Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti

Vol. 3, No. 2, Juli 2018, ISSN (p) : 0853-7720, ISSN (e) : 2541-4275

ANALISA PERENCANAAN REAKTIVASI SUMUR LAPANGAN “PAD” UNTUK


ZONA “A”

Putri Ayu Desyta1), Sugiatmo Kasmungin2), Djunaedi Agus Wibowo3)


Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti
djunaediaguswibowo@trisakti.ac.id

ABSTRAK
Lapangan PAD merupakan sebuah lapangan yang telah berproduksi sejak tahun 1992. Lapangan
ini terletak pada Cekungan Sumatera Utara. Nilai kumulatif produksi minyak (NP) sampai dengan
akhir tahun 2014 sebesar 2.87 MMSTB, sehingga baru memperoleh Recovery Factor sebesar
6.57%. Pada saat ini, Lapangan PAD berada pada kondisi shut-in dikarenakan adanya liquid hold
up, yaitu adanya air yang ikut terproduksi dikarenakan mobilitas air yang lebih besar daripada
minyak, sehingga air menutup jalur produksi minyak. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
direncanakan kegiatan reaktivasi, sehingga pada akhirnya dapat memaksimalkan Recovery Factor
Lapangan. Namun sebelumnya perlu dilakukan beberapa analisa dalam menentukan kelayakan
Lapangan untuk direaktivasi, yaitu dengan melihat Remaining Reserve-nya. Pada penelitian ini
terdapat 3 sumur yang akan dilakukan reaktivasi, yaitu PAD-1, PAD-2, dan PAD-3. Untuk sumur
PAD-1 dan PAD-2 akan dilakukan pembukaan zona baru serta isolasi (plugging) pada zona – zona
dibawahnya. Sedangkan untuk sumur PAD-3 akan dilakukan penyemenan ulang, kemudian
dilakukan perforasi ulang pada zona yang telah ditentukan.

Kata Kunci: decline curve analysis, kerja ulang sumur, reaktivasi, perforasi, re-cementing

I. PENDAHULUAN
Latar belakang Tugas Akhir ini diawali dengan adanya permasalahan liquid hold up
pada Lapangan PAD. Lapangan PAD merupakan suatu Lapangan minyak yang mulai
berproduksi pada tahun 1992. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, jumlah air yang
ikut terproduksi semakin meningkat, bahkan pada tahun 2014, water cut mencapai 100%
atau completely water out. Sehingga Lapangan PAD harus berada pada kondisi shut-in
hingga saat ini. Hal ini menyebabkan Recovery Factor pada Lapangan PAD baru
mencapai 6.57%.
Oleh karena itu sebagai tujuan dari penelitian ini, perlu dilakukan beberapa
kegiatan dalam menangani permasalahan liquid hold up. Kemudian jika permasalahan
tersebut telah ditangani, dapat ditentukan metode dalam reaktivasi sumur, agar Lapangan
PAD dapat kembali berproduksi. Melalui makalah ini akan dibuktikan apakah Lapangan
PAD layak untuk dilakukan kegiatan reaktivasi, dilihat dari kondisi setiap sumur yang ada
beserta remaining reserve yang dimiliki. Dan dalam mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan
alat bantu berupa Software.
Lapangan PAD merupakan salah satu lapangan minyak yang berada pada
Cekungan Sumatera Utara. Lapangan ini terletak pada area offshore pesisir Teluk Aru, di
sebelah utara kota Medan. Reservoir dari Lapangan PAD berasal dari Formasi Keutapang
dengan batuan sandstone. Lapangan ini memiliki Voume Minyak Awal sebesar 23.87
MMSTB dan kumulatif produksi hingga akihr tahun 2014 sebesar 2.869 MMSTB.
Adapun asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menganggap
Zona A1, A2, dan A3 sebagai satu kesatuan karena terdapat kesamaan tekanan pada
ketiga zona tersebut. Sehingga dapat diasumsikan bahwa produksi tiap sumur berasal
dari zona yang sama, yaitu Zona A.

51
Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti
Vol. 3, No. 2, Juli 2018, ISSN (p) : 0853-7720, ISSN (e) : 2541-4275

Pada akhirnya, manfaat yang dicapai jika telah menemukan penanggulangan


paling baik dalam menghidupkan kembali sumur yang telah ditutup karena masalah air,
adalah dapat memaksimalkan Recovery Factor dari Lapangan PAD. Selain itu juga dapat
dijadikan pembelajaran dalam hal management sumur, agar meminimalisir kemungkinan
adanya masalah yang sama pada lapangan lain.

II. STUDI PUSTAKA


Dalam memproduksi minyak ataupun gas bumi, perlu adanya suatu sumur
produksi. Sumur produksi tersebut diperoleh dengan melakukan operasi pemboran pada
lokasi yang telah ditentukan. Setelah dilakukan operasi pemboran serta pemasangan
casing, langkah selanjutnya adalah komplesi sumur, yaitu pemasangan peralatan
produksi dan pelaksanaan perforasi. Kemudian sumur memasuki tahap produksi, dimana
pada saat tersebut dilakukan segala upaya guna memaksimalkan produksi hidrokarbon.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, produksi hidrokarbon menurun dan
dapat pula disertai dengan meningkatnya produksi air. Jika hal tersebut dibiarkan, lama
kelamaan bisa terjadi liquid hold-up, yaitu kondisi dimana air menutup aliran produksi
minyak disebabkan mobilitas air yang lebih tinggi dari minyak. Untuk mengatasi masalah
ini, perlu dilakukan kerja ulang sumur (workover), yakni melakukan perforasi ulang
ataupun pemindahan zona produksi.
Kerja ulang sumur atau Work Over adalah semua pekerjaan yang dilakukan untuk
memperbaiki keadaan sumur agar produksi semakin meningkat, dimana pekerjaan yang
dilakukan adalah dapat mengganti, mengubah ataupun mengolah zona produktif pada
reservoir untuk mencapai produksi dalam jangka waktu lama. Mengubah zona produksi
dapat dilakukan dengan cara re-komplesi ke zona lain, re-komplesi pada zona yang sama
tetapi dengan mengubah interval perforasi, maupun memperbaiki kegagalan penyemenan
casing.

III. METODOLOGI PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis Decline Curve menggunakan
alat bantu Software. Hal ini digunakan untuk menentukan sumur yang akan direaktivasi.
Dalam melakukan perencanaan reaktivasi ini, perlu dilakukan evaluasi serta pemilihan
sumur. Pemilihan sumur ini dilakukan dengan mengumpulkan data berupa data produksi,
log sumur, dan juga sejarah kegiatan tiap sumur. Kemudian dari data – data yang dimiliki
tersebut dilakukan evaluasi, sehingga didapatlah kandidat sumur terbaik (R. Borkhoche,
2010). Gambar 3.1 akan menjelaskan mengenai alur kerja penelitian yang dilakukan.
Seperti yang telah ditunjukkan pada gambar tersebut, pada mulanya perlu dilakukan
persiapan data – data lapangan. Lapangan yang dimaksud merupakan lapangan yang
akan dilakukan reaktivasi, yaitu Lapangan PAD Zona A.
Selain itu, kegiatan reaktivasi juga apat dilakukan melalui empat langkah, yaitu
screening, detailed screening, implementation, dan review. Screening dilakukan dengan
melihat data sumur yang sekiranya dibutuhkan untuk penelitian lebih lanjut. Kemudian
detailed screening merupakan evaluasi lebih lanjut mengenai kandidat reaktivasi yang
telah ditentukan dari tahap pertama. Lalu implementasi merupakan pelaksanaan program
dalam kegiatan reaktivasi. Dan yang terakhir adalah review dari kegiatan reaktivasi yang
telah dilakuka (G. Batohie, 2016).
Setelah data lapangan yang dibutuhkan telah terkumpul, dilakukan analisis Decline
Curve menggunakan Software. Dalam melakukan analisis tersebut, diperlukan beberapa
input data lapangan berupa data produksi dari setiap sumur. Setelah analisis dilakukan,
dapat diketahui jumlah cadangan sisa yang terkandung dalam lapngan tersebut.
Kemudian dapat ditentukan pula sumur yang akan direaktivasi dengan melihat performa
penurunan produksi tiap sumur. Langkah selanjutnya dengan melihat sejarah kegiatan

52
Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti
Vol. 3, No. 2, Juli 2018, ISSN (p) : 0853-7720, ISSN (e) : 2541-4275

setiap sumur, dapat dilakukan perencanaan reaktivasi yang efektif untuk masing – masing
sumur yang telah terpilih.
Tahapan pertama dalam memulai penelitian pada Tugas Akhir ini adalah dengan
melakukan persiapan data. Data lapangan yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data
PVT serta data reservoir dan petrofisik. Data PVT merupakan data dari hasil analisa
laboratorium yang menunjukkan karakteristik dari fluida yang ada pada suatu reservoir.
Data Reservoir dan Petrofisik merupakan data yang diperoleh dari kondisi yang
ada pada reservoir berupa data porositas, permeabilitas, saturasi, tekanan dan suhu
reservoir, skin, ketebalan, hingga area pengurasan. Data – data ini kemudian dapat
digunakan untuk menentukan Original Oil In Place (OOIP). Untuk beberapa parameter
reservoir seperti tekanan dan skin, data didapat dari analisa hasil DST (Drill Stem Test).

START

Input Data:Laju Produksi, Kumulatif Minyak, Kumulatif Air

Analisis Decline Curve menggunakan Software

Kelayakan
Lapangan untuk NO
direaktivasi

YES

Analisis Permasalahan Sumur

Perencanaan Reaktivasi

END

Gambar 1. Diagram Alir


Data laju produksi yang dibutuhkan berupa data produksi setiap sumur dari zona
yang sama, yaitu Zona A. Dari data laju produksi ini, dapat diketahui kumulatif produksi
atau jumlah minyak yang telah terproduksi. Kemudian data – data ini dibutuhkan sebagai
parameter masukan saat mengoperasikan Software.
Analisis Decline Curve
Dalam penelitian ini dilakukan analisis decline curve, yang dioperasikan dengan
Software yang membutuhkan yaitu laju alir produksi minyak dari setiap sumur. Kemudian
dari kurva penurunan produksi yang ada, ditarik kurva trendline yang paling mewakili
keseluruhan data. Sehingga dapat ditentukan metode decline yang akan digunakan
dalam perhitungan, tergantung pada nilai eksponen decline yang didapat. Metode decline
tersebut dapat berupa exponential decline, hyperbolic decline, atau harmonic decline.
Selanjutnya dapat dilakukan peramalan produksi lapangan hingga q economiclimit yang
telah ditentukan. Sehingga didapat hasil berupa Estimate Ultimate Recovery (EUR), yaitu
jumlah maksimum minyak yang dapat terproduksi dari suatu lapangan. Data EUR ini

53
Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti
Vol. 3, No. 2, Juli 2018, ISSN (p) : 0853-7720, ISSN (e) : 2541-4275

dapat digunakan untuk mengetahui Remaining Reserve (RR) dan juga Recovery Factor
(RF) maksimal yang bisa didapat dari suatu lapangan.
Setelah didapat bahwa suatu Lapangan layak untuk dilakukan reaktivasi, dan telah
menentukan sumur yang akan direaktivasi dengan mempertimbangkan beberapa faktor,
seperti sejarah produksi setiap sumur, kurva penurunan produksi sumur, skin, serta log
setiap sumur, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menganalisa
permasalahan – permasalahan yang ada pada tiap sumur, yang menyebabkan sumur
tersebut berada pada kondisi shut-in. Analisa permasalahan ini dapat diketahui dari profil
produksi serta history kegiatan yang dilakukan pada suatu sumur.
Langkah terakhir dalam alur kerja pada Tugas Akhir ini adalah perencanaan
reaktivasi. Perencanaan ini disesuaikan dengan permasalahan yang ada pada setiap
sumur, sehingga dapat efektif dan efisien, serta dapat memberikan hasil yang maksimal.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam Tugas Akhir ini akan dibahas mengenai perencanaan reaktivasi sumur
untuk sumur – sumur yang berada pada Lapangan PAD. Pada mulanya perlu dilakukan
analisis Decline Curve untuk menetukan potensi dari Lapangan tersebut. Analisis ini
menggunakan hyperbolic decline dengan nilai eksponen decline (b) sebesar 0.513. Hasil
analisis decline curve pada Lapangan PAD ditunjukkan dalam gambar 4.1.

Gambar 2. Decline Curve pada Lapangan PAD

Gambar 2 menunjukkan peramalan produksi dengan menggunakan metode


hyperbolic decline. Dari analisis tersebut, dengan menganggap qeconomic limit sebesar 5
bbl/d, harga decline rate (Di) 0.0067/bulan, maka akan dihasilkan data berupa EUR
sebesar 4224.4 MSTB, dan waktu produksi berakhir pada 31 Oktober 2050.
Sumur yang akan direaktivasi ialah sumur PAD-1, PAD-2, dan PAD-3. Pada
sumur-sumur ini sebelumnya dilakukan komplesi secara commingle, dimana produksi
yang berasal dari beberapa zona dilakukan secara bersamaan. Namun setelah beberapa
waktu, air mulai ikut terproduksi. Hal ini dapat disebabkan pada salah satu lapisan
produksi yang ada air telah mencapai lubang perforasi dan jika dibiarkan terus menerus
akan mengakibatnya tertutupnya aliran minyak dari lapisan lainnya. Kekurangan dari

54
Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti
Vol. 3, No. 2, Juli 2018, ISSN (p) : 0853-7720, ISSN (e) : 2541-4275

komplesi jenis commingle dalam hal ini adalah tidak dapat diketahui secara pasti,
darimana produksi air berasal, sehingga tidak dapat ditangani secara cepat.
Selain itu, masalah yang ada pada sumur – sumur ini adalah kurang tepatnya
manajemen sumur yang dilakukan, seperti salahnya mengambil interval perforasi
sehingga air lebih cepat naik. Selain itu juga adanya penyemenan yang kurang merata,
tetapi tidak langsung ditangani juga dapat menyebabkan adanya liqid hold up ini, karena
akan membentuk channeling dibelakang casing, dimana hal ini akan memudahkan aliran
air pula.
Masalah pada Lapangan PAD ini, tentunya perlu dianalisa apakah jika direaktivasi
akan menguntungkan. Lalu analisa dilakukan dengan melihat potensi reservoir. Dengan
OOIP sebesar 43.7 MMSTB, kumulatif produksi baru mencapai 2.869 MMSTB, Estimated
Ultimate Recovery (EUR) sebesar 3.104 MMSTB dan Recovery Factor baru mencapai
6.57%, tentu dapat diperkirakan masih terdapat banyak cadangan sisa yang dapat masih
dapat diambil dari Lapangan ini. Reaktivasi akan difokuskan pada zona-A, karena
diantara zona – zona lainnya, zona A memiliki jumlah cadangan yang lebih besar. Jumlah
cadangan total yang masih dapat diambil atau Remaining Reserves dari zona-A ini adalah
sebesar 1.082 MMSTB.
Selanjutnya analisa permasalahan dari tiap sumur, hal ini memerlukan data
sejarag performa dari masing – masing sumur dan juga dari data petorfisik. Setelah
dianalisa dari data – data tersebut, barulah dapat dilakukan perencanaan reaktivasi dari
masing – masing sumur yang terbaik.
Untuk sumur PAD-1, sumur mulai diproduksi pada tahun 1992 di zona-A2&A3
secara commingle. Kemudian pada bulan Desember 1998 didapati bahwa produksi
berupa 100% air. Hal ini diperkirakan karena adanya invasi air disalah satu zona, tetapi
karena mobilitas air lebih besar daripada minyak menyebabkan minyak tertahan oleh air
dan tidak dapat terproduksi.
Rencana reaktivasi untuk sumur PAD-1 ini adalah dengan membuka zona baru di
atas zona-A2&A3, dimana zona ini dapat dilihat dari data logging yang menunjukkan
adanya prospek hidrokarbon pada interval kedalaman 1062 – 1074 m.
Lalu untuk sumur PAD-2 mulai diproduksikan pada tahun 1997 pada zona-A3. Lalu
pada tahun 1998 dilakukan pergantian zona menjadi zona 1140 dan 1200B. Namun
seiring dengan berjalannya waktu, produksi air meningkat dan semakin lama semakin
mendominasi. Dan kemudian pada tahun 2011 dilakukan commingle dari zona-A3, 1140,
dan 1200B.
Setelah usaha commingle ini pun tidak memberikan hasil yang baik, karena
produksi menjadi berupa intermittent dan dominan air. Hal ini diperkirakan terdapat
lapisan yang memproduksikan air, tetapi karena komplesinya berjenis commingle, tidak
dapat ditentukan secara spesifik lapisan mana yang memproduksi air untuk kemudian
diisolasi. Kemudian rekomendasi untuk sumur ini adalah dengan terlebih dahulu
mencabut rangkaian produksi yang berada diatas packer kedua, dan mengisolasi zona
1140 serta 1200B. Dan juga perlu dilakukan pembukaan zona baru, yaitu diatas zona-A3.
Perencanaan untuk membuka zona ini mengacu pada hasil data log yang menunjukkan
adanya zona prospek hidrokarbon pada interval kedalaman 1068 – 1078 m.
Dan yang terakhir untuk sumur PAD-3. Mulai diproduksikan sejak tahun 1994 di
zona-A1. Produksi berupa intermittent dan pada tahun 2002 produksi hanya berupa air.
Dan dari hasil CBL menunjukkan bahwa pada sumur ini terdapat casing damage, dan
dapat disimpulkan adanya kebocoran casing sehingga air masuk dan terproduksi. Oleh
karena itu untuk rencana reaktivasi pada sumur ini diawal dengan mencabut semua
rangkaian produksi, lalu melakukan re-cementing untuk mencegah adanya channeling,
lalu setelah itu diperforasi ulang kembali di interval kedalaman yang sama seperti
sebelumnya.

55
Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti
Vol. 3, No. 2, Juli 2018, ISSN (p) : 0853-7720, ISSN (e) : 2541-4275

V. KESIMPULAN
Berdasarkan studi yang telah dilakukan pada Lapangan PAD, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam melakukan reaktivasi perlu dilakukan beberapa tahapan, yaitu pengumpulan
data, evaluasi data, pemilihan kandidat sumur, serta pelaksanaan reaktivasi.
2. Lapangan PAD layak untuk direaktivasi dengan memiliki nilai EUR 4224.4 MSTB,
dengan menggunakan nilai b sebesar 0.513.
3. Terdapat 3 sumur yang akan di aktifkan kembali: Sumur PAD-1, PAD-2 dan PAD-3
4. Pada sumur PAD-1 dan PAD-2 perlu dibuka zona produksi baru berdasarkan pada
data log.
5. Pada sumur PAD-3 perlu dilakukan re-cementing dikarenakan adanya casing damage.

DAFTAR PUSTAKA

Afi, Futiha Nur, dkk., “Increasing Brown Field Recovery Factor by Integrated Subsurface
Review, Drilling, & Workover Operation, and Surface Facility Reconfiguration – Case
Study: Rama E Platform Reactivation”, SPE Paper, SPE/IATMI APOGCE, 2015.
Aitokhuehi, I., “Maximizing the Potential of Decline Curve Analysis”, SPE Paper, Chevron
Nigeria Limited, 2007.
Andini, Amalia. 2014. “Analisis Perbandingan Cadangan Pada Lapangan Aa Saat
Sebelum Dan Setelah Perencanaan Optimasi Dengan Menggunakan Metode Decline
Curve”, Jakarta: Universitas Trisakti.
Batohie, G., “Mature Field Rejuvenation by Reactivation of Idle Wells in Petrotrin’s Land
Acreage”, SPE Paper, Petroleum Company of Trinidad and Tobago Limited, 2016.
Borkhoche, Roy, “Reactivation Project”, SPE Paper, Pennsylvania State University, 2010.
Hassan, Hani Sufia, Robby Oktobaren, dan Zaidil Yahia, “Fit for Purpose Technology for
Idle Well Reactivation – A Novel Application of Surface Jet Pump in Offshore Malaysia”,
SPE Paper, Petronas CarigaliSdn.Bhd, 2014.
Purvis, D.C., “The Practice of Decline Curve Analysis”, SPE Paper, SPE/IAEE
Hydrocarbon Economics and Evaluation Symposium, 2016.
Puspitasari, Cindy Ratri. 2013. “Analisa Decline Curve Dan Perhitungan Skin Pada Sumur
R-15, R-28 Dan R-95 Lapangan Ratri”, Jakarta: Universitas Trisakti.
Puspitasari, Melisa. 2017. “Perkiraan cadangan minyak tersisa dengan metode decline
curve analysis pada lapangan MLS”, Jakarta: Universitas Trisakti.
Simanjuntak, Josia T., dan Anggono Mahendrawan, “Factors: Affecting Delay of Upstream
Oil and Gas Development Projects in Indonesia: Case Study 2012 – 2013”, SPE Paper,
SKK Migas, 2015.

56

Anda mungkin juga menyukai