Oleh :
Gita Yuliananda *
Abstrak
Perencanaan optimasi perolehan minyak dengan pengembangan lapangan merupakan hal yang sangat vital untuk
dilakukan di industri perminyakan, mengingat biaya yang dibutuhkan dalam mengoperasikan suatu lapangan sangatlah besar. Sim-
ulasi Reservoir adalah alat yang sangat diperlukan dalam perencanaan pengembangan lapangan yang dipercaya untuk meramalkan
performa reservoir dengan realistis.
Lapangan “NAWAS” adalah lapangan minyak bumi dengan jenis reservoir karbonat yang menghasilkan minyak jenis
black oil. Pengembangan awal lapangan ini masih dilakukan dengan satu sumur eksplorasi saja dengan faktor perolehan yang masih
sangat rendah. Berdasarkan data well Log, data DST, dan analogi produksi dari lapangan terdekat maka semua hidrokarbon yang
ada di kategorikan sebagai cadangan terbukti dengan Hasil DST#1 di interval NAWAS-B didapatkan laju alir gas dan minyak bumi
sebesar 886 BOPD, 0.14 MMCFGPD, sedangkan pada DST#2 di interval NAWAS-A didapatkan laju alir Gas dan minyak bumi
sebesar 7.6 MMCFGPD, 214 BOPD dimana pada zona NAWAS-A lebih dominan mengandung gas.
Dari hasil simulasi yang dilakukan dengan berbagai skenario memberikan hasil yang optimal, dengan perbandingan
5 skenario dengan jumlah, posisi sumur dan jenis sumur yang diterapkan yang berbeda. Hasil inisialisasi OOIP data static (Volu-
metik) dengan data dynamic (Simulasi) perbedaan yang di dapat dengan presentase sebesar 2.44 % dengan hasil Volumetrik sebesar
35.30 MMSTB dan Simulasi Sebesar 36.18 MMSTB.
Kata Kunci : Sumur Pengembangan, Simulasi Reservoir, Faktor Perolehan, Porositas, Permebilitas, Saturasi Minyak, Uncertainty
Analysis
1
atau gas. Jika hanya ada satu sumur saja maka akan Untuk mengidentifikasi jenis reservoir dan
membutuhkan waktu yang lama untuk berproduksi secara menentukan jenis simulasi yg bagus digunakan untuk men-
efektif dalam menguras reservoir. Untuk itu diperlukan simulasikan reservoir. Black oil digunakan untuk reservoir ini
adanya pemboran sumur baru pada suatu lokasi reservoir karena fase yang hadir di reservoir hanya minyak dan air, ter-
yang sudah terbukti mempunyai cadangan hidrokarbon yang lepas dari komposisi. Setelah itu, model 2-D dibangun dari
dapat diproduksi yang dikenal sebagai sumur pengembangan. data G&G, data batuan, data fluid dan data sejarah produksi,
Dalam penentuan sumur pengembangan perlu untuk membangun sebuah model yang menyerupai keadaan
diketahui jarak optimal dengan sumur lainnya yang telah ada yang sebenarnya reservoir. Validasi model dilakukan dengan
sehingga diusahakan tidak ada produksi suatu sumur yang melakukan inisialisasi dan history matching proses. Setelah
terganggu oleh sumur lainnya. Skenario pengambangan pada model dianggap dapat dipercaya, skenario dibuat berbeda-
lapangan minyak meliputi Sifat fisik fluida reservoir, Sifat beda untuk dapat mengembangkan lapangan.
fisik batuan reservoir Minyak, Tenaga dorong alamiah Terdapat dua analisis batuan inti yaitu Routine
reservoir minyak, Jenis reservoir minyak, Metode Core Analysis dan Special Core Analysis, analisis ini dil-
perhitungan cadangan reservoir, Simulasi reservoir, akukan untuk mengetahui sifat fisik batuan seperti porositas,
Skenario pengembangan lapangan dan artificial lift yang permeabilitas, hubungan porositas dan permeabilitas, serta
digunakan dalam optimasi perolehan minyak pada lapangan. mengetahui sifat dinamis reservoir seperti permeabilitas
relatif (Relative Permeability) serta tekanan kapiler (Capil-
METODELOGI lary Pressure). Dari data Routine Core Analysis kita bisa
mengetahui harga porositas dan permeabilitas dimana persa-
Pada penelitian kali ini metode penelitian akan maan tersebut nantinya akan kita gunakan dalam model res-
diawali dari proses simulasi reservoir Simulasi dilakukan ervoir.
dengan menggunakan Software Petrel E&P Flatform. Simu- Sedangkan dataSspecial Core Analysis
lasi reservoir dimulai dari parameter yang diperlukan hasil (SCAL) kita bisa diperoleh data tekanan kapiler dan permea-
modeling 3D properti, pengolahan data-data reservoir, ini- bilitas relatif, dimana keduanya merupakan fungsi dari
sialisasi, history matching, PI matching, penentuan con- saturasi air. Kondisi inisial saturasi fluida tergantung dari
straint (economic limit), penentuan skenario pengembangan tekanan kapiler yang merupakan fungsi ketinggian diatas flu-
lapangan dan prediksi dapat juga melakukan proses uncer- ida contact. Sedangkan perpindahan fluida dikontrol oleh
tainty analysis. untuk mengetahui parameter-parameter da- data permeabilitas relatif.
lam proses simulasi. Berikut adalah gambar metode dari Sebelum proses history matching, model reser-
penelitian voir diinisialisasi menggunakan simulator untuk menetapkan
kondisi kesetimbangan awal reservoir dan menentukan initial
volume in place dari reservoir. Pada tahap inisialisasi dil-
akukan penyelarasan OOIP hasil simulasi dengan OOIP yang
didapatkan dengan metoda volumetrik.
Penyelarasan (History Matching) adalah untuk
mengkalibrasi performance model dengan data lapangan, da-
lam hal ini adalah data produksi dan tekanan lapangan. Pada
penelitian history matching lapangan ini yang digunakan data
DST (Drill Steam Test) sebagai acuan adalah oil rate (control
oil) dan Bottom Hole pressure (BHP), artinya dengan
menetapkan bahwa laju produksi minyak yang dimasukan
kedalam model simulasi adalah sama dengan laju produksi
minyak data lapangan, selanjutnya laju laju produksi gas, laju
produksi air, dan tekanan diselaraskan (di-matching) dengan
data lapangan yang sebenarnya.
Setelah proses validasi selesai maka dilakukan
maka langkah selanjutkan adalah melakukan prediksi. Pada
penelitian kali ini pemilihan skenario yang dilakukan dengan
antara lain: skenario kondisi basecase, skenario dilakukan
kondisi basecase dengan penggunaan artificial lift Gaslift set-
ting BHP 600 psi dan Electric Submersible Pump (ESP).
Skenario kondisi basecase dengan penambahan
satu sumur horizontal, skenario dengan dua sumur horizontal,
dan yang terakhir skenario dengan penambahan dua sumur
Gambar 3.1 deviated. Prediksi ini dilakukan dari akhir history matching
Metode Penelitian sampai dengan tujuh belas tahun kedepan.
2
HASIL & PEMBAHASAN Dari data karakteristik reservoir pada Tabel 4.2
dapat dilihat nilai tekanan bubble point adalah 1012 psig,
Untuk melakukan skenario pengembangan sama dengan nilai tekanan reservoir, yaitu 1208 psig dibawah
dengan simulasi reservoir, maka dibutuhkan suatu model res- permukaan laut. Ini mengindikasikan bahwa keadaan reser-
ervoir yang merepresentasikan reservoir sebenarnya. Be- voir adalah under-saturated.
berapa input data yang diperlukan adalah model struktur, Pada Gambar 4.1, Gambar 4.2 dan Gambar 4.3
PVT, property batuan dan data sejarah produksi (bila sudah berikut ini merupakan penyebaran properti reservoir secara
berproduksi) lapangan tersebut. 3D di lapangan NAWAS:
Tabel 4.1 berikut ini merupakan deskripsi data
reservoir zone Nawas-A lapangan “NAWAS”:
Tabel 4.1
Data reservoir zone Nawas-A
Tabel 4.2
Data reservoir zone Nawas-B
3
Jika pada penyebaran saturasi air keterangan
warna menunjukan indikasi sebaliknya yaitu warna biru bi-
asanya diartikan bahwa merupakan area yang memiliki
saturasi air terbesar dan sebagian warna biru ini ada di be-
berapa area reservoir dan untuk warna hijau diartikan bahwa
merupakan daerah yang memiliki saturasi air terkecil pada
reservoir lapangan “NAWAS” ini.
Gambar 4.5
Grafik Bo Vs Tekanan Nawas-A
Gambar 4.6
Grafik Rs Vs Tekanan Nawas-A
Gambar 4.4
Grafik Viskositas Minyak Vs Tekanan Nawas-A
Gambar 4.7
Grafik Viskositas Minyak Vs Tekanan Nawas-B
4
Pada Gambar 4.7 merupakan grafik Viskositas Adapun data sumuran pada lapangan NAWAS
minyak Vs Tekanan pada lapisan Nawas-B dengan korelasi ini Hasil uji sumuran DST (Drill Steam Test) DST#2 dan
Viskositas minyak (p>pb) Vasquez & Beggs dan Viskositas DST#1 pada sumur eksplorasi NWS-1, diketahui dua zona hi-
minyak (p<=pb) Beggs & Robinson. Dengan nilai viskositas drokarbon masing-masing pada interval kedalaman 857.4 –
minyak yang tidak jauh berbeda dengan lapisan Nawas-A 862.3 m MD disebut sebagai batupasir Nawas-A dan interval
yaitu sebesar 4 cp. 883.9 – 888.2 m MD disebut sebagai batupasir Nawas-B
diendapkan pada Formasi Main. Ringkasan hasil uji sumuran
ini ditunjukan pada Table 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3
Hasil Uji Sumuran Lapangan “NAWAS”
Inisialisasi Selisih
5
pada lapangan “NAWAS” untuk lapisan Nawas-A dan Na- Pada Gambar 4.12 Merupakan Hasil DST
was-B. Matching Nawas-B dimana pada grafik terlihat bahwa
tekanan (BHP) dan laju alir oil simulasi Nawas-B sudah
match dan lapisan Nawas-B lebih dominan mengandung min-
yak dari pada gasnya.
Gambar 4.10
Grafik DST Matching Laju Alir Oil Vs Tekanan Nawas-A
Gambar 4.12
Grafik DST Matching Laju Alir Oil Vs Tekanan Nawas-B
Gambar 4.14
Lokasi Penempatan Sumur Skenario I & II
6
Pada gambar 4.14 merupakan lokasi penem- baru agar faktor perolahan semakin optimal untuk dikem-
patan sumur skenario I dan II dimana skenario I merupakan bangkan pada lapangan “NAWAS”.
skenario basecase. Skenario I & skenario II sebelumnya
memiliki nilai faktor perolehan yang tidak begitu besar di-
mana pada skenario dua ini merupakan penerapan dari Gaslift
dengan setting Bottom Hole Pressure (BHP) sebesar 600 psi
nilai faktor perolehan menjadi sebesar sebesar 16.42%.
Gambar 4.17
Lokasi Penempatan Sumur Skenario V
sumur horizontal pada skenario IV jumlah sumur menjadi 2 Permeabilitas Modifier (INDEX 2) Uniform 1 2 3
3 End Point Krw Nawas-A Uniform 0.2 0.4 0.7
tujuh sumur dengan penerapan artificial lift yang sama 4 End Point Krw Nawas-B Uniform 0.2 0.5 0.8
dengan skenario sebelumnya yaitu ESP. Dipilihnya tipe su- 5 End point Kro Nawas-A Uniform 0.4 0.8 0.9
6 End point Kro Nawas-B Uniform 0.4 0.8 0.9
mur horizontal ini Karena tipe sumur horizontal memberikan 7 Kv/Kh Uniform 0.1 0.3 0.5
perolehan yang cukup besar dibandingkan dengan tipe sumur 8 OWC Nawas-A Uniform -2772 -2760 -2752
9 OWC Nawas-B Uniform -2854 -2845 -2837
deviated dan menghasilkan nilai faktor perolehan sebesar 10 Perm. Aquifer Nawas-A Uniform 5 40 80
20.71% sehingga pada skenario II dan IV banyak menerapkan 11 Perm. Aquifer Nawas-B Uniform 10 60 120
12 Residual oil saturation Nawas-A Uniform 0.15 0.3 0.4
tipe sumur horizontal dalam optimasi perolehan minyaknya. 13 Residual oil saturation Nawas-B Uniform 0.15 0.2 0.3
Dengan nilai faktor perolehan yang sudah se- 14 Aquifer thickness Nawas-A Uniform 10 25 40
15 Aquifer thickness Nawas-B Uniform 15 40 100
makin meningkat dengan penambahan jumlah sumur disetiap 16 Aquifer porosity Nawas-A Uniform 0.2 0.25 0.3
skenario semakin bertambah terhadap faktor perolahan se- 17 Aquifer porosity Nawas-B Uniform 0.22 0.27 0.32
7
Pada tabel 4.5 di atas merupakan parameter-pa- Perbandingan skenario ini sangat penting agar
rameter yang didasarkan atas statistical analysis of data, dapat membandingkan hasil dari simulasi yang di harapkan
analogy, dan personal judgment serta dapat digunakan dalam agar menambah kumulatif produksi dan factor perolehan
proses uncertainty untuk skenario yang dipilih range pada se- pada reservoir Nawas-A dan Nawas-B. dalam upaya Opti-
tiap parameter Dimana parameter ini menjadi acuan bila hasil masi perolehan minyak pada setiap skenario yang dibuat di-
dari uncertainty analysis ini di tampilkan pada Tornado harapkan agar hasil simulasi dapat mempresentasikan serta
Chart. memprediksikan perolehan minyak yang dapat diperoleh
dengan kegiatan simulasi reservoir ini untuk 17 tahun
kedepan.
Gambar 4.18
Tornado Chart hasil analisa sensivitas dari model skenario
lapangan “NAWAS” sampai Tahun 2037
Gambar 4.19
Seperti Pada Gambar 4.18 adalah merupakan Grafik Kumulatif Produksi Tiap Skenario
hasil dari uncertainty analysis berupa chart dan grafik Sensi-
tivity Analysis. Besar kecilnya range yang diberikan juga Pada Gambar 4.19 merupakan hasil Simulasi
dapat mempengaruhi parameter yang paling signifikan dalam Grafik Kumulatif Produksi setiap Skenario. Pada Grafik di-
uncertainty analysis ini. saat range yang diberikan nilai yang atas jelas terlihat skenario IV dan skenario V memiliki nilai
kecil maka parameter tidak muncul seperti tidak begitu sig- kumulatif produksi yang tidak begitu jauh, kedua skenario IV
nifikan dan saat range diberikan nilai yang besar maka pa- & V pun memiliki nilai RF yang hampir sama nilainya yaitu
rameter-parameter pun akan muncul dengan sendirinya. 20% dengan jumlah sumur serta jenis sumur yang berbeda ini
Pada Tornado plot sensitivity (Equal Sampling menghasilkan nilai recovery factor yang besar dan dapat
Method) jelas terlihat beberapa parameter yang paling signif- menaikan perolehan minyak pada lapngan “NAWAS”.
ikan dalam proses simulasi untuk case yang telah dipilih, di- Skenario tiga memiliki nilai kumulatif
mana parameter ini merupakan parameter yang dapat diana- produksi yang optimal dengan Recovery Factor yang besar
lisa lebih lanjut agar dapat memperkecil nilai uncertainty bisa menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan skenario,
serta dapat menghasilkan kumulatif produksi yang lebih op- Karena hasil simulasi skenario IV dan skenario V perbe-
timal dari sebelumnya. Hanya ada Beberapa parameter yang daannya tidak terlalu jauh dengan jumlah sumur pada ske-
dapat diambil sebagai parameter yang paling signifikan dari nario III hanya 6 sumur sedangkan untuk dua skenario IV dan
hasil yang terlah didapat. skenario V lima berjumlah 7 sumur dan 9 sumur.
Tabel 4.6
Parameter-parameter Signifikan hasil Uncertainty analysis
No PARAMETER
1. OWC Nawas-B
4. Sor Nawas-B
8
Jelas terlihat Pada Gambar 4.20 dari kurva Dapat ditentukan bahwa skenario III merupa-
tekanan tiap skenario bahwa skenario 2 memiliiki penurunan kan skenario yang bagus untuk dikembangkan pada lapangan
tekanan yang tidak begitu dastis dibandingkan dengan 4 ske- “NAWAS”.
nario lainnya. Pada skenario dua merupakan penerapan dari
Gaslift dengan setting Bottom Hole Pressure sebesar 600 psi. KESIMPULAN DAN SARAN
Penurunan tekanan juga dapat berpengaruh terharap parame- Dari hasil proses simulasi yang telah dil-
ter-parameter simulasi. akukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil inisialisasi OOIP data static (Volumetic) dengan
data dynamic (Simulasi) perbedaan yang di dapat
dengan presentase sebesar 2.44 % dengan hasil Volu-
metric sebesar 35.30 MMSTB dan Simulasi Sebesar
36.18 MMSTB.
2. Hasil dari pemilihan metode Artificial lift untuk reser-
voir lapangan “NAWAS” maka yang di gunakan un-
tuk Lapangan “NAWAS” yaitu ESP (Electrical Sub-
mersible Pump).
3. Hasil dari penentuan Jenis sumur untuk reservoir
lapangan “NAWAS” maka jenis sumur yang
digunakan untuk Lapangan “NAWAS” yaitu Sumur
Horizontal.
4. Berdasarkan hasil Uncertainty Analysis dan Sensitiv-
ity Analysis menampilkan beberapa parameter yang
Gambar 4.21 berpengaruh dalam proses Skenario simulasi, dian-
Grafik Tekanan Tiap Skenario taranya Oil Water Contact (OWC) Nawas-B, End
Point Permeabilitas Relatif terhadap minyak (Kro)
Pada Gambar 4.21 diatas menunjukan Laju Nawas-B, Aquifer Thickness Nawas-B, Residual Oil
Produksi minyak Setiap Skenario. Menunjukan bahwa ske- Saturation (Sor) Nawas-B, dan Permeabilitas Aquifer
nario yang paling cepat turun laju alirnya adalah Skenario II, Nawas-B.
lalu dilanjutkan oleh laju produksi minyak pada skenario I, 5. Berdasarkan dari hasil kumulatif produksi minyak
lalu pada skenario selanjutnya yang memiliki Laju produksi (Np) dan Recovery Factor (RF), dapat disimpulkan
minyak yang cepat menurun laju alirnya yaitu skenario III, bahwa skenario IV dan V memiliki nilai yang tidak
selanjutnya adalah skenario IV dan skenario V. jauh berbeda, skenario III adalah skenario yang mem-
Sehingga pada Tabel berikut ini memperlihat- berikan peningkatan produksi yang paling optimal dan
kan antara jumlah sumur, kumulatif terhadap recovery factor sesuai untuk dikembangkan pada lapangan “NA-
setiap skenario. WAS”.
Tabel 4.7 DAFTAR SIMBOL
Jumlah Sumur, Kumulatif Produksi terhadap nilai Recovery
faktor A = Luas penampang atau area, cm2
A = Luas zona minyak, acres
Kumulatif
KETERANGAN Jumlah Produksi Minyak RF (%) Bg = Faktor volume formasi gas, bbl/SCF
sumur (MMSTB)
6
Bt = Faktor volume formasi dua fasa, bbl/STB
SKENARIO III Basecase + 1 Sumur Horizontal 7.037 19.55%
Bti = Faktor volume formasi dua fasa awal,
SKENARIO IV Basecase + 2 Sumur Horizontal 7 7.455 20.71%
9
bbl/STB
Bulk volume (volume total), cm3
SKENARIO V Basecase + 2 Sumur Deviated 7.484 20.79%
Bv =
Bw = Faktor volume formasi air, bbl/STB
Dari Tabel 4.7 diatas terlihat pengaruh jumlah C = Faktor compresibilitas isothermal
sumur terhadap faktor perolehannya. Hasil dari kumulatif G = Volume gas awal di tempat, SCF
produksi setiap skenario yang telah dibuat dan dapat diten- h = Ketebalan rata-rata lapisan minyak
tukan bahwa skenario yang memiliki hasil Recovery Factor i,j,k = Lokasi cell pada grid, pada arah x,y,z.
terbesar adalah skenario V tetapi bila dibandingkan dengan k = Permeabilitas, darcy
skenario III, Skenario III tidak jauh berbeda dengan skenario Kg = Permeabilitas efektif terhadap gas
IV dan V dengan hasil Recovry Factor dan Kumulatif Ko = Permeabilitas efektif terhadap minyak
Produksi dengan peningkatan yang tidak begitu tinggi. Kw = Permeabilitas efektif terhadap air
Krg = Permeabilitas relatif terhadap gas
Kro = Permeabilitas relatif terhadap minyak
9
Krw = Permeabilitas relatif terhadap air 3. Fanchi, J.R. 2006, “Principles of Applied Reservoir
m = Perbandingan awal volume tudung gas dengan Simulation”, Third Edition, Gulf Publishing Com-
volume minyak pany, Houston, Texas.
N = Volume minyak mula-mula, STB 4. Djailani, Ikhwanushafa. 2010. “Optimasi Pengem-
P = Tekanan, psi bangan Lapangan X Dengan Menggunakan Simulasi
Pa = Tekanan abandon, psi Reservoir dan Analisis Keekonomian”. Bandung: In-
Pb = Tekanan gelembung/saturasi, psi
stitut Teknologi Bandung.
Q = Laju alir, cc/sec, bbl/day
RF = Radius pengurasan, % 5. Rukmana, Dadang, Kristanto, Dedy & Aji, Dedi Ca-
Rp = (Gas oil ratio (GOR) produksi, SCF/STB hyoko, V. 2011. “Teknik Reservoir Teori Dan Ap-
Rs = Jumlah gas yang larut dalam fluida, SCF/STB likasi”, Yogyakarta: Penerbit Pohon Cahaya.
Sg = Saturasi gas, fraksi 6. Samimi AK, Karimi G. 2014 “Sensitivity & Uncer-
So = Saturasi minyak, fraksi tainty Analysis of Original Oil-in-Pace in Carbonate
Sw = Saturasi air, fraksi Reservoir Modeling”, A Case Study. Petroleum and
Sor = Oil Residual Saturation, fraksi Coal; .56(3):332338.
Swc = Water Cut Saturation, Fraksi
T = Temperatur, °R, ℃, ℉
We = Kumulatif air yang masuk ke reservoir, bbl
Wp = Kumulatif produksi air, STB
μ = Viskositas fluida, cp
μg = Viskositas gas, cp
μo = Viskositas minyak, cp
γo = Specific gravity minyak
γg = Specific gravity gas
DAFTAR PUSTAKA
10