Anda di halaman 1dari 22

MONITORING BIOLOGIS

ANRI MARIO TUA 131000149


DYAH EKA PUTRI 131000250
ELVA ROSALIA SYAHRIAL 131000677
FRISCA IRAWAN 131000054
ILVI LIAN SURI 131000264
JUNIMAN SAGALA 131000188
NADYA FITRI HANDANI 131000414
NANA RIZKY FITRIA 131000093
VERY BASTIAN 131000211
DEFINISI MONITORING BIOLOGIS

Monitoring biologis adalah mengukur


dan mengases suatu zat kimia atau
metabolitnya dalam jaringan, sekreta,
ekskreta, udara ekspirasi atau kombinasi dari
padanya guna mengevaluasi tingkat paparan
dan risiko terhadap kesehatan, yang
diperbandingkan terhadap referensi yang
tepat (hiperkes dan keselamatan kerja).
JENIS MONITORING BIOLOGIS

a. Monitoring biologi efek


Monitoring biologi dari efek toksikan (health
surveillance). Tujuan monitoring biologi dari efek
toksikan adalah memprediksi dosis internal untuk
menilai hubungannya dengan risiko kesehatan,
mengevaluasi status kesehatan dari individu yang
terpapar dan mengidentifikasi tanda efek negatif
akibat suatu paparan, misalnya kelainan fungsi
paru.
b. Monitoring ambien
Monitoring ambien untuk menilai risiko
kesehatan. Monitoring ambien tersebut
digunakan untuk memonitor paparan eksternal
dari bahan kimia untuk mengetahui berapa
kadar bahan kimia di dalam air, makanan, dan
udara. Risiko kesehatan dapat diperkirakan
(diprediksi) berdasarkan batas paparan
lingkungan, misalnya Treshold Limit Value (TLV)
dan Time Weighted Average (TWA) dari suatu
paparan.
c. Monitoring biologi paparan
Monitoring biologi dari paparan (MB
paparan). Monitoring biologi suatu paparan
adalah pemantauan suatu bahan yang
mengadakan penetrasi ke dalam tubuh dengan
efek sistemik yang membahayakan. Monitoring
biologi dari suatu paparan dapat dipakai untuk
mengevaluasi risiko kesehatan. Monitoring biologi
tersebut dilaksanakan dengan memonitor dosis
internal dari bahan kimia, misalnya jumlah dosis
efektif yang diserap oleh organisme. Risiko
terhadap kesehatan diprediksi dengan
membandingkan nilai observasi dari parameter
biologi dengan Biological Limit Value (BLV)
dan/atau Biological Exposure Index (BEI).
MACAM-MACAM MONITORING
BIOLOGIS
1. Biomonitoring Logam
Biomonitoring logam dapat dilakukan dengan pemeriksaan suatu
media untuk menentukan bahan logam. Media yang dipakai antara
darah/urine, jaringan tubuh, ikan, binatang invertebrata, dan tanaman
perairan.
a. Logam yang dapat ditemukan pada darah/urine : Cadmium, Zat besi,
Manganese, Tembaga, Merkuri, Zink
b. Logam berat di atmosfer yang ditemukan pada jaringan burung : partikel
timbal, Cadmium, Arsen, Merkuri.
c. Logam berat di perairan yang ditemukan pada ikan: Chromium, Tembaga,
Timbal, Zink. Logam tersebut akan meningkat kadarnya, apabila ada
peningkatan BOD di perairan.
d. Logam berat di perairan yang ditemukan pada binatang invertebrata:
Chromium, Cadmium, tembaga, timbal, cobalt, nikel.
e. Tanaman perairan dan tanaman darat dapat dipakai sebagai bio
indikator lingkungan yang terkontaminasi oleh logam berat. Pabrik
pengecoran besi yang mengeluarkan bahan pencemar udara logam
berat dapat dideteksi pada tanaman dengan analisis Neutron Activation
Analysis.
2. Biomonitoring Zat Organik
Akumulasi zat organik pada beberapa spesies mamalia
merupakan bio indikator yang potensial untuk mendeteksi pencemaran
lingkungan. Beberapa zat organik yang dipakai indikator antara lain:
a. perubahan non protein sulfhidril pada sel liver dari tikus sebagai
indikator terpapar oleh pestisida.
b. Meningkatnya bilirubin pada tikus, menunjukkan adanya
paparan oleh Tri Nitro Toluen (TNT).
c. Terdapatnya hubungan antara pencemaran lingkungan
dengan Poly Chlorinated Bifenil (PCB), dioxin, dan furan pada
manusia.
d. Terdapatnya dioxin, furan, PCB, DDE, dan lindane pada telur
burung sebagai indikator tercemarnya lingkungan oleh zat
organik
e. Terakumulasinya PCB, pestisida, dan bahan antropogenik pada
tubuh ikan sebagai indikator tercemarnya ekosistem perairan
f. Meningkatnya aktifitas Mixed Function Oxidase (MFO) pada
ikan di sungai yang tercemar oleh bahan organik, PAH, Dioxin,
dan PCB.
g. Aktivitas Xenobiotik – DNA adduct, Cytochrome P 450 induksi
dan oryl hidrokarbon hidroksilase pada ikan dipakai sebagai
biomarker pencemaran pantai oleh PCB dan DDT.
h. Mengurangnya komunitas phytoplankton dapat dipakai
sebagai biomonitoring pencemaran pestisida dalam perairan.
3. Biomonitoring Limbah Cair
Ada beberapa studi toksisitas yang dipakai untuk menilai
buangan limbah cair antara lain pemakaian bakteri dan
pemakaian invertebrata. Limbah pabrik kertas yang
mengandung bahan kimia pemutih dilakukan studi memakai
biota air misalnya ikan.
Cara baru untuk menilai kualitas air laut yang
terkontaminasi oleh bahan kimia pemutih adalah dengan cara
bio assay antara lain : uji inhibisi pertumbuhan algae dan uji
larva biota air.

4. Biomonitoring Pencemar Udara


Perubahan ambien atmosfer oleh adanya bahan
pencemar udara akan dapat mempengaruhi kehidupan
tanaman. Daun pinus jarum dapat dipakai sebagai indikator
pencemaran alifatik hidrokarbon. Dengan pemeriksaan gas
kromatografi ditemukan bahwa kadar hidrokarbon lebih tinggi
pada daun pohon pinus yang berumur tua. Tanaman tingkat
rendah antara lain lichen parmalia sulcata dapat sebagai
indikator pencemaran udara. Dengan demikian maka lichen
dapat dipakai sebagai biomonitor untuk pencemar udara.
5. Biomonitoring Asidifikasi
Perairan yang mempunyai pH rendah akan bersifat
asam. Keasaman perairan dapat dideteksi dengan
memakai biomarker biota yang hidup dalam perairan
tersebut. Dalam keadaan pH rendah (pH=3), maka logam
besi dan manganese akan terdeteksi dalam perairan.
Efek perairan dengan pH rendah, logam yang toksis dan
Dissolve Organic Carbon (DOC) terhadap hewan amfibi
akan menyebabkan terlambatnya metamorfosa,
menurunnya daya tahan dan menurunnya berat badan
hewan amfibi.

6. Biomonitoring Kesehatan Manusia


Biomonitoring Pb dan Cd pada wanita yang
melahirkan, dilakukan dengan pemeriksaan ASI dan
darah. Karyawan industri petrokimia yang terpapar
dengan PAH pada pemeriksaan urine ditemukan
biomarker hidroksipyrene.
KLASIFIKASI MONITORING BIOLOGIS

1. Determinasi zat kimia atau metabolisme dalam media


biologis atau udara yang dihembuskan melalui
pernafasan, contoh: Cadmium dalam liver dan kidney
serta lead dalam tulang di monitor menggunakan
neutro activation analisys/X-ray flourescence.
2. Kuantifikasi efek biologis yang berhubungan dengan
dosis internal, contoh: test aktivitas cholinesterase
dalam serum untuk mengases pemaparan
organopospat.
3. Pengukuran jumlah zat kimia yang secara aktif
berinteraksi dengan target organ dan non-target
(surrogate) molekul, contoh: test immunologi atau
teknik GC-MS, misal: hasil penurunan DNA dari cairan
tubuh.
UJI MONITORING BIOLOGIS

a. Uji selektif
Untuk menguji bahan kimia yang tidak
mengalami bio transformasi seperti bahan kimia in
organic Untuk bahan kimia organik, biasanya
cepat dimetabolisir & lebih mudah larut dalam
air, sehingga mudah dikeluarkan melalui urine
atau empedu. Keuntungan sampel urine adalam
mudah dikumpulkan setiap saat biasanya akhir
kerja “shift” dan metabolit dalam urine kurang
dipengaruhi oleh paparan eksternal lain.
b. Uji non selektif
Untuk indikator non sepertiesifik dari paparan
bahan kimia, sebagai contoh :
1. Penentuan metabolit diazo positif di dalamm urine. Uji
ini untuk monitoring paparan aromatik amine.
2. Analisis thio ether dalamm urine. Untuk monitoring
bahan karsiogenic dan antigenic yang bersifat
elektrofilik di tempat kerja. Rokok adalam faktor
konfounding adanya thio ether dalam urine
3. Penentuan aktifitas mutagenik di dalamm urine.
Peningkatan aktifitas mutagenik di dalam urine.
Peningkatan aktifitas mutagenik dalam urine tdapat
pekerja pabrik karet, pabrik baja, dan ahli anastesi
serta perawat yang mengelola obat sitostatik. Pada
perokok juga tdp peningkatan aktifitas mutagenik
MEDIA MONITORING BIOLOGIS

Indikator biologis adalah zat kimia dalam media


biologis yang merupakan petunjuk dari zat kimia yang
terhadapnya tenaga kerja terpapar. Media biologis
demikian darah lengkap, plasma, air liur, urin, rambut, gigi
susu, udara alveolus dan biopsi tulang.
Darah atau urin adalah media terbaik untuk
keperluan monitoring biologis teradap pemaparan. Zat
kimia atau metabolitnya dalam tinja, air liur, keringat, dan
sebagainya hanya memberikan gambaran dengan lingkup
sangat terbatas tentang keadaan pemaparan terhadap zat
tersebut.
Pada umumnya urin dipakai sebagai media untuk
mengukur bahan kimia anorganik dan organik yang mudah
larut dalam air. Darah dipakai sebagai media untuk
sebagian besar bahan kimia anorganik dan organik yang
sukar dilakukan biotransformasi, sedangkan udara alveolus
dipakai untuk bahan yang mudah menguap.
TUJUAN MONITORING BIOLOGIS

Secara umum tujuan dari kegiatan


pemantauan biologi adalah sama dengan
pemantauan ambien yaitu mencegah terjadinya
paparan bahan kimia yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan baik secara akut maupun
kronis.
Pada tahap awal tujuannya ialah untuk
mengira-ngira tingkatan mengenai zat kimia sintetis
dan buatan pada jaringan manusia dan cairan saat
ini dan menyediakan data yang digunakan untuk
pengambilan keputusan mengenai kebutuhan
penelitian yang akan datang.
MANFAAT MONITORING BIOLOGIS

Biomonitoring menyediakan informasi yang bisa


digunakan dalam berbagai cara.
Data ini membantu memahami zat mana yang ada
di lingkungan dan tingkatan relatif masing-masing,
bagaimana tingkatan ini berubah seiring dengan waktu
dan sektor mana pada populasi yang memiliki paparan
tinggi yang tidak biasa terhadap senyawa tertentu.
Sebagai hasi dari pemahaman ini, mungkin bisa :
1. Menaksir keefektifan tahap yang diambil untuk
mengurangi paparan.
2. Mengidentifikasi penelitian baru yang dibutuhkan
3. Membantu dokter mendiagnosa dan mengobati
pasien yang mungkin memiliki paparan tinggi yang
tidak biasa terhadap suatu zat tertentu.
HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN
DALAM MONITORING BIOLOGIS

Beberapa faktor yang harus diperhatikan


dalam pengukuran suatu parameter dan waktu
pengambilan sampel adalah:
• Sifat fisiko-kimia dari bahan
• Kondisi paparan
• Parameter toksokinetik : distribusi, biotransformasi
dan eliminasi
• Sensitivitas dari metode analisis
• Gangguan kesehatan
• Dosis organ (besar dosis pada organ)
• Dosis target (besar dosis pada sasaran)
Keterlaksanaan (feasibility) monitoring
biologis ditentukan oleh memadainya
pengetahuan tentang toksikokinetika dan
metabolisme zat yang terhadapnya monitoring
biologis dilakukan; dipenuhinya persyaratan
aspek praktis pengambilan sampel dan analisis
yang tidak rumit, akurat dan tidak mahal; dapat
diterimanya cara pengambilan sampel oleh
tenaga kerja serta cara tersebut tidak
membahayakan tenaga kerja yang bersagkutan.
Persyaratan bagi keberhasilan (success)
monitoring biologis mencakup keberadaan zat
kimia atau metabolitnya dalam jaringan, cairan
tubuh atau ekskresi yang cocok untuk diambil
sampelnya; adanya metoda yang valid dan
praktis bagi dilakukannya pengambilan dan
analisis media biologis; strategi pengukuran yang
baik sedangkan sampel representatif; dan
terhadap hasil monitoring biologis dapat
diberikan interpretasi yang berarti.
NILAI STANDAR (IPB)
Indeks Pajanan Biologis (IPB) adalah pedoman untuk menilai
hasil monitoring biologis. IPB menunjukkan level dari determinan
yang diobservasi pada koleksi spesimen pekerja sehat yang
terpajan bahan kimia pada kadar yang sama dengan pekerja
terkena pajanan inhalasi bahan kimia. IPB secara tidak langsung
menggambarkan dosis pajanan bahan kimia yang diterima
pekerja. Determinan IPB bisa berupa bahan kimia itu sendiri atau
hasil metabolisme manusia. Hasil metabolisme manusia yang biasa
dijadikan spesimen di antaranya adalah urin, darah, udara
ekshalasi. Fungsi dari IPB adalah untuk memberikan informasi
kepada ahli kesehatan kerja dalam mendeteksi dan menentukan
absorbsi bahan kimia lewat pajanan kulit, sistem gastrointestinal,
dan inhalasi. Selain itu, IPB juga digunakan untuk:
• Menilai beban tubuh akibat pajanan bahan kimia
• Merekonstruksi pajanan masa lalu pada pengukuran kehadiran
pajanan lain
• Mendeteksi adanya pajanan bukan karena akibat kerja
• Menilai keberhasilan program kontrol teknik dan penggunaan
personal protective equipment pada pekerja
WAKTU PENGAMBILAN SAMPEL

Waktu paruh suatu zat kimia juga mempengaruhi


pemeriksaan. Ekskresi waktu paruhnya panjang adalah
gambaran keseimbangan zat bersangkutan dalam darah
sehingga sampel diambil suatu kali sembarang waktu.
Yang dimaksud dengan waktu paruh panjang
adalah dari beberapa bulan sampai belasan tahun.
Contohnya : timbal (Pb), cadmium (Cd), air raksa (Hg).
Pengambilan sampel untuk waktu paruh belasan
jam sampai satu-dua bulan cukup dilakukan pada akhir
pasca shift. Contohnya : arsen (Ar), kromium (Cr), kobalt
(Co), nikel (Ni).
Pengambilan sampel untuk waktu paruh lebih dari
satu sampai beberapa jam diambil segera mungkin pada
akhir shift. Contohnya : stiren, benzene (C6H6), karbon
monoksida (CO), karbon disulfide (CS2), trikloretan.
TERIMA
KASIH
DAFTAR PUSTAKA

• http://dr-
suparyanto.blogspot.co.id/2011/09/biomonitoring.h
tml?m=1
• https://fadhilhayat.wordpress.com/2010/12/23/bio
monitoring-biomarker-lingkungan/
• P.K, Suma’mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja (HIPERKES). Jakarta : Sagung Seto, 2013.

Anda mungkin juga menyukai