SISTEM SIRKULASI
(CIRCULATING SYSTEM)
144
145
1. Semakin ringan dan encer suatu lumpur pemboran, semakin besar laju
perembesan
2. Semakin berat dan kental suatu Lumpur pemboran, semakin mudah
untuk mengontrol kondisi dibawah permukaan, seperti masuknya
fluida formasi bertekanan tinggi (dikenal sebagai “kick”). Bila
keadaan ini tidak dapat diatasi akan menyebabkan terjadinya
semburan liar (blowout).
Bulk storage bin, merupakan bin yang berukuran besar digunakan untuk
menambah additives dalam jumlah banyak.
Spesifikasi :
Tabel V-1.
Spesifikasi Mud House
Spesifikasi :
Tabel V-2.
Spesifikasi Mud Pump
Features B550F B1000F
Discharge Connection 4 in 4 in
Spesifikasi :
Tabel V-3.
Spesifikasi Mixing Hopper
Volume of Input Material 800L
Volume of Output Material 500L
Productivity (m3/h) >=25
Maximum Grain Size of Material (mm) 80/60
Number of Stirring Blades 2x7
Rev of Stirring Blades (r/min) 35.5
Power of Stirring Motor (kw) 18.5
Power of Windlass Motor (kw) 5.5
Power of water pump (kw) 0.75
The upgrade speed of hopper (m/s) 0.3
Specification ( Lx Wx H) (mm) Work estate 4485x3030x5258
Weighth (kg) 4000
155
Spesifikasi :
Tabel V-4.
Spesifikasi Chemical Mixing Barrel
Chute inner Effictive
dimension cubage Mixer Motor
Specifi Weight
cation Diameter Diameter Rotate Model Power (kg)
Depth (m3) (mm) speed(r/mi (kw)
(mm)
n)
XB- 750 750 0.26 240 530 Y90S-4 1.1 228
750
XB- 1000 1000 0.58 240 530 Y90L-4 1.5 436
1000
XB- 1200 1200 1.14 400 320 Y100L2-4 3 765
1200
XB- 1500 1500 2.2 400 320 Y100L2-4 3 1083
1500
XB- 2000 2000 5.46 550 230 Y132M2-6 5.5 1671
2000
XB- 2500 2500 11.2 650 200 Y160L-6 11 3438
2500
XB- 3000 3000 19.1 700 210 Y225S-8 18.5 4613
3000
XB- 3500 3500 30 850 230 Y225M-8 22 71
3500
157
Spesifikasi :
Tabel V-5.
Spesifikasi Bulk Mud Storage
Storage tanks 4
Power 100 m3
Typical Flow 0 – 120 t/h
Valves 125 or 150mm
159
Spesifikasi :
Tabel V-6.
Spesifikasi Water Tank
Capacity (litre) Diameter Length (mm) Weight (Kg )*
(mm)
1500 1250 1580 390
Gambar :
162
Spesifikasi :
Tabel V-7.
Spesifikasi Reserve Pit
Length 500 yards
Spesifikasi :
Tabel V-8.
Spesifikasi Steel Tank.
Corrugated ¼” Steel Construction
2 Sump Drains
6” Manifold Flange
4” Fill Flange
Direct to Metal Painted With Polyurethane Top Coat
Epoxy Phenolic Interior Coating
35’-2 ½” Overall Lenght
90” Wide
87 ½” and 57 1/2” Overall Side Heights
165
Stand pipe
-
166
Spesifikasi :
Tabel V-9.
Spesifikasi Stand Pipe
NOM
NOM Approx,WT/FT UPSET &
OD
WT/FT (lb/t GRADE
(Inch)
6,92 EU- E
6,83 EU-E
2 3/8 6,65 6,71 IU-E
6,68 IU-E
7,01 IU-X
10,76 EU-E
10,51 EU-E
7/8 10,40
10,28 IU-E
10,12 IU-E
167
Spesifikasi :
Tabel V-10.
Spesifikasi Rotary Hose
I AP Operati
D I Working Pressure ng MBR
UP Bendin
T g
Radius
Gra Gra Gra Gra Gra Gra Gra Gra Gr
de de de de de de de de ade
In Inc A B C D E Ft A-B C D E
c h Psi Psi Psi Psi Psi m m m m
h ft ft ft ft
2 2.5 1,50 2,00 4,00 3 0.8 0.8
0 0 0 2.6 2.6
2. 3 1,50 2,00 4,00 5,00 7,50 4 0.8 0.9 0.9 1.2
5 0 0 0 0 0 2.6 3.0 3.0 3.9
3 4 4,00 5,00 7,50 4 1.0 1.0 1.4
0 0 0 3.3 3.3 4.6
3. 4 4,00 5,00 7,50 4.5 1.2 1.2 1.4
5 0 0 0 3.9 3.9 4.6
4 5 4,00 5,00 4.5 1.2 1.4
0 0 3.9 4.6
169
Spesifikasi :
Tabel V-11.
Spesifikasi Steel Mud Pit
Type Nominal Lenght Widht Height Weight
Volume
M3 cm cm cm Kg
Spesifikasi :
172
Tabel V-12.
Spesifikasi Mud Agitators
Type F, D
Measurement range 1,000, 2,000,3,000, 5,000, 6,000,
8,000,10,000, 12,000,15,000, 18,0000
PSI, 20,000PSI,And metric equivalents
in kg/cm2, KPa, MPa, and BAR units
of measure.
Accuracy 1.6/ 2.5
Mounting 2-inch male NPT or M20*1.5,
M20*2.0
Structure seal packing, membrane units, catch of
hook, indicating mechanism, crust.
Case Fluid filled
Temperature -50 to +65 Celsius degree.
173
Spesifikasi :
Tabel V-13.
Spesifikasi Returned Line
NOM OD NOM Approx,WT/FT UPSET &
(Inch) WT/FT (lb/t GRADE
6,92 EU- E
6,83 EU-E
2 3/8 6,65 6,71 IU-E
6,68 IU-E
7,01 IU-X
10,76 EU-E
10,51 EU-E
7/8 10,40
10,28 IU-E
10,12 IU-E
175
Spesifikasi :
176
Tabel V-14.
Spesifikasi Settling Tank
Gallons Overall tank Material Mat'l # of # of Ship
dimensions thk chambers dams weight
H-W-L
12 12 18 18 PLASTIC 1/8 1 0 25
25 14 18 34 304SS 1/8 3 2 85
45 14 26 40 304SS 1/8 3 2 150
75 16 32 45 304SS 1/8 3 2 290
100 16 32 60 304SS 3/16 3 2 395
177
Spesifikasi :
Tabel V-15.
Spesifikasi Mud Gas Separator
Type Tri – Flo Mud Gas Separator
Spesifikasi :
Tabel V-16.
Spesifikasi Shale Shaker
ZZS-2N shale shaker Screen material 304 stainless steel
Screen Area 3*1.2*0.7=2.5 m2 Inlet mud size 8″ 10″ 12″ 14″
Track balanced elliptical motion/
linear motion process load 180-200m3/h
G force 6.3 g Double amplitude 5mm
Double amplitude 6 mm Excitation frequency 23.22hz
Level speed 0.33 m/s Cast exponent 3.25
Power 2*1.84 kW Cast angle 45°
Voltage 380 V Weight 5270kg
Rotate speed 1500 r/min Size 3810*2830*1500mm
SGS-01 shale shaker Price FOB TIANJIN USD19860.00/set
Screen Area 3.096 m2 ZZS-200.3P shale shaker
Track balanced elliptical motion/
Track line linear motion
G force 4-6 g G force ≥6.5G
Double amplitude ≥4 mm Power 2.2kw*2 380v 50hz
Level speed ≤0.26 m/s Rotate speed 1450 r/min
Power 2*1.84 kW Explosion proof grade IBT4
Voltage 380 V Protective grade IP66
Rotate speed 1500r/min Screen type PMD rhomboidal 3block
ZZS-200.3 shale shaker Mesh PMD D*38 D*84 D*110
Track balanced elliptical motion/
linear motion Screen crate angle -1°~+5°
G force ≥6.5G Screen material 304 stainless steel
Power 2.2kw*4 380v 50hz Inlet mud size 8″ 10″ 12″ 14″
Rotate speed 1450 r/min process load 180-200m3/h
Explosion proof grade IBT4 Double amplitude 5mm
Protective grade IP66 Excitation frequency 23.22hz
Screen type Pvvp parallel 3block Cast exponent 3.25
Mesh Pvvp D*38 D*84 D*110 Cast angle 45°
Screen crate angle -1°~+5° Weight 2630kg
Price FOB TIANJIN USD /set Size 2826*1720*1500mm
181
Spesifikasi :
Tabel V-17.
Spesifikasi Degasser
Gambar 5.18.Desander
(www.derrickequipment.co/889/upload.jpgm)
184
Spesifikasi :
Tabel V-18.
Spesifikasi Desander
Model Capacity WP Power Size and Mesh
m3/h MPa Kw
ZCS250X1 80-100 0.21- 0.5 1800X600mm
0.35 120/40
ZCS250X2 160-200 0.21- 0.5 1800X600mm
0.35 120/40
ZCSQ250X3 240-300 0.21- 0.5 1800X600mm
0.35 120/40
ZCSQ300X1 100-200 0.21- 0.5 1800X600mm
0.35 120/40
ZCSQ300X2 200-240 0.21- 0.5 1800X600mm
0.35 120/40
ZCSQ300X3 300-360 0.21- 0.5 1800X600mm
0.35 120/40
185
Gambar 5.19.Desilter
(www.derrickequipment.com)
186
Spesifikasi :
Tabel V-19.
Spesifikasi Desilter
Length 305 cm (120”)
Width 178 cm (70”)
Height 252 cm (99”)
Weight 3005 kgs (6611 lbs)
Vibrator Motors Two 1.5 HP (1 KW) each (2.5 HP - Hi-G)
3 panel design - Each panel 0.87 m2Screen type: KDX,
Single Deck KPT
Total Screen Area 2.6 m2 (28 sq. ft.)
187
Spesifikasi :
Tabel V-20.
Spesifikasi Swivel
Model
SL150 SL250 SL500 SL650
Number
Max Static
300,000 500,000 1,000,000 1,300,000
Load (lbs)
Max Speed
300 300 300 800
(rpm)
Max
Working
5,000 5,000 5,000 5,000
Pressure
(psi)
Stem ID (in) 2-1/2 3 3 3
Overall
Dimension 99×30×33 113×40×32 120×43×38 120×43×38
(in)
Weight (lbs) 2,956 4,952 5,952 8,818
189
Bail
Gambar 5.21.
Bail
(www.made-in-china.com/showroom/cnjereh/ /China-Swivel.html)
190
Spesifikasi :
Tabel V-21.
Spesifikasi Bail
Material According to API 8C
Tensile Strength St=1050 N/m3
Yield Strength Sy=850 N/m3
Impact 42J (-20 ° C)
Elongation 12% Min
191
Gambar 5.22.
Gooseneck
(http://bp.blogspot.com- Joint/2B2/2527%2swivel_joint.jpg)
192
Spesifikasi :
Tabel V-22.
Spesifikasi Gooseneck
Cold Working Pressure (psi) 6, 000 ~ 20, 000
Nominal Size (inch) 2~4
End Connection Union or Line Pipe Thread
Style 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 10, 100
193
Gambar 5.23.
Jet/Nozzle
(http://www.4sightinc.com/stu/images/nozzles.jpg)
194
Spesifikasi :
Tabel V-23.
Spesifikasi Jet/Nozzle
Nozzle Dim. In mm
No. L B
3F 20 12
6F 30 15
10F 35 18
15F 40 22
20F 50 32
25F 80 38
195
5.3. PEMBAHASAN
Sistem sirkulasi merupakan salah satu bagian utama dari operasi pemboran
yang membantu sistem pemboran dalam operasi pemboran dengan mensirkulasikan
fluida pemboran. Tujuan dari sistem sirkulasi adalah untuk mengangkat cutting dari
dasar sumur kepermukaan dimana pengangkatan cutting ini diperlukan untuk
menambah kedalam suatu sumur pemboran. Sistem sirkulasi ini terbagi menjadi
empat sub-komponen yang terdiri dari fluida pemboran, tempat persiapan, peralatan
sisrkulasi, dan conditioning area.
Fluida pemboran atau yang sering kita sebut dengan lumpur pemboran,
merupakan suatu campuran cairan khusus yang umumnya berupa suspensi dari clay
dan material lainnya dalam air dan selanjutnya disirkulasikan melalui rangkaian
pipa bor kedalam sumur untuk membantu kinerja dari bit, seperti melumasi bit,
mengangkat cutting kepermukaan agar tidak terjadi penggerusan kembali
(regrinding). Fungsi lain dari fluida pemboran adalah memberi dinding pada lubang
bor dengan mud cake, mengontrol tekanan formasi, mengurangi efek negatif pada
formasi, media logging (mud log, sampel log) dan informasi. Ada tiga jenis fluida
pemboran, yaitu water based mud, oiil based mud, dan air or gas based mud. Yang
membedakan dari ketiga jenis lumpur tersebut adalah fasa cairnya, dimana water
based mud memiliki fasa cair yang dominan air, oil based mud memiliki fasa cair
dominan minyak, dan air or gas based mud memiliki fasa cair yang dominan udara.
Jenis fluida pemboran yang dipakai dalam operasi pemboran tergantung dan jenis
formasi yang akan ditembus, serta kondisi lubang bor. Contohnya, pada pemboran
yang menembus formasi shale, digunakan lumpur jenis oil based mud untuk
menghindari terjadinya swelling akibat filtrat air pada lumpur bereaksi dengan clay
pada formasi shale. Meskipun pada kenyataanya sekarang ini, pemakaian oil based
mud sudah dilarang karena dapat mencemari lingkungan sekitar.
Sebelum pada tahap sirkulasi, lumpur harus ditreatment terlebih dahulu
pada preparation area guna mengatur rheology lumpur, seperti densitas, viskositas,
gel strength, dan kemungkinan tebal tipisnya mud cake yang dihasilkan. Sehingga
didapatkan rheology lumpur yang sesuai berdasarkan formasi yang akan ditembus.
Alat yang terdapat pada preparation area antara lain mud house, steel mud pits,
196
mixing hopper, chemical mixing barrel, bulk storage tank, dan reserve pit.
Pengaturan Rheology lumpur pada preparation area ini juga bertujuan untuk
meminimalisir problem pemmboran, seperti pipe sticking, kick, filgtration loss,
wellinng, sloughing, dan kendala lainnya yang dapat mengganggu jalannya proses
pemboran.
Peralatan sirkulasi yang terdiri dari mud pit, mud pump, stand piipe,
discharge line, return line, dan rotary hose, berfungsi untuk mensirkulasikan
lumpur pada suatu operasi pemboran. Mud Pump pada operasi pemboran berfungsi
untuk menyedot dan memompakan fluida pemboran dari mud tank menuju
discharge line dengan tekanan tinggi. Ada dua jenis mud pump, yaitu duplex yang
bekerja secara double acting dan triplex yang single acting. Mud pit adalah suatu
kolam yang dijadikan tempat terakumulasinya lumpur sebelum disirkulasikan.
Setelah lumpur pemboran disirkulasikan dalam sumur maka lumpur
tersebut akan mengalami perubahan rheology yang disebabkan oleh adanya
cuttinng yang telah terbawa, zat kontaminan dari formasi maupun dari semen akibat
ketidaksempurnaan operasi penyemenan. Lumpur yang telah terkontaminasi
tersebut perlu dilakukan pembersihan dari zat kontaminan pada conditioning area.
Peralatan yang terdapat pada conditioning area adalah settling tanks, reserve pit,
mud gas separator, shale shaker, desander, desilter, dan degasser. Pada
conditioning are, settling tanks berfungsi menampung lumpur bor sebelum proses
conditioning.
Reserve pit berfungsi untuk menampung kelebihan lumpur pemboran. Mud
Gas Separator merupkan alat conditioning area pertama dalam sirkulasi yang
berfungsi untuk memisahkan gas yang terlarut dalam lumpur pemboran dalam
jumlah yang besar, biasanya digunakan saat terjadi kick. Mud Gas Separator ini
terletak disamping rig , “satu komplek” dengan conditioning area yang lain. Shale
Shaker berfungsi untuk membersihkan lumpu dari serpuhan-serpihan atau cutting
yang berukuran besar. Partikel-partikel berukuran pasir kemudian akan tersaring
pada desander. Partikel yang berukuran sangat kecil dan terlewatkan dari desander
kemudian akan tersaring pada desilter sedangkan gas-gas pengotor dalam lumpur
pemboran akan dibersihkan oleh degasser.
197
Lumpur yang berada pada mud pit, dihisap oleh mud pump untuk
disirkulasikan pada operasi pemboran melewati discharge line, kemudian melewati
stand pipe, selanjunya rotary hose, kemudia melewati swivel, kelly, drill pipe, dan
drill collar, kemudian lumpur keluar melewati noozle- noozle pada mata bor.
Setelah itu, lumpur disirkulasikan kepermukan melewati anulus dengan membawa
cutting untuk kemudian ditreatment pada conditioning area, guna mengkondisikan
lumpur agar dapat disirkulasikan kembali.
Problem yang serinng terjadi pada suatu operasi pemboran, biasanya berupa
kick, yaitu suatu kondisi dimana tekanan formasi yang lebih besar dari tekanan
hidrostatik, hal ini disebabkan oleh tekanan hidrostatik fluida pemboran yang tidak
mampu mengimbangi tekanan dari formasi itu sendiri. Kondisi semestinya adalaha,
tekkanan formasi harus lebih kecil dari tekanan hidrostatik, dan tekanan hidrostatik
harus pula lebih kecil dari tekanan rekah formasi. Apabila terus dibiarkan maka kick
ini akan dapat menyebabkan terjadinya blow out. Selain itu, ada yang namanya pipe
sticking / pipa terjepit. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya mud cake yang terlalu
tebal akibat dari nilai filtration loss yang tinggi. Pipe Sticking dapat diatasi dengan
cara mengambil/mengangkat pipa kepermukaan, namun jika kondisinya sudah
terlalu parah, maka dengan terpaksa dapat dilakukan pemotongan pada pipa.
Materi yang kita bahas pada praktikum minggu ini mengenai sistem
sirkulasi antara lain, Blind Drilling. Yaitu suatu keadaan dimana cutting tidak
disirkulasikan kepermukaan, sehingga water dan gas based mud harus digunakan
untuk membersihkan cutting. Selain itu, terdapat juga perbedaan anatara sistem
sirkulasi pada Lapangan migas dan pabum, jika dilapangan migas sirkulasi tidak
diperlukan alat yang beguna untuk mengontrol suhu, hanya ada conditioning area
yang berfungsi untuk menyetabilkan lumpur agar sesuai dengan kondisi awalnya,
namun jika pada lapangan pabum, diperlukan cooling tower karena kondisi
temperatur sumur yang tinggi dan untuk mengantisipasi kondisi lumpur yaitu
viskositasnya yang mudah sekali mengalami penurunan akibat kontak langsung
dengan batuan beku bersuhu tinggi
198
5.4. KESIMPULAN