Anda di halaman 1dari 20

COMPARISON OF SOLUTIONS TO A THREE DIMENSIONAL BLACK OIL

RESERVOIR SIMULATION PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN


SOFTWARE COMPUTER MODELING GROUP (CMG)

TUGAS SIMULASI RESERVOIR


(PERSONAL)

Oleh :
Nama : Muhammad Raynaldi

Prodi : Teknik Produksi Migas


NIM : 161410054

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ENERGI DAN SUMBER
DAYA MINERAL
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL Akamigas
PEM Akamigas

Cepu, Desember 2019


1. Latar Belakang

Dalam melakukan pengembangan lapangan minyak dan gas, salah satu hal
terpenting yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana manajemen reservoir
yang baik, dengan melakukan manajemen reservoir yang baik maka dapat memberi
gambaran kelakuan (behavior) dari reservoir waktu sekarang maupun yang akan
datang, maka dari itu diperlukan keahlian dalam melakukan hal tersebut. Dalam
melakukan manajemen reservoir tidak akan pernah dengan kegiatan
mensimulasikan reservoir tentunya, sehingga antara kedua hal tersebut merupakan
komponen yang saling melengkapi,. Simulasi reservoir dapat menjadi cara untuk
memahami seperti apa karakteristik baik batuan maupun fluida yang menyusun
reservoir. Dalam melakukan kegiatan simulasi sering sekali para engineer
menggunakan software bantuan untuk simulasi reservoir seperti CMG (Computer
Modeling Group) agar meendapatkan hasil yang lebih akurat dan mendekati
keadaan sebenernya reservoir sebenarnya, selain itu dengan mendapatkan
gambaran simulasi reservoir yang baik, dapat memberikan informasi kepada para
engineer yang lain seperti drilling enginer dan production engineer dalam
mendukung kerja mereka, misalnya membantu dalam menentukan titik bor untuk
kegiatan pemboran, membantu menentukan tipe komplesi dan banyajk hal.

Dengan adanya UAS Praktikum simulasi reservoir diharapkan para mahasiswa


program studi Teknik Produksi Migas PEM Akamiga Cepu dapat menjadi cara
untuk memahami lebih dalam pembahasan materi Simulasi Reservoir sehingga
dapat menjadi pegangan saat memasuki dunia kerja yang dimana menuntut sifat
profesional, disiplin, dan bertanggung jawab..
2. Teori Dasar

Simulasi reservoir adalah suatu usaha yang dilakukan untuk


memodelkan/mewakili kondisi reservoir yang sebenarnya melalui software pada
komputer, sehingga dapat diprediksi kinerja reservoirnya. Adapun proses simulasi
tersebut terdiri dari pengintegrasian metode-metode matematis dengan berbagai
data yang diperlukan, seperti data geologi, data geofisika, data petrofisik, dan data
produksi

Adapun secara lebih spesifik, simulasi reservoir dilakukan untuk


memprediksikan kinerja reservoir secara lebih menyeluruh dengan berbagai kondisi
sumur dan skenario produksi sehingga akan diperoleh perkiraan yang baik terhadap
rencana/tahapan pengembangan selanjutnya pada suatu lapangan.

Simulasi reservoir dilakukan dengan tujuan untuk membangun sebuah model


reservoir yang dapat merepresentasikan kondisi aliran pada reservoir, termasuk sifat-
sifat batuan dan fluida reservoir yang sebenarnya. Metode simulasi ini digunakan untuk
mengevaluasi simulasi reservoir yang telah dilakukan sebelumnya dengan harapan
dapat memperbaiki keakuratan model reservoir yang digunakan dengan penambahan
data produksi, sehingga pada akhirnya dapat ditentukan skenario pengembangan
lapangan berdasarkan model reservoir baru.

Simulasi reservoir terdiri dari berbagai tahapan, yang dimulai dengan proses
pembuatan model hingga prediksi kinerja produksi berdasarkan skenario yang akan
ditentukan selanjutnya.

Pembuatan model geologi-reservoir dilakukan secara sistematik yang disertai


dengan analisa terhadap parameter-parameter terkait, sehingga didapatkan model
yang optimal untuk mensimulasikan reservoir sesuai dengan tujuan dan tahapan
yang diprioritaskan dalam simulasi. Pedoman untuk membuat suatu model geologi-
reservoir mencakup beberapa bagian, antara lain:
1. Peta geologi dan seismic untuk permodelan.
2. Petrofisik
3. Pembuatan/desain model grid
4. Fracture dan pembuatan model grid dual porosity.
5. Scale-up well log.
6. Variogram.
7. Facies dan pemodelan
8. Pemodelan distribusi porositas.
9. Penentuan permeabilitas dan pemodelan.
10. Validasi property.
11. Coarse model

Pengolahan Data Reservoir

Hasil simulasi reservoir sangat ditentukan oleh kelengkapan data-data yang


tersedia serta bagaimana dalam pengolahan data-data tersebut terutama pengolahan
data-data reservoir. Tujuan dari pengolahan data-data reservoir ini adalah untuk
memaksimalkan data-data yang terbatas dengan pengolahan data secara detil
sehingga akan menghasilkan model simulasi reservoir yang sesuai dengan kondisi
reservoir yang sebenarnya. Pengolahan data-data reservoir tersebut sangat berkaitan
dengan kelengkapan data dan format untuk laporan studi POD yang harus
disiapkan, bagaimana cara menganalisa data dan melakukan proses perhitungan.
Dalam pengolahan data-data reservoir terdiri dari:

1. Penentuan rock region.


2. Data SCAL (Special Core Analysis) yang terdiri dari: data input, end point
data SCAL, dan normalisasi juga rekonstruksi kurva relatif permeabilitas.
3. Data PVT, tekanan, dan temperatur.
4. Data produksi.
Selain itu, perlu diketahui jenis reservoir yang akan dimodelkan. Umumnya
jenis reservoir terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan fluida yang akan
diproduksikan, yaitu reservoir gas, minyak, dan kondensat. Reservoir gas dapat
disertai adanya zona aquifer atau tidak. Simulasi cukup dengan menggunakan
model satu fasa pada sistem reservoir gas tanpa aquifer. Reservoir minyak yang
hanya terdapat perpindahan masssa minimal antara minyak dengan gas terasosiasi
dapat ditangani dengan menggunakan jenis simulator black-oil, sedangkan
reservoir minyak dengan adanya zona aquifer akan membutuhkan model dua fasa.

Inisialisasi

Sebelum proses history matching, model reservoir diinisialisasi untuk


mengecek dan menetapkan kondisi kesetimbangan awal reservoir dan menentukan
initial volume in place dari reservoir. Harga OOIP (Original Oil in Place) dihitung
selama proses inisialisasi model reservoir ini dan digunakan sebagai parameter
acuan pada saat proses history matching produksi.

Penyelarasan (History Matching)

History Matching dilakukan dengan bertujuan untuk memvalidasi


kemampuan produksi dari model dengan data sejarah lapangan. Pada proses ini
yang digunakan sebagai acuan adalah laju alir produksi, artinya dengan menetapkan
bahwa laju alir produksi yang dimasukkan ke dalam model simulasi adalah sama
dengan laju alir produksi aktualnya yaitu dari data sejarah produksi lapangan.
Selanjutnya laju alir produksi minyak, laju alir produksi air, tekanan, gas oil ratio,
dan water cut harus diselaraskan (match) dengan data lapangan yang sebenarnya.
Banyak faktor yang dapat dilakukan agar tercapai hasil history matching, akan
tetapi hanya beberapa parameter yang dapat dirubah selama proses history
matching itu sendiri, antara lain:
1. Aquifer: volume, property, metode.
2. Transmissibility.
3. Rock Region dan bentuk kurva permeabilitas relatif.
4. Kompresibillity.
5. Distribusi hidrokarbon.
6. Data sumuran: PI, BHP, skin factor.
7. Batas fluida (contact): OWC, GOC, atau GWC.

Production Forecast

Setelah proses history matching selesai, maka dapat diasumsikan bahwa


model dan karateristik reservoir hasil simulasi telah menggambarkan kondisi
reservoir yang sebenarnya. Tujuan utama dari prediksi/peramalan produksi
reservoir adalah untuk memperkirakan kinerja reservoir dengan menjalankan
beberapa skenario pengembangan. Hasil dari peramalan produksi ini merupakan
performance dari reservoir itu sendiri di masa yang akan datang.
Terdapat beberapa skenario pengembangan yang dapat dilakukan pada studi
simulasi reservoir. Peramalan produksi yang dilakukan dibatasi sampai dengan
waktu tertentu pada suatu lapangan produksi. Contoh skenario pengembangan
untuk suatu lapangan, antara lain:
1. Existing wells
Skenario ini memprediksikan produksi suatu lapangan dengan meneruskan
produksi dari sumur-sumur yang sudah ada saja.
2. Infill drilling
Skenario ini bertujuan untuk memperluas daerah pengurasan dengan menambahkan
sumur produksi pada daerah hidrokarbon yang belum terkuras untuk meningkatkan
perolehan minyak berdasarkan potensial area yang tersisa setelah history matching.
Selain beberapa contoh skenario seperti yang telah disebutkan sebelumya, terdapat
beberapa contoh skenario lain seperti dilakukannya workove, injeksi, dan lain-lain.
3. Permasalahan

Gambar 1. 1 3D View Reservoir X

Gambar 1. 2 2D Injection Well View Reservoir X


Gambar 1. 3 2D Producer Well View Reservoir X

Penyelesaian permasalahan yang ditunjukkan oleh Paper SPE “Comparison of


Solutions to a Three Dimensional Black Oil Reservoir Simulation Problem”
diselesaikan dengan menggunakan software simulasi reservoir X. Tipe grid yang
digunakan dalam simulasi reservoir untuk permasalahan ini adalah Cartesian. Di
dalam area reservoir yang terlampir tersebut terdapat 3 layer (lapisan). Dimana
luasan grid adalah 10 x 10 x 3 dan memiliki panjang I direction dan J direction
adalah 10 x 1000 ft. Permasalahan ini menggunakan model reservoir black oil 3D
two phase (water-oil), kondisi asal reservoir ini adalah undersaturated dengan
porositas yang konstan untuk masing-masing layer yaitu 0.3 dan permeabilitas yang
bervariasi untuk masing-masing layer dimana permeabilitas I dan J (500, 50 dan
200 mD) adapun Permeability K (50, 25, dan 25 mD) dimana ketebalan grid untuk
masing-masing layer adalah 20 ft, 30 ft dan 50 ft. Saturasi minyak dan air yang
digunakan didalam permasalahan ini adalah 0.12 dan 0.88. Niilai kompresibilitas
batuan (CPOR) adalah 0.000003 1/psi dimana reference pressure for calculating the
effect of rock compressibility (PRPOR) adalah 14.6923 psi. Kedalaman top layer
adalah 8325 ft dan bottom layer adalah 8375 ft.
Komponen properties reservoir adalah nilai formation volume factor (BWI)
adalah 1.03776, CW adalah 3.3202E-006 1/psi, viscosity (VWI) adalah 0.319053
cP, densitas gas pada kondisi STC adalah 0.0647 lb/ft3, densitas minyak pada
kondisi STC adalah 46.244 lb/ft3, densitas air pada kondisi STC adalah 62, 4 lb/ft3,
nilai tekanan pertama kali terbentuk gas (gas melepaskan diri menjadi free gas/
aliran multifasa) adalah 1014,7 psi. Adapun korelasi-korelasi matematis yang
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah korelasi glaso sebagai
korelasi kompresibilitas minyak, Ng dan Egbogah sebagai korelasi viscositas dead
oil, Beggs and Robinson sebagai korelasi line oil viscosity, Standing sebagai
korelasi gas critical properties, dimana gas non hydrocarbon tidak digunakan/tidak
mempengaruhi perhitungan.

Untuk permasalahan ini saya asumsikan nilai kondisi awal reservoir adalah
memiliki tekanan maksimal pada bubble point adalah 1014.7 psi pada kedalaman
8425 ft. Kedalaman water oil contact (DWOC) adalah 8425 ft dan kedalaman gas
oil contact (DGOC) adalah 8325 ft

Gambar 1.1, gambar 1.2, dan gambar 1.3 merupakan reservoir hasil simulasi dengan
menggunakan software simulasi reservoir. Pada gambar 1.1 menunjukkan gambar 3
dimensi adapun gambar 1.2 dan 1.3 menunjukkan gambar 2 dimensi. Dalam area
reservoir tersebut terdapat 2 sumur yaitu sumur produksi yang terletak pada grid point
perforasi (10, 10, 3) dimana memiliki maksimum laju produksi minyak adalah 20.000
STB/D, maksimum bottom hole pressure 1000 psi dan sumur injeksi gas yang terletak
pada grid (1,1,1) yang memiliki maksimum gas injection rate 100.000.000 SCF/D.
Waktu yang digunakan untuk melakukan simulasi ini adalah 3650 hari terhitung dari
11-12-2019 sampai dengan 11-12-2029.
Gambar 1. 4 Grafik Rs vs P dan Bo vs P

Gambar 1. 5 Zg vs P

Berdasarkan hasil simulasi yang ditunjukkan oleh gambar 1.4 dan 1.5
menunjukkan semakin tinggi tekanan maka semakin tinggi nilai kelarutan gas
didalam minyak hingga 524 ft3/bbl, semakin tinggi nilai faktor volume formasi
minyak hingga 1.35, dan semakin rendah factor kompresibilitas gasnya hingga
0.879 pada tekanan 1015 psi. Kelarutan gas (Rs) adalah banyaknya SCF gas yang
terlarut dalam satu STB minyak pada kondisi standar 14,7 psi dan 60 °F, ketika
minyak dan gas masih berada dalam tekanan dan temperatur reservoir.
Kelarutan gas dalam minyak (Rs) dipengaruhi oleh tekanan, temperatur dan
komposisi minyak dan gas. Pada temperatur minyak yang tetap, kelarutan gas
tertentu akan bertambah pada setiap penambahan tekanan. Pada tekanan yang tetap
kelarutan gas akan berkurang terhadap kenaikan temperatur. Faktor volume formasi
minyak (Bo) didefinisikan sebagai volume minyak dalam barrel pada kondisi
standar yang ditempati oleh satu stock tank barrel minyak termasuk gas yang
terlarut. Atau dengan kata lain sebagai perbandingan antara volume minyak
termasuk gas yang terlarut pada kondisi reservoir dengan volume minyak pada
kondisi standard (14,7 psi, 60 °F). Satuan yang digunakan adalah bbl/stb.

Gambar 1. 6 Kr vs Sw

"Kurva permeabilitas relative ini ada hubungan nya dengan saturasi. Pada awal-
awal minyak diproduksikan dan sumur minyak benar-benar baru pertama kali dibor,
saturasi awalnya adalah saturasi water initial atau saturasi water connate. Setelah
diproduksikan, nilai kro atau permeabilitas relative minyak semakin menurun, dan
nilai krw semakin bertambah, karena pori-pori yang diisi minyak tadi selanjutnya
diisi oleh air. Sampai pada titik akhir, nilai kro akan semakin menurun dan sampai
titik saturasi oil residu atau sor"
4. Hasil Simulasi
4.1 Pressure Distribution Contour

Gambar 1. 7 Pressure Distribution Contour 6-1-2020

Berdasarkan hasil simulasi tersebut menunjukkan distribusi tekanan bergerak


mulai dari sumur injeksi hingga menuju sumur produksi grid yang belum dilalui
oleh distribusi tekanan berwana biru tua adapun titik mula tekanan berasal dari
sumur injeksi sehingga grid sumur injeksi berwarna merah dimana memiliki porsi
tekanan tertinggi yaitu 2170 psi. Pada tanggal 6 Januari 2020 distribusi tekanan
sudah mulai berlangsung dibuktikan dengan adanya perubahan warna dari biru tua
menjadi merah (2170 psi), orange (2052 psi), kuning (1934 psi), hijau (1579 psi),
biru tosca (1343 psi) hingga yang terendah biru tua (969 psi).
4.2 Oil Saturation Distribution Contour

Gambar 1. 8 Oil Saturation Distribution Contour 7-7-2020

Berdasarkan hasil simulasi tersebut menunjukkan perubahan saturasi minyak


untuk setiap grid. Distribusi ini bergerak mulai dari sumur injeksi hingga menuju sumur
produksi grid yang belum dilalui oleh distribusi saturasi minyak berwana merah tua
adapun titik mula distribusi saturasi minyak berasal dari sumur injeksi sehingga grid
sumur injeksi berwarna hijau dimana memiliki porsi saturasi minyak yaitu 0.2 (20 %).
Pada tanggal 7 Juli 2020 distribusi saturasi minyak sudah mulai berlangsung dibuktikan
dengan adanya perubahan warna dari merah menjadi hijau (0.3 – 0.5), kuning dan
orange (0.6-0.8), hijau (1579 psi), dan merah (0.9-1.0).
4.3 Water saturation distribution

Gambar 1. 9 Water Saturation Distribution Contour 14-12-2019

Gambar 1. 10 Water Saturation Distribution Contour 26-1-2020

Berdasarkan hasil simulasi tersebut tidak menunjukkan perubahan saturasi air


yang terlalu significant untuk t tertentu. Hanya saja diawal-awal pada saat sumur
injeksi mulai dioperasikan terjadi perubahan saturasi air dari 0.2 menjadi 0.1 sampai
tahun 2029 untuk setiap grid.
4.4 Gas saturation distribution

Gambar 1. 11 Gas Saturation Distribution Contour 28-1-2026

Berdasarkan hasil simulasi tersebut menunjukkan perubahan saturasi gas


untuk setiap grid. Distribusi ini bergerak mulai dari sumur injeksi hingga menuju
sumur produksi grid yang belum dilalui oleh distribusi saturasi gas berwana hijau
tosca (0.1) adapun titik mula distribusi saturasi gas berasal dari sumur injeksi
sehingga grid sumur injeksi berwarna orange dimana memiliki porsi saturasi
minyak yaitu 0.9 (90 %). Pada tanggal 28 Januari 2026 distribusi saturasi gas sudah
mulai berlangsung dibuktikan dengan adanya perubahan warna dari hijau tosca
menjadi hijau (0.3 – 0.5), kuning dan orange (0.5-0.9), dan merah (0.9-1.0).
4.5 Bubble point pressure distribution

Gambar 1. 12 Simulasi Pb tanggal 23 juni 2023 3D Reservoir

Gambar 1. 13 Simulasi Pb tanggal 11-06-2023 2D Reservoir

Hasil simulasi tersebut menunjukkan distribusi tekanan bubble point untuk setiap
grid. Distribusi ini bergerak mulai dari sumur injeksi hingga menuju sumur produksi
grid yang belum dilalui oleh distribusi tekanan bubble point berwana biru
tua (989 psi) adapun titik mula distribusi tekanan bubble point berasal dari sumur
injeksi sehingga grid sumur injeksi berwarna merah tua dimana memiliki porsi
tekanan bubble point yaitu 3801 psi. Pada tanggal 11 Juni 2023 distribusi tekanan
bubble point sudah mulai berlangsung dibuktikan dengan adanya perubahan warna
yang menunjukkan distribusi tekanan tertentu.

4.6 Plot grafik Oil rate vs Time

Gambar 1. 14 Oil rate vs Time

Hasil simulasi tersebut berupa grafik laju alir minyak vs waktu. Grafik
tersebut menunjukkan distribusi laju alir minyak selama 10 tahun. Pada tahun 2020
sampai dengan tahun 2023 pertengahan sekitar bulan september laju produksi
minyak mecapai target maksimal yang diinginkan yaitu 51.000 STB/D dengan
memanfaat sumur injeksi gas maksimal 100.000.000 SCF/D. Pada bulan september
2023 hingga desember 2025 laju produksi diatur menjadi plateau period untuk
mempertahankan produksi tetap konstan hingga desember 2025 Laju produksi
minyak mengalami penurunan sampai economic climit pada tahun 2030 dengan
laju economic climit sekitar 28.000 STB/D.
4.7 Gas Oil Ratio Distribution vs Time

Gambar 1. 15 GOR vs Time

Hasil simulasi tersebut berupa grafik perbandingan laju gas dan laju minyak
vs waktu. Grafik tersebut menunjukkan distribusi perbandingan laju minyak dan
gas selama 10 tahun. Pada tahun 2020 sampai dengan tahun 2023 pertengahan
sekitar bulan september perbandingan laju alir gas dan minyak menunjukkan nilai
yang konstan yakni 500 SCF/STB berdasarkan target maksimal yang diinginkan
yaitu 51.000 STB/D dengan memanfaatkan sumur injeksi gas maksimal
100.000.000 SCF/D. Pada bulan september 2023 hingga desember 2028
perbandingan laju alir minyak dan gas mengalami kenaikan dikarenakan adanya
injeksi gas 100.000.000 SCF/D secara kontinu untuk mempertahankan produksi
tetap konstan. Pada saat Laju produksi minyak mengalami penurunan sampai
economic climit pada tahun 2030 dengan laju economic climit sekitar 28.000
STB/D nilai perbandingan laju alir gas dan minyak mengalami kondisi plateau
period yaitu menunjukkan nilai 2500 SCF/D.
4.8 WHP vs Time

Gambar 1. 16 FBHP vs time

Hasil simulasi tersebut berupa grafik flowing bottom hole pressure (tekanan
alir bawah permukaan) vs waktu. Grafik tersebut menunjukkan distribusi FBHP
selama 10 tahun. Pada tahun 2020 sampai dengan tahun 2023 pertengahan sekitar
bulan september dan setelah bulan november 2025 - 2030 FBHP menunjukkan nilai
yang konstan yakni 1000 psi dikarenakan injeksi gas yang kontinu dan adanya
penurunan laju alir minyak setelah november 2025. Pada bulan september 2023
hingga november 2025 FBHP mengalami kenaikan hingga 1125 psi dikarenakan
adanya injeksi gas 100.000.000 SCF/D secara kontinu untuk mempertahankan laju
produksi dalam range plateau period 51.000 STB/d .
5. Kesimpulan

Berikut merupakan tabel hasil simulasi untuk menentukan total oil in place,
total water in place dan total gas in place di Reservoir X dengan menggunakan
bantuan simulasi dari software X.

No Item Units Value


Total
1 oil in STB 0.35938E+09
place
Total
water
2 STB 0.51810E+08
in
place
Total
gas
3 SCF 0.18531E+12
in
place

Note : Mohon maaf jikalau ada kesamaan beberapa jawaban, dikarenakan kami kerja kelompok
Terimakasih atas kebijakan dan mohon permaklumannya.

Anda mungkin juga menyukai