Anda di halaman 1dari 29

HUKUM PENGANGKUTAN DARAT MELALUI JALAN UMUM

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
HUKUM TRANSPORTASI

Yang diampu oleh Musa Taklima, M. H

Penyusun:
Kelompok 1 / ICP
1. Nur Lailatul Fauziyah (15220095)
2. Tahwiyatil Af-idah (15220187)

JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang Hukum Pengangkutan Darat Melalui Jalan Umum ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Penulis berterima kasih kepada Bapak
Musa Taklima, M. H selaku Dosen mata kuliah Hukum Transportasi UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah memberikan tugas ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai hukum pengangkutan darat melalui
jalan umum. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Malang, 21 September 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................
C. Tujuan............................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN..................................................................................
A. Pengertian......................................................................................
B. Izin Operasi dan Administrasi Penyelenggaraan Angkutan..........
C. Angkutan Orang dengan Kendaraan Umum..................................
D. Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang...............................
E. Perlakuan Khusus dalam Angkutan Orang....................................
F. Angkutan Barang dengan Kendaraan Umum................................
G. Kewajiban dan Hak Pengangkut dan Penumpang dalam
Pengangkutan.................................................................................
H. Tanggung Jawab Pengangkut dalam Pengangkutan......................
I. Analisis Implementasi Standar Pelayanan Minimal Angkutan
Orang dan Perlakuan Khusus.........................................................
BAB III : PENUTUP............................................................................................
Kesimpulan....................................................................................
Daftar Pustaka......................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang
besar, dengan meningkatnya mobilitas dan kegiatan penduduk yang kian
meningkat dan dinamis mengakibatkan kebutuhan akan adanya sarana transportasi
umum kian hari kian meningkat, sehingga peranan pengangkutan nampak sangat
penting. Pengangkutan juga memberikan sisi positif yaitu kemudahan dan
kecepatan dalam berpergian. Menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan merumuskan bahwa
angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat
lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.
Angkutan juga memegang peranan penting dalam pembangunan misalnya
peningkatan pendapatan nasional, dan menciptakan serta memelihara tingkat
kesempatan kerja bagi masyarakat. Sejalan dengan itu, peran penting lainnya yaitu
dapat mempertinggi integritas bangsa, serta meningkatkan pertahanan dan
keamanan nasional. Peranan penting sektor angkutan tersebut dapat terwujud
secara optimal dengan dukungan berbagai aspek yang terkait dengan
penyelenggaraan angkutan, dimana salah satu aspek yang strategis adalah terkait
dengan pengaturan (hukum) dalam penyelenggaraan angkutan. Penyelenggaraan
angkutan melibatkan berbagai pihak baik itu pihak pemerintah, pihak swasta
maupun pihak masyarakat, dimana masing-masing pihak memiliki aturannya.
Pengaturan tentang kewajiban dan hak (misalnya untuk perusahaan angkutan
umum dan penumpang), tidak terlepas dari konteks untuk memberikan kepastian
dan perlindungan hukum bagi penumpang sebagai salah satu pihak dalam suatu
angkutan (angkutan penumpang). Seperti halnya, yang diatur dalam UU No. 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Angkutan darat melalui jalan umum merupakan salah satu jenis angkutan
yang paling sering digunakan di Indonesia, karena angkutan ini bisa menjangkau
hampir seluruh wilayah di Indonesia. Akan tetapi cukup banyak masyarakat yang

1
belum memahami tentang pengaturan (hukum) dalam penyelenggaraan angkutan
umum. Oleh karena itu dalam makalah ini, penulis menjelaskan tentang
pengertian angkutan darat melalui jalan umum, izin operasi dan administrasi
penyelenggaraan angkutan, angkutan orang dengan kendaraan umum, standar
pelayanan minimal angkutan orang, perlakuan khusus dalam angkutan orang,
angkutan barang dengan kendaraan umum, kewajiban dan hak pengangkut dan
penumpang dalam pengangkutan, tanggung jawab pengangkut dalam
pengangkutan, serta penulis juga akan menganalisis implementasi standar
pelayanan minimal angkutan orang dan perlakuan khusus.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan beberapa
pertanyaan sebagai berikut,
1. Bagaimana pengertian angkutan darat melalui jalan umum?
2. Bagaimana izin operasi dan administrasi penyelenggaraan angkutan?
3. Bagaimana angkutan orang dengan kendaraan umum?
4. Bagaimana standar pelayanan minimal angkutan orang?
5. Bagaimana perlakuan khusus dalam angkutan orang?
6. Bagaimana angkutan barang dengan kendaraan umum?
7. Bagaimana kewajiban dan hak pengangkut dan penumpang dalam
pengangkutan?
8. Bagaimana tanggung jawab pengangkut dalam pengangkutan?
9. Bagaimana analisis tentang implementasi standar pelayanan minimal
angkutan orang dan perlakuan khusus?
C. Tujuan Penulisan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas dapat dirumuskan
beberapa tujuan pembahasan sebagai berikut,
1. Menjelaskan pengertian angkutan darat melalui jalan umum
2. Memaparkan izin operasi dan administrasi penyelenggaraan angkutan
3. Menjelaskan tentang angkutan orang dengan kendaraan umum
4. Memaparkan standar pelayanan minimal angkutan orang
5. Menjelaskan tentang perlakuan khusus dalam angkutan orang
6. Menjelaskan tentang angkutan barang dengan kendaraan umum

2
7. Memaparkan kewajiban dan hak pengangkut dan penumpang dalam
pengangkutan
8. Memaparkan tanggung jawab pengangkut dalam pengangkutan
9. Menganalisis implementasi standar pelayanan minimal angkutan orang dan
perlakuan khusus?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Angkutan Darat melalui Jalan Umum


Pengertian angkutan menurut pasal 1 ayat (3) UU nomor 22 tahun 2009
adalah “perpindahan orang dan/ atau barang dari satu tempat ke tempat lain
dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan”. Menurut Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan
Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum, angkutan adalah “perpindahan orang
dan/ atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
kendaraan”.
Menurut Undang-Undang No.7 LN 1951 –No. 42, yang diartikan dengan
kendaraan umum ialah mobil penumpang (bus), gerobak (truk) mobil-mobil
tangki, termasuk mobil gandengan, yang digerakkan dengan kekuatan mesin,
yaitu dipergunakan untuk transportasi angkutan penumpang/barang yang pada
umumnya dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan transport ordenemer. Arti
kendaraanumum pada pasal 1 ayat 5 ialah digunakan mengangkut barang dan
orang dengan mendapatkan upah/sewa jasa produksi, berdasarkan perjanjian
pengangkutan.1
Pasal 137 ayat (1) dan (2) UU nomor 22 tahun 2009 jo Pasal 3 ayat (1) dan
(2) PP Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan menyatakan bahwa
angkutan orang menggunakan kendaraan bermotor seperti sepeda motor, mobil
penumpang, dan mobil bus.
Menurut pasal 1 angka 8 dan 10 Undang- Undang nomor 22 tahun 2009,
kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel. Kendaraan
bermotor umum adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan
barang barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.2
Adapun fungsi pengangkutan itu sendiri yaitu untuk memudahkan
memindahkan barang atau orang dari satu tempat ke tempat lain secara efektif dan

1
Soegijatna Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Jakarta: PT Rineka Cipta,
1995, h. 87
2
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2013, h. 8

4
efisien. Dapat disebut efektif karena perpindahaan barang atau orang tersebut
dapat dilakukan dengan jumlah yang banyak, sedangkan disebut efisien karena
dengan menggunakan pengangkutan pemindahan barang dan/atau orang itu
menjadi relatif singkat dan cepat dalam ukuran jarak dan waktu tempuh dari
tempat awal ke tempat tujuan.3 Tujuan pengangkutan sebagaimana dirumuskan
dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, dapat dikatakan tujuan
yang bersifat yuridis normatif. Adapun tujuan pengangkutan yang dirumuskan
pada Pasal 3 UU No. 22 Tahun 2009 antara lain :
1. Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman selamat,
tertib, lancar dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong
perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh
persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat
bangsa;
2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan
3. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.
B. Izin Operasi dan Administrasi Penyelenggaraan Angkutan
Pemberian Izin operasi terhadap angkutan darat melalui jalan umum
terdapat pada pasal 173 UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
jalan, serta Keputusan menteri perhubungan pasal 64 No. 35 tahun 2003.
Pasal 173 UU No. 20 tahun 2009:
Perusahaan angkutan umum wajib memiliki:
1. Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek
2. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek
3. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat
Dalam hal penyediaan dan penyelenggaraan jasa layanan angkutan orang
dalam trayek, pemerintah mengendalikannya dengan menerbitkan Ijin. Hakekat
diterbitkannya Ijin oleh pemerintah adalah dalam rangka untuk :
1. Memberikan jaminan bagi pengguna jasa angkutan untuk mendapatkan jasa
angkutan sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Untuk mewujudkan
kepastian pelayanan jasa angkutan umum tersebut maka setiap operator harus
dapat melaksanakan kewajiban yang telah ditetapkan.
3
H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3 Hukum Pengangkutan, Jakarta:
Djambatan, 1981, h. 1.

5
2. Memberikan perlindungan kepada penyedia jasa/operator dengan menjaga
keseimbangan antara penyediaan angkutan (supply) dan permintaan angkutan
(demand), agar perusahaan dapat menjaga dan mengembangkan usahanya.
Penyelenggaraan angkutan tidak dalam trayek dengan kendaraan umum
wajib memiliki izin penyelenggaraan angkutan wajib memiliki izin. Pemberian
izin tersebut adalah dengan dikenakan biaya sebagai Penerimaan Negara Bukan
Pajak.4
Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus diberikan oleh Menteri yang
bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan dengan rekomendasi dari instansi terkait.5
Sedangkan Izin penyelenggaraan angkutan alat berat, diberikan oleh
Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.6
C. Angkutan Orang dengan Kendaraan Umum
Angkutan orang dengan kendaraan umum terdapat pada pasal 1 ayat 1 dan 3
keputusan menteri nomor 35 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan
Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum, angkutan adalah “perpindahan orang
dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan
di Ruang Lalu Lintas Jalan”.
Untuk menyelenggarakan Angkutan Orang dengan kendaraan bermotor
umum tidak dalam trayek hanya bisa dilakukan oleh Perusahaan Angkutan
Umum dengan memperoleh izin, tidak bisa dilakukan oleh orang pribadi
(perseorangan).
Perusahaan Angkutan Umum harus berbentuk badan hukum Indonesia
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yakni berbentuk:
1. Badan usaha milik negara;
2. Badan usaha milik daerah;
3. Perseroan terbatas; atau
4. Koperasi

4
Pasal 21 ayat (1) dan (2) Kepmenhub No. 69 tahun 1993

5
Pasal 180 ayat (1) UU LLAJ

6
Pasal 180 ayat (2) UU LLAJ

6
Trayek adalah lintasan kendaraan bermotor umum untuk pelayanan jasa
angkutan orang dengan mobil penumpang atau mobil bus, yang mempunyai asal
dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap, dan jenis kendaraan tetap serta
berjadwal atau tidak berjadwal.7
Pelayanan Angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam
trayek, terdiri dari:8
1. Angkutan orang dengan menggunakan taksi;
2. Angkutan orang dengan tujuan tertentu;
3. Angkutan orang untuk keperluan pariwisata;
4. Angkutan orang di kawasan tertentu.
D. Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang
Tujuan pengaturan lalu lintas dan angkutan jalan dapat dilihat dalam
Pasal 3 UU No. 22 Tahum 2009 yang pada pokoknya agar terwujudnya pelayanan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu
dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional,
memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa,
serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa. Penyelenggaraan angkutan
penumpang bus umum yang aman, selamat, dan tertib, juga merupakan bagian
penting dan menjadi salah satu tujuan utama dalam suatu penyelenggaraan
angkutan. Untuk memenuhi tujuan utama tersebut, maka setiap penyelenggaraan
angkutan penumpang bus umum wajib memenuhi standar pelayanan minimal
yang meliputi: Keamanan; Keselamatan; Kenyamanan; Keterjangkauan;
Kesetaraan; dan Keteraturan, seperti yang ditentukan dalam Pasal 141 ayat (1) UU
No. 22 Tahun 2009.9
Ketentuan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan
Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek sebagaimana diubah dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 29 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan

7
Pasal 1 angka 8 Permenhub 32/2016
8
Pasal 3 Permenhub 32/2016
9
Krisnadi Nasution, Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Bus Umum, Jurnal Ilmu Hukum: DIH,
Agustus 2012, vol. 8, No. 16, h.113

7
Menteri Perhubungan Nomor 98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek.
Standar Pelayanan Minimal Angkutan dari Segi keamanan meliputi:10
1. Identitas kendaraan, berupa nomor kendaraan dan nama trayek berupa stiker
yang ditempel pada bagian depan dan belakang kendaraan (paling sedikit
satu).
2. Identitas awak kendaraan
Bagi pengemudi: mengenakan pakaian seragam dan dilengkapi dengan
identitas nama pengemudi dan perusahaan; dan menempatkan papan/kartu
identitas nama pengemudi, nomor induk pengemudi dan nama perusahaan di
ruang pengemudi.
Bagi Kondektur: mengenakan pakaian seragam dan dilengkapi dengan
identitas nama kondektur dan perusahaan.
3. Lampu penerangan, berfungsi sebagai sumber cahaya di dalam mobil bus
untuk memberikan keamanan bagi pengguna jasa. Lampu penerangan harus
100% berfungsi dan sesuai dengan standar teknis.
4. Kaca film, lapisan pada kaca kendaraan guna mengurangi cahaya matahari
secara langsung. Persentase kegelapan paling gelap 30%.
5. Lampu isyarat tanda bahaya, lampu sebagai pemberi informasi adanya
keadaan bahaya di dalam kendaraan. Lampu warna kuning berpijar terpasang
di atap pada bagian tengah depan dan belakang. Tersedia paling sedikit 2
(dua) tombol yang dipasang di ruang pengemudi dan ruang penumpang.
Dari segi keselamatan11, diatur salah satunya menyangkut awak
kendaraan yang meliputi: Standar Operasional Prosedur (SOP) pengoperasian
kendaraan, kompetensi pengemudi, kondisi fisik dan jam istirahat pengemudi.
Selain itu terkait keselamatan, diatur juga mengenai sarana dan prasarana
kendaraan.
Standar sarana angkutan yaitu:
1) Peralatan keselamatan

10
Poin lll angka 1 lampiran permenhub No. 98 tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan
Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek
11
Poin lll angka 2 Lampiran permenhub No. 29 tahun 2015

8
Dipasang di tempat yang mudah dicapai dan dilengkapi dengan keterangan
tata cara penggunaan berbentuk stiker, paling sedikit meliputi: Alat pemecah
kaca; Alat pemadam api ringan; dan Alat penerangan.
2) Fasilitas kesehatan
Berupa perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
3) Informasi tanggap darurat
Berupa stiker berisi nomor telepon dan/atau SMS pengaduan ditempel pada
tempat strategis dan mudah terlihat di dalam kendaraan.
4) Fasilitas pegangan penumpang berdiri
Fasilitas pegangan (handgrip) bagi penumpang berdiri untuk bus sedang dan
bus besar.
5) Pintu keluar dan/atau masuk penumpang
6) Ban
Ban depan tidak diperbolehkan menggunakan ban vulkanisir.
7) Rel korden (gorden) di jendela
Posisi rel gorden yang terpasang tidak mengganggu evakuasi apabila terjadi
keadaan darurat (pada saat kaca harus dipecahkan).
8) Alat pembatas kecepatan
9) Pintu keluar masuk pengemudi sekurang-kurangnya untuk bus sedang
10) Kelistrikan untuk audio visual yang memenuhi Standar Nasional Indonesia
(SNI)
11) Sabuk keselamatan minimal 2 (dua) titik (jangkar) pada semua tempat duduk
Dalam segi kenyamanan yang harus diperhatikan, antara lain soal daya
angkut mobil bus kecil adalah 9 s/d 19 penumpang (sesuai dengan kapasitas
angkut), sedangkan daya angkut mobil penumpang umum adalah total 8
penumpang termasuk pengemudi.12
E. Perlakuan Khusus dalam Angkutan Orang
Penderita cacat berhak memperoleh pelayanan berupa perlakuan khusus
dalam bidang lalu lintas dan pengangkutan jalan. Perlakuan khusus tersebut antara
lain berupa penyediaan sarana dan prasarana bagi penderita cacat, persyaratan

12
Poin lll lampiran permenhub No. 29 tahun 2015

9
khusus untuk memperoleh surat izin mengemudi, ataupun pengoperasian
kendaraan khusus oleh penderita cacat.13
Perusahaan angkutan umum wajib memberi perlakuan khusus dengan
menyediakan alat bantu yang memudahkan para penyandang cacat. Terutama,
fasilitas untuk naik dan turun kendaraan dan penyediaan tempat duduk prioritas.
Fasilitas serupa juga wajib diberikan kepada manusia usia lanjut, anak-anak,
wanita hamil, dan orang sakit. Ketentuan ini tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 74 tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan pasal 97 dan 98. 
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Pasal 97 tentang Angkutan
Jalan, “Perusahaan Angkutan Umum yang mengoperasikan Kendaraan Bermotor
tertentu wajib memberikan perlakuan khusus kepada penyandang cacat, manusia
usia lanjut, anak-anak, wanita hamil, dan orang sakit.” 14

Pada Pasal 98 ayat (1) PP No. 74 Tahun 2014 dijelaskan lebih lanjut mengenai
Perlakuan khusus kepada penyandang cacat, manusia usia lanjut, anak-anak, wanita
hamil, dan orang sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97, meliputi:
1. penyediaan fasilitas aksesibilitas yang memberikan kemudahan naik dan turun yang
berupa paling sedikit alat bantu untuk naik turun dari dan ke Kendaraan;
2. memberi prioritas pelayanan pada saat naik dan turun dengan mendahulukan
penyandang cacat, manusia usia lanjut, anak-anak, wanita hamil, dan orang sakit;
dan/atau
3. menyediakan fasilitas pelayanan khusus dengan menyediakan tempat duduk
prioritas. 15

F. Angkutan Barang dengan Kendaraan Umum


Menurut UU no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas, angkutan barang dengan
kendaraan bermotor umum terdiri atas:16
1. Angkutan barang umum
2. Angkutan barang khusus
Yang dimaksudkan dengan angkutan barang umum ialah angkutan barang
pada umumnya, yaitu barang yang tidak berbahaya dan tidak memerlukan sarana
13
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, h. 156
14
PP No. 74 Tahun 2014

15
PP No. 74 Tahun 2014
16
Pasal 160 UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

10
khusus.17 Sedangkan yang dimaksud dengan angkutan barang khusus adalah
angkutan yang membutuhkan mobil barang yang dirancang khusus untuk
mengangkut benda yang berbentuk curah, cair, dan gas, peti kemas, tumbuhan,
hewan hidup, dan alat berat serta membawa barang berbahaya, antara lain:18
a. barang yang mudah meledak;
b. gas mampat, gas cair, gas terlarut pada tekanan atau temperatur tertentu;
c. cairan mudah menyala;
d. padatan mudah menyala;
e. bahan penghasil oksidan;
f. racun dan bahan yang mudah menular;
g. barang yang bersifat radioaktif; dan
h. barang yang bersifat korosif
Berdasarkan ketentuan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014
tentang Angkutan Jalan (PP No. 74/2014) disebutkan bahwa:
1. Angkutan barang dengan menggunakan Kendaraan Bermotor wajib
menggunakan Mobil Barang.
2. Dalam hal memenuhi persyaratan teknis, Angkutan barang dengan Kendaraan
Bermotor dapat menggunakan Mobil Penumpang, Mobil Bus, atau sepeda
motor.
3. Persyaratan teknis untuk mobil penumpang dan mobil bus meliputi:
a. tersedia ruang muatan dan/atau tempat muatan yang dirancang khusus;
b. barang yang diangkut sesuai dengan ruang muatan; dan
c. jumlah barang yang diangkut tidak melebihi daya angkut sesuai dengan
tipe kendaraannya.
Selain itu ketentuan Pasal 60 PP No. 74/2014 menyebutkan juga bahwa
Pengemudi dan/atau Perusahaan Angkutan Umum barang wajib mematuhi
ketentuan mengenai:
a. Tata cara pemuatan;
b. Daya angkut;
c. Dimensi kendaraan; dan
d. Kelas jalan yang dilalui.
17
Penjelasan pasal 160 huruf a UU No. 22 tahun 2009
18
Penjelasan pasal 160 huruf b UU No. 22 tahun 2009

11
Daya angkut tersebut ditetapkan berdasarkan jumlah berat yang diizinkan
dan/atau jumlah berat kombinasi yang diizinkan.19
Adapun pengaturan mengenai kelas jalan , yaitu:20
1. jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu)
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan
muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton;
2. jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua
ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas
ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter,
dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton;
3. jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua
ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu)
milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan
muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton;
4. jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran
panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi
4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari
10 (sepuluh) ton.
Muatan yang diangkut tidak boleh melebihi daya angkut dari kendaraan itu
sendiri. Apabila misalnya muatan yang diangkut tersebut bahkan 5% (lima
persen) melebihi kapasitas (over capacity) dari kendaraan angkutan itu sendiri
maka petugas yang berwenang dapat melarang pengemudi untuk meneruskan
perjalanan. Hal ini dijelaskan dalam ketentuan Pasal 70 ayat (3) PP No. 74/2014:
“Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melarang pengemudi meneruskan perjalanan apabila pelanggaran berat muatan

19
Pasal 61 ayat (2) PP No. 74 tahun 2014 tentang angkutan jalan
20
Pasal 19 ayat (2) UU No. 22 tahun 2009

12
melebihi 5% (lima persen) dari daya angkut Kendaraan yang ditetapkan dalam
buku uji”
Tata cara pengangkutan barang diatur di dalam Keputusan Menteri
Perhubungan No. KM.69 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Angkutan Barang
di Jalan, dimana dalam Pasal 7-Pasal 10 Kepmenhub No. 69 tahun 1993 diatur
mengenai tata cara Pengangkutan Barang Umum, yakni antara lain:
1. Menaikkan dan/atau menurunkan barang umum harus:21
a. dilakukan pada tempat-tempat yang tidak mengganggu keamanan,
kelancaran dan ketertiban lalu lintas.
b. pemuatan barang umum dalam ruangan kendaraan pengangkutnya harus
ditutup dengan bahan yang tidak mudah rusak dan diikat dengan kuat.
2. Barang umum yang menonjol melampaui bagian terluar belakang mobil
barang tidak boleh melebihi 2.000 milimeter.22 Bagian yang menonjol lebih
dari 1.000 milimeter, harus diberi tanda yang dapat memantulkan cahaya
yang ditempatkan pada ujung muatan.23 Apabila barang umum yang menonjol
menghalangi lampu-lampu atau pemantul cahaya, maka pada ujung muatan
tersebut ditambah, lampu-lampu dan pemantul cahaya.24
3. Pemuatan barang umum dalam ruang muatan mobil barang harus disusun
dengan baik sehingga beban terdistribusi secara proporsional pada sumbu-
sumbu kendaraan.25
Perusahaan angkutan umum yang menyelenggarakan angkutan orang
dan/atau barang harus berbentuk badan hukum Indonesia, yakni antara lain
berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik daerah
(BUMD), perseroan terbatas (PT), atau koperasi.26
G. Kewajiban dan Hak Pengangkut dan Penumpang dalam Pengangkutan
Kewajiban dan hak timbal balik pihak-pihak timbul karena peristiwa hukum
berupa perbuatan, kejadian, atau keadaan. Peristiwa hukum tersebut dapat berasal
dari perjanjian atau undang-undang. Hubungan kewajiban dan hak timbal balik

21
Pasal 7 Kepmenhub No. 69 tahun 1993 tentang penyelenggaraan angkutan barang di jalan
22
Pasal 8 ayat (1) Kepmenhub No. 69 tahun 1993
23
Pasal 8 ayat (2) Kepmenhub No. 69 tahun 1993
24
Pasal 9 Kepmenhub No. 69 tahun 1993
25
Pasal 10 ayat (1) Kepmenhub No. 69 tahun 1993
26
Pasal 79 PP No. 74 tahun 2014

13
antara pengangkut dan penumpang atau pengirim terjadi karena perbuatan,
kejadian, atau keadaan dalam proses pengangkutan.
Kewajiban perusahaan pengangkutan umum27
Menurut ketentuan undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas
dan pengangkutan jalan, pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor wajib
umum wajib menggunaan bermotor umum penumpang, yaitu kendaraan bermotor
umum yang dipergunakan untuk mengangkut penumpang, baik dengan maupun
tanpa bagasi. Kendaraan ini terutama diperuntukkan untuk menjaga keselamatan
dan kenyamanan penumpang. Demikian juga pengangkutan barang dengan
kendaraan bermotor wajib menggunakan kendaraan bermotor umum barang, yaitu
kendaraan bermotor yang penggunaannya untuk mengangkut barang.
Pengangkutan orang atau barang dengan memungut bayaran hanya dilakukan
dengan kendaraan bermotor umum.
Perusahaan pengangkutan umum wajib mengangkut orang dan/atau barang
setelah disepakati perjanjian pengangkutan dan/atau dilakukan pembayaran biaya
pengangkutan oleh orang dan/atau pengirim barang (pasal 186). Karcis
penumpang atau surat pengangkutan barang merupakan tanda bukti telah terjadi
perjanjian pengangkutan dan pembayaran biaya pengangkutan. Kewajiban utama
pengangkut adalah mengangkut penumpang atau barang serta menerbitkan
dokumen pengangkutan dan sebagai imbalan haknya memperoleh biaya
pengangkutan dari penumpang atau pengirom barang. Pihak-pihak dapat juga
memperjanjikan bahwa di samping kewajiban utama, pengangkut mempunyai
kewajiban pelengkap, yaitu:
1. Menjaga serta merawat penumpang dan memelihara barang yang diangkut
dengan sebaik-baiknya.
2. Melepaskan atau menurunkan penumpang di tempat pemberhentian atau di
tempat tujuan dengan aman dan selamat.
3. Menyerahkan barang yang diangkut kepada penerima dengan utuh, lengkap,
tidak rusak, atau tidak terlambat.
Perusahaan pengangkutan umum wajib mengembalikan biaya pengangkutan
yang telah dibayar oleh penumpang dan/atau pengirim barang jika terjadi

27
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, h. 152-153

14
pembatalan pemberangkatan (pasal 187). Perusahaan pengangkutan umum wajib
mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim barang karena
lalai dalam melaksanakan pelayanan pengangkutan (pasal 188). Untuk itu,
perusahaan pengangkutan umum wajib mengansurasikan tanggung jawabnya
guna mencegah kemungkinan timbul kerugian dalam hal terjadi musibah.
Perusahaan pengangkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang
diakibatkan oleh segala perbuataan orang yang dipekerjaan dalam kegiatan
penyelenggaraan pengangkutan (pasal 191).
Perusahaan pengangkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang
diakibatkan oleh segala perbuataan orang yang dipekerjaan dalam kegiatan
penyelenggaraan pengangkutan (pasal 191).
Perusahaan pengangkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang
diderita oleh penumpang yang meninggal dunia atau luka akibat penyelenggaraan
pengangkutan, kecuali disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah
atau dihindari atau karena kesalahan penumpang. Kerugian yang dimaksud
dihitung berdasarkan kerugian yang nyata-nyata dialami atau bagian biaya
pelayanan. Tanggung jawab tersebut dimulai sejak penumpang diangkut dan
berakhir di tempat tujuan yang disepakati. Pengangkut tidak bertanggung jawab
atas kerugian barang bawaan penumpang, kecuali jika penumpang dapat
membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian
pengangkut (pasal 192).
Perusahaan pengangkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang
diderita oleh pengirim barang arena barang musnah, hilang, atau rusak akibat
suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau kesalahan pengirim.
Kerugian sebagaimana dimaksud tersebut dihitung berdasarkan pada kerugian
yang nyata-nyata dialami. Tanggung jawab yang dimaksud dimulai sejak barang
diangkut sampai barang barang diserahkan di tempat tujuan yang disepakati.
Perusahaan pengangkutan umum tidak bertanggung jawab jika disebabkan oleh
pencantuman keterangan yang tidak sesuai dengan surat muatan pengangkutan
barang (pasal 193).
Perusahaan pengangkutan umum tidak bertanggung jawab atas kerugian
yang diderita oleh pihak ketiga, kecuali jika pihak ketiga dapat membuktikan

15
bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh perusahaan pengangkutan umum. Hak
untuk mengajukan keeratan dan permintaan ganti kerugian pihak ketiga kepada
perusahaan pengangkutan umum seperti dimaksud di atas disampaikan selambat-
lambatnya tiga puluh hari terhitung mulai tanggal terjadinya kerugian (pasal 194).
Hak Perushaan Pengangkutan Umum28
Menurut ketentuan Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas
dan pengangkutan jalan, perusahaan pengangkutan umum berhak untuk menahan
barang yang diangkut jika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban
dalam batas waktu yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian pengangkutan.
Perusahaan pengangkutan umum berhak memungut biaya tambahan atas barang
yang disimpan dan tidsk diambil sesuai dengan persepakatan. Perusahaan
pengangkutan umum berhak menjual barang yang diangkut secara lelang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jika pengirim atau penerima
tidak memenui kewajiban sesuai dengan persepakatan sebagaimana dimaksud di
atas (pasal 195).
Jika barang yang sudah diangkut tidak diambil oleh pengirim atau penerima
sesuai dengan batas waktu yang telah disepakati, perusahaan pengangkutan umum
berhak memusnahkan barang yang sifatnya berbahaya atau mengganggu dalam
penyimpanannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan (pasal 196).
Perusahaan pengangkutan umum berhak memperoeh kembali dokumen
pengangkutan dari penumpang dan/atau pengirim barang sebagai bukti bahwa
biaya pengangkutan memang sudah dibayar lunas sebelumnya dan sudah
dikembalikan kepada penumpang atau pengirim.
Di samping itu, dapat diperjanjikan pula bahwa perusahaan pengangkutan
umum berhak menolak mengangkut barang yang dilarang undang-undang atau
membahayakan ketertiban dan kepentingan umum. Barang yang dilarang itu
misalnya barang selundupan, petasan, berbagai jenis narkotik, ecstacy, minumam
keras, ataupun hewan yang dilindungi.
Kewajiban dan hak penumpang
Kewajiban penumpang antara lain menyerahkan ongkos yang disepakati
serta menyerahkan barang yang dikirim pada alamat dan tujuan dengan jelas, 29
28
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, h. 153-154
29
Soegijatna Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, h. 67

16
menjaga kelestarian bidang lalu lintas dan angkutan jalan, melakukan kewajiban
perjanjian.
Hak penumpang menurut Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah meliputi:
1. Mendapat fasilitas Terminal (Pasal 33-34)
2. Mendapat subsidi untuk penumpang umum dengan tarif kelas ekonomi pada
trayek tertentu (Pasal 185)
3. Diangkut sesuai perjanjian (Pasal 186)
4. Mendapat pengembalian biaya angkutan yang telah dibayar jika terjadi
pembatalan pemberangkatan (Pasal 187)
5. Mendapat ganti kerugian yang diderita jika pengangkut lalai dalam
melaksanakan pelayanan angkutan. (Pasal 188)
6. Mendapat perlakuan khusus bagi penyandang cacat, manusia usia lanjut,
anak-anak, wanita hamil, dan orang sakit (Pasal 242)
Sedangkan hak penumpang menurut Keputusan Menteri Pasal 84 (KM No.
35 tahun 2003 tentang penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan
kendaraan umum) adalah:
1. Penumpang kendaraan umum berhak diberi tanda bukti atas pembayaran
biaya angkutan yang telah disepakati.
2. Bagi penumpang yang telah diberikan tanda bukti pembayaran, berhak
mendapatkan pelayanan sesuai dengan perjanjian yang tercantum dalam tanda
bukti pembayaran.
3. Bagi penumpang yang telah memiliki bukti pembayaran dan/atau telah
membayar biaya angkutan, tidak dibenarkan dibebani biaya tambahan atau
kewajiban lainnya di luar kesepakatan.
4. Penumpang berhak atas penggunaan fasilitas bagasi yang tidak dikenakan
biaya maksimal 10 kg per penumpang, kelebihan bagasi diatur sesuai
perjanjian operator dengan penumpang.
H. Tanggung Jawab Pengangkut dalam Pengangkutan30
Perusahaan pengangkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang
diderita oleh penumpang, pengirim, atau pihak ketiga karena kelalaiannya dalam

30
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, h. 154-155

17
melaksanakan pelayanan pengangkutan. Selama pelaksanaan pengangkutan,
keselamatan penumpang atau barang yang diangkut pada dasarnya berada pada
tanggung jawab perusahaan pengangkutan umum. Jadi, sudah sepatutnya apabila
kepada perusahaan pengangkutan umum dibebankan tanggung jawab terhadap
setiap kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim yang timbul karena
pengangkutan yang dilakukannya. Dengan beban tanggung jawab ini, pengangkut
didorong supaya berhati-hati dalam melaksanakan pengangkutan. Untuk
mengantisipasi tanggung jawab yang mungkin timbul, perusahaan pengangkutan
umum wajib mengasuransikan tanggung jawabnya.
Tanggung jawab perusahaan pengangkutan umum terhadap penumpang
dimulai sejak diangkutnya penumpang sampai di tempat tujuan yang telah
disepakati. Demikian juga halnya dengan tanggung jawab terhadap pemilik
barang (pengirim) dimulai sejak barang diterima untuk diangkut sampai
diserahkannya barang kepada pengirim atau penerima. Besarnya ganti kerugian
adalah sebesar kerugian yang secara nyata diderita oleh penupang, pengirim
barang, atau pihak ketiga. Kerugian secara nyata ini adalah ketentuan kontrak
yang tidak boleh dilanggar oleh pengangkut yang menguntungkannya karena
ketentuan ini bersifat memaksa (dwingend recht). Tidak termasuk kerugian yang
diderita antara lain:
1. Keuntungan yang diharapkan akan diperoleh;
2. Kekurangnyamanan akibat kondisi jalan atau jembatan yang dilalui selama
dalam perjalanan; dan
3. Biaya atas pelayanan yang sudah dinikmati.
Pengemudi dan pemilik kendaraan bertangung jawab terhadap kendaraan
berikut muatannyayang ditinggalkan di jalan. Ini dapat diartikan jika muatan
(penumpang dan barang) yang ditinggalkan di jalan itu menderia kerugian,
pengemudi dan pemilik kendaraan wajib membayar ganti kerugian bersama-sama
secara tanggung renteng.
Secara ringkas, tanggung jawab pengangkut yang diatur dalam Undang
Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Jalan Raya, meliputi:
1. Tanggung jawab terhadap kerugian yang diderita penumpang/pemilik
barang/pihak ketiga (karena kelalaian pengemudi)

18
2. Tangggung jawab kerusakan jalan/perlengkapan jalan (karena
kelalaian/kesalahan pengemudi)
3. Memberikan bantuan kepada ahli waris korban berupa biaya pengobatan
atau pemakaman apabila korban meninggal dunia
4. Bantuan kepada korban untuk pengobatan apabila korban cidera
badan/kersehatan
Ketentuan tanggung jawab diatas tidak berlaku apabila:
1. Adanya keadaan memaksa yang tidak dapat dihindari oleh pengemudi
2. Disebabkan oleh perilaku korban sendiri/pihak ketiga
3. Disebabkan oleh gerakan orang/hewan (walau telah diambil tindakan
pencegahan)
I. Analisis Implementasi Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dan
Perlakuan Khusus
Dalam makalah ini, penulis menganalisis implementasi standar pelayanan
minimal angkutan orang dan perlakuan khusus di angkutan bus antar kota dari PO
Bagong trayek Malang-Jombang. Perusahaan Otobus (PO) Bagong sudah ada
sejak tahun 1994. Kantor pusat PO Bagong terletak di Jalan Panglima Sudirman 8
Kepanjen, Malang. Sebagai salah satu angkutan penumpang, bus bagong wajib
memenuhi standar pelayanan minimal sesuai ketentuan pasal 141 ayat (1) UU
nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, yang meliputi:
Keamanan; Keselamatan; Kenyamanan; Keterjangkauan; Kesetaraan; dan
Keteraturan.
Berdasarkan aspek keamanan, bus bagong telah mempuyai identitas
kendaraan berupa nomor kendaraan dan nama trayek berupa stiker yang ditempel
di bagian depan kendaraan. Untuk identitas awak kendaraan, pengemudi sudah
mengenakan pakaian seragam dan mempunyai id card, namun untuk kondektur
belum mengenakan pakaian seragam maupun id card. buds bagong juga sudah
mempunyai lampu penerangan yang berfungsi sebagai sumber cahaya di dalam
bus untuk memberikan keamanan bagi penumpang. Bus bagong juga sudah
menggunakan kaca film sebagai lapisan pada kaca kendaraan guna mengurangi
cahaya matahari secara langsung. Akan tetapi, bus bagong belum dilengkapi

19
dengan lampu isyarat tanda bahaya, padahal lampu ini sangat penting untuk
memberikan informasi apabila terjadi bahaya seperti kecelakaan.
Berdasarkan aspek keselamatan, semua driver bus bagong yang akan
bekerja harus menjalani proses test kelayakan menjalankan unit dan juga cek
laboratorium yang meliputi kesehatan calon pekerja, sehingga awak kendaraan
memenuhi Standar Operasional Prosedur (SOP) pengoperasian kendaraan. Di
bagian dinding bus terdapat stiker lulus uji kelaikan bus, yang menandakan bahwa
bus layak untuk digunakan. Selain itu, bis juga dilengkapi dengan peralatan
keselamatan yang dipasang di tempat yang mudah dicapai beserta tata cara
penggunaannya, seperti palu pemecah kaca, alat pemadam api ringan, dan alat
penerangan. Bus juga mempuyai fasilitas kesehatan berupa perlengkapan
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Akan tetapi, bus tidak diengkapi
dengan Sabuk keselamatan minimal 2 (dua) titik (jangkar) pada semua tempat
duduk. Juga sering kali jam kerja untuk awak kendaraan tidak teratur, jam
istirahat pengemudi biasanya hanya pada saat bus berhenti di halte.
Berdasarkan aspek kenyamanan, kondisi bus yang berbentuk tambun
layaknya bagong, memberikan ruang yang lebih luas di dalamnya. Bus juga
dilengkapi dengan TV Flat ukuran 29 beserta sound untuk audio visual yang
memenuhi standar. Selain itu bus juga dilengkapi dengan alat pengatur suhu
ruangan berupa AC. Bagi penumpang berdiri, bus menyediakan fasilitas pegangan
(handgrip). Namun, mengenai daya angkut bus, seringkali bus mengangkut
penumpang melebihi kapasitasnya. Hal ini tentunya dapat mengurangi
kenyamanan penumpang. Selain itu bus juga tidak menyediakan fasilitas
kebersihan seperti tempat sampah.
Berdasarkan aspek keterjangkauan, tersedia integrasi trayek pengumpan
berupa kemudahan penumpang memperoleh angkutan umum dengan trayek
berkelanjutan. Ada angkutan umum lain mempermudah akses berkelanjutan bagi
penumpang, seperti angkot maupun ojek sepeda motor. Selain itu tarif bus yang
ditawarkan untuk jarak Malang-Jombang sebesar Rp. 22.000,00 untuk bus non
ekonomi, cukup terjangkau bagi masyarakat.
Berdasarkan aspek kesetaraan, bus bagong belum menyediakan kursi
prioritas yang diperuntukkan bagi penyandang cacat, lanjut usia, dan ibu hamil.

20
Bus juga belum menyediakan tangga khusus maupun ruang khusus untuk kursi
roda, hal ini dikarenakan jenis kendaraan angkutan umum yang digunakan
berjenis kendaraan ukuran kecil.
Berdasarkan aspek keteraturan, bus bagong masih belum bisa memenuhi
aspek ini. Misalnya untuk waktu yang dibutuhkan penumpang untuk menunggu
kedatangan bus tidak tentu. Standar waktu tunggu adalah 10 menit, namun kadang
waktu yang dibutuhkan untuk menunggu kedatangan bis bisa lebih dari 10 menit.
Selain itu, untuk untuk kecepatan rata-rata kendaraan juga masih belum teratur.
Namun, untuk aspek ketepatan waktu kedatangan dan keberangkatan bus sudah
cukup teratur. Sedangkan untuk sistem pembayaran, bus bagong menggunakan
sistem pembayaran manual dan transparan demi mempermudah pengguna jasa
untuk transaksi.
Berdasarkan analisis di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa bus bagong
belum sepenuhnya mengimplementasikan standar pelayanan minimal angkutan
orang dan perlakuan khusus.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut,
1. Pengertian angkutan menurut pasal 1 ayat (3) UU nomor 22 tahun 2009
adalah “perpindahan orang dan/ atau barang dari satu tempat ke tempat lain
dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan”. Menurut
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor. 35 Tahun 2003 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum,
angkutan adalah “perpindahan orang dan/ atau barang dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan kendaraan”.
Menurut Undang-Undang No.7 LN 1951 –No. 42, yang diartikan dengan
kendaraan umum ialah mobil penumpang (bus), gerobak (truk) mobil-mobil
tangki, termasuk mobil gandengan, yang digerakkan dengan kekuatan mesin,
yaitu dipergunakan untuk transportasi angkutan penumpang/barang yang pada
umumnya dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan transport ordenemer.
Arti kendaraanumum pada pasal 1 ayat 5 ialah digunakan mengangkut
barang dan orang dengan mendapatkan upah/sewa jasa produksi, berdasarkan
perjanjian pengangkutan.
2. Pemberian Izin operasi terhadap angkutan darat melalui jalan umum terdapat
pada pasal 173 UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
jalan, serta Keputusan menteri perhubungan pasal 64 No. 35 tahun 2003.
Pasal 173 UU No. 20 tahun 2009:
Perusahaan angkutan umum wajib memiliki:
a. Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek
b. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek
c. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat
3. Angkutan orang dengan kendaraan umum terdapat pada pasal 1 ayat 1 dan 3
keputusan menteri nomor 35 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan
Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum, angkutan adalah “perpindahan

22
orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan”.
4. Tujuan pengaturan lalu lintas dan angkutan jalan dapat dilihat dalam Pasal 3
UU No. 22 Tahum 2009 yang pada pokoknya agar terwujudnya pelayanan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan
terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian
nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan
kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa.
5. Perusahaan angkutan umum wajib memberi perlakuan khusus dengan
menyediakan alat bantu yang memudahkan para penyandang cacat. Terutama,
fasilitas untuk naik dan turun kendaraan dan penyediaan tempat duduk
prioritas. Fasilitas serupa juga wajib diberikan kepada manusia usia lanjut,
anak-anak, wanita hamil, dan orang sakit. Ketentuan ini tercantum dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan pasal 97
dan 98. 
6. Angkutan barang dengan kendaraan bermotor umum terdiri atas angkutan
barang umum untuk barang yang tidak berbahaya, dan angkutan barang
khusus untuk angkutan yang membutuhkan mobil barang yang dirancang
khusus untuk mengangkut benda yang berbentuk curah, cair, dan gas, peti
kemas, tumbuhan, hewan hidup, dan alat berat serta membawa barang
berbahaya.
7. Kewajiban utama pengangkut adalah mengangkut penumpang atau barang
serta menerbitkan dokumen pengangkutan. Kewajiban pelengkap pengangkut
adalah Menjaga serta merawat penumpang dan memelihara barang yang
diangkut dengan sebaik-baiknya, menurunkan penumpang di tempat
pemberhentian atau di tempat tujuan dengan aman dan selamat, dan
menyerahkan barang yang diangkut kepada penerima dengan utuh, lengkap,
tidak rusak, atau tidak terlambat. Kewajiban penumpang antara lain
membayar tarif angkutan, menjaga kelestarian bidang lalu lintas dan angkutan
jalan, melakukan kewajiban perjanjian. Hak pengangkut diantaranya menahan
barang yang diangkut jika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban
dalam batas waktu yang ditentukan sesuai perjanjian. Memungut biaya

23
tambahan atas barang yang disimpan dan tidak diambil sesuai dengan
kesepakatan. Menjual barang yang diangkut secara lelang jika pengirim atau
penerima tidak memenui kewajiban sesuai dengan persepakatan,
memusnahkan barang yang sifatnya berbahaya atau mengganggu dalam
penyimpanannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, memperoeh
kembali dokumen pengangkutan dari penumpang dan/atau pengirim barang
sebagai bukti bahwa biaya pengangkutan memang sudah dibayar lunas
sebelumnya dan sudah dikembalikan kepada penumpang atau pengirim, dan
menolak mengangkut barang yang dilarang undang-undang atau
membahayakan ketertiban dan kepentingan umum. Sedangkan Kewajiban
penumpang Kewajiban penumpang antara lain membayar tarif angkutan,
menjaga kelestarian bidang lalu lintas dan angkutan jalan, melakukan
kewajiban perjanjian. Hak penumpang diantaranya mendapat fasilitas
Terminal, mendapat subsidi, diangkut sesuai perjanjian, mendapat
pengembalian biaya angkutan yang telah dibayar jika terjadi pembatalan
pemberangkatan, mendapat ganti kerugian yang diderita jika pengangkut lalai
dalam melaksanakan pelayanan angkutan dan mendapat perlakuan khusus
bagi penyandang cacat, manusia usia lanjut, anak-anak, wanita hamil, dan
orang sakit, diberi tanda bukti atas pembayaran biaya angkutan yang telah
disepakati.
8. Perusahaan pengangkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang
diderita oleh penumpang, pengirim, atau pihak ketiga karena kelalaiannya
dalam melaksanakan pelayanan pengangkutan. Tanggung jawab perusahaan
pengangkutan umum terhadap penumpang dimulai sejak diangkutnya
penumpang sampai di tempat tujuan yang telah disepakati.
9. Angkutan umum yang penulis analisis belum sepenuhnya
mengimplementasikan standar pelayanan minimal angkutan orang dan
perlakuan khusus.

24
25
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung: PT Citra Aditya


Bakti. 2013

Nasution, Krisnadi. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Bus Umum.


Jurnal Ilmu Hukum: DIH. Agustus 2012, vol. 8, No. 16

Purwosutjipto, H.M.N. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3 Hukum


Pengangkutan. Jakarta: Djambatan. 1981

Tjakranegara, Soegijatna. Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang.


Jakarta: PT Rineka Cipta. 1995

Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2014 tentang


Angkutan Jalan. Lembaran Negara RI Tahun 2014.

Republik Indonesia. 2013. Lampiran Permenhub No. 98 tahun 2013 tentang


Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor
Umum dalam Trayek. Lembaran Negara RI Tahun 2013.

Republik Indonesia. 2015. Lampiran Permenhub No. 29 Tahun 2015 tentang


tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 98
Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan
Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek. Lembaran Negara RI Tahun
2015.

Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu


Lintas dab Angkutan Umum (LLAJ). Lembaran Negara RI Tahun 2009.

Republik Indonesia. 1993. Kepmenhub No. 69 tahun 1993 tentang


Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan. Lembaran Negara RI Tahun
1993.

26

Anda mungkin juga menyukai