Anda di halaman 1dari 5

Pengantar Ilmu Farmasi

A. Sejarah farmasi di Indonesia


Hippocrates (460-370 SM)  dokter Yunani ahli botani farmasi dikenal dengan “bapak kedokteran”
dalam praktek pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan.Paracelsus (1541-
1493 SM)  bahwa untuk membuat sediaan obat perlu pengetahuan kandungan zat aktifnya dan
membuat obat dari bahan yang sudah diketahui zat aktifnya.
Tahun 1918 dibuka sekolah asisten apoteker yang pertama lulusan MULO Bagian B (SMP).
Tahun 1944 zaman pendudukan Jepang, pendidikan tinggi farmasi Yakugaku diubah
menjadi Yaku Daigaku dari Djakarta.
Tahun 1946 dibuka perguruan tinggi Ahli Obat di Klaten kemudian pindah dan berubah menjadi
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, lulusan Apoteker pertama sebanyak
2 orang (1953).
Tahun 1947 diresmikan Jurusan Farmasi di Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Alam (FIPIA),
Bandung sebagai bagian dari Universitas Indonesia Jakarta, kemudian berubah menjadi
Jurusan Farmasi Institut Teknologi Bandung tgl 2 Mei 1959.
Tahun 1963 berdiri Jurusan Farmasi di Universitas Hasanudin Makasar.
Tahun 1986 menyusul perguruan tinggi swasta Universitas Pancasila Jakarta membuka
Fakultas Farmasi.
B. Pengertian
1. Farmakope bisa diartikan sebagai buku panduan yang berisi resep atau formula atau standar lainnya
yang dibutukan untuk membuat atau menyiapkan suatu obat. Pharmacopeia berasal dari bahasa
Jerman, pharmakon yang artinya obat dan poiein berarti membuat. Farmakope internasional,
diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1951 lewat kerjasama dg negara2
anggotanya. Hal ini dimaksudkan untuk memodifikasi masing-masing farmakope.

2. Ilmu tentang obat, komposisi, penggunaan, dan efeknya.


Merupakan disiplin utama dalam rumpun ilmu kesehatan yang memberi manfaat besar
baik bagi pemerintah, lembaga, ataupun perusahaan yang mengembangkan kesehatan,
tentunya juga memberi kemaslahatan untuk masyarakat luas. Cabang ilmu atau sains yang
mempelajari penyiapan dan penyerahan obat terkait dengan distribusi dan informasi kepada
para penggunaannya, khususnya pasien dan masyarakat luas. Dalam bidang farmasi
diperlukan basis yang kuat dalam ilmu : Kimia (terutama kimia organik sintesis) dan Biologi
(biologi sel dan biologi molekuler).

1. Kimia Medisinal
Cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang isolasi dan identifikasi atau rancangan dan
sintesis senyawa aktif biologis, kemudian menetapkan aktivitas biologisnya, menjelaskan cara
dan mekanisme aksi pada tingkat molekuler, serta penelitian tentang hubungan antara struktur
dan aktivitasnya secara kuantitatif.

2. Farmakologi
Farmakologi (farmakon = obat dan log = ilmu) menurut Rudolf Bucheim tahun 1876
mengemukakan bahwa menentukan senyawa aktif dalam obat atau bahan alam, menemukan
sifat kimia yang bertanggung jawab untuk menimbulkan efek, serta membuat senyawa sejenis
sebagai pengganti yang lebih efektif dan efisien.
Ilmu yang mempelajari tentang perubahan organisme akibat pemakaian obat atau senyawa
aktif biologis dan menyelidiki pengaruh tersebut dalam keadaan patologis.
Ilmu yang mempelajari absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan ekskresi dari
sebuah obat. Sehingga bisa dikatakan bahwa farmakokinetika merupakan ilmu yang
mempelajari pengaruh tubuh terhadap obat.
a. Absorbsi
Dipengaruhi beberapa faktor :
- Sifat fisik dan kimia dari bahan obat
- Bentuk obat yang diberikan (seperti tablet, kapsul, larutan, suntikan dsb)
- Formulasi obat
- Cara pemberiannya
- Konsentrasi obat
- Sirkulasi pda tempat obat tersebut diabsorpsi.
b. Distribusi
Obat didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Molekul obat yg sudah melintasi
membran sel akan mencapai semua cairan tubuh baik intrasel maupun ekstrasel. Distribusi ke
susunan saraf pusat dan janin, haruslah bisa menembus sawar (pembatas) darah otak dan
sawar uri. Obat yang mudah larut dalam lemak, akan mudah melintasi sawar trsbt.
c. Metabolisme
Pada umumnya terjadi oleh bantuan enzim di sel hati. Prosesnya dimana molekul obat lebih
bersifat polar. Proses metabolisme ini sangat penting dalam efek obat
d. Ekskresi
Proses pengeluaran obat dari tubuh dalam bentuk metabolit. Umumnya terjadi melalui ginjal,
tetapi bisa juga melalui tinja, empedu, paru-paru, atau bersama air susu dan keringat.
3. Farmakodinamika
Ilmu yang mempelajari cara kerja obat, efek obat terhadap fungsi berbagai obat serta pengaruh
obat terhadap reaksi biokimia dan struktur organ. Sehingga biasa dikatakan yaitu ilmu yang
mempelajari pengaruh obat terhadap tubuh.
Faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi yaitu waktu efek obat, intensitas efek obat, dan
variasi biologik.
Waktu laten waktu disaat seseorang minum obat sampai menimbulkan efek obat. Waktu laten
tergantung beberapa hal seperti cara pemberian obat, formulasi obat, kecepatan absorpsi,
distribusi, biotransformasi, dan ekskresi obat.
Waktu paruh waktu yang dibutuhkan mulai tercapainya efek maksimum sampai efeknya
menjadi setengah dari efek maksimumnya trsbt.
Beberapa faktor yang mempengaruhi dosis yang tepat
a. Berat badan pasien
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Cara pemberian
e. Saat pemberian obat
f. Faktor genetik
g. Interaksi obat
4. Farmakoterapi
Ilmu yang mempelajari penggunaan obat untuk menyembuhkan penyakit. Dalam arti luas
mencakup semua tindakan penggunaan obat dalam upaya menyembuhkan sebuah penyakit.
5. Farmakognosi Ilmu yang mempelajari bentuk makropskopik-mikroskopik berbagai tumbuhan (bisa
dari akar, umbi, batang, ranting, daun, bunga, dan sebagainya) dan aneka organisme lainnya yang dapat
digunakan sebagai obat.
Di Cina Traditional Chinese Medicine (TCM) sudah dikenal di seluruh dunia.
6. Fitokimia
Ilmu yang sangat dekat dengan farmakognosi atau bisa dikatakan sebagai lanjutan dari
farmakognosi.
Ilmu yang mempelajari aneka ragam senyawa organik oleh tumbuhan, terutama mengenai
struktur kimia, biosintesis, perubahan dan metabolisme, penyebaran secara alamiah, serta
fungsi biologisnya. Untuk dapat melakukan semuanya itu, terlebih dahulu diperlukan suatu
metode pemisahan (ekstraksi dan isolasi) serta pemurnian dan identifikasi kandungan yang
terdapat dalam sebuah tumbuhan.
7. Toksikologi
Ilmu yang mempelajari keracunan oleh berbagai zat kimia, terutama obat. Ilmu ini mempelajari
diagnostik keracunan, cara pengobatan, dan tindakan yang harus diambil untuk mencegah
keracunan tersebut
8. Mikrobiologi
Dalam bidang farmasi terdapat ilmu yang mempelajari aneka jasad renik atau mikroorganisme
seperti bakteri atau virus.
ilmu yang mempelajari jasad renik tersebut bisa menyebabkan penyakit pada
tubuhMikrobiologi klinis
9. Kimia Farmasi
Seorang ahli farmasi seharusnya dapat mengidentifikasi bahan obat baik tunggal ataupun lebih
yang terdapat dalam sebuah sediaan, baik dari sisi jenisnya ataupun kandungannya secara
kualitatif ataupun kuantitatif dengan berbagai metode mulai dari yang bersifat tradisional
(pemeriksaan organoleptis, mereaksikannya dengan pereaksi standar) ataupun dengan alat-
alat modern (spektrofotometer, kromatografi gas, dll).
10. Ilmu Farmaseutika
Ilmu yang mempelajari tentang formulasi dan pembuatan sebuah obat jadi atau sediaan
farmasi.
Teknologi farmasi mempelajari cara-cara pembuatan sediaan farmasi dalam skala produksi
(industri). Di era sekarang, teknologi farmasi sudah berkembang dan maju dalam tata cara
produksi sebuah obat. Hal ini tentunya ditunjang pula oleh kemajuan dalam bidang permesinan
atau alat-alat untuk memproduksi obat.
Penemuan dan Pengembangan Obat
Obat sekarang merupakan kebutuhan primer atau pokok untuk setiap orang.
Upaya penemuan obat baru yang dilakukan adalah rangkaian penelitian interdisipliner dan
memerlukan banyak tenaga ahli dalam bidang masing-masing.
Industri farmasi melakukan riset obat-obatan dan manufakturnya atau perusahaan farmasi yang
menyediakan obat untuk diracik dalam bentuk obat atau sediaan siap pakai oleh ahli farmasi di
ruang lingkup praktiknya.

C. Pengembangan Obat Baru


1. Zat aktif baru
2. Indikasi baru
3. Kekuatan baru
4. Posologi baru
5. Bentuk sediaan baru
6. Kombinasi baru

Tahapan pengembangan obat baru : skrining, uji preklinis, uji klinis


1. Skrining
Untuk mengembangkan suatu obat baru, para periset dan ilmuwan mengidentifikasi dan
menguji sejumlah senyawa kimia untuk mengetahui apakah ada kemungkinan agar obat itu
dapat digunakan sebagai obat untuk suatu penyakit tertentu.
2. Uji Preklinis
Dilakukan di laboratorium secara in vivo dengan memakai binatang percobaan (seperti mencit,
tikus putih, kelinci dsb) untuk memprediksikan tingkat keamanannya (toksisitas) dan
efektivitasnya jika diberikan kepada manusia.
Secara in vitro yaitu uji aktivitas enzim, uji antikanker, uji antimikroba, uji antioksidan, uji
antiinflamasi dsb.
Farmakokinetik, Farmakodinamik, dan Toksikologi.
Meliputi keamanan, efikasi, dosis obat, frekuensi dan rute pemberian.
Penelitian toksisitas dengan cara potensial untuk mengevaluasi :
- Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut ataupun kronis
- Kerusakan genetik (genotoksisitas atau mutagenesis)
- Pertumbuhan tumor (onkogenisitas/ karsinogenisitas)
- Kejadian cacat waktu lahir (teratogenisitas)

3. Uji Klinik
Menguji keamanan dan efikasi dari intervensi atau treatment pada subjek manusia
untuk praktik evidence based medicineLaporan efikasi dan keamanan dipublikasikan dalam
literatur klinik
Uji Klinik Tahap I
1.Orang sehat sejumlah puluhan (± 10-20 orang)
2.Berorientasi untuk mencari dosis yang terbaik dan tidak dibandingkan dengan treatment lain.
Uji Klinik Tahap II
1.Orang sehat sejumlah ratusan (± 100-200 orang)
2.Bertujuan untuk mengumpulkan data-data berkaitan dg aktivitas, efikasi, dan keamanan pada
dosis terpilih.
Uji Klinik Tahap III
1.Orang sehat sejumlah ribuan
2.Membandingkan dengan treatment yang lain (obat standar,placebo)
3.Dilakukan bila uji tahap I & II memberikan informasi awal bahwa kandidat obat aman dan
efektif.
Uji Klinik Tahap IV
Tahap pemasaran obat

Anda mungkin juga menyukai