Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

EPIDEMIOLOGI DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Disusun oleh :

Dinda Ayu Bintang Efendi (1726036)

Martina Dai Agon Corebima (1726014)

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Epidemologi dan Kesehatan Lingkungan
ini dengan baik dan sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orangtua kami yang selalu memberikan doa dan dukungan serta semangat dalam
pengerjaan makalah ini,
2. Ibu Anis Artiyani selaku dosen mata kuliah Epidemologi dan Kesehatan Lingkungan,
3. Kepada teman – teman Teknik Lingkungan ITN Malang khususnya angkatan 2017,
4. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan tugas ini.

Kami menyadari bahwa dalam pengerjaan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak akan sangat
membantu dalam terciptanya kesempurnaan tugas ini, dan dapat bermanfaat nantinya bagi
kami dan rekan - rekan pembaca sekalian.

Malang, Januari 2019

Pemyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Epidemologi ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan Epidemologi................................................................................. 3
1.4 Manfaat Epidemologi............................................................................... 3
BAB II KONSEP DASAR TIMBULNYA PENYAKIT ............................. 5
BAB III PENYEBARAN PENYAKIT DAN VEKTOR PENYAKIT
DALAM BEBERAPA KASUS (STUDI NON EXPERIMEN)….12
3.1 Air ............................................................................................................ …12
3.2 Udara ........................................................................................................ 15
3.3 Vektor ...................................................................................................... 22
BAB IV STUDI KASUS PENYAKIT TYPOID DI RSUD LUWUK BANGGAI
SULAWESI TENGAH .................................................................... 24
4.1 Definisi Dari Penyakit Demam Typoid .................................................. 24
4.2 Konsep Terjadinya Demam Typoid ......................................................... 25
4.3 Upaya Pencegahan Yang Efektif Untuk Memberantas Penyakit Demam Typoid Di
Lingkungan Masyarakat. ........................................................................ 32
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 39
5.1 Hasil ......................................................................................................... 39
5.2 Pembahasan.............................................................................................. 40
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 42
6.2 Saran ....................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Definisi Epidemiologi


Epidemiologi adalah metode investigasi yang digunakan untuk mendeteksi penyebab
atau sumber dari penyakit, sindrom, kondisi atau risiko yang menyebabkan penyakit, cedera,
cacat atau kematian dalam populasi atau
dalam suatu kelompok manusia. Epidemiologi juga didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sifat, penyebab, pengendalian, dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi
dandistribusi penyakit, kecacatan, dan kematian dalam populasi manusia. Ilmu inimeliputi
pemberian ciri pada distribusi status kesehatan, penyakit, atau masalah kesehatan masyarakat
lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama,pendidikan, pekerjaan, perilaku,
waktu, tempat, orang dan sebagainya.
Epidemiologi berfokus pada tipe dan keluasan cedera, kondisi, atau penyakit yang
menimpa suatu kelompok atau populasi, epidemiologi juga menangani fakto rrisiko yang
dapat memberikan dampak, pengaruh, pemicu, dan efek pada distribusipenyakit, cacat/ defek,
ketidakmampuan, dan kematian. Sebagai metode ilmiah, epidemiologi juga digunakan untuk
mengkaji pola kejadian yang mempengaruhi faktor-faktor di atas. Subjek-subjek yang
dibahas dalam epidemiologi adalah distribusi kondisi patologi dari populasi manusia atau
faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi tersebut.

1.2 Tujuan Epidemiologi


Menurut Lilienfeld dalam buku Timmreck (2004) menyatakan bahwa ada
tiga tujuan epidemiologi, yaitu:
1. Menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab penyakit) satu penyakit atau sekelompok
penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindrom, atau kematian melalui
analisis terhadap data medis dan epidemiologi dengan menggunakan manajemen
informasi sekaligus informasi yang berasal dari setiap bidang atau disiplin ilmu yang
tepat, termasuk ilmu sosial/ perilaku.
2. Menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan hipotesis
yang diajukan dan dengan pengetahuan, ilmu perilaku, dan ilmu biomedis yang terbaru.
3. Memberikan dasar bagi pengembangan langkah-langkah pengendalian dan prosedur
pencegahan bagi kelompok dan populasi yang berisiko, dan untuk pengembangan
langkah-langkah dan kegiatan kesehatan masyarakat yang diperlukan; yang semuanya
itu akan digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan langkah-langkah, kegiatan, dan
program intervensi.

1.3 Ruang Lingkup dan Penerapan Epidemiologi


Epidemiologi dalam sejarahnya dikembangkan dengan menggunakan epidemik
penyakit menular sebagai suatu model studi dan landasannya masih seperti pada model
penyakit, metode, dan pendekatannya. Pada jaman dahulu, beberapa epidemik setelah
ditelusuri ternyata berasal dari penyebab-penyebab noninfeksius. Pada tahun 1700, James
Lind menemukan bahwa penyakit skorbut disebabkan karena kekurangan vitamin C dalam
makanan. Penyakit defisiensi gizi lainnya dihubungkan dengan kekurangan vitamin A dan
vitamin D. Beberapa studi juga telah berhasil menghubungkan keracunan timbal dengan
berbagai penyakit ringan, kolik, gout, keterbelakangan mental dan kerusakan saraf pada anak,
pelukis dan pengrajin tembikar. Dewasa ini, epidemiologi juga telah terbukti efektif dalam
mengembangkan hubungan sebab akibat pada kondisi-kondisi noninfeksius seperti
penyalahgunaan obat, bunuh diri, kecelakaan lalu lintas, keracunan zat kimia, kanker, dan
penyakit jantung. Saat ini area epidemiologi penyakit kronis dan penyakit perilaku
merupakan cabang ilmu epidemiologi yang paling cepat berkembang.
Epidemiologi dipakai untuk menentukan kebutuhan akan program-program
pengendalian penyakit, untuk mengembangkan program pencegahan dan kegiatan
perencanaan layanan kesehatan, serta untuk menetapkan pola penyakit endemik, epidemik,
dan pandemik.

1.4 Manfaat Epidemiologi


Ada tujuh manfaat epidemiologi dalam bidang kesehatan masyarakat, yaitu:
a. Mempelajari riwayat penyakit
Ilmu epidemiologi bermanfaat untuk mempelajari tren penyakit untuk
memprediksi tren penyakit yang mungkin akan terjadi. Hasil penelitian
epidemiologi tersebut dapat digunakan dalam perencanaan pelayanan kesehatan
dan kesehatan masyarakat.
b. Diagnosis masyarakat
Epidemiologi memberikan gambaran penyakit, kondisi, cedera, gangguan,
ketidakmampuan, defek/cacat apa saja yang menyebabkan kesakitan, masalah
kesehatan, atau kematian di dalam suatu komunitas atau wilayah.
c. Mengkaji risiko yang ada pada setiap individu
Karena mereka dapat mempengaruhi kelompok maupun populasi. Epidemiologi
memberikan manfaat dengan memberikan gambaran faktor risiko, masalah, dan
perilaku apa saja yang mempengaruhi suatu kelompok atau suatu populasi. Setiap
kelompok dikaji dengan melakukan pengkajian terhadap faktor risiko dan
menggunakan teknik pemeriksaan kesehatan, misalnya: risiko kesehatan,
pemeriksaan, skrining kesehatan, tes kesehatan, pengkajian penyakit, dan
sebagainya.
d. Pengkajian, evaluasi, dan penelitian.
Epidemiologi memberikan manfaat dalam menilai sebaik apa pelayanan kesehatan
masyarakat dan pelayanan kesehatan dalam mengatasi masalah dan memenuhi
kebutuhan populasi atau kelompok. Epidemiologi juga berguna untuk mengkaji
keefektifan; efisiensi; kualitas; kuantitas; akses; ketersediaan layanan untuk
mengobati, mengendalikan atau mencegah penyakit; cedera; ketidakmampuan;
atau kematian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Segitiga Epidemiologi


Epidemiologi memakai cara pandang ekologi untuk mengkaji interaksi berbagai elemen
merupakan hubungan organisme, antara satu dengan lainnya. Semua penyakit atau kondisi
tidak selalu dapat dikaitkan hanya pada satu faktor penyebab (tunggal). Jika diperlukan lebih
dari satu penyebab untuk menimbulkan satu penyakit, hal ini disebut sebagai penyebab ganda
(multiple caution).

Segitiga Epidemiologi

Lingkungan

Waktu

Pejamu Agens

Segitiga Epidemiologi (Triad Epidemiology) yang biasa digunakan dalam penyakit


menular merupakan dasar dan landasan untuk semua bidang epidemilogi. Namun saat ini
penyakit infeksi tidak lagi menjadi penyebab utama kematian di negara industri sehingga
diperlukan model segitiga epdemiologi yang lebih mutakhir. Model ini mencakup semua
aspek dalam model penyakit menular, dan agar dapat dipakai bersama penyebab penyakit,
kondisi, gangguan, defek, dan kematian saat ini, model ini harus dapat mencerminkan
penyebab penyakit dan kondisi saat ini.
Ada empat faktor epidemiologi yang sering berkontribusi dalam terjadinya Kejadian Luar
Biasa (KLB) suatu penyakit saat ini, yaitu:
1) Peran pejamu,
2) Agen atau penyebab penyakit,
3) Keadaan lingkungan yang dibutuhkan penyakit untuk berkembang pesat, bertahan,
dan menyebar, dan
4) Permasalahan yang berkaitan dengan waktu.

2.1.1 Segitiga Epidemiologi


Model ini berguna untuk memperlihatkan interaksi dan ketergantungan satu sama
lainnya antara lingkungan, pejamu, agens, dan waktu. Segitiga epidemiologi digunakan
untuk menganalisis peran dan keterkaitan setiap faktor dalam epidemiologi penyakit menular,
yaitu pengaruh, reaktivitas, dan efek yang dimiliki setiap faktor terhadap faktor lainnya.

2.1.2 Agens (faktor penyebab)


Agen adalah penyebab penyakit, bisa bakteri, virus, parasit, jamur, atau kapang yang
merupakan agen yang ditemukan sebagai penyebab penyakit infeksius. Pada penyakit,
kondisi, ketidakmampuan, cedera, atau situasi kematian lain, agen Lingkungan Pejamu Agens
dapat berupa zat kimia, faktor fisik seperti radiasi atau panas, defisiensi gizi, atau beberapa
substansi lain seperti racun ular berbisa. Satu atau beberapa agen dapat berkontribusi pada
satu penyakit. Faktor agen juga dapat digantikan dengan faktor penyebab, yang menyiratkan
perlunya dilakukan identifikasi terhadap faktor penyebab atau faktor etiologi penyakit,
ketidakmampuan, cedera, dan kematian. Pada kejadian kecelakaan faktor agen dapat berupa
mekanisme kecelakaan, kendaraan yang dipakai.

2.1.3 Host (pejamu)


Pejamu adalah organisme, biasanya manusia atau hewan yang menjadi tempat
persinggahan penyakit. Pejamu memberikan tempat dan penghidupan kepada suatu patogen
(mikroorganisme penyebab penyakit) dan dia bisa saja terkena atau tidak terkena penyakit.
Efek yang ditimbulkan organisme penyebab penyakit terhadap tubuh juga ditentukan oleh
tingkat imunitas, susunan genetik, tingkat pajanan, status kesehatan, dan kebugaran tubuh
pejamu. Pejamu juga dapat berupa kelompok atau populasi dan karakteristiknya. Seperti
halnya pada kecelakaan lalu lintas, yang menjadi host adalah manusia (pengendara maupun
penumpang).
2.1.4 Lingkungan (environment)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar manusia
atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit. Faktor- faktor
lingkungan dapat mencakup aspek biologis, sosial, budaya, dan aspek fisik lingkungan.
Lingkungan dapat berada di dalam atau di luar pejamu (dalam masyarakat), berada di sekitar
tempat hidup organisme dan efek dari lingkunganterhadap organisme itu. Lingkungan yang
berkontribusi dalam kecelakaan adalah lingkungan yang tidak aman seperti kondisi jalan,
marka dan rambu jalan.

2.1.5 Waktu
Waktu dapat memengaruhi masa inkubasi' harapan hidup pejamu atau patogen
(agens), dan durasi perjalanan penyakit atau kondisl Permasalahan lain yang berkaitan
dengan waktu mencakup keparahan penyakit, dalam hal berapa Iama seseorang terinfeksi
atau sampai suatu kondisi menyebabkan kematian atau sampai melewati ambang bahaya
menuju kesembuhan. Penundaan waktu dari infeksi sampai munculnya gejala, durasi dan
ambang epidemi dalam populasi (kurva epidemi) merupakan elemen waktu yang harus
diperhatikan seorang epidemiologi.

2.2 Pnyebaran Penyakit dan Vektor Penyakit Dalam Beberapa Kasus


2.2.1 Septic Tank
Pengolahan septic tank yang baik akan membuat lingkungan juga tetap terjaga, namun
bila tidak dikelola dengan baik akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
Contohnya : Pengurasan Septic Tank yang baik adalah dilakukan 3 tahun sekali, dengan
tujuan agar air tangki tidak merembes dan mecemari lingkungan, air dari hasil penguraian
tinja tersebut dapat mencemari sumber air tanah. Apabila air ini kemudian digunakan sebagai
keperluan sehari hari mulai dari Mandi, Cuci bahkan sampai dikonsumsi maka bakteri E-
Coli, Salmonella typhosa, dan Shigella yang berasal dari kotoran manusia dapat
menyebabkan berbagai penyakit antara lain diare, sembelit, Thypus, Disentri.

2.2.2 Banjir
Luapan banjir bisa tercemar dari berbagai organisme penjangkit penyakit, termasuk
bakteri E-Coli, Salmonella, dan Shigella; Hepatiti, dan agen pembawa tifus. Sumber bakteri
ini bisa berasal dari hasil polutan limbah rumah tangga dan pertanian atau limbah industri
yang berbahaya, seperti selokan, sampah makanan, kotoran manusia dan hewan, bangkai, dan
sebagainya. Penyakit yang biasa timbul pada saat musim banjir yaitu diare, demam
berdarah, leptospirosis ( bakteri dapat masuk memalui kulit, luka memar atau mata yang
bersentuhan langsung dengan air kotor genangan banjir), demam tifoid (tipes) yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella dalam kotoran binatang yang menginfeksi manusia elalui
air yang tercemar.

2.2.3 Pencemaran Udara


Pencemaran udara adalah proses kontaminasi senyawa berbahaya di dalam atmosfer
yang dapat membahayakan kesehatan bagi makhluk yang menghirupnya. Peyebab polusi
udara biasa nya dari sisa pembakaran kendaraan bermotor dan mobil, kegiatan industri, asap
rokok, sisa pembakaran pembangkit listrik, meletusnya gunung berapi, dan lain-lain.
Beberapa penyakit yang timbul akibat dari pencemaran udara yaitu infeksi saluran
pernapasan, asma, penyakit paru obstruktif kronik, hinga kanker paru.

2.2.4 Musim Kemarau


Di musim kemarau ini terbilang sangat rawan terjangkit berbagai macam penyakit.
Manusia dapat terjangkit penyakit infeksi atau menular yang diseabkan oleh virus atau
bakteri. Penyakit yang disebabkan oleh musim kemarau antara lain :
 peningkatan penakit ISPA karena pencemara udara meningkat. Ozon menngkat ketika
rata-rata temperatur meningkat,
 kekurangan gizi akan terjadi ketika kegagalan panen,
 meningkatnya penyebarab agen penyakit dan wabah penyakit menular seperti
leptospirosis, diare, dan kolera.penyakit ini meningkat ketika kekurangan air atau
ketika banjir.
 Peningkatan temeperatur 2-3o C akan meningkatkan jumlah penderita penyakit tular
vektor,
 Peningkatan temperatur akan memperluas distribusi vektor dan meninfkatnya
pertumbuhan parasit menjadi infektif.
2.3 Studi Kohor, Studi Kasus dan Studi Ekologi.
2.3.1 Studi Kohort.
Studi Kohort adalah studi yang mempelajari hubungan antara faktor risiko dan efek
(penyakit atau masalah kesehatan), dengan memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan
faktor risiko. Kemudian mengikuti sepanjang periode waktu tertentu untuk melihat berapa
banyak subjek dalam masing-masing kelompok yang mengalami efek penyakit atau masalah
kesehatan.

A. Studi kohort dibedakan menjadi dua, yaitu:


1. Studi kohort prospektif
Studi kohort disebut prospektif apabila faktor risiko, atau faktor penelitian diukur
pada awal penelitian, kemudian dilakukan follow up untuk melihat kejadian penyakit
dimasa yang akan datang. Lamanya follow up dapat ditentukan berdasarkan lamanya waktu
terjadinya penyakit. Pada studi kohort prospektif, dapat dibedakan menjadi studi
kohor prospektif dengan pembanding internal dan eksterna. Studi kohort prospektif dengan
pembanding interna, kohort yang terpilih sama sekali belum terpapar oleh faktor risiko dan
belum mengalami efek, kemudian sebagian terpapar secara alamiah lalu dilakukan deteksi
kejadian efek pada kedua kelompok tersebut. Studi kohort prospektif dengan pembanding
eksternal, ada kelompok yang terpapar faktor risiko namun belum memberikan efek dan
kelompok lain tanpa paparan dan efek

2. Studi kohort retrospektif


Pada studi kohort retrospektif, faktor risiko dan efek atau penyakit sudah terjadi
dimasa lampau sebelum dimulainya penelitian. Dengan demikian variabel tersebut diukur
melalui catatan historis.
Prinsip studi kohort retrospektif tetap sama dengan kohort prospektif, namun pada
studi ini, pengamatan dimulai pada saat akibat (efek) sudah terjadi. Yang terpenting dalam
studi retrospektif adalah populasi yang diamati tetap memenuhi syarat populasi kohort, dan
yang diamati adalah faktor risiko masa lalu yang diperoleh melalui pencatatan data yang
lengkap. Dengan demikian, bentuk penelitian kohort retrospektif hanya dapat dilakukan,
apabila data tentang faktor risiko tercatat dengan baik sejak terjadinya paparan pada
populasi yang sama dengan efek yang ditemukan pada awal pengamatan.
B. Kekuatan studi kohort, meliputi:
1. Pada awal penelitian, sudah ditetapkan bahwa subjek harus bebas dari penyakit,
kemudian diikuti sepanjang periode waktu tertentu sampai timbulnya penyakit yang
diteliti, sehingga sekuens waktu antara faktor risiko dan penyakit atau efek dapat
diketahui secara pasti.
2. Dapat menghitung dengan akurat jumlah paparan yang dialami populasi.
3. Dapat menghitung laju insidensi atau kecepatan terjadinya penyakit, karena penelitian
dimulai dari faktor risiko sampai terjadinya penyakit.
4. Dapat meneliti paparan yang langka.
5. Memungkinkan peneliti mempelajari sejumlah efek atau penyakit secara serentak
sebuah paparan. Misalnya, apabila kita telah mengidentifikasi kohort berdasarkan
pemakaian kontrasepsi oral (pil KB), maka dengan studi kohort dapat diketahui
sejumlah kemungkinan efek kontrasepsi oral pada sejumlah penyakit, seperti infark
miokardium, kanker payudara, dan kanker ovarium.
6. Dapat memeriksa dan mendiagnosa dengan teliti penyakit yang terjadi.
7. Bias dalam menyeleksi subjek dan menentukan status paparan kecil
8. Hubungan sebab akibat lebih jelas dan lebih meyakinkan

C. Kelemahan studi kohort, meliputi:


1. Tidak efisien dan praktis untuk mempelajari kasus yang langka
2. Pada studi prospektif, akan memerlukan biaya banyak (mahal), dan membutuhkan
banyak waktu.
3. Pada studi retrospektif, membutuhkan ketersediaan catatan yang lengkap dan akurat.
4. Validitas hasil penelitian dapat terancam, karena adanya subjek subjek yang hilang
pada saat follow-up.
5. Dapat menimbulkan masalah etika, karena peneliti membiarkan subjek terkena
pajanan yang merugikan.

D. Karakteristik studi kohort


Pada studi kohort, pemilihan subjek dilakukan berdasarkan status paparannya,
kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subyek mengalami outcome yang
diamati atau tidak. Studi kohort memiliki karakteristik:
1. Studi kohort bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Studi kohort sering disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok kontrol
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
7. Untuk kohort retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder

E. Langkah-langkah dalam studi kohort


Dalam melakukan studi kohort, peneliti sebaiknya melakukan tahapan sebagai
berikut:
1) Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh peneliti, adalah merumuskan masalah atau
pertanyaan penelitian, menentukan apa yang menjadi variabel dalam penelitian, baik
variabel dependen, maupun variabel independen, dan yang selanjutnya peneliti akan
merumuskan hipotesa penelitian.
2) Menentukan kelompok terpapar dan tidak terpapar
Pada studi kohort, harus diperhatikan mengenai penentuan kelompok yang akan
mendapat paparan dengan kelompok yang tidak akan mendapat paparan. Pemilihan
kelompok terpapar yang berasal dari populasi umum memungkinkan peneliti mendapatkan
informasi yang lengkap dan akurat dari subjek penelitian. Populasi umum merupakan
pilihan yang tepat pada beberapa keadaan, seperti:
 Prevalensi paparan pada populasi cukup tinggi
 Batas geografik jelas, dan secara demografik stabil
 Ketersediaan catatan demografi yang lengkap dan up to date
 Selain populasi umum, kita dapat menggunakan populasi khusus.
Populasi khusus merupakan alternatif pada keadaan apabila prevalensi paparan dan
kejadian penyakit pada populasi umum rendah, dan adanya kemudahan untuk memperoleh
informasi yang akurat.
Kelompok tidak terpapar atau kelompok kontrol dalam penelitian kohort adalah
kumpulan subjek yang tidak mengalami pemaparan, atau pemaparannya berbeda dengan
kelompok target. Penentuan kelompok tidak terpapar dapat dipilih dari populasi yang sama
dengan populasi kelompok terpapar, dan dapat dipilih dari populasi yang bukan asal
kelompok terpapar, tetapi harus dipastikan kedua populasi harus sama dalam hal faktor
faktor yang merancukan penilaian hubungan antara paparan dan penyakit yang sedang
diteliti.
Kelemahan dalam menggunakan populasi umum adalah derajat kesehatan berbeda,
data kependudukan, kesehatan, dan catatan medik pada populasi umum tidak seakurat pada
populasi khusus.
3. Menentukan Sampel
Langkah selanjutnya dalam studi kohort adalah menetapkan besarnya sampel yang
akan digunakan dalam penelitian, dan dapat dihitung dengan rumus:

n= + }2
( - )2

4. Pengambilan data dan pencatatan


Kedua kelompok yang telah ditetapkan, yaitu kelompok terpapar dan kelompok tidak
terpapar, kemudian diikuti selama jangka waktu tertentu sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan dalam penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan pencatatan semua
keterangan yang telah diperoleh sesuai tujuan penelitian.
5. Pengolahan dan analisi data hasil penelitian
Semua data yang telah diperoleh, meliputi data kejadian penyakit yang dialami oleh
kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar, dilakukan pengolahan data agar
dapat ditangani dengan mudah, meliputi kegiatan editing, coding, processing, dan
cleaning. Selanjutnya data yang diperoleh disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3. 1
Tabel kontingensi 2 x 2
Penyakit
Faktor risiko Total
Ya Tidak
Terpapar A b a+b
Tidak terpapar C d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d = N

Setelah data diolah, dilakukan analisis data secara univariat dan bivariat, atau
multivariat. Untuk menilai apakah paparan (faktor risiko) yang dialami subjek sebagai
penyebab timbulnya penyakit, dilakukan uji kemaknaan dengan uji statistik yang sesuai.
Keputusan uji statistik dapat dicari dengan pendekatan klasik ataupun probabilistik.
Pada penelitian kohort, peneliti menghitung besarnya risiko yang dihadapi kelompok
terpapar untuk terkena penyakit menggunakan perhitungan Relative risk/ RR (risiko relatif)
dan Atribute risk/ AR (risiko atribut). RR adalah perbandingan antara insidensi penyakit yang
muncul dalam kelompok terpapar dan insidensi penyakit yang muncul dalam kelompok tidak
terpapar. Berdasarkan tabel kontingensi di atas maka rumus RR adalah

RR harus selalu disertai nilai interval kepercayaan yang dikehendaki, misalnya 95%.
Interpretasi hasil RR adalah:
 Jika nilai RR = 1, berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak ada
pengaruh dalam terjadinya efek.
 Jika nilai RR > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti
variabel tersebut faktor risiko dari penyakit.
 Jika nilai RR < 1 dan rentang nilai interval kepercayaan tidak mencakup angka 1,
berarti faktor risiko yang kita teliti merupakan faktor protektif untuk terjadinya efek.
 Jika nilai interval kepercayaan RR mencakup nilai 1, berarti mungkin nilai RR = 1
sehingga belum dapat disimpulkan bahwa faktor yang kita teliti sebagai faktor risiko
atau faktor protektif.
 Atribute risk adalah selisih antara insidensi penyakit yang diderita kelompok terpapar
dan insidensi penyakit yang diderita kelompok yang tidak terpapar. Berdasarkan tabel
2 x 2 dapat dihitung nilai Atribute risk:

2.3.2 Studi Kasus


Studi Kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial. Dalam riset yang
menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan longitudinal yang mendalam terhadap suatu
keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang
sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan
pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang
mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat
digunakan untuk menghasilkan dan menguji hipotesis.
Pendapat lain menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu strategi riset, penelaahan
empiris yang menyelidiki suatu gejala dalam latar kehidupan nyata. Strategi ini dapat
menyertakan bukti kuatitatif yang bersandar pada berbagai sumber dan perkembangan
sebelumnya dari proposisi teoretis. Studi kasus dapat menggunakan bukti baik yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian dengan subjek tunggal memberikan kerangka kerja
statistik untuk membuat inferensi dari data studi kasus kuantitatif.
Seperti halnya pada tujuan penelitian lain pada umumnya, pada dasarnya peneliti yang
menggunakan metode penelitian studi kasus bertujuan untuk memahami objek yang
ditelitinya. Meskipun demikian, berbeda dengan penelitian yang lain, penelitian studi kasus
bertujuan secara khusus menjelaskan dan memahami objek yang ditelitinya secara khusus
sebagai suatu ‘kasus’. Berkaitan dengan hal tersebut, Yin (2003a, 2009) menyatakan bahwa
tujuan penggunaan penelitian studi kasus adalah tidak sekadar untuk menjelaskan seperti apa
objek yang diteliti, tetapi untuk menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus
tersebut dapat terjadi. Dengan kata lain, penelitian studi kasus bukan sekadar menjawab
pertanyaan penelitian tentang ‘apa’ (what) objek yang diteliti, tetapi lebih menyeluruh dan
kompre
hensif lagi adalah tentang ‘bagaimana’ (how) dan ‘mengapa’ (why) objek tersebut
terjadi dan terbentuk sebagai dan dapat dipandang sebagai suatu kasus. Sementara itu, strategi
atau metode penelitian lain cenderung menjawab pertanyaan siapa (who), apa (what), dimana
(where), berapa (how many) dan seberapa besar (how much).

A. Jenis-jenis Studi Kasus


Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian
organisasitertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuri perkembangan
organisasinya. Studi kasus ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena
sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi
peran-serta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu
organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a)
suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud
mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara
sejarah hidup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dari lahir
hingga sekarang.
Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan
(community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar
(kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu.
Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap
peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu,
maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu
sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci
lainnya.
Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang
sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang
sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.

B. Tujuan Studi Kasus


Seperti halnya pada tujuan penelitian lain pada umumnya, pada dasarnya peneliti yang
menggunakan metoda penelitian studi kasus bertujuan untuk memahami obyek yang
ditelitinya. Meskipun demikian, berbeda dengan penelitian yang lain, penelitian studi kasus
bertujuan secara khusus menjelaskan dan memahami obyek yang ditelitinya secara khusus
sebagai suatu ‘kasus’. Berkaitan dengan hal tersebut, Yin (2003a, 2009) menyatakan bahwa
tujuan penggunaan penelitian studi kasus adalah tidak sekedar untuk menjelaskan seperti apa
obyek yang diteliti, tetapi untuk menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus
tersebut dapat terjadi. Dengan kata lain, penelitian studi kasus bukan sekedar menjawab
pertanyaan penelitian tentang ‘apa’ (what) obyek yang diteliti, tetapi lebih menyeluruh dan
komprehensif lagi adalah tentang ‘bagaimana’ (how) dan ‘mengapa’ (why) obtek tersebut
terjadi dan terbentuk sebagai dan dapat dipandang sebagai suatu kasus. Sementara itu, strategi
atau metoda penelitian lain cenderung menjawab pertanyaan siapa (who), apa (what), dimana
(where), berapa (how many) dan seberapa besar (how much).
Sementara itu, Stake (2005) menyatakan bahwa penelitian studi kasus bertujuan untuk
mengungkapkan kekhasan atau keunikan karakteristik yang terdapat di dalam kasus yang
diteliti.Kasus itu sendiri merupakan penyebab dilakukannya penelitian studi kasus, oleh
karena itu, tujuan dan fokus utama dari penelitian studi kasus adalah pada kasus yang
menjadi obyek penelitian. Untuk itu, segala sesuatu yang berkaitan dengan kasus, seperti sifat
alamiah kasus, kegiatan, fungsi, kesejarahan, kondisi lingkungan fisik kasus, dan berbagai hal
lain yang berkaitan dan mempengaruhi kasus harus diteliti, agar tujuan untuk menjelaskan
dan memahami keberadaan kasus tersebut dapat tercapai secara menyeluruh dan
komprehensif.
Secara khusus, berkaitan dengan karakteristik kasus sebagai obyek penelitian,
VanWynsberghe dan Khan (2007) menjelaskan bahwa tujuan penelitian studi kasus adalah
untuk memberikan kepada pembaca laporannya tentang ‘rasanya berada dan terlibat di dalam
suatu kejadian’, dengan menyediakan secara sangat terperinci analisis kontekstual tentang
kejadian tersebut. Untuk itu, peneliti studi kasus harus secara hati-hati menggambarkan
kejadian tersebut dengan memberikan pengertian dan hal-hal yang lainnya dan menguraikan
kekhususan dari kejadian tersebut.

2.3.3 Studi Ekologik


Pengertian Studi ekologi atau studi korelasi populasi adalah studi epidemiologi
dengan populasi sebagai unit analisis, yang bertujuan mendeskripsikan hubungan korelatif
antara penyakit dan faktor-faktor yang diminati peneliti. Faktor-faktor tersebut misalnya,
umur, bulan, obat-obatan.Unit observasi dan unit analis pada studi ini adalah kelompok
(agregat) individu, komunitas atau populasiyang lebih besar. Agregat tersebut biasanya
dibatasi oleh secara geografik, misalnya penduduk provinsi, penduduk kab/kota, penduduk
negara, dan sebagainya.
Penelitian korelasi atau ekologi adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan
dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi
variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen,
2008:328). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui
tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan
penelitian. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang
disebut dengan korelasi (Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia,
2009:25). Penelitian korelasional menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan
untuk tingkat apa, terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat
dikuantitatifkan.
Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan, sosial,
maupun ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas pada panafsiran hubungan antarvariabel saja
tidak sampai pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk
diajadi penelitian selanjutnya seperti penelitian eksperimen (Emzir, 2009:38).
A. Kekuatan dan Kelemahan Studi Ekologi
Kekuatan studi ekologi, meliputi:
1. Kekuatan pada studi ekologikal adalah dapat menggunakan data insidensi,
prevalensi maupunmortalitas( data sekunder).
2. Rancangan ini tepat sekali digunakan pada penyelidikan awal hubungan penyakit,
sebab mudah dilakukan dan murah dengan memanfaatkan informasiyang tersedia.
3. Dapat mengevaluasi program, kebijakan dan regulasi.

B. Kelemahan studi ekologi, meliputi:


Studi ekologi tak dapat dipakai untuk menganalisis hubungan sebab akibat karena dua
alasan.
1. Alasan pertama adalah, ketidak mampuan menjembatani kesenjangan status
paparan dan status penyakit pada tingkat populasi dan individu.
2. Sedangkan alasan kedua adalah studi ekologi tak mampu untuk mengontrol faktor
perancu potensial

C. Karakteristik studi Ekologi / Korelasi


Menurut Sukardi (2004:166) penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting
untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut adalah
sebagai berikut.

1. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan
manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
2. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata.
3. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan

D. Tujuan Studi Ekologi / Korelasi


Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam Abidin, 2010) adalah untuk
mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi
pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan menurut Gay
dalam Emzir (2009:38) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan hubungan
antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi. Studi
hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu
variabel mayor, seperti hasil belajar variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang
tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya.
BAB III
Kesimpulan

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari sifat, penyebab, pengendalian, dan


faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dandistribusi penyakit, kecacatan, dan kematian
dalam populasi manusia. Ilmu inimeliputi pemberian ciri pada distribusi status kesehatan,
penyakit, atau masalah kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras,
geografi, agama,pendidikan, pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang dan sebagainya.
Epidemiologi dipakai untuk menentukan kebutuhan akan program-program pengendalian
penyakit, untuk mengembangkan program pencegahan dan kegiatan perencanaan layanan
kesehatan, serta untuk menetapkan pola penyakit endemik, epidemik, dan pandemik.
Segitiga Epidemiologi merupakan konsep dasar untuk memperlihatkan interaksi dan
ketergantungan satu sama lainnya antara lingkungan, pejamu, agens, dan waktu. Segitiga
epidemiologi digunakan untuk menganalisis peran dan keterkaitan setiap faktor dalam
epidemiologi penyakit menular, yaitu pengaruh, reaktivitas, dan efek yang dimiliki setiap
faktor terhadap faktor lainnya.
Penyebaran penyakit dalam kasus ini terdiri dari 4 bagian, yaitu septik tank, banjir,
pencemaran udara, dan musim kemarau. Dimana jika septik tank tidak dikelola dengan baik
akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Bakteri yang berasal dari kotoran
manusia seperti bakteri E-Coli, Salmonella typhosa, dan Shigella dapat menyebabkan
berbagai penyakit antara lain diare, sembelit, Thypus, dan Disentri. Luapan banjir bisa
tercemar dari berbagai organisme penjangkit penyakit, termasuk bakteri E-Coli, Salmonella,
dan Shigella; Hepatiti, dan agen pembawa tifus. Penyakit yang biasa timbul pada saat musim
banjir yaitu diare, demam berdarah, leptospirosis, dan demam tifoid (tipes). Pencemaran
udara adalah proses kontaminasi senyawa berbahaya di dalam atmosfer. Beberapa penyakit
yang timbul akibat dari pencemaran udara yaitu infeksi saluran pernapasan, asma, penyakit
paru obstruktif kronik, hinga kanker paru. Dan musim kemarau sangat rawan terjangkit
berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri. Salah satu Penyakit yang
disebabkan oleh musim yaitu peningkatan penakit ISPA dan meningkatkan jumlah penderita
penyakit tular vektor.
Studi Kohort adalah studi yang mempelajari hubungan antara faktor risiko dan efek
(penyakit atau masalah kesehatan), dengan memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan
faktor risiko. Kemudian mengikuti sepanjang periode waktu tertentu untuk melihat berapa
banyak subjek dalam masing-masing kelompok yang mengalami efek penyakit atau masalah
kesehatan
Studi Kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial. Dalam riset yang
menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan longitudinal yang mendalam terhadap suatu
keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang
sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan
pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang
mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat
digunakan untuk menghasilkan dan menguji hipotesis.
Pengertian Studi ekologi atau studi korelasi populasi adalah studi epidemiologi
dengan populasi sebagai unit analisis, yang bertujuan mendeskripsikan hubungan korelatif
antara penyakit dan faktor-faktor yang diminati peneliti. Penelitian korelasi atau ekologi ini
untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada
upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variable.

Anda mungkin juga menyukai