DAFTAR ISI
BAB I
LATAR BELAKANG
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan peradaban kota, kebutuhan akan sarana dan
prasarana semakin meningkat, seperti perkembangan pusat-pusat industri dan
meningkatnya volume kendaraan bermotor. Disisi lain, pembangunan pusat-pusat
industri juga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif seperti penurunan
kualitas lingkungan berupa polusi udara, polusi air, polusi tanah, dan polusi suara.
Dalam aktivitas produksinya, industri tersebut menyebabkan timbulnya polutan-
polutan yang dibebaskan dalam udara yang dapat menyebabkan pencemaran udara
(Pratiwi, 2006).
Pencemaran udara adalah proses masuknya atau dimasukkannya zat
pencemar ke udara oleh aktivitas atau alam yang menyebabkan berubahnya
tatanan udara sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu dan tidak
dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya (Kep.02/Men-KLH/1988). Keberadaan
zat pencemar dalam udara dapat membahayakan makhluk hidup termasuk
manusia.
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN MASALAH
BAB II
ISI
A. BIOMONITORING
1. PENGERTIAN
Secara umum istilah Biomonitoring dipakai sebagai alat/cara yang penting dan
merupakan metode baru untuk menilai suatu dampak pencemaran lingkungan. Istilah
yang lebih spesifik adalah monitoring biologi (Biological Monitoring). Di dalam
praktek penggunaan monitoring biologi (MB) adalah untuk memonitor Populasi yang
terpapar oleh bahan polutan di tempat kerja maupun di lingkungan.
Kegiatan monitoring dapat dipakai untuk mengevaluasi risiko kesehatan yang
berhubungan dengan bahan polutan. Dikenal ada 3 jenis monitoring:
1. Monitoring ambien untuk menilai risiko kesehatan
Monitoring ambien tersebut digunakan untuk memonitor paparan
eksternal dari bahan kimia untuk mengetahui berapa kadar bahan kimia di
dalam air, makanan, dan udara. Risiko kesehatan dapat diperkirakan
(diprediksi) berdasarkan batas paparan lingkungan, misalnya Threshold Limit
Value (TLV) dan Time Weighted Average (TWA) dari suatu paparan.
2. Monitoring Bioligi dari paparan (MB paparan)
Definisi monitoring biologi suatu paparan adalah pemantauan suatu
bahan yang mengadakan penetrasi ke dalam tubuh dengan efek sistemik yang
membahayakan.
Monitoring biologi dari suatu paparan dapat dipakai untuk
mengevaluasi risiko kesehatan.Monitoring biologi tersebut dilaksanakan
dengan memonitor dosis internal dari bahan kimia, sebagai contoh adalah
jumlah dosis efektif yang diserap oleh organisme.
Risiko terhadap kesehatan diprediksi dengan membandingkan nilai
observasi dari parameter biologi dengan Biological Limit Value (BLV)
dan/atau Biological Exposure Index (BEI).
3. Monitoring Biologi dari efek tokksikan (Health Surveillance)
Tujuan monitoring biologi dari efek toksikan adalah memprediksi
dosis internal untuk menilai hubungannya dengan risiko kesehatan,
mengevaluasi status kesehatan dari individu yang terpapar dan
mengidentifikasi tanda efek negatif akibat suatu paparan, misalnya kelainan
fungsi paru.
Dengan ketiga pendekatan tersebut, monitoring biologi suatu paparan
merupakan alat penilaian yang adekuat untuk suatu risiko kesehatan. Hal ini
disebabkan oleh karena indeks biologi dari dosis internal perlu berhubungan
erat dengan efek negatif yang terjadi di dalam tubuh.
Monitoring biologi berhubungan dengan paparan bahan polutan yang
masuk tubuh melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan dan kulit. Harus
dipertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan dan
penyerapan bahan kimia di dalam tubuh. Faktor pengaruh tersebut antara lain
adalah variasi individu, beban kerja, kebiasaan hidup sehat, dan aktifitas kerja.
Berbeda dengan monitoring ambien dan monitoring biologi, maka monitoring
biologi dari efek toksikan(Health Surveillance)sesungguhnya bukan suatu
aktifitas pencegahan.Kalau ada tanda efek negatif,hal tersebut menunjukkan
bahwa paparan bahan polutan (bahan toksikan/kimia) berkemampuan untuk
merusak kesehatan.
Pengertian dosis internal dibedakan bergantung pada pemilihan uji
biologi dan kondisi.Bahan kimia yang baru saja masuk ke dalam tubuh disebut
sebagai paparan baru,sedangkan bahan kimia yang sudah lama masuk tubuh
disimpan di dalam bagian dari tubuh sebagai kumpulan bahan
paparan(Integrated Exposure). Untuk sejumlah bahan kimia yang mengadakan
interaksi dengan lokasi target, diperlukan hubungan antara paparan
eksternal,dosis internal, dan efek yang merugikan.
Hubungan
Jika terdapat hubungan antara dosis internal dan efek yang merugikan, maka
monitoring biologi akan menilai risiko kesehatan secara langsung dan pencegahan
terjadinya efek yang merugikan. Dalam mempelajari biologi monitoring, yang penting
diperhatikan adalah hubungan dosis internal dan paparan eksternal. Sedangkan
hubungan antara dosis internal dan efek merugikan kurang penting, jika dibandingkan
dengan hubungan antara dosis internal dan paparan eksternal.
Uji untuk mengukur bahan kimia atau metabolitnya dalam media biologi
dikenal 2 cara yaitu uji selektif dan yang kedua adalah uji non selektif.
A. Uji Selektif:
Uji ini sering dilakukan dalam bidang kedokteran kerja, untuk menguji
bahan kimia yang tidak mengalami bio transformasi seperti bahan kimia in
organik. Untuk bahan kimia organik biasanya cepat dimetabolisir dan lebih
mudah larut dalam air, sehingga mudah dikeluarkan melalui urine atau
empedu.
Untuk bahan organik tersebut biasanya dilakukan monitoring bahan
metabolit yang dikeluarkan bersama urine. Cara tersebut disenangi oleh para
pekerja yang mengalami uji laboratorium, sebab hanya memakai sampel urine.
Keuntungan lain adalah sampel urine dapat dikumpulkan setiap saat, biasanya
akhir kerja shift dan metabolit dalam urine kurang dipengaruhi oleh paparan
eksternal.
Untuk mengetahui tingkat toksisitas suatu bahan kimia, dipakai cara sebagai
berikut, antara lain:
Salah satu model dari biomonitoring adalah model yang dipakai untuk
biomonitoring sistem aguatik. Model tersebut ditunjukkan dengan melihat akumulasi
dan toksisitas aguatik dari suatu bahan polutan.
Beberapa model biomonitoring yang dikenal antara lain:
Petanda spesifik muncul apabila terpapar oleh bahan kimia yang mudah
majemuk dan tidak dapat di identifikasi paparan bahan kimia yang bertanggung jawab
adanya petanda Non-Spesifik.
3. TARGET DAN MEDIA BIOLOGI
Biotransformasi bahan toksik atau Xenobiotic, meliputi : masuknya bahan
tersebut, distribusi, efek dan ekskresi dari dalam tubuh. Di bawah ini gambaran proses
biotransformasi yang menyangkut jaringan target dan media biologi yang dapat
dimonitor.
Di dalam tubuh manusia darah akan beredar keseluruh tubuh dan ke semua
organ. Dengan demikian bahan Xenobiotic dapat sampai pada organ dan jaringan
perifer. Darah manusia termasuk sel darah putih dan sel darah merah dapat dipelajari
apabila dicurigai ada kelainan pada sel epiteI dari saluran pernafasan bagian bawah
dan kandung seni.
Dari gambar tersebut di atas yang dapat sebagai ogan target adalah: Saluran
pernafasan, saluran pencernaan makanan, kulit, darah, ginjal dan liver serta
Organ lain terkait misalnya kuku. Sedangkan media yang dapat ditemukan
mengandung petandabiologi, ialah keringat, hawa ekspirasi, saliva, feces, rambut, dan
urine.
Protein adducts timbul akibat terjadinya ikatan kimia kovalen dari suatu bahan
kimia terhadap protein. Misalnya etilen oksida yang dipakai untuk sterilisasi peralatan
rumah sakit, dapat terikat secara kovalen dengan asam amino histidin pada
hemoglobin atau sel darah merah.
Petanda respon biologi menunjukkan proses yang lebih lanjut dan sangat
potensial untuk terjadinya kerusakan pada organisme.
Petanda yang terakhir adalah penyakit. Petanda pada katagori ini seringkali
dipergunakan untuk skrining suatu penyakit. Difinisi dari petanda penyakit adalah
indikator yang dapat diukur dari keadaan biologi dan biokimia pada tahap awal dari
penyakit atau manifestasi dari penyakitnya serdiri. Indikator ini dapat dipakai sebagai
variabel tergantung dalam penelitian hubungan paparan dan penyakit. Petanda lain
yang tidak termasuk dalam spektrum dari paparan sampai terjadinya penyakit,tetapi
sangat penting dalam setap tahap adalah kepekaan. Ini merupakan indikator faktor
genetik atau perolehan yang dapat diukur, yang telah ada sebelum terjadinya paparan,
dan mempengaruhi kemungkinan terjadinya penyakit akibat paparan.
Petanda biologi suatu paparan dapat menentukan paparan yang masuk tubuh
melalui berbagai cara. Kontaminan kimia dapat ditemukan dalam berbagai media
seperti udara, air, tanah, makanan dan media lainnya. Kontaminan tersebut dapat
masuk tubuh melalui berbagai jalan misalnya pernafasan, pencernaan makanan
ataupun absorbsi melalui kulit. Pengukuran tingkatan kontaminan hanya pada satu
media lingkungan dapat memperkecil perkiraan dosis suatu paparan. Pengukuran
tingkat kontaminan dalam seluruh media akan sangat mahal dan memerlukan waktu
yang lama. Ada suatu petanda biologi yang dapat memberikan gambaran yang lebih
akurat mengenai seluruh paparan terhadap individu. Hemoglobin adducts yang diukur
dalam sel darah merah adalah salah satu dari petanda biologi, yang dapat terakumulasi
sepanjang hidup dari sel darah merah, yang sekitar 120 hari. Waktu paruh dari
jaringan lemak individu adalah sekitar 1,5 tahun. Oleh karena itu jaringan lemak dapat
menunjukkan terjadinya paparan melalui berbagai jalan masuk tubuh dalam waktu
yang lama. Misalnya terkontaminasinya susu di Pulau Oahu pada tahun 1981 - 1982
oleh heptachlor epoxid karena makanan ternaknya terkontaminasi pestisida.
Heptachlor epoxid dapat terkumulasi dalam jaringan lemak, sehingga jaringan lemak
dapat dipakai untuk menilai adanya paparan heptachlor epoxide pada individu yang
mempunyai potensi untuk terpapar. Bagaimanapun sampling jaringan lemak
merupakan cara yang cukup invasif. Karena adanya rasio keseimbangan yang cocok
antara jaringan lemak dan level serum, maka sampel darah dapat dipakai untuk
memperkirakan terjadinya paparan oleh heptachlor epoxid dalam waktu yang lama.
Misalnya paparan oleh benzo(a) pyrene dapat diketahui dengan adanya DNA
adducts spesifik dalam sel individu yang terpapar, yaitu benzo(a) pyrenediol epoxide
(BPDE) DNA adducts.
Petanda biologi suatu paparan dapat menghubungan waktu paparan terhadap
dosis. Rambut dan kuku merupakan contoh dari jaringan yang dapat menyimpan
kontaminan kimia. Logam berat seperti Pb, dapat terikat pada gugusan sulfhydryl dari
rambut. Jumlah logam berat yang ada dalam rambut yang dekat dengan kulit kepala
menunjukkan paparan yang lebih akhir, sedangkan yang ada pada rambut bagian
distal menunjukkan paparan yang lebih awal. Akibatnya dengan mempertimbangkan
pertumbuhan rambut, akan memberikan informasi waktu terjadinya paparan . Hal
yang analog terjadi dengan bahan kimia seperti selenium yang terikat pada kuku jari
tangan dan kaki.
Apa sifat (fisik, kimia atau biologi) dari paparan ekternal yang akan diukur.
Paparan diukur dalam bentuk aslinya atau dalam bentuk metabolitnya dalam
tubuh.
Adakah petanda biologi untuk mengukur paparan yang diinginkan.
Bagaimana kespesifikan petanda biologi untuk paparan tertentu.
Petanda biologi tersebut dapat di ukur dalam media biologi apa.
Dalam berapa lama petanda sudah ada dalam tubuh setelah terjadinya paparan
Bagaimana cara mendapatkan spesimen.
Berapa lama petanda biologi masih ada dalam tubuh.
Apakah variabilitas petanda biologi dalam populasi, intraindividual ataupun
interindividual.
Bagaimana kestabilan petanda dalam berbagai kondisi penyimpanan.
Kriteria yang berhubungan dengan laboratorium:
1. Penelitian harus bekerja sama dengan ahli atau disiplin ilmu yang lain.Kerja sama
ini penting agar ahli lain yang tidak mengerti metode, alat dan cara kerja dapat
belajar terlebih dahulu.
2. Sebagian besar petanda biologi dapat dipelajari dalam tubuh manusia dan pada
binatang percobaan yang diminati oleh ahli epidemiologi.
3. Dalam mengambil interprestasi tidak hanya terpaku oleh data yang terbatas,
namun diperlukan data yang akurat (replikasi hasil penelitian) dan dapat
dihubungkan dengan kelompok yang bervariasi.
4. Pada petanda biologi dari masyarakat umum biasanya tidak mencantumkan
perbedaan umur dan jenis kelamin (gender).
5. Variabilitas intra dan inter individu di antara kelompok tidak bisa dihindarkan.