Anda di halaman 1dari 5

Nama : Sunengsih Pasaribu

NIM : 220205577
Kelas : 22.B4
Mata Kuliah : Toksikologi (MID)

1. Sebutkan bidang ilmu toksikologi


JAWAB :
Toksiologi adalah bidang ilmu yang mempelajari dampak zat kimia atau agen fisik terhadap
organisme dan lingkungan. Beberapa bidang ilmu toksikologi yang mencakup studi mengenai
dampak zat beracun meliputi:
1. Toksikologi Lingkungan:
 Memfokuskan pada dampak zat kimia terhadap lingkungan, baik itu air, udara, tanah,
atau organisme hidup di dalamnya.
2. Toksikologi Makanan:
 Mempelajari dampak zat kimia yang terdapat dalam makanan terhadap kesehatan
manusia dan hewan.
3. Toksikologi Industri:
 Berkaitan dengan dampak zat kimia di lingkungan kerja, termasuk paparan pekerja
terhadap bahan-bahan kimia industri.
4. Toksikologi Klinis:
 Mengkaji dampak zat kimia atau racun terhadap kesehatan manusia, terutama dalam
konteks diagnosis dan pengobatan pasien yang telah terpapar zat beracun.
5. Toksikologi Forensik:
 Digunakan dalam investigasi criminal atau kejadian kecelakaan untuk
mengidentifikasi zat-zat beracun yang mungkin menjadi penyebab atau factor
kontributor.
6. Toksikologi Pangan:
 Mempelajari dampak zat kimia dalam makanan, termasuk aditif makanan, residu
pestisida, dan kontaminan lainnya.
7. Toksikologi Reproduksi:
 Memeriksa dampak zat kimia terhadap system reproduksi, baik pada manusia
maupun hewan.
8. Toksikologi Molekuler:
 Meneliti efek zat kimia pada tingkat molekuler, termasuk perubahan genetik dan
mekanisme molekuler yang terlibat.
9. Toksikologi Veteriner:
 Mempelajari dampak zat kimia pada kesehatan hewan, baik itu hewan peliharaan,
ternak, atau hewan liar.
10. Toksikologi In Vitro:
 Menggunakan model sel atau jaringan dalam percobaan laboratorium untuk
memahami dampak zat kimia tanpa mengandalkan pada organisme hidup
sepenuhnya.
11. Toksikologi Komputasional:
 Menggunakan metode komputasional dan simulasi untuk memprediksi dampak zat
kimia tanpa mengandalkan pada eksperimen langsung.
12. Toksikologi Nanomaterial:
 Memeriksa dampak nanomaterial terhadap organisme hidup dan lingkungan.
Setiap bidang ilmu toksikologi ini memainkan peran penting dalam memahami dampak zat kimia
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan serta dalam mengembangkan strategi mitigasi dan
pencegahan.

2. Jelaskan jenis FDA Pregnancy Risk Factor” (risikopenggunaanobat pada kehamilan


JAWAB :
FDA Pregnancy Risk Factor atau Kategori Risiko Kehamilan adalah system klasifikasi yang
digunakan oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat untuk memberikan
informasi tentang risiko penggunaan obat pada kehamilan. Sistem ini memberikan panduan terkait
potensi risiko kehamilan berdasarkan data yang ada. Kategori ini mencakup lima tingkatan, yaitu:
1. Kategori A:
 Obat dalam kategori ini dianggap aman berdasarkan studi pada manusia. Penelitian
terkontrol tidak menunjukkan risiko pada kehamilan.
2. Kategori B:
 Beberapa studi pada hewan percobaan tidak menunjukkan risiko pada janin, tetapi
studi pada manusia mungkin belum dilakukan atau tidak memberikan bukti risiko.
3. Kategori C:
 Studi pada hewan percobaan mungkin telah menunjukkan efek buruk pada janin,
tetapi tidak selalu relevan dengan manusia. Obat dalam kategori ini dapat diresepkan
pada kehamilan jika manfaat yang diharapkan melebihi potensi risiko.
4. Kategori D:
 Ada bukti positif risiko pada janin berdasarkan data dari penelitian atau pengalaman
manusia atau hewan, tetapi manfaat penggunaan obat ini pada wanita hamil dapat
dianggap berharga dalam beberapa situasi.
5. Kategori X:
 Studi pada hewan atau manusia telah menunjukkan risiko janin yang positif. Manfaat
dari penggunaan obat ini pada wanita hamil dapat melebihi risiko potensial, tetapi
biasanya digunakan hanya dalam situasi yang sangat serius dan setelah pertimbangan
cermat.
Penting untuk diingat bahwa kategori risiko ini adalah panduan umum dan harus digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bersama antara dokter dan pasien. Setiap
keputusan harus mempertimbangkan manfaat dan risiko yang berkaitan dengan kondisi kesehatan
individu dan kehamilan. Konsultasikan selalu dengan professional kesehatan sebelum
menggunakan obat atau mengubah rencana pengobatan selama kehamilan.
3. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme Xenobiotika
JAWAB :
Xenobiotika adalah senyawa-senyawa asing yang berasal dari luar tubuh, seperti obat-obatan,
pestisida, bahan kimia industri, dan senyawa-senyawa lain yang tidak diproduksi secara alami oleh
organisme. Metabolisme xenobiotika adalah proses biokimia yang melibatkan transformasi
senyawa asing tersebut di dalam tubuh, biasanya dengan tujuan untuk menghasilkan metabolit yang
lebih mudah diekskresikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme xenobiotika dapat bervariasi antar individu dan
melibatkan sejumlah aspek, termasuk:
1. Genetika:
 Polimorfisme genetic dapat mempengaruhi aktivitas enzim-enzim yang terlibat
dalam metabolisme xenobiotika. Beberapa individu mungkin memiliki variasi
genetik yang menyebabkan perbedaan dalam kemampuan mereka untuk
memetabolisme dan mengeliminasi senyawa asing.
2. Usia:
 Metabolisme xenobiotika cenderung berubah seiring bertambahnya usia. Pada
beberapa kasus, kemampuan hati untuk menghasilkan enzim-enzim metabolic
tertentu dapat menurun seiring penuaan.
3. Jenis Kelamin:
 Perbedaan hormone seks dapat memengaruhi ekspresi enzim-enzim yang terlibat
dalam metabolisme xenobiotika. Sebagai contoh, estrogen dapat mempengaruhi
aktivitas enzim tertentu.
4. Kondisi Kesehatan:
 Penyakit tertentu atau kondisi kesehatan seperti penyakit hati atau penyakit ginjal
dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk memetabolisme xenobiotika.
5. Pola Makan dan Nutrisi:
 Nutrien tertentu, seperti vitamin dan mineral, dapat memengaruhi aktivitas enzim
metabolik. Diet yang kurang seimbang atau kekurangan nutrisi tertentu dapat
mempengaruhi metabolisme xenobiotika.
6. Interaksi Obat:
 Penggunaan beberapa obat secara bersamaan dapat memengaruhi metabolisme
xenobiotika. Interaksi obat dapat mengubah aktivitas enzim-enzim yang terlibat
dalam metabolisme senyawa asing.
7. PaparanLingkungan:
 Paparan terhadap senyawa-senyawa kimia lingkungan dapat memengaruhi kapasitas
hati untuk memetabolisme xenobiotika.
8. Faktor Hormonal:
 Perubahan hormone dalam tubuh, seperti yang terjadi selama kehamilan atau
menstruasi, dapat memengaruhi metabolisme xenobiotika.
Memahami faktor-faktor ini penting dalam konteks pengobatan dan keamanan, karena perbedaan
individual dalam metabolisme xenobiotika dapat mempengaruhi respons terhadap obat-obatan atau
paparan senyawa asing lainnya.

4. Buatlah 2 contoh Kasus toksikologi forensik


JAWAB :
Toksikologi forensic melibatkan penerapan prinsip-prinsip ilmu toksikologi dalam konteks hukum,
terutama dalam penyelidikan kematian atau kejadian lain yang melibatkan paparan zat-zat beracun.
Berikut adalah dua contoh kasus toksikologi forensik:
1. Kematian Akibat Overdosis Narkotika : Seorang individu ditemukan tewas di dalam
rumahnya tanpa tanda-tanda kekerasan. Tim forensik yang ditugaskan untuk menyelidiki
kematian tersebut melakukan otopsi dan menemukan tanda-tanda overdosis narkotika.
Melalui analisis toksikologi, ditemukan bahwa darah korban mengandung kadar tinggi zat
narkotika tertentu, seperti heroin atau kokain. Hasil ini mendukung dugaan bahwa penyebab
kematian adalah overdosis narkotika. Selain itu, analisis tambahan dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi sumber narkotika tersebut, seperti jenis dan merek narkotika yang
digunakan oleh korban.
2. Paparan Zat Kimia Beracun di Tempat Kerja : Sejumlah karyawan di sebuah pabrik
mengalami gejala-gejala sakit setelah terjadi kebocoran zat kimia di lingkungan kerja.
Beberapa karyawan mengalami mual, pusing, dan bahkan kehilangan kesadaran. Tim
forensik dan toksikologi dipanggil untuk menyelidiki insiden ini. Melalui analisis sampel
udara dan sampel biologis dari korban, ditemukan bahwa kebocoran tersebu t berasal dari
suatu zat kimia beracun yang digunakan di pabrik tersebut. Analisis toksikologi membantu
mengidentifikasi zat kimia tersebut dan menetapkan apakah konsentrasi zat kimia tersebut
melebihi batas aman. Informasi inidapatdigunakan dalam investigasi hokum terkait
tanggungjawab dan tindakan pencegahan di tempat kerja.
Kedua kasus di atas menunjukkan bagaimana analisis toksikologi forensic dapat membantu
menyelidiki dan memahami penyebab kematian atau keracunan. Informasi yang diperoleh dari
analisis toksikologi memberikan dasar ilmiah yang penting dalam pengambilan keputusan hukum
dan perbaikan keamanan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

5. Jelaskan Fase metabolisme di dalamtubuh


JAWAB :
Metabolisme di dalam tubuh manusia melibatkan sejumlah fase yang kompleks, dan dapat dibagi
menjadi dua fase utama: fase anabolik dan fase katabolik.
1. Fase Anabolik:
 Glikolisis: Ini adalah proses katabolic awal di mana molekul glukosa dipecah
menjadi dua molekul piruvat di dalam sitoplasma sel. Ini menghasilkan sejumlah
kecil energi dan merupakan tahap awal pemecahan glukosa.
 Siklus Krebs (siklus asam sitrat atau siklus asam trikarboksilat): Piruvat hasil
glikolisis diubah menjadi senyawa asam sitrat dalam mitokondria. Melalui
serangkaian reaksi kimia, senyawa-senyawa ini diuraikan, menghasilkan elektron
dan energi yang disimpan dalam bentuk molekul ATP dan NADH.
 Fosforilasi Oksidatif: Ini adalah tahap terakhir dari metabolisme oksidatif, di mana
elektrondari NADH dan FADH2 dipindahkan melalui rantai transporelektron di
dalam membrane mitokondria. Energi yang dihasilkan dari transfer electron
digunakan untuk memompa proton melintasi membrane mitokondria, menciptakan
gradien elektrokimia. Proton yang mengalir kembali melalui enzim ATP sintase
menghasilkan ATP.
2. Fase Katabolik:
 Sintesis Protein (Anabolisme Protein): Ini adalah proses di mana asam amino
digabungkan untuk
 membentuk protein. Diperlukan energy dalam bentuk ATP untuk menyatukan asam
amino menjadi rantai polipeptida.
 Sintesis Asam Lemak (Anabolisme Lemak): Asam lemak dan gliserol disintesis
dari prekursor yang lebih sederhana melalui serangkaian reaksi kimia. Ini melibatkan
pemakaian ATP untuk menyatukan unit-unit yang lebih kecil menjadi molekul lemak
yang lebih besar.
 Glikoneogenesis: Ini adalah proses pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa
non-karbohidrat, seperti asam amino dan gliserol. Terjadi terutama di hati dan ginjal
saat kadar glukosa dalam darah rendah.
Selama fase anabolik, tubuh menggunakan energy untuk membangun molekul kompleks seperti
protein, lemak, dan karbohidrat. Fase katabolik, sebaliknya, melibatkan pemecahan molekul-
molekul ini untuk membebaskan energi yang dapat digunakan untuk proses seluler dan untuk
sintesis molekul-molekul lainnya.
Penting untuk dicatat bahwa proses-proses ini terus-menerus berlangsung dalam tubuh manusia,
dan ketidakseimbangan antara fase anabolik dan katabolic dapat berkontribusi pada berbagai
kondisi kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai