Anda di halaman 1dari 10

OPTIMASI PEROLEHAN MINYAK PADA LAPANGAN “NAWAS” LAPISAN “NAWAS-A DAN

NAWAS-B” MENGGUNAKAN SIMULASI RESERVOIR PETREL

Oleh :

Gita Yuliananda *

Ir. Sugiatmo Kasmungin, MT.,P.hD **

Ir. Kartika Fajarwati, MT ***

Abstrak

Perencanaan optimasi perolehan minyak dengan pengembangan lapangan merupakan hal yang sangat vital untuk
dilakukan di industri perminyakan, mengingat biaya yang dibutuhkan dalam mengoperasikan suatu lapangan sangatlah besar. Sim-
ulasi Reservoir adalah alat yang sangat diperlukan dalam perencanaan pengembangan lapangan yang dipercaya untuk meramalkan
performa reservoir dengan realistis.
Lapangan “NAWAS” adalah lapangan minyak bumi dengan jenis reservoir karbonat yang menghasilkan minyak jenis
black oil. Pengembangan awal lapangan ini masih dilakukan dengan satu sumur eksplorasi saja dengan faktor perolehan yang masih
sangat rendah. Berdasarkan data well Log, data DST, dan analogi produksi dari lapangan terdekat maka semua hidrokarbon yang
ada di kategorikan sebagai cadangan terbukti dengan Hasil DST#1 di interval NAWAS-B didapatkan laju alir gas dan minyak bumi
sebesar 886 BOPD, 0.14 MMCFGPD, sedangkan pada DST#2 di interval NAWAS-A didapatkan laju alir Gas dan minyak bumi
sebesar 7.6 MMCFGPD, 214 BOPD dimana pada zona NAWAS-A lebih dominan mengandung gas.
Dari hasil simulasi yang dilakukan dengan berbagai skenario memberikan hasil yang optimal, dengan perbandingan
5 skenario dengan jumlah, posisi sumur dan jenis sumur yang diterapkan yang berbeda. Hasil inisialisasi OOIP data static (Volu-
metik) dengan data dynamic (Simulasi) perbedaan yang di dapat dengan presentase sebesar 2.44 % dengan hasil Volumetrik sebesar
35.30 MMSTB dan Simulasi Sebesar 36.18 MMSTB.

Kata Kunci : Sumur Pengembangan, Simulasi Reservoir, Faktor Perolehan, Porositas, Permebilitas, Saturasi Minyak, Uncertainty
Analysis

*) Mahasiswa Jurusan Teknik Perminyakan – Universitas Trisakti

**) Dosen Pembimbing I Jurusan Teknik Perminyakan – Universitas Trisakti

***) Dosen Pembimbing II Jurusan Teknik Perminyakan – Universitas Trisakti

PENDAHULUAN produksi, menghitung recoverable reserve nya dan skenario


pengembangan lapangan yang optimum yang perlu dilakukan
Dalam pengelolaan lapangan minyak dan gas, untuk mengoptimalkan perolehan minyak dengan simulasi
sebuah studi dilakukan agar perolehan produksi menjadi op- reservoir. Dengan model ini, prediksi kinerja reservoir dapat
timal. Terjadinya peningkatan konsumsi akan kebutuhan dicoba dengan biaya yang tidak terlalu mahal, misalnya
minyak dan gas bumi di dunia berkaitan erat dengan proses kinerja reservoir dengan gaya pendorongnya sendiri (Primary
produksi minyak dan gas bumi yang semakin menurun. Maka Recovery), kinerja reservoir dengan adanya injeksi air atau
diperlukan berbagai cara untuk mengetahui perkembangan gas (Secondary Recovery), optimasi letak sumur, pengaruh
dari produksi minyak dan gas bumi ke depannya dan perlu besarnya produksi lapangan, penggunaan Artificial lift yang
dikembangkan suatu studi untuk mencari lapangan migas sesuai dan penambahan sumur sisipan (Infill).
yang baru serta untuk mengkaji pengembangan suatu lapan-
gan lama sehingga dapat meningkatkan hasil produksi lapan- TEORI DASAR
gan tersebut secara optimal. Perolehan yang optimal ini ada-
lah merupakan penyeimbangan antara biaya yang dikeluar- Optimasi sumur pengembangan adalah salah
kan untuk mengembangkan lapangan tersebut dibandingkan satu aspek krusial dari pengembangan lapangan minyak dan
dengan tingkat perolehannya. gas. Ketika reservoir minyak atau gas ditemukan, operator
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mem- akan membutuhkan suatu perencanaan melihat bagaimana
perkirakan Performance dari reservoir terhadap berbagai cara caranya mendapatkan sebanyak mungkin produksi minyak

1
atau gas. Jika hanya ada satu sumur saja maka akan Untuk mengidentifikasi jenis reservoir dan
membutuhkan waktu yang lama untuk berproduksi secara menentukan jenis simulasi yg bagus digunakan untuk men-
efektif dalam menguras reservoir. Untuk itu diperlukan simulasikan reservoir. Black oil digunakan untuk reservoir ini
adanya pemboran sumur baru pada suatu lokasi reservoir karena fase yang hadir di reservoir hanya minyak dan air, ter-
yang sudah terbukti mempunyai cadangan hidrokarbon yang lepas dari komposisi. Setelah itu, model 2-D dibangun dari
dapat diproduksi yang dikenal sebagai sumur pengembangan. data G&G, data batuan, data fluid dan data sejarah produksi,
Dalam penentuan sumur pengembangan perlu untuk membangun sebuah model yang menyerupai keadaan
diketahui jarak optimal dengan sumur lainnya yang telah ada yang sebenarnya reservoir. Validasi model dilakukan dengan
sehingga diusahakan tidak ada produksi suatu sumur yang melakukan inisialisasi dan history matching proses. Setelah
terganggu oleh sumur lainnya. Skenario pengambangan pada model dianggap dapat dipercaya, skenario dibuat berbeda-
lapangan minyak meliputi Sifat fisik fluida reservoir, Sifat beda untuk dapat mengembangkan lapangan.
fisik batuan reservoir Minyak, Tenaga dorong alamiah Terdapat dua analisis batuan inti yaitu Routine
reservoir minyak, Jenis reservoir minyak, Metode Core Analysis dan Special Core Analysis, analisis ini dil-
perhitungan cadangan reservoir, Simulasi reservoir, akukan untuk mengetahui sifat fisik batuan seperti porositas,
Skenario pengembangan lapangan dan artificial lift yang permeabilitas, hubungan porositas dan permeabilitas, serta
digunakan dalam optimasi perolehan minyak pada lapangan. mengetahui sifat dinamis reservoir seperti permeabilitas
relatif (Relative Permeability) serta tekanan kapiler (Capil-
METODELOGI lary Pressure). Dari data Routine Core Analysis kita bisa
mengetahui harga porositas dan permeabilitas dimana persa-
Pada penelitian kali ini metode penelitian akan maan tersebut nantinya akan kita gunakan dalam model res-
diawali dari proses simulasi reservoir Simulasi dilakukan ervoir.
dengan menggunakan Software Petrel E&P Flatform. Simu- Sedangkan dataSspecial Core Analysis
lasi reservoir dimulai dari parameter yang diperlukan hasil (SCAL) kita bisa diperoleh data tekanan kapiler dan permea-
modeling 3D properti, pengolahan data-data reservoir, ini- bilitas relatif, dimana keduanya merupakan fungsi dari
sialisasi, history matching, PI matching, penentuan con- saturasi air. Kondisi inisial saturasi fluida tergantung dari
straint (economic limit), penentuan skenario pengembangan tekanan kapiler yang merupakan fungsi ketinggian diatas flu-
lapangan dan prediksi dapat juga melakukan proses uncer- ida contact. Sedangkan perpindahan fluida dikontrol oleh
tainty analysis. untuk mengetahui parameter-parameter da- data permeabilitas relatif.
lam proses simulasi. Berikut adalah gambar metode dari Sebelum proses history matching, model reser-
penelitian voir diinisialisasi menggunakan simulator untuk menetapkan
kondisi kesetimbangan awal reservoir dan menentukan initial
volume in place dari reservoir. Pada tahap inisialisasi dil-
akukan penyelarasan OOIP hasil simulasi dengan OOIP yang
didapatkan dengan metoda volumetrik.
Penyelarasan (History Matching) adalah untuk
mengkalibrasi performance model dengan data lapangan, da-
lam hal ini adalah data produksi dan tekanan lapangan. Pada
penelitian history matching lapangan ini yang digunakan data
DST (Drill Steam Test) sebagai acuan adalah oil rate (control
oil) dan Bottom Hole pressure (BHP), artinya dengan
menetapkan bahwa laju produksi minyak yang dimasukan
kedalam model simulasi adalah sama dengan laju produksi
minyak data lapangan, selanjutnya laju laju produksi gas, laju
produksi air, dan tekanan diselaraskan (di-matching) dengan
data lapangan yang sebenarnya.
Setelah proses validasi selesai maka dilakukan
maka langkah selanjutkan adalah melakukan prediksi. Pada
penelitian kali ini pemilihan skenario yang dilakukan dengan
antara lain: skenario kondisi basecase, skenario dilakukan
kondisi basecase dengan penggunaan artificial lift Gaslift set-
ting BHP 600 psi dan Electric Submersible Pump (ESP).
Skenario kondisi basecase dengan penambahan
satu sumur horizontal, skenario dengan dua sumur horizontal,
dan yang terakhir skenario dengan penambahan dua sumur
Gambar 3.1 deviated. Prediksi ini dilakukan dari akhir history matching
Metode Penelitian sampai dengan tujuh belas tahun kedepan.

2
HASIL & PEMBAHASAN Dari data karakteristik reservoir pada Tabel 4.2
dapat dilihat nilai tekanan bubble point adalah 1012 psig,
Untuk melakukan skenario pengembangan sama dengan nilai tekanan reservoir, yaitu 1208 psig dibawah
dengan simulasi reservoir, maka dibutuhkan suatu model res- permukaan laut. Ini mengindikasikan bahwa keadaan reser-
ervoir yang merepresentasikan reservoir sebenarnya. Be- voir adalah under-saturated.
berapa input data yang diperlukan adalah model struktur, Pada Gambar 4.1, Gambar 4.2 dan Gambar 4.3
PVT, property batuan dan data sejarah produksi (bila sudah berikut ini merupakan penyebaran properti reservoir secara
berproduksi) lapangan tersebut. 3D di lapangan NAWAS:
Tabel 4.1 berikut ini merupakan deskripsi data
reservoir zone Nawas-A lapangan “NAWAS”:

Tabel 4.1
Data reservoir zone Nawas-A

DATA PVT Nawas-A


Parameter Nilai Satuan
Pi = 1217 Psi
Pr= 1217 Psi
Pb = 1217 Psi
Pa = 300 Psi
T= 173 °F
Boi = 1.15 (rb/stb)
Bgi = 0.013 (cf/scf)
SGgas = 0.58
Sgoil = 0.88
API = 29 °API Gambar 4.1
ρ gas = 0.04 Lbm/Ft³
ρ oil = 54.98 Lbm/Ft³ Horizon Depth Structure Reservoir Lapangan “NAWAS”
ρ water = 62.43 Lbm/Ft³
μ water = 0.40 Cp
Ø rata-rata = 23.00 % Gambar 4.1 menunjukkan nilai properti yang
Sw rata-rata = 0.50 % merupakan sebagai daerah akumulasi minyak terletak di
K rata-rata = 143 mD
GOR = 0.18 MSCF/STB
ketinggian updip. Sedangkan bagian yang lainnya tidak be-
GOC = -2749 ft gitu menjanjikan, selain Karena nilai porositas dan permea-
OWC = -2752 ft
bilitas yang kecil, juga karena sudah tersaturasi oleh air.
Grid model reservoir yang digunakan ber-
Dari data karakteristik reservoir pada Tabel 4.1 porositas tunggal (Single Porosity) dengan jumlah grid cell
dapat dilihat nilai tekanan bubble point adalah 1217 psig, 52 x 63 x 45 dan dengan total cell 147420. Ukuran x grid cell
sama dengan nilai tekanan reservoir, yaitu 1217 psig dibawah 100 m, ukuran y grid cell 100 m dan ukuran z grid cell rata-
permukaan laut. Ini mengindikasikan bahwa keadaan reser- rata 3 ft. Reservoir dilapangan “NAWAS” berasal dari For-
voir adalah saturated. masi Main di interval Nawas-A dan Nawas-B.
Tabel 4.2 berikut ini merupakan deskripsi data
reservoir zone Nawas-B lapangan “NAWAS”:

Tabel 4.2
Data reservoir zone Nawas-B

DATA PVT Nawas-B


Parameter Nilai Satuan
Pi= 1208 Psi
Pr= 1208 Psi
Pb = 1012 Psi
Pa = 400 Psi
T= 170 °F
Boi = 1.12 (bbl/STB)
SGgas = 0.58
Sgoil = 0.88
API = 29.60 °API
ρ gas= 0.04 Lbm/Ft³
ρ oil= 54.78 Lbm/Ft³
ρ water= 62.43 Lbm/Ft³ Gambar 4.2
μ water = 0.40 Cp
Ø rata-rata = 0.25 % Horizon Porosity
Sw rata-rata = 0.55 %
K rata-rata = 0.1 mD
μwi= 1 Cp Pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa warna
μoi= 4 Cp merah, kuning dan hijau adalah area yang memiliki porositas
GOR = 0.1 MSCF/STB
GOC = -2800 ft
yang cukup besar dan sudah tersebar, sedangkan warna biru
OWC = -2837 ft pada gambar diatas menunjukan area yang memiliki porositas
kecil dan terletak disebagian besar reservoir tersebut.

3
Jika pada penyebaran saturasi air keterangan
warna menunjukan indikasi sebaliknya yaitu warna biru bi-
asanya diartikan bahwa merupakan area yang memiliki
saturasi air terbesar dan sebagian warna biru ini ada di be-
berapa area reservoir dan untuk warna hijau diartikan bahwa
merupakan daerah yang memiliki saturasi air terkecil pada
reservoir lapangan “NAWAS” ini.

Gambar 4.5
Grafik Bo Vs Tekanan Nawas-A

Pada Gambar 4.5 merupakan grafik faktor vol-


ume formasi (Bo) Vs Tekanan pada lapisan Nawas-A.
menunjukan nilai Boi pada lapisan Nawas-A sebesar 1.15
RB/STB. Korelasi faktor volume formasi (p>pb) McCain dan
faktor volume formasi (p<=pb) Petrosky & Farshad.
Gambar 4.3
Horizon Permeabilitas

Pada Gambar 4.3 yang merupakan gambaran


penyebaran permeabilitas batuan reservoir secara lateral, di-
mana pada merah, kuning dan hijau menunjukan besarnya
nilai permeabilitas pada suatu area pada reservoir.

Adapun properties PVT ditunjukan pada Gam-


bar 4.4 – Gambar 4.6 untuk lapisan Nawas-A.

Gambar 4.6
Grafik Rs Vs Tekanan Nawas-A

Pada Gambar 4.6 menunjukan grafik kelarutas gas da-


lam minyak (Rs) Vs tekanan pada lapisan Nawas-A. memiliki
nilai GOR sebesar 0.18 MSCF/STB. Adapun Properties PVT
untuk lapisan Nawas-B akan ditunjukan pada Gambar 4.7-
Gambar 4.9 pada lapangan NAWAS.

Gambar 4.4
Grafik Viskositas Minyak Vs Tekanan Nawas-A

Pada Gambar 4.4 merupakan grafik Viskositas


minyak Vs Tekanan pada lapisan Nawas-A dengan korelasi
Viskositas minyak (p>pb) Vasquez & Beggs dan Viskositas
minyak (p<=pb) Beggs & Robinson pada keterangan software
simulasi yang digunakan. Dengan nilai viskositas minyak
sebesar 4 cp. Adapun grafik lainnya yaitu grafik faktor vol-
ume formasi (Bo) pada Gambar 4.5.

Gambar 4.7
Grafik Viskositas Minyak Vs Tekanan Nawas-B

4
Pada Gambar 4.7 merupakan grafik Viskositas Adapun data sumuran pada lapangan NAWAS
minyak Vs Tekanan pada lapisan Nawas-B dengan korelasi ini Hasil uji sumuran DST (Drill Steam Test) DST#2 dan
Viskositas minyak (p>pb) Vasquez & Beggs dan Viskositas DST#1 pada sumur eksplorasi NWS-1, diketahui dua zona hi-
minyak (p<=pb) Beggs & Robinson. Dengan nilai viskositas drokarbon masing-masing pada interval kedalaman 857.4 –
minyak yang tidak jauh berbeda dengan lapisan Nawas-A 862.3 m MD disebut sebagai batupasir Nawas-A dan interval
yaitu sebesar 4 cp. 883.9 – 888.2 m MD disebut sebagai batupasir Nawas-B
diendapkan pada Formasi Main. Ringkasan hasil uji sumuran
ini ditunjukan pada Table 4.3 dibawah ini.

Tabel 4.3
Hasil Uji Sumuran Lapangan “NAWAS”

INTERVAL CHK WHP GAS OIL WATER CO2 RES.PRESSURE Tr k


DST ZONE THT API GOR
(m MD) (inch) (psi) (MMCFPD) (BOPD) (BWPD) (%) (Psi) (°F) (mD)
DST#2 Nawas-A 857.4-862.3 32/64'' 960 106 3.963 0 0 - - - 1222 142 134
48/64'' 640 113 6.995 135 0 24.3 51814.8 - 1222 142 134
64/64'' 532 120 7.637 214 0 24.3 35686.9 - 1222 142 134
1.3'' 475 122 7.838 247 0 29.8 31732.8 - 1222 142 134
DST#1 Nawas-B 883.9-888.2 64/64'' 130 114 0.138 886 0 29.4 156 1 1249 145 374

Setelah memiliki seluruh data geologi dan


Gambar 4.8 properti reservoir sudah lengkap dan sudah dilakukan
Grafik Bo Vs Tekanan Nawas-B penginputan data pada simulator reservoir, maka dilanjutkan
dengan peroses validasi data. Validasi data dilakukan untuk
Pada Gambar 4.8 merupakan grafik faktor vol- mendapatkan data yang sesuai. Secara garis besar, proses val-
ume formasi (Bo) Vs Tekanan pada lapisan Nawas-B. idasi data dapat dikelompokkan menjadi 2 tahap, yaitu Ini-
menunjukan nilai Boi pada lapisan Nawas-B sebesar 1.12 sialisasi Data dan History Matching.
RB/STB. Korelasi faktor volume formasi (p>pb) McCain dan Insialisasi Merupakan tahapan dalam peker-
faktor volume formasi (p<=pb) Petrosky & Farshad jaan simulasi reservoir untuk mendapatkan kondisi reservoir
pada saat masih original (belum ada gangguan, misalnya be-
lum ada produksi). Pada tahap ini biasanya membandingkan
volume hidrokarbon atau nilai OOIP reservoir awal di tempat
dari model yang kita buat dengan hasil perhitungan volu-
metrik. Pada Tabel 4.4 dibawah ini merupakan hasil dari
proses inisialisasi.
Tabel 4.4
Hasil Inisialisasi Lapangan “NAWAS”

Inisialisasi Selisih

Lapisan OOIP (MMSTB)


MMSTB Presentase (%)
STATIC DYNAMIC
Nawas-A 10.1 10.35 0.25 2.44%
Nawas-B 25.2 26.83 0.63 2.44%
TOTAL 35.30 36.18 0.9 2.44%
Gambar 4.9
Grafik Rs Vs Tekanan Nawas-B
Pada tahap inisialisasi ini didapat dengan nilai
OOIP 35.30 MMSTB. Ooip hasil simulasi basecase sebesar
Pada Gambar 4.9 menunjukan grafik kelarutas 36.18 MMSTB, Perbedaaan yang didapat pada nilai hasil
gas dalam minyak (Rs) Vs tekanan pada lapisan Nawas-B. static dengan simulasi tidak begitu jauh dengan nilai
memiliki nilai GOR sebesar 0.1 MSCF/STB.
Presentase 2.44% dengan Studi internal yang telah dilakukan.
Setelah penyelarasan nilai OOIP dilakukan
Adapun data inti bantuan yang digunakan pada maka tahap selanjutnya adalah history matching. Untuk his-
proses simulasi lapangan “NAWAS” ini yaitu Special Core tory matching lapangan “NAWAS” menggunakan data Hasil
Analysis (SCAL) yang digunakan merupakan data SCAL. uji sumuran DST (Drill Steam Test) karena lapangan baru dan
Data SCAL didapat dari proses normalisasi dan denormal- hanya memiliki satu sumur eksplorasi. Dengan data Drill
isasi sampel – sampel batuan yang digunakan untuk Steam Test DST#1 dan DST#2 pada sumur eksplorasi yaitu
menghasilkan permeabilitas relatif (Kr) rata – rata antara NWS-1.
minyak – air dan minyak – gas, serta mendapatkan saturasi Data DST#1 merupakan Zona Nawas-B dan
minyak, gas, dan air. Data SCAL ini dapat di dapat kegiatan DST#2 merupakan zona Nawas-A. Dimana pada zone
coring, Dimana data ini akan dimasukkan dalam simulasi Nawas-A dominan mengandung gas. Pada proses DST
pada input software. Matching ini difokuskan pada Laju alir dan Tekananya,
Berikut merupakan hasil dari proses history DST matching

5
pada lapangan “NAWAS” untuk lapisan Nawas-A dan Na- Pada Gambar 4.12 Merupakan Hasil DST
was-B. Matching Nawas-B dimana pada grafik terlihat bahwa
tekanan (BHP) dan laju alir oil simulasi Nawas-B sudah
match dan lapisan Nawas-B lebih dominan mengandung min-
yak dari pada gasnya.

Gambar 4.10
Grafik DST Matching Laju Alir Oil Vs Tekanan Nawas-A

Pada Gambar 4.10 Merupakan Hasil DST Gambar 4.13


Matching Nawas-A dimana pada grafik terlihat bahwa Grafik DST Matching Laju Alir Gas Vs Tekanan Nawas-B
tekanan (BHP) dan laju alir oil simulasi Nawas-A sudah
match dengan actualnya. Pada Gambar 4.13 hasil dari DST Matching su-
dah sesuai dengan nilai actualnya sama dengan hasil DST
matching pada lapisan sebelumnya. Proses matching dil-
akukan dengan dapat mengubah-ngubah beberapa nilai prop-
erties, seperti permeabilitas relatif, Index produktifitas (PI),
Transmibility dan beberapa properties yang lain. Beberapa
bagian kurva masih ada kurang sedikit matching secara sem-
purna, terutama pada laju alir gas maupun minyak.
Setelah tahap validasi selesai dilakukan, maka
tahap selajutnya yaitu prediksi skenario pengembangan. Op-
timasi reservoir lapangan “NAWAS” Pada sekenario
pengembangan ini, terdapat 5 skenario pengembangan lapan-
gan “NAWAS” yang didasarkan pada penambahan sumur
(infill) yang optimal, tipe sumur (Deviated/ Horizontal), dan
Gambar 4.11 artificial lift (ESP/GL) yang akan di terapkan. Dasar-dasar
Grafik DST Matching Laju Alir Gas Vs Tekanan Nawas-A penentuan ini disesuaikan dengan keadaan pada reservoir
lapangan “NAWAS”.
Pada Gambar 4.11 Merupakan Hasil DST Penambahan sumur dilakukan pada simulator
Matching Nawas-A Jelas terlihat pada lapisan Nawas-A lebih dengan jumlah sumur basecase sebanyak lima yang terdiri
dominan mengandung gas dibandingkan dengan minyak. atas dua Horizontal Well dan tiga Deviated Well yang di-
produksikan dari dua zona reservoir yaitu zona Nawas-A dan
Nawas-B.

Gambar 4.12
Grafik DST Matching Laju Alir Oil Vs Tekanan Nawas-B
Gambar 4.14
Lokasi Penempatan Sumur Skenario I & II

6
Pada gambar 4.14 merupakan lokasi penem- baru agar faktor perolahan semakin optimal untuk dikem-
patan sumur skenario I dan II dimana skenario I merupakan bangkan pada lapangan “NAWAS”.
skenario basecase. Skenario I & skenario II sebelumnya
memiliki nilai faktor perolehan yang tidak begitu besar di-
mana pada skenario dua ini merupakan penerapan dari Gaslift
dengan setting Bottom Hole Pressure (BHP) sebesar 600 psi
nilai faktor perolehan menjadi sebesar sebesar 16.42%.

Gambar 4.17
Lokasi Penempatan Sumur Skenario V

Pada Gambar 4.17 merupakan skenario V


Gambar 4.15 dengan jumlah sumur menjadi Sembilan sumur setelah di
Lokasi Penempatan Sumur Skenario III tambahkan dua sumur deviated. Menghasilkan nilai faktor
perolehan sebesar 20.79% nilai pertambahan faktor perolehan
Pada Gambar 4.15 skenario III Setelah penam- tidak begitu signifikan peningkatannya dari skenario IV.
bahan 1 sumur horizontal dengan penerapan dari ESP dengan
setting Bottom Hole Pressure sebesar (BHP) 250 psi nilai Karena keterbatasan data khususnya data
faktor perolehan menjadi 19.55% merupakan peningkatan SCAL dan PVT maka Estimasi ketidakpastian eksperimental
faktor perolahan yang cukup besar dari dua skenario sebe- diperlukan untuk menilai kepercayaan dalam hasil untuk ske-
lumnya. nario yang telah dipilih dapat dilakukan uncertainty analysis.
Uncertainty analysis merupakan proses mem-
perbaiki Model input yang tidak berpengaruh pada output,
atau mengidentifikasi serta menghapus bagian berlebihan
dari struktur model. memberikan kontribusi teknis pengam-
bilan keputusan melalui kuantifikasi ketidakpastian dalam
variabel yang relevan.
Hasil dari uncertainty ini dapat dilanjutkan
pada proses pengerjaan selanjutnya agar dapat dievaluasi be-
berapa parameter yang signifikan menjadi acuan agar
didapatkannya kumulatif produksi lebih besar. Berikut ini
adalah Tabel parameter-parameter dynamic serta range yang
diinput dalam proses uncertainty analysis.

Gambar 4.16 Tabel 4.5


Lokasi Penempatan Sumur Skenario IV Range Parameter-parameter Dynamic

No PARAMETER DISTRIBUTION MINIMUM BASE MAXIMUM


Pada Gambar 4.16 penambahan jumlah satu 1 Permeabilitas Modifier (INDEX 1) Uniform 1 2 3

sumur horizontal pada skenario IV jumlah sumur menjadi 2 Permeabilitas Modifier (INDEX 2) Uniform 1 2 3
3 End Point Krw Nawas-A Uniform 0.2 0.4 0.7
tujuh sumur dengan penerapan artificial lift yang sama 4 End Point Krw Nawas-B Uniform 0.2 0.5 0.8

dengan skenario sebelumnya yaitu ESP. Dipilihnya tipe su- 5 End point Kro Nawas-A Uniform 0.4 0.8 0.9
6 End point Kro Nawas-B Uniform 0.4 0.8 0.9
mur horizontal ini Karena tipe sumur horizontal memberikan 7 Kv/Kh Uniform 0.1 0.3 0.5

perolehan yang cukup besar dibandingkan dengan tipe sumur 8 OWC Nawas-A Uniform -2772 -2760 -2752
9 OWC Nawas-B Uniform -2854 -2845 -2837
deviated dan menghasilkan nilai faktor perolehan sebesar 10 Perm. Aquifer Nawas-A Uniform 5 40 80
20.71% sehingga pada skenario II dan IV banyak menerapkan 11 Perm. Aquifer Nawas-B Uniform 10 60 120
12 Residual oil saturation Nawas-A Uniform 0.15 0.3 0.4
tipe sumur horizontal dalam optimasi perolehan minyaknya. 13 Residual oil saturation Nawas-B Uniform 0.15 0.2 0.3
Dengan nilai faktor perolehan yang sudah se- 14 Aquifer thickness Nawas-A Uniform 10 25 40
15 Aquifer thickness Nawas-B Uniform 15 40 100
makin meningkat dengan penambahan jumlah sumur disetiap 16 Aquifer porosity Nawas-A Uniform 0.2 0.25 0.3
skenario semakin bertambah terhadap faktor perolahan se- 17 Aquifer porosity Nawas-B Uniform 0.22 0.27 0.32

hingga pada skenario berikutnya ditambahkan dua sumur

7
Pada tabel 4.5 di atas merupakan parameter-pa- Perbandingan skenario ini sangat penting agar
rameter yang didasarkan atas statistical analysis of data, dapat membandingkan hasil dari simulasi yang di harapkan
analogy, dan personal judgment serta dapat digunakan dalam agar menambah kumulatif produksi dan factor perolehan
proses uncertainty untuk skenario yang dipilih range pada se- pada reservoir Nawas-A dan Nawas-B. dalam upaya Opti-
tiap parameter Dimana parameter ini menjadi acuan bila hasil masi perolehan minyak pada setiap skenario yang dibuat di-
dari uncertainty analysis ini di tampilkan pada Tornado harapkan agar hasil simulasi dapat mempresentasikan serta
Chart. memprediksikan perolehan minyak yang dapat diperoleh
dengan kegiatan simulasi reservoir ini untuk 17 tahun
kedepan.

Gambar 4.18
Tornado Chart hasil analisa sensivitas dari model skenario
lapangan “NAWAS” sampai Tahun 2037
Gambar 4.19
Seperti Pada Gambar 4.18 adalah merupakan Grafik Kumulatif Produksi Tiap Skenario
hasil dari uncertainty analysis berupa chart dan grafik Sensi-
tivity Analysis. Besar kecilnya range yang diberikan juga Pada Gambar 4.19 merupakan hasil Simulasi
dapat mempengaruhi parameter yang paling signifikan dalam Grafik Kumulatif Produksi setiap Skenario. Pada Grafik di-
uncertainty analysis ini. saat range yang diberikan nilai yang atas jelas terlihat skenario IV dan skenario V memiliki nilai
kecil maka parameter tidak muncul seperti tidak begitu sig- kumulatif produksi yang tidak begitu jauh, kedua skenario IV
nifikan dan saat range diberikan nilai yang besar maka pa- & V pun memiliki nilai RF yang hampir sama nilainya yaitu
rameter-parameter pun akan muncul dengan sendirinya. 20% dengan jumlah sumur serta jenis sumur yang berbeda ini
Pada Tornado plot sensitivity (Equal Sampling menghasilkan nilai recovery factor yang besar dan dapat
Method) jelas terlihat beberapa parameter yang paling signif- menaikan perolehan minyak pada lapngan “NAWAS”.
ikan dalam proses simulasi untuk case yang telah dipilih, di- Skenario tiga memiliki nilai kumulatif
mana parameter ini merupakan parameter yang dapat diana- produksi yang optimal dengan Recovery Factor yang besar
lisa lebih lanjut agar dapat memperkecil nilai uncertainty bisa menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan skenario,
serta dapat menghasilkan kumulatif produksi yang lebih op- Karena hasil simulasi skenario IV dan skenario V perbe-
timal dari sebelumnya. Hanya ada Beberapa parameter yang daannya tidak terlalu jauh dengan jumlah sumur pada ske-
dapat diambil sebagai parameter yang paling signifikan dari nario III hanya 6 sumur sedangkan untuk dua skenario IV dan
hasil yang terlah didapat. skenario V lima berjumlah 7 sumur dan 9 sumur.

Tabel 4.6
Parameter-parameter Signifikan hasil Uncertainty analysis

No PARAMETER

1. OWC Nawas-B

2. End Point Kro Nawas-B

3. Aquifer Thickness Nawas-B

4. Sor Nawas-B

5. Perm. Aquifer Nawas-B

Parameter-parameter pada gambar 4.6 diatas


merupakan 5 point teratas dari beberapa parameter hasil un-
certainty analysis. Parameter ini merupakan parameter yang Gambar 4.20
paling berpengaruh pada kumulatif produksi. Grafik Tekanan Tiap Skenario

8
Jelas terlihat Pada Gambar 4.20 dari kurva Dapat ditentukan bahwa skenario III merupa-
tekanan tiap skenario bahwa skenario 2 memiliiki penurunan kan skenario yang bagus untuk dikembangkan pada lapangan
tekanan yang tidak begitu dastis dibandingkan dengan 4 ske- “NAWAS”.
nario lainnya. Pada skenario dua merupakan penerapan dari
Gaslift dengan setting Bottom Hole Pressure sebesar 600 psi. KESIMPULAN DAN SARAN
Penurunan tekanan juga dapat berpengaruh terharap parame- Dari hasil proses simulasi yang telah dil-
ter-parameter simulasi. akukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil inisialisasi OOIP data static (Volumetic) dengan
data dynamic (Simulasi) perbedaan yang di dapat
dengan presentase sebesar 2.44 % dengan hasil Volu-
metric sebesar 35.30 MMSTB dan Simulasi Sebesar
36.18 MMSTB.
2. Hasil dari pemilihan metode Artificial lift untuk reser-
voir lapangan “NAWAS” maka yang di gunakan un-
tuk Lapangan “NAWAS” yaitu ESP (Electrical Sub-
mersible Pump).
3. Hasil dari penentuan Jenis sumur untuk reservoir
lapangan “NAWAS” maka jenis sumur yang
digunakan untuk Lapangan “NAWAS” yaitu Sumur
Horizontal.
4. Berdasarkan hasil Uncertainty Analysis dan Sensitiv-
ity Analysis menampilkan beberapa parameter yang
Gambar 4.21 berpengaruh dalam proses Skenario simulasi, dian-
Grafik Tekanan Tiap Skenario taranya Oil Water Contact (OWC) Nawas-B, End
Point Permeabilitas Relatif terhadap minyak (Kro)
Pada Gambar 4.21 diatas menunjukan Laju Nawas-B, Aquifer Thickness Nawas-B, Residual Oil
Produksi minyak Setiap Skenario. Menunjukan bahwa ske- Saturation (Sor) Nawas-B, dan Permeabilitas Aquifer
nario yang paling cepat turun laju alirnya adalah Skenario II, Nawas-B.
lalu dilanjutkan oleh laju produksi minyak pada skenario I, 5. Berdasarkan dari hasil kumulatif produksi minyak
lalu pada skenario selanjutnya yang memiliki Laju produksi (Np) dan Recovery Factor (RF), dapat disimpulkan
minyak yang cepat menurun laju alirnya yaitu skenario III, bahwa skenario IV dan V memiliki nilai yang tidak
selanjutnya adalah skenario IV dan skenario V. jauh berbeda, skenario III adalah skenario yang mem-
Sehingga pada Tabel berikut ini memperlihat- berikan peningkatan produksi yang paling optimal dan
kan antara jumlah sumur, kumulatif terhadap recovery factor sesuai untuk dikembangkan pada lapangan “NA-
setiap skenario. WAS”.
Tabel 4.7 DAFTAR SIMBOL
Jumlah Sumur, Kumulatif Produksi terhadap nilai Recovery
faktor A = Luas penampang atau area, cm2
A = Luas zona minyak, acres
Kumulatif
KETERANGAN Jumlah Produksi Minyak RF (%) Bg = Faktor volume formasi gas, bbl/SCF
sumur (MMSTB)

Basecase (2 sumur Horizontal +


Bgi = Faktor volume formasi gas awal, bbl/SCF
SKENARIO I 5 6.617 18.38%
3 Sumur Deviated) Bo = Faktor volume formasi minyak, bbl/STB
SKENARIO II
Gas Lift (2 sumur Horizontal +
5 5.912 16.42%
Boi = Faktor volume minyak awal, bbl/STB
3 Sumur Deviated)

6
Bt = Faktor volume formasi dua fasa, bbl/STB
SKENARIO III Basecase + 1 Sumur Horizontal 7.037 19.55%
Bti = Faktor volume formasi dua fasa awal,
SKENARIO IV Basecase + 2 Sumur Horizontal 7 7.455 20.71%
9
bbl/STB
Bulk volume (volume total), cm3
SKENARIO V Basecase + 2 Sumur Deviated 7.484 20.79%
Bv =
Bw = Faktor volume formasi air, bbl/STB
Dari Tabel 4.7 diatas terlihat pengaruh jumlah C = Faktor compresibilitas isothermal
sumur terhadap faktor perolehannya. Hasil dari kumulatif G = Volume gas awal di tempat, SCF
produksi setiap skenario yang telah dibuat dan dapat diten- h = Ketebalan rata-rata lapisan minyak
tukan bahwa skenario yang memiliki hasil Recovery Factor i,j,k = Lokasi cell pada grid, pada arah x,y,z.
terbesar adalah skenario V tetapi bila dibandingkan dengan k = Permeabilitas, darcy
skenario III, Skenario III tidak jauh berbeda dengan skenario Kg = Permeabilitas efektif terhadap gas
IV dan V dengan hasil Recovry Factor dan Kumulatif Ko = Permeabilitas efektif terhadap minyak
Produksi dengan peningkatan yang tidak begitu tinggi. Kw = Permeabilitas efektif terhadap air
Krg = Permeabilitas relatif terhadap gas
Kro = Permeabilitas relatif terhadap minyak

9
Krw = Permeabilitas relatif terhadap air 3. Fanchi, J.R. 2006, “Principles of Applied Reservoir
m = Perbandingan awal volume tudung gas dengan Simulation”, Third Edition, Gulf Publishing Com-
volume minyak pany, Houston, Texas.
N = Volume minyak mula-mula, STB 4. Djailani, Ikhwanushafa. 2010. “Optimasi Pengem-
P = Tekanan, psi bangan Lapangan X Dengan Menggunakan Simulasi
Pa = Tekanan abandon, psi Reservoir dan Analisis Keekonomian”. Bandung: In-
Pb = Tekanan gelembung/saturasi, psi
stitut Teknologi Bandung.
Q = Laju alir, cc/sec, bbl/day
RF = Radius pengurasan, % 5. Rukmana, Dadang, Kristanto, Dedy & Aji, Dedi Ca-
Rp = (Gas oil ratio (GOR) produksi, SCF/STB hyoko, V. 2011. “Teknik Reservoir Teori Dan Ap-
Rs = Jumlah gas yang larut dalam fluida, SCF/STB likasi”, Yogyakarta: Penerbit Pohon Cahaya.
Sg = Saturasi gas, fraksi 6. Samimi AK, Karimi G. 2014 “Sensitivity & Uncer-
So = Saturasi minyak, fraksi tainty Analysis of Original Oil-in-Pace in Carbonate
Sw = Saturasi air, fraksi Reservoir Modeling”, A Case Study. Petroleum and
Sor = Oil Residual Saturation, fraksi Coal; .56(3):332338.
Swc = Water Cut Saturation, Fraksi
T = Temperatur, °R, ℃, ℉
We = Kumulatif air yang masuk ke reservoir, bbl
Wp = Kumulatif produksi air, STB
μ = Viskositas fluida, cp
μg = Viskositas gas, cp
μo = Viskositas minyak, cp
γo = Specific gravity minyak
γg = Specific gravity gas

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmed, Tarek. 2006. ”Reservoir Engineering Hand-


book” Third Edition, ElsevierInc., Oxford, United
Kingdom.
2. Ahmed, Tarek, H. 2007, “Equation of State and PVT
Analysis”, Gulf Publishing Company, Houston,
Texas.

10

Anda mungkin juga menyukai