dapat menyebabkan pencemaran udara
(Pratiwi, 2006).
Pencemaran udara adalah proses masuknya atau dimasukkannya zat
pencemar ke udara oleh aktivitas atau alam yang menyebabkan berubahnya
tatanan udara sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu dan tidak
dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya (Kep.02/Men-KLH/1988). Keberadaan
zat pencemar dalam udara dapat membahayakan makhluk hidup termasuk
manusia.
2. RUMUSAN MASALAH

3. TUJUAN MASALAH
BAB II

ISI

A. BIOMONITORING
1. PENGERTIAN
Secara umum istilah Biomonitoring dipakai sebagai alat/cara yang penting dan
merupakan metode baru untuk menilai suatu dampak pencemaran lingkungan. Istilah
yang lebih spesifik adalah monitoring biologi (Biological Monitoring). Di dalam
praktek penggunaan monitoring biologi (MB) adalah untuk memonitor Populasi yang
terpapar oleh bahan polutan di tempat kerja maupun di lingkungan.
Kegiatan monitoring dapat dipakai untuk mengevaluasi risiko kesehatan yang
berhubungan dengan bahan polutan. Dikenal ada 3 jenis monitoring:
1. Monitoring ambien untuk menilai risiko kesehatan
Monitoring ambien tersebut digunakan untuk memonitor paparan
eksternal dari bahan kimia untuk mengetahui berapa kadar bahan kimia di
dalam air, makanan, dan udara. Risiko kesehatan dapat diperkirakan
(diprediksi) berdasarkan batas paparan lingkungan, misalnya Threshold Limit
Value (TLV) dan Time Weighted Average (TWA) dari suatu paparan.
2. Monitoring Bioligi dari paparan (MB paparan)
Definisi monitoring biologi suatu paparan adalah pemantauan suatu
bahan yang mengadakan penetrasi ke dalam tubuh dengan efek sistemik yang
membahayakan.
Monitoring biologi dari suatu paparan dapat dipakai untuk
mengevaluasi risiko kesehatan.Monitoring biologi tersebut dilaksanakan
dengan memonitor dosis internal dari bahan kimia, sebagai contoh adalah
jumlah dosis efektif yang diserap oleh organisme.
Risiko terhadap kesehatan diprediksi dengan membandingkan nilai
observasi dari parameter biologi dengan Biological Limit Value (BLV)
dan/atau Biological Exposure Index (BEI).
3. Monitoring Biologi dari efek tokksikan (Health Surveillance)
Tujuan monitoring biologi dari efek toksikan adalah memprediksi
dosis internal untuk menilai hubungannya dengan risiko kesehatan,
mengevaluasi status kesehatan dari individu yang terpapar dan
mengidentifikasi tanda efek negatif akibat suatu paparan, misalnya kelainan
fungsi paru.
Dengan ketiga pendekatan tersebut, monitoring biologi suatu paparan
merupakan alat penilaian yang adekuat untuk suatu risiko kesehatan. Hal ini
disebabkan oleh karena indeks biologi dari dosis internal perlu berhubungan
erat dengan efek negatif yang terjadi di dalam tubuh.
Monitoring biologi berhubungan dengan paparan bahan polutan yang
masuk tubuh melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan dan kulit. Harus
dipertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan dan
penyerapan bahan kimia di dalam tubuh. Faktor pengaruh tersebut antara lain
adalah variasi individu, beban kerja, kebiasaan hidup sehat, dan aktifitas kerja.
Berbeda dengan monitoring ambien dan monitoring biologi, maka monitoring
biologi dari efek toksikan(Health Surveillance)sesungguhnya bukan suatu
aktifitas pencegahan.Kalau ada tanda efek negatif,hal tersebut menunjukkan
bahwa paparan bahan polutan (bahan toksikan/kimia) berkemampuan untuk
merusak kesehatan.
Pengertian dosis internal dibedakan bergantung pada pemilihan uji
biologi dan kondisi.Bahan kimia yang baru saja masuk ke dalam tubuh disebut
sebagai paparan baru,sedangkan bahan kimia yang sudah lama masuk tubuh
disimpan di dalam bagian dari tubuh sebagai kumpulan bahan
paparan(Integrated Exposure). Untuk sejumlah bahan kimia yang mengadakan
interaksi dengan lokasi target, diperlukan hubungan antara paparan
eksternal,dosis internal, dan efek yang merugikan.

Hubungan

Monitoring ambien, Monitoring biologi dari Paparan,

dan Monitoring biologi dari efek toksikan

Sumber: Biological markers of exposuve (Talbott, EO and Craun GF, 1995)

Tipe monitoring pada perlindungan kesehatan kerja dan kesehatan lingkungan


apabila terdapat hubungan antara paparan eksternal dan dosis internal, maka
parameter biologi dapat dipakai sebagai indeks paparan dan menunjukkan sedikit
informasi mengenai risiko kesehatan. Program monitoring biologi lebih menitik
beratkan penilaian terhadap intensitas paparan.

Jika terdapat hubungan antara dosis internal dan efek yang merugikan, maka
monitoring biologi akan menilai risiko kesehatan secara langsung dan pencegahan
terjadinya efek yang merugikan. Dalam mempelajari biologi monitoring, yang penting
diperhatikan adalah hubungan dosis internal dan paparan eksternal. Sedangkan
hubungan antara dosis internal dan efek merugikan kurang penting, jika dibandingkan
dengan hubungan antara dosis internal dan paparan eksternal.

2. UJI MONITORING BIOLOGI


Sebagian besar uji monitoring biologi dari aparan kimia dalam industri adalah
mengukur bahan kimia atau hasil metabolitnya yang berada dalam media biologi.
Dalam prakteknya sampel biologi yang biasa dipakai adalah urine, darah dan udara
alveolus. Sedang air susu ibu, lemak, saliva dan rambut jarang dipakai sebagai
sampel biologi. Hal penting yang harus diperhatikan untuk menyeleksi parameter
biologi agar adekuat adalah:
1. Kondisi pengambilan sampel (berapa kali ulangan)
2. Intensitas paparan (gangguan terhadap tubuh)
3. Hubungan dosis respon

Uji untuk mengukur bahan kimia atau metabolitnya dalam media biologi
dikenal 2 cara yaitu uji selektif dan yang kedua adalah uji non selektif.

A. Uji Selektif:
Uji ini sering dilakukan dalam bidang kedokteran kerja, untuk menguji
bahan kimia yang tidak mengalami bio transformasi seperti bahan kimia in
organik. Untuk bahan kimia organik biasanya cepat dimetabolisir dan lebih
mudah larut dalam air, sehingga mudah dikeluarkan melalui urine atau
empedu.
Untuk bahan organik tersebut biasanya dilakukan monitoring bahan
metabolit yang dikeluarkan bersama urine. Cara tersebut disenangi oleh para
pekerja yang mengalami uji laboratorium, sebab hanya memakai sampel urine.
Keuntungan lain adalah sampel urine dapat dikumpulkan setiap saat, biasanya
akhir kerja shift dan metabolit dalam urine kurang dipengaruhi oleh paparan
eksternal.

B. Uji Non Selektif :


Uji ini dipakai untuk indikator non spesifik dari paparan bahan
kimia.Sebagai contoh uji non selektif adalah sebagai berikut:
a. Penentuan metabolit diazo positip di dalam urine. Uji ini untuk
monitoring paparan aromatik amine.
b. Analisis thio ether dalam urine. Uji ini untuk monitoring bahan
karsinogenik dan antigenik yang bersifat elektrofilik di tempat kerja.
Rokok adalah faktor konfounding adanya thio ether dalam urine.
c. Penentuan aktifitas mutagenik di dalam urine. Peningkatan aktifitas
mutagenik dalam urine terdapat pada pekerja pabrik karet, pabrik baja,
dan ahli anastesi serta perawat yang mengelola obat sitostatika. Pada
perokok juga terdapat peningkatan aktifitas mutagenik.

Di dalam prakteknya peran suatu petanda biologik (biomarker) dari suatu


paparan terhadap risiko kesehatan adalah juga sangat penting.

3. TEKNIK PELAKSANAAN BIOMONITORING


Teknik pelaksanaan biomonitoring, yaitu :
 Teknik ekstraksi dari sedimen.
Teknik tersebut diperlakukan untuk sediment yang berasal dari sungai untuk
mengetahui tingkat genotoxity bahan polutan.
 Pemakaian Gass Cromatograplhy-Mass Spectrometry(GC-MS) dan Bio-
assay.Kedua metode tersebut dipakai untuk menentukan Poly Aromatic
Hidrocarbon(PAH)dan Dioxin pada kegiatan skrening.
 Teknik Analisis Nuklir
Dipakai untuk menganalisis trace metal dengan cara Neutron Activation
Analysis
 Teknik Immunohisto kimia
Dipakai untuk mengidentifikasi bahan carsinogen, khususnya terhadap liver.

Untuk mengetahui tingkat toksisitas suatu bahan kimia, dipakai cara sebagai
berikut, antara lain:

a. Pengukuran aktifitas cytochrome P-450


b. Mempelajari DNA-adducts
c. Immobilisasi Biosensor sel ragi

Untuk menilai kualitas lingkungan,Canadian National Contaminated Sites


Remediation Program, merekomendasikan cara sebagai berikut:

a. Analisis bakteri tanah dan air tawar


b. Analisis reproduksi cacing tanah
c. Analisis pertumbuhan dari akar tanaman
d. Bio-assay serangga
e. Bio-assay daphnia
f. Bio-assay ikan

Salah satu model dari biomonitoring adalah model yang dipakai untuk
biomonitoring sistem aguatik. Model tersebut ditunjukkan dengan melihat akumulasi
dan toksisitas aguatik dari suatu bahan polutan.
Beberapa model biomonitoring yang dikenal antara lain:

a. Deteksi mortalitas Daphnia magna.


Seberapa banyak daphnia magna yang mati setelah terpapar bahan polutan
secara kronis.
b. Model program komputer
Model tersebut dipakai untuk simulasi plankton,yaitu memprediksi efek
pemakaian insektisida.
c. Model Acid-Volatile-Sulfide (AVS).
Model tersebut untuk mendeteksi toksisitas logam berat yang berada di
lingkungan.
Metode/cara dan model tersebut di atas adalah untuk mengidentifikasi
biomarker.Penentuan biomarker sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
penyebab terjadinya bias dalam penentuan, yaitu:
a. Bias pada waktu seleksi
b. Kesalahan penghitungan
c. Adanya faktor konfounding
4. MACAM BIOMONITORING
A. Biomonitoring Logam
Biomonitoring logam dapat dilakukan dengan pemeriksaan suatu media.
Media yang dipakai antara lain: darah/urine,jaringan tubuh, ikan, binatang
invertebrata, dan tanaman perairan.
a) Logam yang dapat ditemukan pada darah/urine, antara lain:
o Tembaga (Cu)
o Cadmium(Cd)
o Merkuri (Hg)
o Zinc(Zn)
o Zat besi (Fe)
o Manganese (Mn)
b) Logam berat diatmosfer yang ditemukan pada jaringan burung, antara lain:
o Timbal (Pb)
o Arsen(As)
o Cadmium(Cd)
o Merkuri(Hg)
Logam berat tersebut berasal dari pabrik pengelasan logam dan secara
tidak langsung burung memakan serangga yang terkontaminir oleh logam
berat. Tempat akumulasi logam berat di dalam tubuh burung terletak pada
jaringan dan bulu burung.
c) Logam berat diperairan yang ditemukan pada ikan, antara lain:
o Chromium(Cr)
o Timbal(Pb)
o Tembaga(Cu)
o Zinc(Zn)
Logam tersebut akan meningkat kadarnya, apabila ada peningkatan
Oxygen Demand (BOD) di perairan.
d) Logam berat di perairan yang ditemukan pada binatang invertebrata, antara
lain:
o Chromium(Cr)
o Cadmium(Cd)
o Cobalt(Co)
o Tembaga(Cu)
o Timbal(Pb)
o Nichel(Ni)
Adanya logam berat tersebut pada tubuh invertebrata merupakan indikator
tercemarnya lingkungan.
B. Biomonitoring Zat Organik
Akumulasi zat organik pada beberapa spesies mamalia merupakan bio
indikator yang potensial. untuk mendeteksi pencemaran lingkungan. Beberapa
zat organik yang dipakai indikator antara lain:
a. Perubahan non protein sulfhidril pada sel liver dari tikus sebagai indikator
terpapar oleh pestisida
b. Meningkatnya bilirubin pada tikus, menunjukkan adanya paparan oleh Tri
Nitro Toluen (TNT).
c. Terdapatnya hubungan antara pencemaran lingkungan dengan Poly
Chlorinated Bifhenyl(PCB), dioxin dan furan pada manusia.
d. Terdapatnya dioxin, furan, PCB, DDE dan Lindane pada telur burung
sebagai indikator tercemarnya lingkungan oleh zat organik.
e. Terakumulasinya PCB, pestisida dan bahan anthropogenik pada tubuh ikan
sebagai indikator tercemarnya ekosistem perairan.
C. Biomonitoring Limbah Cair
Ada beberapa studi toksisitas yang dipakai untuk menilai buangan
limbah cair antara lain pemakaian bakteri dan pemakaian invertebrata. Limbah
pabrik kertas yang mengandung bahan kimia pemutih dilakukan studi
memakai biota air diantaranya ikan.
Cara baru untuk menilai kualitas air laut yang terkontaminasi oleh
bahan kimia pemutih adalah dengan cara bio assay antara lain: Uji inhibisi
pertumbuhan algae, dan uji larva biota air.
Pabrik tekstil di Jawa Tengah akan menimbulkan risiko tinggi pada
penduduk disekitar buangan limbah cair pabrik. Bahan pewarna yang reaktif
memberikan efek yang lebih toksik terhadap mikroorganisme perairan
dibandingkan dengan bahan pewarna yang bersifat asam.
Zat kimia chlorine, tembaga sulfat, dan natrium permanganat dapat
menyebabkan kerusakan fisiologis pada biota air dengan mengeluarkan karbon
organik terlarut.
D. Biomonitoring Pencemar Udara
Perubahan ambien atmosfer oleh adanya bahan pencemar udara akan
dapat mempengaruhi kehidupan tanaman. Daun pinus jarum dapat dipakai
sebagai indikator pencemaran alifatik hidrokarbon.Dengan pemeriksaan Gas
Chromatografi (GC) ditemukan bahwa kadar hidrokarbon lebih tinggi pada
daun pohon pinus yang berumur tua. Logam berat yang berada di atmosfer
dapat dimonitor dengan adanya kandungan logam berat pada lichen dan daun
pinus jarum.
Adanya pencemaran udara yang bersumber dari buangan mesin diesel
dilingkungan kerja, ditandai dengan teridentifikasinya Nitro Pyrene.
Pencemaran udara dalam lingkungan kerja pabrik gelas mengandung bahan
yang bersifat genotoksik yang dapat dinilai dengan mutagenic assays, antara
lain: Tes Ames, konversigen dan poinmutasi.
Pencemaran udara di jalan raya perlu dilakukan monitoring biologi dan
lingkungan terhadap dampak yang disebabkan oleh polutan benzene dan
aromatik sebagai contoh adalah mengevaluasi kadar Pb darah lebih baik
daripada evaluasi kadar Pb ambien.
E. Biomonitoring Asidifikasi
Perairan yang mempunyai pH rendah akan bersifat asam. Keasaman
(asidifikasi) perairan dapat dideteksi dengan memakai biomarker biota yang
hidup dalam perairan tersebut.
Perlu diketahui hubungan antara pH perairan dengan habitat vegetasi
air. Dalam keadaan pH rendah(pH=3),maka logam besi dan manganese akan
terdeteksi dalam perairan.
Efek perairan dengan pH rendah, logam yang toksis dan Disolved
Organic Carbon (DOC) terhadap hewan amfibi akan menyebabkan
terlambatnya metamorfose, menurunnya daya tahan dan menurunnya berat
badan hewan amfibi.
F. Biomonitoring Kesehatan Manusia
Biomonitoring paparan genotoksik terhadap karyawan pabrik
aluminium ditunjukkan adanya DNA-adducts dalam sel limfosit darah perifer.
Diduga bahwa Carsinogen DNA-adduct merupakan biomarker untuk
memonitor paparan genotoksik Polyciclie Aromatic Hidrokarbon(PAH).
Biomonitoring Pb dan Cd pada wanita yang melahirkan, dilakukan
dengan perneriksaan Air Susu Ibu (ASI) dan darah. Secara umum wanita yang
bekerja pada pabrik pengecoran logam, kadar Pb dan Cd pada ASI dan darah
tidak terjadi peningkatan. Karyawan industri petrokimia yang terpapar dengan
PAH pada pemeriksaan urine ditemukan biomarker hidroksipyrene.
Efek trinitrotoluene (TNT) pada kesehatan manusia ditandai dengan
adanya Hb adducts sebagai biomarker. Dengan meningkatnya TNT-Hb darah,
akan meningkat pula prevalensi penyakit mata berupa katarak.
Biomonitoring pada manusia yang terpapar oleh toluene adalah
metabolit yang terdapat pada urine yaitu orto-toluidin.
Masyarakat yang terpapar oleh gas SO2secara kronis akan berakibat
terjadinya toksik myocardial dystrophy dan hepatitis.
B. PETANDA BIOLOGI (BIOLOGICAL MARKER)
1. PENGERTIAN
Petanda biologi suatu paparan merupakan petanda biologi yang timbul akibat
terpapar oleh suatu agen lingkungan. Petanda biologi dapat diartikan sebagai suatu
perubahan sel, biokimia atau molekul yang dapat diukur dalam media biologi
seperti jaringan, sel ataupun cairan tubuh. Dalam menentukan perkiraan paparan,
pengukuran petanda biologi suatu paparan di dalam tubuh lebih menguntungkan
daripada pengukuran yang dilakukan di luar tubuh.
Diharapkan bahwa pemakaian petanda biologi suatu paparan akan
meningkatkan ketelitian dalam menilai paparan suatu agen terhadap individu dan
meningkatkan sensitivitas penelitian epidemiologi dalam mendeteksi hubungan
(terutama hubungan yang lemah) antara paparan dengan penyakit.
Paparan yang kompleks dan timbulnya petanda yang spesifik dapat
diilustrasikan seperti di bawah ini.

1. A = purest design and result


2. B = may be adequate, depending on research setting and abjective
3. C = desirable goal but difficult to achieve
4. D = a comman compromise
Sumber: Biologicalmarker inEpid. Research. (Hulka,B and Wilcosky T,1988)

Pada suatu penelitian didapatkan hasil A yang merupakan petanda


biologi spesifik dan berasal dari bahan kimia spesifik dan tunggal. Hasil D
merupakan hasil yang tidak spesifik dan merupakan keadaan yang wajar-wajar
saja, karena paparan yang kompleks biasanya timbul petanda biologi non
spesifik. Hasil C merupakan hasil pengembangan dari petanda biologi, yaitu
bahan kimia tertentu dapat diidentifikasi dari bahan yang kompleks. Sebagai
contoh adalah DNA – adduct akan teridentifikasi pada Placenta, yang ada
pada waktu ibu tersebut merokok.

2. CONTOH PETANDA BIOLOGI SPESIFIK


Beberapa contoh petanda biologi spesifik adalah sebagai berikut:
Nonspecifik marker
Sister-cromatid exchange (SCE) in lymphocytes
Chromosome aberrations in lymphocytes
Micronuclei in lyphocytes
Urine mutagenesis
Hypoxanthine-guanine phosphoreboyl transferase (HGPRT) in lymphocytes
Intermediate specificity
Total urinary amino compounds (for aromatic amines)
Blood methemoglobin (for aromatic amines)
Phenol in urine (for benzene)
DNA adducts with alkyl groups (for alkylating agents)
Specifik markes
Unchanged chemicals in body tissues/fluids (e.g., solvent levels in blood)
Chemical metabolites in body tissues/fluids (e.g.,trichloroacetic acid in urine from
trichloroethylene)
DNA adducts
Sumber: Biological marker in Epid. Research (Hulka, B and Wilcosky, T, 1988).

Petanda spesifik muncul apabila terpapar oleh bahan kimia yang mudah
majemuk dan tidak dapat di identifikasi paparan bahan kimia yang bertanggung jawab
adanya petanda Non-Spesifik.
3. TARGET DAN MEDIA BIOLOGI
Biotransformasi bahan toksik atau Xenobiotic, meliputi : masuknya bahan
tersebut, distribusi, efek dan ekskresi dari dalam tubuh. Di bawah ini gambaran proses
biotransformasi yang menyangkut jaringan target dan media biologi yang dapat
dimonitor.

Bio transformasi bahan Xenobiotic


Sumber: Biological marker in Epidemiological Research (Hulka, B and
Wilcosky, T, 1998)

Di dalam tubuh manusia darah akan beredar keseluruh tubuh dan ke semua
organ. Dengan demikian bahan Xenobiotic dapat sampai pada organ dan jaringan
perifer. Darah manusia termasuk sel darah putih dan sel darah merah dapat dipelajari
apabila dicurigai ada kelainan pada sel epiteI dari saluran pernafasan bagian bawah
dan kandung seni.

Dari gambar tersebut di atas yang dapat sebagai ogan target adalah: Saluran

pernafasan, saluran pencernaan makanan, kulit, darah, ginjal dan liver serta
Organ lain terkait misalnya kuku. Sedangkan media yang dapat ditemukan
mengandung petandabiologi, ialah keringat, hawa ekspirasi, saliva, feces, rambut, dan
urine.

4. KLASIFIKASI PETANDA BIOLOGI SUATU PAPARAN


Petanda biologi dapat diklasifikasikan dalam kategori yang berurutan mulai
dari terjadinya paparar sampai terjadinya penyakit, termasuk petanda dari dosis
internal, dosis biologi efektif, respon biologi, perubahan struktur dan fungsi serta
penyakit, yang kesemuanya ini dipengaruhi oleh faktor kepekaan dari tubuh.
Gambar: Hubungan petanda biologi terhadap paparan dan penyakit.

Sumber: Introduction to Environmental Epidemiology (Talbott,O and Graun,


G.F,1995)

Petanda biologi suatu paparan dapat merupakan petanda kualitatif atau


kuantitatif, baik dari dosis internal ataupun dosis biologi efektif. Petanda biologi dosis
internal menunjukkan adanya bahan kimia eksogen, baik dalam bentuk tetap ataupun
hasil metabolitnya dalam tubuh individu, terutama disimpan dalam jaringan lemak.

Petanda biologi dosis efektif menunjukkan jumlah bahan kimia yang


diabsorbsi dan berinteraksi dengan bahan subseluler, sehingga dapat diukur pada
jaringan target atau jaringan disekitarnya. Petanda biologi dosis efektif ini akan diikuti
dengan respon biologi tahap awal, yang menandai perubahan biologi atau bahan
kimia. Contoh dari petanda biologi dosis efektif adalah DNA adducts dan protein
adducts. DNA adducts merupakan bahan kimia yang terikat secara kovalen dengan
basa nukleotida guanin, dan dapat terjadi di berbagai jaringan seperti paru, kandung
kencing, plasenta atau sel darah putih. Paparan asap rokok maupun emisi batu bara
dapat menimbulkan DNA adducts.

Protein adducts timbul akibat terjadinya ikatan kimia kovalen dari suatu bahan
kimia terhadap protein. Misalnya etilen oksida yang dipakai untuk sterilisasi peralatan
rumah sakit, dapat terikat secara kovalen dengan asam amino histidin pada
hemoglobin atau sel darah merah.

Tabel: Contoh petanda biologi dosis internal

Sumber: Introduction to Environmental Epidemiology (Talbott, O. and Graun, G.F,


1995)

Petanda respon biologi menunjukkan proses yang lebih lanjut dan sangat
potensial untuk terjadinya kerusakan pada organisme.

Petanda yang terakhir adalah penyakit. Petanda pada katagori ini seringkali
dipergunakan untuk skrining suatu penyakit. Difinisi dari petanda penyakit adalah
indikator yang dapat diukur dari keadaan biologi dan biokimia pada tahap awal dari
penyakit atau manifestasi dari penyakitnya serdiri. Indikator ini dapat dipakai sebagai
variabel tergantung dalam penelitian hubungan paparan dan penyakit. Petanda lain
yang tidak termasuk dalam spektrum dari paparan sampai terjadinya penyakit,tetapi
sangat penting dalam setap tahap adalah kepekaan. Ini merupakan indikator faktor
genetik atau perolehan yang dapat diukur, yang telah ada sebelum terjadinya paparan,
dan mempengaruhi kemungkinan terjadinya penyakit akibat paparan.

Tabel: Contoh petanda biologi dosis efektif


Sumber: Archives of Env. Health (Hulka.B, and Wilcosky, T., 1987)

Mengapa Dipakai Petanda Biologi Suatu Paparan Pada Penelitian Epidemiologi


Lingkungan

Petanda biologi suatu paparan mempunyai potensi untuk memperkirakan


paparan yang sesuai dengan efek terhadap kesehatan yang mungkin terjadi. Jika
monitoring udara menginformasikan mengenai derajat polusi udara dalam suatu
lingkungan, maka petanda dosis internal akan menginformasikan mengenai adanya
agen eksogen yang masuk dalam tubuh. Petanda biologi dosis efektif setahap lebih
maju karena menunjukkan adanya agen yang mencapai jaringan sasaran.

Petanda biologi suatu paparan mungkin dipakai sebagai dasar untuk


pemakaian parameter lain dari suatu paparan. Misalnya pada tahun 80 an telah
ditetapkan efek negatif terhadap kesehatan yang potensial dari ikan yang
terkontaminasi PCB (polychlorinated biphenyl) di danau Michigan. Dalam suatu
penelitiannya,Dar et al menilai hubungan antara konsumsi ikan dengan efek
reproduksi pada wanita di Green bay, Winconsin. Dengan membandingkan kadar
PCB serum dengan konsumsi ikan yang ditentukan berdasar kuesioner diantara sub
kelompok wanita. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi ikan dalam jumlah tertentu
diperkirakan sesuai dengan kadar PCB serum tertentu pula. Hal ini mengurangi
kebutuhan menganalisis spesimen darah untuk pemeriksaan PCB pada semua
wanita,sehingga akan menghemat waktu dan biaya.

Petanda biologi suatu paparan dapat memberikan informasi yang spesifk


untuk. individu. Seringkali pada penelitian lingkungän atau kesehatan kerja,peneliti
menggunakan pengukuran ekologi dari paparan seperti monitoring udara atau
pekerjaan untuk menilai paparan yang sama terhadap sekelompok individu. Misalnya
untuk menilai efek paparan fluoride terhadap kesehatan, dilakukan pengukuran kadar
fluor dalam persediaan air di suatu wilayah.Pengukuran ini tidak mencerminkan
jumlah fluoride yang memapar individu karena mengabaikan paparan fluoride oleh
hal yang lainseperti pasta gigi ataupun pembersih mulut. Pengukuran petanda biologi
pada sampel darah misalnya, lebih dapat menentukan derajat paparan fluoride
terhadap masing-masing individu.

Petanda biologi suatu paparan dapat menentukan paparan yang masuk tubuh
melalui berbagai cara. Kontaminan kimia dapat ditemukan dalam berbagai media
seperti udara, air, tanah, makanan dan media lainnya. Kontaminan tersebut dapat
masuk tubuh melalui berbagai jalan misalnya pernafasan, pencernaan makanan
ataupun absorbsi melalui kulit. Pengukuran tingkatan kontaminan hanya pada satu
media lingkungan dapat memperkecil perkiraan dosis suatu paparan. Pengukuran
tingkat kontaminan dalam seluruh media akan sangat mahal dan memerlukan waktu
yang lama. Ada suatu petanda biologi yang dapat memberikan gambaran yang lebih
akurat mengenai seluruh paparan terhadap individu. Hemoglobin adducts yang diukur
dalam sel darah merah adalah salah satu dari petanda biologi, yang dapat terakumulasi
sepanjang hidup dari sel darah merah, yang sekitar 120 hari. Waktu paruh dari
jaringan lemak individu adalah sekitar 1,5 tahun. Oleh karena itu jaringan lemak dapat
menunjukkan terjadinya paparan melalui berbagai jalan masuk tubuh dalam waktu
yang lama. Misalnya terkontaminasinya susu di Pulau Oahu pada tahun 1981 - 1982
oleh heptachlor epoxid karena makanan ternaknya terkontaminasi pestisida.
Heptachlor epoxid dapat terkumulasi dalam jaringan lemak, sehingga jaringan lemak
dapat dipakai untuk menilai adanya paparan heptachlor epoxide pada individu yang
mempunyai potensi untuk terpapar. Bagaimanapun sampling jaringan lemak
merupakan cara yang cukup invasif. Karena adanya rasio keseimbangan yang cocok
antara jaringan lemak dan level serum, maka sampel darah dapat dipakai untuk
memperkirakan terjadinya paparan oleh heptachlor epoxid dalam waktu yang lama.

Petanda biologi suatu paparan seringkali menggambarkan dosis paparan.


Petanda biologi suatu paparan ada yang hanya berkemampuan untuk membedakan
ada atau tidaknya paparan tanpa menunjukkan dosis paparan terhadap individu, tetapi
ada pula yang dapat menggambarkan dosis suatu paparan. DNA adducts yang dapat
dideteksi merupakan contoh petanda biologi yang dapat menunjukkan dosis paparan.
Petanda biologi lain yang dapat memperkirakan dosis suatu paparan adaiah 4-
aminobiphenyl haemoglobine adducts, yang menunjukkan hubungan linier antara
dosis paparan yang linier dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari, jika rokok
yang dihisap kurang dari 20 batang. Tidak demikian halnya jika jumlah rokok yang
dihisap lebih dari 20 batang.

Petanda biologi suatu paparan dapat mengidentifikasi agen yang spesifik


dalam suatu campuran. Petanda biologi suatu paparan mempunyai kemampuan untuk
menunjukkan adanya paparan dengan agen lingkungan yang spesifik. Beberapa
petanda biologi seperti pemeriksaan mutagenesis dalam urin dapat memberikan
informasi apakah individu telah terpapar dengan bahan mutagenik atau tidak.
Pemeriksaan mutagenesis dalam urin seringkali dipakai untuk meneliti adanya
paparan oleh bahan mutagenik tertentu di lingkungan tempat kerja (Peter B et al,
1986). Pemeriksaan lain, misalnya beberapa pemeriksaan menggunakan teknik Elisa
yang dapat mendeteksi adanya agen mutagenik yang spesifik dalam suatu campuran.

Misalnya paparan oleh benzo(a) pyrene dapat diketahui dengan adanya DNA
adducts spesifik dalam sel individu yang terpapar, yaitu benzo(a) pyrenediol epoxide
(BPDE) DNA adducts.
Petanda biologi suatu paparan dapat menghubungan waktu paparan terhadap
dosis. Rambut dan kuku merupakan contoh dari jaringan yang dapat menyimpan
kontaminan kimia. Logam berat seperti Pb, dapat terikat pada gugusan sulfhydryl dari
rambut. Jumlah logam berat yang ada dalam rambut yang dekat dengan kulit kepala
menunjukkan paparan yang lebih akhir, sedangkan yang ada pada rambut bagian
distal menunjukkan paparan yang lebih awal. Akibatnya dengan mempertimbangkan
pertumbuhan rambut, akan memberikan informasi waktu terjadinya paparan . Hal
yang analog terjadi dengan bahan kimia seperti selenium yang terikat pada kuku jari
tangan dan kaki.

Petanda biologi pada penyakit tertentu biasanya dapat ditunjukkan dengan


perubahan ekspresi gen yang berhubungan dengan protein fetal atau suatu isoenzym.
Petanda biologi dari suatu keganasan antara lain dapat digunakan Alpha Feta Protein
(AFP), Carcino Embryonic Antigen (CEA) dan Antigen Tumor Spesifik.

Contoh petanda biologi dan penyakit

Sumber: Archives of Env. Health (Hulka.B, and Wilcosky, T.,1987)

Kriteria Penentuan Petanda Biologi Paparan dalam Penelitian Epidemiologik

Tahap pertama dalam menentukan pemakaian petanda biologi suatu paparan


dalam penelitian epidemiologi lingkungan adalah menentukan tujuan penelitian
dengan jelas.

Setelah menentukan tujuannya dengan jelas, keputusan untuk memakai biologi


paparan dan pemilihan petanda biologi mana yang akan dipakai harus memperhatikan
kriteria yang berhubungan dengan biologi dan kriteria yang berhubungan dengan
laboratorium.

Kriteria yang berhubungan dengan biologi:

 Apa sifat (fisik, kimia atau biologi) dari paparan ekternal yang akan diukur.
Paparan diukur dalam bentuk aslinya atau dalam bentuk metabolitnya dalam
tubuh.
 Adakah petanda biologi untuk mengukur paparan yang diinginkan.
 Bagaimana kespesifikan petanda biologi untuk paparan tertentu.
 Petanda biologi tersebut dapat di ukur dalam media biologi apa.
 Dalam berapa lama petanda sudah ada dalam tubuh setelah terjadinya paparan
Bagaimana cara mendapatkan spesimen.
 Berapa lama petanda biologi masih ada dalam tubuh.
 Apakah variabilitas petanda biologi dalam populasi, intraindividual ataupun
interindividual.
 Bagaimana kestabilan petanda dalam berbagai kondisi penyimpanan.
Kriteria yang berhubungan dengan laboratorium:

 Sediakan fasilitas pengukuran.


 Berapa biayanya.
 Sensitivitas pengukuran dan berapa kadar minimum yang dapat dideteksi.
 Dapatkan petanda biologi sehingga dapat di kuantifikasi sebagai suatu cara untuk
menunjukkan hubungan antara paparan eksternal dengan tingkat petanda.
 Bagaimana spesifisitas pengukuran dan ketepatan pengukuran.
 Bagaimana kepercayaan/kendala dari pengukuran
 Perlu diketahui bahwa untuk menentukan suatu petanda biologi merupakan hal
yang sulit dan melibatkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu yang sangat
bervariasi.

Keterbatasan Petanda Biologi dalam Penelitian Epidemiologi

Walaupun petanda biologi (biological marker) sangat bermakna didalam bidang


kesehatan lingkungan, namun tetap mempunyai keterbatasan dalam penelitian
epidemiologi.

Keterbatasan tersebut adalah:

1. Penelitian harus bekerja sama dengan ahli atau disiplin ilmu yang lain.Kerja sama
ini penting agar ahli lain yang tidak mengerti metode, alat dan cara kerja dapat
belajar terlebih dahulu.
2. Sebagian besar petanda biologi dapat dipelajari dalam tubuh manusia dan pada
binatang percobaan yang diminati oleh ahli epidemiologi.
3. Dalam mengambil interprestasi tidak hanya terpaku oleh data yang terbatas,
namun diperlukan data yang akurat (replikasi hasil penelitian) dan dapat
dihubungkan dengan kelompok yang bervariasi.
4. Pada petanda biologi dari masyarakat umum biasanya tidak mencantumkan
perbedaan umur dan jenis kelamin (gender).
5. Variabilitas intra dan inter individu di antara kelompok tidak bisa dihindarkan.

Anda mungkin juga menyukai