Anda di halaman 1dari 10

Lex Et Societatis Vol. VI/No.

8/Okt/2018

PENDAFTARAN TANAH DALAM SISTEM memberikan kepastian hak kepada pemegang


HUKUM INDONESIA MENURUT PERTURAN hak yang bersangkutan.
PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 19971 Pasal 19 UUPA menginstruksikan kepada
Oleh : Marthin Luther Lambonan2 pemerintah, agar di seluruh wilayah Indonesia
diadakan pendaftaran tanah yang bersifat
ABSTRAK "rechtskadaster", dan sejalan dengan itu pasal
Negara menjamin Kepastian hukum dalam 22, 23 dan 38 UUPA mewajibkan kepada
kepemilikan tanah bagi warga Negara Indonesia pemegang hak atas tanah yang bersangkutan
sejak diberlakukan Undang-Undang Pokok untuk mendaftarkan hak atas tanahnya agar
Agraria Nomor 5 Tahun 1960. Kepemilikan diperoleh kepastian hak atas tanah
seseorang atas tanah membutuhkan kepastian tersebut.ndang-Undang Pokok Agraria maupun
hukum agar supaya rasa aman dalam peraturan perundang-undangan lain yang
memanfaartkan tanah terwujud. Dengan meliputi pengaturan, penggunaan, penguasaan
system pendaftaran tanah kepemilikan dan pemilikan tanah, pengurusan hak-hak
seseorang atas tanah memiliki kepastian tanah, pengukuran dan pendaftaran tanah dan
hukum. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun lain-lain yang berkaitan dengan masalah
1997 menjadi penting ddalam system pertanahan berdasarkan kebijakan yang
penyelengaraan Pemerintahan terkait dengan ditetapkan oleh presiden.3Dengan ketentuan
jaminan kepastian dalam secara kepemilikan pasal 18 UUPA, berarti pemerintah
atas tanah di Indonesia . Sebagai kesimpulan diperintahkan untuk mengadakan pendaftaran
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tanah di seluruh Indonesia. Kemudian guna
merupakan jaminan kepastian kepemilikan merealisasikan ketentua npasal 19 UUPA
tanah. tersebut, pemerintah segera mengeluarkan
Kata Kunci : Kepastian hukum, pendaftaran Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang
tanah. pendaftaran tanah, yaitu Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1961. Menurut pasal 19 ayat
PENDAHULUAN (2) UUPA, pendaftaran tanah itu sendiri
A. Latar Belakang Masalah merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi:
Dalam pembukaan Undang Undang Dasar a. pengukuran, perpetaan dan pembukuan
1945 Negara melindungi seluruh tumpa darah tanah;
Indonesia termasuk kepemilikan tanah.Pasal 19 b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang peralihan hak-hak tersebut;
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria atau yang c. pemberian surat-surat tanda bukti hak,
lebih dikenal dengan Undang-Undang Pokok yang berlkau sebagai alat pembuktian yang
Agraria (UUPA) menegaskan bahwa untuk kuat.
menjamin kepastian hukum, oleh pemerintah Sistem pendaftaran tanah di Indonesia telah
diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah ditetapkan Pemerintah sejak dikeluarkan
Republik Indonesia menurut ketentuan- Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
ketentuan yang diatur dengan Peraturan 1961.P P Nomor 10 Tahun 1961 tersebut, telah
Pemerintah Salah satu tujuan UUPA adalah cukup banyak tanah-tanah rakyat yang
"meletakkan dasar- dasar untuk memberikan didaftarkan dan disertifikatkan.. Masih
kepastian hak mengenai hak-hak atas tanah banyaknya tanah yang belum didaftarkan
bagi rakyat seluruhnya". Usaha mengenai rawan terhadap berbagai persengketaan tanah
kearah adanya kepastian hukum dan akibat dari ketidak pastian pembuktian hak
kepastian hak atas tanah mengharuskan adanya atas tanah., maka dalam rangka meningkatkan
pendaftaran tanah yang bersifat dukungan yang lebih baik pada pembangunan
"rechtskadaster" artinya yang betujuan nasional dan memberikan kepastian hukum di
memberi jaminan kepastian hukum dengan bidang pertanahan, pemerintah memandang
perlu untuk mengadakan penyempurnaan
terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 10
1
Artikel
2 3
Dosen pada Fakultas Hukum Unsrat, Magister Hukum, Eddy Ruchiyat, Politik Pertanahan Sebelum dan Sesudah
NIDN. 0009056307 Berlakunya UUPA, Alumni, Bandung, 1994 HLM 25.

71
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 8/Okt/2018

Tahun 1961. Penyempurnaan itu telah suatu daftar isian dan diumumkan selama
dilakukan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 30 (tiga puluh) hari dalam pendaftaran
24 Tahun 1997 yang ditetapkan pada tanggal 8 secara sistematik dan 60 (enam puluh) hari
Juli 1997. dalam pendaftaran tanah secara sporadik.
Jangka waktu yang cukup lama itu
B. Permasalahan dimaksudkan untuk memberi kesempatan
1. Perubahan-perubahan apa saja yang kepada pihak yang berkepentingan
termuat dalam Peraturan Pemerintah mengajukan keberatan.
Nomor 24 Tahun 1997 menyangkut sistem Pengumuman diajukan di Kantor Panitia
pendaftaran tanah; Ajudikasi dan Kantor Kepala Desa /
2. Manfaat apa saja yang mungkin dapat Kelurahan letak tanah yang bersangkutan
diperoleh dengan adanya pembaharuan (untuk pendaftaran tanah secara
sistem pendaftaran tanah berdasarkan sistematik) atau di Kantor Pertanahan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun Kantor Kepala Desa / Kelurahan letak tanah
1997. yang bersangkutan (untuk pendaftaran
tanah secara sporadik serta di tempat lain
PEMBAHASAN yang dianggap perlu).
A. Beberapa Penyempurnaan Sistem Selain pengumuman dengan cara di atas,
Pendaftaran Berdasarkan Peraturan dalam hal pendaftaran tanah secara
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 sporadik individual, pengumuman dapat
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun dilakukan melalui media massa.
1997 dipelajari secara seksama, maka terdapat Dalam kaitan pengumpulan data ini,
sejumlah penyempurnaan sistem pendaftaran penggunaan teknologi modern dapat
tanah, yang menurut Peraturan Pemerintah dilakukan. Misalnya penggunaan teknologi
Nomor 10 Tahun 1961 tidak diatur. Adapun pengukuran dan pemetaan dengan cara
penyempurnaan-penyempurnaan yang penentuan titik melalui Global Positioning
terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor System (GSM), atau penggunaan alat
24 Tahun 1997 itu adalah sebagai berikut : elektronik dan mikrofilm untuk menyimpan
1. Prosedur pengumpulan data dipertegas dan dan menyajikan data pendaftaran tanah.
dipersingkat serta disederhanakan tetapi Pengaturan tentang penggunaan alat
tidak mengabaikan kepastiannya. teknologi modern ini diserahkan kepada
Penyempurnaan ini tertuang di dalam pasal menteri.
8 dan 25 jo pasal 26. Pasal 8, pada 2. Penegasan kekuatan pembuktian sertifikat
pokoknya menentukan bahwa untuk sebagaimana telah ditentukan dalam
memperlancar pelaksanaan pendaftaran UUPA. Hal ini ditunjukkan di dalam pasal 32
tanah dibentuk Panitia Ajudikasi yang yang menentukan adanya sistem publikasi
bertugas membantu Kepala Kantor negatif yang bertenden positif dengan
Pertanahan Kabupaten / Kotamadya dalam memasukkan lembaga “rechtsverwerking”
melaksanakan pendaftaran tanah secara atau kedaluwarsa yang dikenal dalam
sistematik. hukum adat.Pasal 32 Peraturan Pemerintah
Sedangkan pasal 25 jo pasal 26, mengatur Nomor 24 Tahun 1997 tersebut
mengenai pengumpulan dan penelitian menyatakan sebagai berikut Dalam hal atas
data tanah dalam rangka menilai suatu bidang tanah sudah diterbitkan
kebenaran alat bukti. Dalam pasal 25 sertifikat secara sah atas nama orang lain
tersebut ditegaskan, bahwa pengumpulan atau badan hukum yang memperoleh tanah
data yuridis mengenai bidang tanah yang tersebut dengan itikad baik dan secara
bersangkutan dilakukan oleh Panitia nyata menguasainya, maka pihak lain yang
Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak
sistematik atau oleh Kepala Kantor dapat lagi menuntut pelaksanaan hak
Pertanahan dalam pendaftaran tanah tersebut apabila dalam waktu 5 (lima)
secara sporadik. Hasil penelitian alat-alat tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu
bukti tersebut kemudian dituangkan dalam tidak mengajukan keberatan secara tertulis

72
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 8/Okt/2018

kepada pemegang sertifikat dan Kepala bagi seseorang untuk boleh mengajukan
Kantor Pertanahan yang bersangkutan keberatan tersebut, sekaligus ini berarti
ataupun tidak mengajukan gugatan ke Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
pengadilan mengenai penguasaan tanah 1997 telah mengadposi asas publikasi
atau penerbitan sertifikat tersebut4. positif, karena setelah batas waktu 5 tahun
Dalam ketentuan pasal 32 tersebut di atas, itu, jika tidak ada pihak-pihak yang
terlihat adanya penggunaan asas publikasi mengajukan keberatan, maka kekuatan
negatif yang sekaligus juga menunjukkan pembuktian sertifikat tanah yang
adanya ciri asas publikasi positif. Asas bersangkutan adalah mutlak. Artinya
publikasi negatif ditunjukkan dengan seseorang yang hendak mengajukan
adanya kekuatan pembuktian sertifikat atas keberatan atas telah diterbitkannya
tanah yang tidak bersifat mutlak, yakni sertifikat hak atas tanah, kehilangan haknya
selama tidak ada pihak lain yang dapat untuk menggugat. Ini berarti, data fisik dan
membuktikan sebaliknya sertifikat itu data yuridis yang tercantum di dalam
dianggap benar. Dengan kata lain sertifikat sertifikat harus diterima sebagai alat
sebagai alat bukti masih dapat digugurkan pembuktian yang benar, baik dalam
oleh alat bukti lain dalam proses peradilan. perbuatan hukum sehari-hari maupun
Asas ini mengandung suatu kelemahan, dalam sengketa di pengadilan sepanjang
yakni tidak melindungi pemilik tanah yang data tersebut sesuai dengan apa yang
beritikad baik, karena sewaktu-waktu dapat tercantum dalam surat ukur dan buku
saja digugat pengadilan. Jadi, tidak ada tanah yang bersangkutan.
kepastian hukum baginya. 3. Penegasan kembali peran dan tanggung
Untuk mengatasi kelemahan itu, dalam jawab Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
hukum barat dikenal lembaga hukum yang dan dimungkinkannya Kepala Desa sebagai
disebut “acquisitieve verjaring” atau Pejabat Pembuat Akta Tanah.
“adverse possession”. Namun karena Pasal-pasal yang berkaitan dengan
hukum tanah kita yang memakai daar penyempurnaan yang ketiga ini adalah
hukum adat tidak dapat menggunakan pasal 37 dan pasal 40. Pasal 37 menegaskan
lembaga tersebut, karena hukum adat tidak mengenai wewenang PPAT untuk membuat
mengenalnya, maka dimasukkanlah akta pemindahan hak atas tanah dan hak
lembaga “rechtsverwerking” sebagai milik atas satuan rumah susun yang
gantinya. Lembaga ini merupakan suatu dilkaukan melalui jual beli, tukar menukar,
lembaga hukum adat yang mengandung hibah, pemasukan dalam perusahaan dan
makna, bahwa jika seseorang selama sekian perbuatan hukum pemindahan hak lainnya,
waktu membiarkan tanahnya tidak kecuali pemindahan hak melalui lelang.
dikerjakan, kemudian tanah itu dikerjakan Sedangkan pasal 40 menegaskan kewajiban
orang lain yang memperolehnya dengan PPAT untuk mengirimkan akta yang telah
itikad baik, maka hilanglah haknya untuk dibuatnya kepada Kepala Kantor
menuntut kembali tanah tersebut. Pertanahan dalam waktu 7 hari sejak dibuat
Ketentuan yang sesuai dengan lembaga ini akta tersebut.
di dalam UUPA adlaah pasal 27, 34 dan 40 Dimungkinkannya Kepala Desa menjadi
yang menyatakan hapusnya hak atas tanah Pejabat Pembuat Akta Tanah tertuang di
karena ditelantarkan. dalam pasal 7 ayat (2) yang menyatakan,
Penerapan lembaga “rechtverwerking” ini bahwa untuk desa-desa dalam wilayah yang
di dalam ketentuan pasal 32 di atas jelas terpencil Menteri dapat menunjuk PPAT
nampak pada ketentuan batas waktu 5 Sementara. Yang dimaksud dengan PPAT
tahun untuk dapat mengajukan keberatan Sementara menurut Penjelasan pasal 7 ayat
terhadap orang yang merasa dirugikan atas (2) adalah Kepala Desa. Di dalam Peraturan
penerbitan suatu sertifikat hak atas Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961,
tanah.Dengan adanya batas waktu 5 tahun ketentuan semacam ini tidak dijumpai.
Maksud diadakan ketentuan ini adalah
4
LIHAT Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun untuk mempermudah rakyat di daerah
1997

73
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 8/Okt/2018

terpencil yang tidak ada PPAT-nya untuk menunjukkan keadaan yang mutakhir.
melaksanakan perbuatan hukum mengenai Untuk itu perlu diikuti kewajiban mendaftar
tanah. dan pencatatan perubahan-perubahan
4. Penegasan tentang pengertian pendaftaran yang terjadi di kemudian hari.
tanah, asas-asas dan tujuan Asas mutakhir menuntut dipeliharanya
penyelenggaraannya. Dalam Peraturan secara terus-menerus berkesinambungan,
Pemerintah ini, yang dimaksudkan dengan sehingga data yang tersimpan di Kantor
pendaftaran tanah adalah rangkaian Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan
kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah nyata di lapangan, dan masyarakat dapat
secara terus-menerus, berkesinambungan memperoleh keterangan mengenai data
dan teratur, melalui pengumpulan, yang benar setiap saat. Untuk itulah
pengolahan, pembukuan dan penyajian diberlakukan pula asas terbuka.
serta pemeliharaan data fisik dan data Sementara itu tujuan dari pendaftaran
yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, tanah yang ditegaskan dalam Peraturan
mengennai bidang-bidang tanah dan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tersebut
satuan-satuan rumah susun, termasuk adalah :
pemberian surat tanda bukti haknya bagi a. Untuk memberikan kepastian hukum,
bidang-bidang tanah yang sudah ada perlindungan hukum kepada pemegang
haknya dan hak milik atas satuan rumah hak atas suatu bidang tanah, satuan
susun serta hak-hak tertentu yang rumah susun dan hak-hak lain yang
membebaninya (pasal 1 angka 1). terdaftar agar dengan mudah dapat
Sedangkan asas pendaftaran tanah membuktikan dirinya sebagai
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 pemegang hak yang bersangkutan.
Tahun 1997 meliputi asas, sederhana, b. Untuk menyediakan informasi kepada
aman, terjangkau, mutakhir, dan terbuka pihak-pihak yang berkepentingan
(pasal 2). Menurut penjelasan pasal 2 termasuk pemerintah agar dengan
tersebut, asas sederhana dalam mudah dapat memperoleh data yang
pendaftaran tanah dimaksudkan agar diperlukan dalam mengadakan
ketentuan-ketentuan pokoknya maupun perbuatan hukum mengenai bidang-
prosedurnya dengan mudah dapat bidang tanah dan satuan-satuan rumah
dipahami oleh pihak-pihak yang susun yang terdaftar.
berkepentingan, terutama para pemegang c. Untuk terselenggaranya tertib
hak atas tanah. Sedangkan asas aman administrasi pertanahan.
dimaksudkan untuk menunjukkan, bahwa Jadi, tujuan pendaftaran tanah tidak hanya
pendaftaran tanah perlu diselenggarakan untuk memberikan kepastian hukum juga
secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dimaksudkan untuk menghimpun dan
dapat memberikan jaminan kepastian menyajikan informasi yang lengkap
hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu mengenai data fisik dan data yuridis atas
sendiri. suatu bidang tanah.
Asas terjangkau dimaksudkan 5. Penyempurnaan yang lain lagi dalam
keterjangkauan bagi pihak-pihak yang Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
memerlukan, khususnya dengan 1997 adalah kemungkinan bidang tanah
memperhatikan kebutuhan dan yang data fisik dan atau data yuridisnya
kemampuan golongan ekonomi lemah. belum lengkap. Dalam rangka memperoleh
Pelayanan yang diberikan dalam rangka kebenaran data yuridis mengenai bidang
penyelenggaraan pendaftaran tanah harus tanah yang akan didaftar alat bukti tertulis
bisa terjangkau oleh para pihak yang tidak mutlak diperlukan. Hal ini ditunjukkan
memerlukan. oleh pasal 24 ayat (2), yang menentukan
Asas mutakhir dimaksudkan kelengkapan bahwa dalam hal tidak lagi tersedia secara
yang memadai dalam pelaksanaannya dan lengkap alat-alat pembuktian sebagaimana
kesinambungan dalam pemeliharaan dimaksud pada pasal 24 ayat (1),
datanya. Daata yang tersedia harus pembukuan hak dapat dilakukan

74
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 8/Okt/2018

berdasarkan kenyataan penguasaan fisik berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 24


bidang tanah yang bersangkutan selama 20 Tahun 1997, landrente, girik, pipil, serta surat
(dua puluh tahun atau lebih secara bukti lainnya yang lazim dalam masyarakat
berturut-turut) oleh pemohon pendaftaran setempat.5
dan pendahulunya, dengan syarat : Dalam sistem pendaftaran tanah
a. penguasaan tersebut dilakukan dengan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24
itikad baik dan secara terbuka oleh Tahun 1997 nampak adanya usaha untuk
yang bersangkutan sebagai yang berhak mempermudah masyarakat dalam memperoleh
atas tanah, serta diperkuat oleh tanda bukti hak milik. Ini dapat dilihat dengan
kesaksian orang yang dapat dipercaya; adanya ketentuan, bahwa jika bukti tertulis
b. penguasaan tersebut baik sebelum tidak lengkap atau tidak ada sama sekali, maka
maupun selama pengumuman pembuktian kepemilikan tanah dapat dilakukan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 dengan keterangan saksi, yakni ketereangan
tidak dipermasalahkan oleh masyarakat dari orang yang cakap memberi kesaksian dan
hukum adat atau desa / kelurahan yang mengetahui kepemilikan tanah bers6angkutan,
bersangkutan atau pihak lainnya. atau pernyataan yang bersangkutan yang dapat
Ketentuan ini nampaknya dimaksudkan dipercaya kebenarannya oleh pejabat yang
untuk memberikan jalan keluar atas berwenang (Panitia Ajudikasi atau Kepala
kesulitan pemegang hak yang tidak dapat Kantor Pertanahan). Selanjutnya sekiranya
menyediakan bukti kepemilikan tertulis pemegang hak atas tanah sama ekali tidak
maupun bukti lainnya yang dapat memiliki alat bukti tertulis, maka bukti
dipercaya. kepemilikan tanahnya dapat didasarkan pada
Demikianlah beberapa penyempurnaan penguasaan secara fisik.
yang dituangkan di dalam Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang 1997 juga lebih menjamin kepastian hak dan
Pendaftaran Tanah. Kalau memperhatikan kepasatian hukum atas tanah, karena dengan
beberapa penyempurnaan tersebut, penerapan lembaga rechtsverwerking, seorang
nampaknya sistem pendaftaran tanah saat ini pemegang sertifikat sudah tidak ada
lebih akomodatif dibanding sistem pendaftaran kekhawatiran lagi akan adanya gugatan
tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah terhadap tanah hak miliknya jika dalam jangka
Nomor 10 Tahun 1961. Sistem yang akomodatif waktu 5 tahun sejak diterbitkannya sertifikat
tersebut terutama sangat nampak dalam tanah tidak ada orang lain yang menggugat.
pengaturan bukti kepemilikan di mana sistem Dengan adanya penyempurnaan sistem
pembuktian kepemilikan tanah dalam pendaftaran tanah sebagaimana disebutkan di
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 atas, maka diharapkan segala bentuk kendala
sangat akrab dengan tradisi masyarakat yang muncul sehubungan dengan pendaftaran
pedesaan yang pengaruh hukum adatnya masih tanah selama ini dapat diatasi.
kuat. Hal ini terlihat dengan adanya
pengaturan, bahwa untuk keperluan B. Pembaharuan sistem pendaftaran tanah
pendaftaran hak atas tanah lama, alat buktinya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
dapat berupa bukti-butki tertulis, keterangan 24 Tahun 1997.
saksi, dan atau surat pernyataan yang Dengan diberlakukannya Peraturan
bersangkutan, bahkan apabila bukti-butki Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
tertulis tidak ada sama sekali, maka bukti Pendaftaran Tanah, maka tentu diharapkan
berupa penguasaan secara fisik pun diakui. akan berdampak positif, baik terhadap
Selain itu beberapa macam alat bukti yang masyarakat maupun terhadap pemerintah
selama ini akrab dengan kalangan masyarakat sendiri. Ada beberapa manfaat yang akan
pedesaan juga diakui seperti surat tanda bukti
hak milik yang diterbitkan berdasarkan 5
Perangin-angin, Effendi, Praktik Permohonan Hak Atas
peraturan Swapraja, akta pemindahan hak yang Tanah, Rajawali Press, Jakarta, 1987.
dibuat di bawah tangan dan disaksikan oleh 6
Soetiknjo, Iman, Politik Agraria Nasional, Gadjah Mada
kepala adat / kepala desa yang dibuat sebelum University Press, 1990.

75
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 8/Okt/2018

diperoleh dengan pembaharuan sistem hubungan ini, bagi masyarakat yang


pendaftaran tanah melalui Peraturan tidak memiliki modal untuk melakukan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yakni : usaha, mereka dapat memperoleh
1. Bagi masyarakat modal usaha dengan menjadikan
a. Dengan sistem yang baru tersebut, sertifikatnya sebagai agunan bank.
akan menciptakan rasa aman bagi Dengan demikian dimungkinkan
pemilik hak atas tanah, karena semakin banyak pelaku ekonomi di
terhindar dari perasaan takut untuk dalam masyarakat yang pada akhirnya
digugat. Ini adalah hal yang sangat berdampak positif terhadap
penting bagi masyarakat dan kemungkinan pertumbuhan ekonomi
merupakan suatu kebutuhan yang yang lebih baik.
sangat vital bagi setiap pemegang hak d. Mempermudah peralihan hak;
milik atas tanah. Dengan adanya Dengan adanya sertifikat, peralihan hak
perasaan aman dari pemilik tanah ini, atas tanah akan lebih mudah dilakukan,
maka mereka akan menggarap karena cukup menunjukkan sertifikat
tanahnya dengan sungguh-sungguh. ke Badan Pertanahan Nasional disertai
Hal tersebut akan berdampak positif syarat-syarat lain yang diperlukan.
terhadap produktifitas tanah, di mana Badan Pertanahan Nasional dengan
produksi tanah akan menjadi lebih tidak susah payah dapat selekas
tinggi dan tingkat kesejahteraan mungkin melakukan pencatatan dan
pemilik atau penggarap tanah akan pembukuan mengenai peralihan hak.
menjadi lebih meningkat pula. e. Mempertinggi harga tanah;
b. Membantu mempermudah masyarakat Tanah yang telah didaftar akan
dalam memperoleh hak milik atas memiliki sertifikat biasanya akan lebih
tanah, karena prosedur untuk tinggi nilai jualnya dibanding dengan
memperoleh hak milik atas tanah tidak yang tidak bersertifikat. Hal ini dapat
lagi kaku terutama dalam penyediaan dimaklumi karena pihak pembeli telah
alat bukti. Kemudahan ini yakni akan kebenaran mengenai data
dimungkinkan karena adanya tanah yang hendak dibelinya itu serta
ketentuan mengenai kemudahan untuk sudah memiliki kepastian hukum atas
membuktikan hak milik atas tanah, status tanah tersebut.
seperti tergambar pada pasal 7, pasal f. Masyarakat lebih mudah memperoleh
24. Pasal 7 memungkinkan kepala desa data tentang tanah karena
sebagai PPAT di daerah terpencil. Pasal dimungkinkannya penggunaan alat-alat
24 memungkinkan seseorang yang canggih. Sebagaimana telah dijelaskan
tidak memiliki alat bukti sama sekali di muka, bahwa dalam sistem
mengenai tanah yang dikuasainya, pendaftaran tanah yang baru melalui
untuk mendaftarkan tanahnya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
hanya berdasarkan penguasaan tanah 1997 dimungkinkannya dilakukan
dengan itikad baik selama 20 tahun penggunaan alat canggih (vide pasl 35
asalkan selama itu tidak ada pihak- ayat (5)).
pihak yang menggugat, atau jika 2. Manfaat bagi pemerintah
seseorang tidak memiliki alat bukti a. Dengan semakin mudahnya masyarakat
yang lenkap yang dapat dipercaya, mendaftarkan tanahnya, akan
pemilik tanah dapat melengkapi bukti menyebabkan semakin banyaknya
dengan keterangan saksi yang permohonan dari masyarakat untuk
kesaksiannya dapat dipercaya oleh melakukan pendaftaran hak atas tanah.
Panitia Ajudikasi. Dengan demikian upaya pemerintah
c. Perekonomian masyarakat lebih maju; untuk melakukan pendaftaran terhadap
hal ini dapat terjadi, karena pada seluruh tanah di setiap wilayah tanah
kenyataannya sertifikat dapat dijadikan air akan lebih cepat terwujud.
jaminan pinjaman uang di bank. Dalam Berkaitan dengan itu, maka cita-cita

76
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 8/Okt/2018

Undang-Undang Pokok Agraria yang tanah adalah Bupati, Wlikota dibantu oleh Sub
hendak mewujudkan kepastian hukum Direktorat Agraria Tingkat Kabupaten/Kota.
dan hak atas tanah dapat terwujud. Kemudian terus kebawah instansi yang
b. Mengurangi keresahan akibat sengketa mengawasi tanah ialah Camat setelah itu
tanah; Lurah.Terlihat bahwa instansi yang mengurus
Tanah yang selama ini menjadi incaran tanah bertingkat-tingkat. Tingkat Pusat
masyarakat seringkali menimbulkan (Departemen). Propinsi dan Kabupaten/Kota.
konflik. Konflik atas tanah ini bisanya Masing-masing instansi itu mempunyai
timbul akibat tidak jelasnya pemilik wewenang tertentu sehubungan dengan
tanah yang sesungguhnya. Dengan pemberian hak milik.
adanya kemudahan untuk memperoleh
bukti hak milik atas tanah, maka 2. Pemeriksaan Tanah.
memungkinkan masyarakat lebih Jika bahan-bahan pertimbangan yang
terdorong untuk mendaftarkan tersedia belum cukup untuk mengambil
tanahnya. keputusan, misalnya pemberian hak milik untuk
c. Mempermudah untuk menetapkan pertama kalinya, sehingga perlu pemeriksaan
kebijaksanaan di bidang pertanahan, tanah yang dimohon, maka Panitia A
karena administrasi pertanahan lebih memeriksa secara phisik tanah itu. Panitia A
tertib. memberi pertimbangan kepada instansi yang
d. Menguntungkan bagi lembaga berwenang.
perbankan;
Lembaga perbankan seringkali 3. Surat Keputusan Pemberian Hak Milik.
memberikan kredit kepada masyarakat Setelah semua surat-surat diperiksa dan
dengan mempergunakan tanah sebagai tiada alasan untuk keberatan maka instansi
agunan. Adanya sertifikat tanah yang yang berwenang mengeluarkan Surat
diserahkan sebagai agunan oleh Keputusan Pemberian Hak Milik (SKPHM).
masyarakat peminjam akan menambah Kepada di pemohon diberikan ketetapan surat
keyakinan akan keamanan uang yang keputusan itu.
diberikan kepada masyarakat.
e. Mempermudah pemerintah dalam 4. Memberi Batas.
menentukan kebijakan di bidang lain Pemohon harus memberi batas pada tanah
seperti perpajakan, karena lebih mudah itu, kalau tanah itu belum mempunyai batas.
dalam melakukan pendataan pajak. Batas itu berupa besi panjang yang ditancapkan
Demikianlah beberapa manfaat yang kedalam tanah. Tanah bekas hak opstal dan hak
mungkin akan dirasakan, baik oleh pemerintah erpacht untuk perumahan, biasanya ada tanda-
maupun masyarakat dengan adanya tanda batasnya. Kalau tanda-tanda itu baik,
pembaharuan sistem pendaftaran tanah maka bisa dipergunakan.Tetapi, bila tanah itu
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun belum pernah di haki dengan "hak barat", perlu
19971 diberi tanda batas agar tidak ada keraguan
tentang luas dan bentuknya. Lagi pula
Prosedur Pendaftaran Tanah Dalam PP NO 24 menghindari perselisihan dengan yang berhak
1997 atas tanah-tanah sebelahnya. Diperlukan
1. Mengajukan Permohonan. peraturan batas yang disebut "contradistaire
Masyarakat yang hendak mendaftarakan delimitatie".7
tanahnya mengajukan Permojonan ke BPN
yang ada diaerah baik Provinsi maupun 5. Membayar Uang Pemasukan.
Kabupaten Kota. Kewenangan Pertanahan Setelah diberi tanda batas. si pemohon
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Agraria. harus membayar dan menyetor sejumlah uang
Itu ditingkat pusat. tiingkat Propinsi tanah kepada Kas Negara, dan uang itu disebut
diurus oleh Gubernur/Kepala daerah, yang dengan "uang pemasukan".Pada waktu zaman
pelaksanaannya dilakukan oleh Direktorat
7
Agraria..Di Kabupaten Kotayang mengurus Boedi Harsono, Undang-Undang Pokok Agraria, Bagian
Kedua, Djambatan, Jakarta, 1971, Hal. 32

77
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 8/Okt/2018

Belanda, kalau Negara memberikan Hak Nomor 24 Tahun 1997 telah diterapkan
Eigendom, yang dibayarkan kepada Negara itu lembaga rechtverwerking yang
adalah "harga tanah" itu disebut "koopsom". menempatkan sertifikat tanah sebagai alat
bukti hak yang kuat dan berlaku mutlak
6. Mendaftarkan. setelah dalam jangka waktu 5 tahun sejak
Sesudah bayar itu, dapat tanda pelunasan. didaftarkannya tanah tidak ada yang
Kalau pembayaran itu sudah dilakukan, maka mengajukan keberatan, sehingga
pemohon harus mendaftarkan haknya pada masyarakat tidak lagi merasa dihantui oleh
Kantor Pendaftaran Tanah (KPT). perasaan khawatir kalu suatu saat nanati
ada pihak-pihak yang menggugat hak milik
7. Surat Ukur. atas tanahnya yang bersertifikat itu.
Mula-mula tanah diukur, lalu dibuat peta 2. Adanya pembaharuan dalam sistem
ukur sesudah itu barulah dibuat surat ukur. pendaftaran tanah berdasarkan Peraturan
Surat ukur diberi nomor. Nomor itu dalam satu Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dapat
tahun dimulai dari 1, sehingga untuk berdampak positiff baik bagi pemerintah
menerbitkan surat ukur harus dengan nomor maupun bagi masyarakat. Bagi pemerintah,
dan tahunnya. Misalnya : Surat Ukur Nomor dengan pembaharuan itu dapat mengurani
26/1979. Surat ukur juga memuat peta tanah keresahan akibat sengketa tanah,
berikut batas-batasnya. Dari Surat Ukur kita mempermudah untuk menetapkan
dapat kepastian mengenai data phisik tanah itu, kebijaksanaan di bidang pertanahan dan
antara lain : letak, luas, batas dan bentuk. kebijaknsaaan di bidang lain seperti pajak
dan lain-lain.
8. Buku Tanah. Bagi masyarakat, pembaharuan itu dapat
Kalau sudah dibuat surat ukur, maka oleh berdampak positif antara lain akan
Kepala Kantor Pendaftaran Tanah, hak menciptakan rasa aman bag pemilik hak
didaftarkan. Mendaftarkan hak ini ialah dengan atas tanah, membantu mempermudah
jalan membuat "Buku Tanah". masyarakat dalam memperoleh hak milik
atas tanah, memungkinkan perekonomian
9. Sertifikat. masyarakat lebih maju, mempermudah
Si pemohon tentu memerlukan bukti dari peralihan hak, mempertinggi harga tanah,
haknya dan bukti adalah sertifikat. dan lain-lain.

PENUTUP B. Saran-saran
A. Kesimpulan 1. Agar segala ketentuan baru tentang
1. Pendaftaran tanah sebagai sarana pendaftaran tanah yang termuat di dalam
pengakuan hak milik atas tanah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1997 dapat diwujudkan dalam praktek
24 Tahun 1997 lebih akomodatif dan lebih sehari-hari, maka perlu diterbitkan
menjanjikan kepastian hukum atas tanah peraturan-peraturan pelaksanaannya dan
dibanding dengan Peraturan Pemerintah petunjuk teknis di lapangan sebagai
Nomor 10 Tahun 1961. Dikatakan lebih pedoman bagi setiap aparat yang terkait.
akomodatif karena Peraturan Pemerintah 2. Selain itu perlu upaya sosialisasi atas
Nomor 24 Tahun 1997 mengandung ketentuan-ketentuan Peraturan
norma-norma yang mempermudah Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997,
prosedur masyarakat dalam memperoleh sosialisasi itu bukan hanya ditujukan
pengakuan dan bukti hak milik atas tanah, kepada masyarakat luas tetapi perlu
antara lain dengan dimungkinkannya dilakukan kepada para aparat yang terkait,
kepala desa sebagai PPAT di daerah baik aparat di lingkungan badan / kantor
terpencil, diakuinya berbagai macam bukti pertanahan, maupun terhadap aparat
yang telah akrab dengan masyarakat pemerintah daerah, pemerintah
pedesaan seperti pipil, girik, landrente dan kecamatan, pemerintah desa, hakim,
lain-lain..Dalam Peraturan Pemerintah notaris dan lain-lain. Sementara itu, bagi

78
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 8/Okt/2018

kalangan masyarakat luas, penyuluhan Tahun 1961 tanggal 7 Mei 1994 di


melalui media massa perlu segera Jakarta.
dilakukan. Lembaran Negara No. 59 Tahun 1997,
3. Badan Pertanahan Nasional perlu Peraturan Pemerintah Republik
melakukan kerja sama dengan perguruan Indonesia Nomor 24 Tahun 1997
tinggi, mengingat perguruan tinggi adalah tentang Pendaftaran Tanah.
lembaga yang sangat potensial untuk Parlindungan, A. P., Pendaftaran Tanah di
melakukan sosialisasi Peraturan Indonesia, Edisi II, Cetakan Pertama,
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 melalui Mandar Maju, Bandung, 1990.
lembaga pengabdian kepada masyarakat. Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa
Dalam kerja sama dengan perguruan tinggi Indonesia. Pradnya Paramita, Jakarta,
itu dapat pula dilakukan penataran- 1960.
penataran hukum pertanahan nasional. Purwosutjipto, H.M.N., Pengertian Pokok
Hukum Dagang Indonesia, Hukum
DAFTAR PUSTAKA Surat Berharga, Djambatan, Jakarta,
Abdurrahman, Berita Pusat Studi Hukum 1987.
Tanah Fakultas Hukum UNLAM No. Simpson, S. Rowton., Law Registration,
5/Mei/1978. Camsbridge University, 1976.
Abdurrahman, Tebaran Pikiran Hukum Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri.,
Agraria, Alumni, Bandung, 1985. Penelitian Hukum Normatif, Rajawali,
Badrulzaman, Mariam Darus., Bab-bab Jakarta, 1985
tentang Hipotik, Alumni, Bandung, Sumardji, Peraturan Pemerintah Nomor 24
1985. Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Effendi, Bachtiar., Kumpulan Tulisan Tentang Tanah (Suatu Tinjauan Terhadap
Hukum Tanah, Alumni, Bandung, 1982. Penyempurnaan Peraturan
Harsono, Boedi., Undang- Undang Pokok Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 dan
Agraria Bagian I jilid I, Djambatan, Pengaruhnya), Jurnal Hukum Ekonomi,
Jakarta, 1994. Edisi X, Mei 1998.
Harsono, Boedi., Undang-Undang Pokok Eddy Ruchiyat, Politik Pertanahan Sebelum
Agraria, Bagian Kedua, Djambatan, dan Sesudah Berlakunya UUPA,
Jakarta, 1971. Alumni, Bandung, 1994.
Harsono, Boedi., Hukum Agraria Indonesia, Effendi, Bachtiar, Pendaftaran Tanah di
Himpunan Peraturan-peraturan Indonesia dan Peraturan-peraturan
Hukum Tanah, Penerbit Jambatan, Pelaksanaannya, Alumni, Bandung,
Jakarta, 1980. 1983.
Harsono, Boedi., Land Registration in Harsono, Boedi, Hukum Agraria – Himpunan
Indonesia, Paper Law Asia, 2rd Peraturan-peraturan Hukum Tanah,
Conference in Jakarta, 1980. Djambatan, Jakarta, 1988.
Harsono, Boedi., Beberapa Analisa Tentang ----------, Undang-Undang Pokok Agraria –
Hukum Agraria, Kelompok Belajar, Sejarah Penyusunan, Isi dan
Bagian III, Jakarta, 1982. Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta,
Hartono, Sunaryati., Beberapa Pemikiran Ke 1997.
Arah Pembaharuan Hukum, Alumni, Harsono, Soni, Pelaksanaan Perkembangan
Bandung, 1995. Kebijakan di Bidang Pelaksanaan
Kantor Menteri Negara Agraria/Badan Pendaftaran Tanah Dalam Rangka
Pertanahan Nasional, Perkembangan Pembangunan Jangka Panjang II,
Kebijakan Di Bidang Pelaksanaan Makalah, 1994.
Pendaftaran Tanah Dalam Rangka ----------, Sambutan Menteri Negara Agraria /
Memasuki Pembangunan Jangka Kepala Badan Pertanahan Nasional,
Panjang Kedua, Makalah yang Makalah pada seminar Kebijakan baru
disampaikan pada Seminar tentang Pendaftaran Tanah dan Pajak Tanah
Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 10 yang Terkait, yang diselenggarakan oleh

79
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 8/Okt/2018

Fakultas Hukum Universitas Gadjah


Mada, Yogyakarta, 1997.
Parlindungan, A.P., Pendaftaran Tanah di
Indonesia, Mandar Maju, Bandung,
1994.
----------, 450 Tanya Jawab Hukum Agraria,
Mandar Maju, Bandung, 1994.
Perangin-angin, Effendi, Praktik Permohonan
Hak Atas Tanah, Rajawali Press,
Jakarta, 1987.
Soetiknjo, Iman, Politik Agraria Nasional,
Gadjah Mada University Press, 1990.
Jurnal Era Hukum, No. 14 / Th. V / Oktober
1997, Universitas Taruma Negara.
Jurnal Hukum Ekonomi, Lembaga Pengkajian
Hukum Ekonomi, Edisi X, Mei, 1998.
Lembaran Negara No. 59 Tahun 1997,
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah.

80

Anda mungkin juga menyukai