Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, Tuhan semesta alam yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang tidak lupa saya panjatkan puja dan puji syukur
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada
kita. Tidak lupa juga sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa ita dari zaman jahiliyyah ke zama yang
benar yakni Addinul Islam, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Badan Usaha Milik Negara (BUMN)”

Dalam penyusunan makalah ini kami telah beruaha semaksimal mungkin


serta telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami banyak menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam makalah ini, oleh
ebab itu kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Tak lupa kami mengucapakan terimakasih kepada dosen mata kuliah yang telah
bersedia memberikan ilmunya kepada kita semua.

Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada penulis dan pembaca.

Malang, 05 Desember 2017

Penyusun

1
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Perkenomian merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan untuk
keberlanjutan sebuah kehidupan. Baik itu berupa perorangan, komunitas atau
bahkan sebuah negara. Ekonomi dipandang sebagai aspek wajib yang menopang
kehidupan perorangan, komunitas atau negara. Oleh karenanya diperlukan sebuah
upaya untuk terus dapat memutarkan ekonomi. Dalam kehidupan sehari-hari bagi
orang perorangan, ekonomi memenuhi kebutuhan masyarakat luas seperti
kebutuhan pokok, sandang pangan papan misalnya. Orang harus berupaya atau
memiliki usaha untuk mendapatkan pendapatan dan dapat memutar
perekonomiannya secara individu atau bersama jika dia sudah berkeluarga.
Perekonomian di atas merupakan contoh dalam lingkup kecil. Adapaun
lingkup yang lebih luas atau skala yang lebih besar adalah sebuah sekumpulan
masyarakat atau orang yang memiliki visi misi yang sama dan memiliki ideologi
satu yang selanjutnya disebut negara.
Kehidupan berbangsa dan bernegara tidak lepas dari aspek ekonomi
pendapatan negara itu sendiri. Bagaimana sebuah negara dapat mendapatkan
perekonomian? Sama halnya orang perorangan, negara juga harus melakukan
sebuah usaha untuk mendapatkan penghidupannya.
Berbicara negara, berbicara mengenai suatu hal yang lebih besar dan lebih
makro dari pada sebuah orang perorangan, dan tentunya jika dikaitkan dengan
ekonomi jelas bahwa ekonomi pada tingkat negara ini harus memiliki sistem yang
terpadu yang memiliki manajemennya sendiri. Lantas bagaimana negara mengatur
atau melakukan usaha untuk melanjutkan kegiatan kenegaraannya dan rancangan
pembangunan tiap-tiap daerah? Bagaimana sebuah negara dapat bertahan dengan
usahanya sendiri? Apa saja jenis-jenis usaha yang dapat dilakukan oleh suatu
negara? Dalam bab ini kita akan membahas mengenai Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Apa itu BUMN dan bagaimana seluk beluk mengenai BUMN itu
sendiri.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian BUMN?
2. Apa saja jenis BUMN?
3. Bagaimana peran BUMN untuk Indonesia?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian BUMN
2. Menjelaskan Jenis-Jenis BUMN
3. Menjelaskan Peran BUMN bagi Indonesia

3
Pembahasan
A. Pengertian BUMN
Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.1
Menurut kepmen keuangan RI Nomor 740/KMK 00/1989 yang dimaksud
BUMN ialah:
Badan Usaha yang seluruh modalnya dimiliki negara (Pasal 1 ayat 2a).
Atau badan usaha yang tidak seluruh sahamnya dimiliki negara tetapi statusnya
disamakan dengan BUMN yaitu (Pasal 1 Ayat 2b): 1) BUMN yang merupakan
patungan antara pemerintah dengan pemerintah daerah; 2) BUMN yang
merupakan patungan antara pemerintah dengan BUMN lainnya; 3) BUMN yang
merupakan badan-badan usaha patungan dengan swasta nasional atau asing di
mana negara memiliki saham mayoritas minimal 51%.2
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan publik yang
memberi sumbangan bagi perkembangan ekonomi/pendapatan negara, perintis
kegiatan usaha dan penunjang kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan. Selain itu, BUMN juga merupakan alat untuk memupuk
keuntungan.BUMN dalam hal ini terdiri dari beberapa bentuk seperti Persero,
Perjan dan Perum.3
B. Jenis-Jenis BUMN
Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN
yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang
seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh
Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.4
Perusahaan Jawatan, yang selanjutnya disebut Perjan adalah bentuk
badan usaha milik negara yang seluruh modalnya dimiliki oleh pemerintah. Perjan

1
UU No. 19/2003 tentang BUMN
2
Pandji Anoraga,. BUMN Swasta dan Koperasi: Tiga Pelaku Ekonomi. (Jakarta: Pustaka Jaya.
1995) hal: 1
3
Sumardi Juajir, Hukum perusahaan transnasional dan franchise, (Makasar: Arus Timur, 2012)
hal. 78
4
UU No. 19/2003 tentang BUMN

4
ini berorientasi pelayanan pada masyarakat, Sehingga selalu merugi. Sekarang
sudah tidak ada perusahaan BUMN yang menggunakan model perjan karena
besarnya biaya untuk memelihara perjan-perjan tersebut sesuai dengan Undang
Undang (UU) Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN. Contoh Perjan: PJKA
(Perusahaan Jawatan Kereta Api) kini berganti menjadi PT.KAI5
Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang
seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan
untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu
tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan.6
C. Peran BUMN
Peranan BUMN dalam tata kelola ekonomi negara kita sering kali masih
diwarnai keraguan dalam penilaian mengenai peranan dan kontribusinya. Dari
satu pihak kita meletakkan harapan yang cukup besar mengenai apa yang dapat
dilakukan oleh BUMN, dengan memberikan pelopor dan pembina perusahaan
swasta, maupun sebagai pelaksana kebijaksanaan dalam pembangunan ekonomi,
dilain pihak kita masih sering mendengar bahwa BUMN tidak efisien, prestasinya
kurang memuaskan dan sebagainya. Menurut Riyanto (1992), fungsi dan peranan
BUMN di negara kita agak unik; di satu pihak dituntut sebagai badan usaha
pengemban kebijakan dan program-program pemerintah atau yang kita kenal
dengan kejutan sebagai agen pebangunan, dipihak lain harus tetap berfungsi
sebagai unit usaha komersial biasa dan mampu berjalan dan beroprasi berdasarkan
prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. Kedua fungsi ini sering kali tidak dapat
berjalan seiring atau saling menunjang dan bahkan tidak jarang justru malah
bertentangan.7 Selain itu peran BUMN yang penting, juga diungkapkan dalam
misi kementrian BUMN (Kementrian BUMN, Februari 2002), antara lain yaitu
(1) meningkatkan nilai perusahaan dengan melakukan restrukturisasi, privatisasi
dan kerjasama usaha antar BUMN berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat,
(2) meningkatkan daya saing melalui inovasi dan peningkatan efisiensi untuk
dapat menyediakan produk barang dan jasa yang berkualitas tinggi dengan harga
5
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_usaha diakses tanggal 04 Desember 2017
6
UU No. 19/2003 tentang BUMN
7
Pandji Anoraga,. BUMN Swasta dan Koperasi: Tiga Pelaku Ekonomi. (Jakarta: Pustaka Jaya.
1995) hal: 8

5
yang kompetitif serta pelayanan yang bermutu tinggi (3) meningkatkan kontribusi
BUMN kepada negara. Ini berarti misi dari BUMN adalah mencari laba dan
dengan demikian BUMN saat ini memiliki visi dan misi yang berorientasi pada
laba sebagaimana halnya pada visi dan misi perusahaan swasta.8
Dalam perkembangan selanjutnya, pendirian BUMN selain bertujuan
untuk memberi kontribusi pada pendapatan negara (national income), BUMN juga
mengemban misi untuk mengutamakan kepentingan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat sebesar-besarnya. Hal ini merupakan amanat konstitusi
negara yang tertuang dalam Pasal 33 UUD 1945.
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa pelaku
ekonomi nasional terdiri atas tiga bentuk usaha: swasta, BUMN dan koperasi.
Artinya, konstitusi memaklumatkan bahwa di Indonesia terdapat perusahaan-
perusahaan milik negara, atau Badan Usaha Milik Negara, disamping usaha
swasta dan koperasi. Eksistensi BUMN di Indonesia dimulai dari nasonalisasi
perusahaan-perusahaan Belanda yang sekiranya dapat memperbaiki perekonomian
Indonesia yang saat itu sedang mengalami keterpurukan.untuk itu dalam UUD
1945, BUMN dinilai sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional. Sejak saat itu
nasionalisasi mengakhiri dominasi ekonomi Belanda sekaligus menjadi titik awal
pembentukan BUMN Indonesia.
Pada seminar peranan BUMN dalam pelita IV yang diadakan di Jakarta
pada tanggal 14 Maret 1984, Menteri Keuangan Republik Indonesia
mengemukakan bahwa, seperti juga halnya dengan pelita I, II dan III, maka dalam
pelita IV BUMN tetap memegang peranan yang penting, terutama dibidang-
bidang dimana hak swasta tidak tertarik karena berbagai pertimbangan.
Sedangkan menurut Menteri keuangan (1989) mengemukakan bahwa BUMN
diharapkan berperan terutama (1) sebagai sumber penerimaan negara dalam
bentuk berbagai pajak serta balas jasa terhadap negara selaku pemilik; (2) untuk
memprodusi berbagai barang dan jasa kebutuhan masyarakat sesuai dengan
rencana-rencana yang tertuang dalam pelita IV, misalnya listrik, jasa
telekomunikasi dan perhubungan dan perumahan rakyat; (3) sebagai sumber
pendapatan devisa negara, misalnya perusahaan-perusahaan perkebunan dan
8
Moh. Wahyudin Zarkasyi, Good Corporate Governance: Pada Perusahaan Manufaktur,
Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya. (Bandung: Alfabeta. 2008) hal: 2.

6
pertambangan; (4) pembukaan lapangan kerja, terrutama pada sektor-sektor yang
padat-karya, misalnya perusahaan perkebunan dan industri; (5) usaha-usaha untuk
membantu golongan ekonomi lemah dan koperasi; (6) pengembangan wilayah di
luar Jawa dengan berbagai proyek dibidang perkebunan dan industri juga (7) hal
lain, misalnya pada bidang alih teknologi.9
Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan dapat diambil kesimpulan
bahwa peran BUMN selain sebagai sumber pendapatan negara yang juga
meningkatkan devisa negara, BUMN juga berperan sebagai penyedia produk
barang dan jasa yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif serta
pelayanan yang bermutu tinggi terutama untuk membantu kalangan ekonomi
rendah dan koperasi.
D. Kepengurusan BUMN
Sekalipun BUMN adalah milik Negara, akan tetapi pembinaan dan
pengelolaan BUMN tetap didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yangsehat.
Selain tunduk pada peraturan yang berlaku terhadap BUMN, para Direksi BUMN
juga berpegang teguh pada penerapan prinsip good corporategovernance, yaitu10 :
1. Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan
harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara
yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.
Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak
hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan,
tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh
pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara
benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku

9
Pandji Anoraga,. BUMN Swasta dan Koperasi: Tiga Pelaku Ekonomi. (Jakarta: Pustaka Jaya.
1995) hal: 5-6
10
Pedoman umum GOOD CORPORATE GOVERNANCE INDONESIA ; (dikeluarkan oleh :
Komite Nasional Kebijakan Governance: 2006) hal 5

7
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang
dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
4. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola
secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak
saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
E. Pengawasan BUMN
Pengawasan BUMN dilakukan oleh Komisaris dan Dewan Pengawas.
Komisaris adalah organ Persero yang bertugas melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan
Persero. Sedangkan Dewan Pengawas adalah organ Perum yang bertugas
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam
menjalankan kegiatan pengurusan Perum.
Komisaris dan Dewan Pengawas bertanggung jawab penuh atas
pengawasan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN. Dalam melaksanakan
tugasnya, Komisaris dan Dewan Pengawas harus mematuhi Anggaran Dasar
BUMN dan ketentuan peraturan perundangundangan serta wajib melaksanakan
prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas,
pertanggungjawaban, serta kewajaran.11

F. Kedudukan BUMN sebagai Bagian dari Keuangan Negara

11
UU No 19/2003 tentang BUMN

8
Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.12 Dan selanjutnya dijelaskan juga mengenai perusahaan
negara yakni, perusahaan negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
modalnya dimiliki oleh pemerintah pusat13
Penelusuran tentang pengertian keuangan negara tidak ditemukan satu
pengertian yang dapat diterima bagi semua kalangan. Sebagai pedoman ada
beberapa definisi tentang keuangan negara:14
1. Menurut M. Ichwan
Keuangan negara adalah rencana kegiatan secara kuantitatif (dengan
angka-angka diantaranya diwujudkan dalam jumlah mata uang), yang akan
dijalankan untuk masa mendatang, lazimnya satu tahun mendatang.
2. Menurut Geodhart
Keuangan negara merupakan keseluruhan undang-undang yang ditetapkan
secara periodik yang memberikan kekuasaan pemerintah untuk melaksanakan
pengeluaran mengenai periode tertentu dan menunjukan alat pembiayaan yang
diperlukan untuk menutup pengeluaran tersebut.
3. Menurut Van der Kemp
Keuangan negara adalah semua hak yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu (baik berupa uang ataupun barang) yang dapat
dijadikan milik negara berhubungan dengan hak-hak tersebut.
Ruang lingkup keuangan negara yang pada prinsipnya adalah meliputi
penerimaan dan pengeluaran negara maupun daerah. Dengan prinsip tersebut
ruang lingkup keuangan negara diperluas terutama yang menyangkut kekayaan
negara yang dikelola pihak lain termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perusahaan negara sebagaimana terdapat di Pasal 2 huruf g Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Selanjutnya disebut UU
Keuangan Negara).15

12
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
13
Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
14
W. Riawan Tjandra, Hukum Keuangan Negara (Jakarta: Grasindo, 2006), hlm. 1.
15
Gatot Supramono, Hukum Uang Di Indonesia (Bekasi: Gramata Publishing, 2014), hlm. 172-
173.

9
Pasal 1 angka 2 UU BUMN menyatakan bahwa perusahaan persero
(Persero) adalah BUMN yang berbentuk perseroan terabatas yang modalnya
terbagi atas saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen)
sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya
mencari keuntungan. Selanjutnya menurut Pasal 11 UU BUMN, terhadap persero
berlaku ketentuan Undang-Undang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
(sekarang Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas).
Berdasarkan Pasal 7 ayat (6) Undang-Undang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas, BUMN persero memperoleh status badan hukum setelah akte
pendiriannya disahkan oleh menteri kehakiman. Karakteristik suatu badan hukum
adalah pemisahan harta kekayaan badan hukum dari harta kekayaan pemilik dan
pengurusnya. Dengan demikian kekayaan BUMN Persero adalah sebagai badan
hukum bukanlah kekayaan negara.
Pemisahaan kekayaan negara untuk dijadikan penyertaan modal negara ke
dalam modal BUMN hanya dapat dilakukan dengan cara penyertaan langsung
negara ke dalam BUMN. Untuk memonitor dan penatausahaan kekayaan negara
yang tertanam pada BUMN dan perseroan terbatas, termasuk penambahan dan
pengurangan dari kekayaan negara tersebut serta perubahan struktur kepemilikan
negara sebagai akibat adanya pengalihan saham milik negara atau penerbitan
saham baru yang tidak diambil bagian oleh negara, perlu ditetapkan dengan
peraturan pemerintah.
Maksud dari dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (selanjutnya disebut APBN) untuk dijadikan
penyertaan modal negara pada BUMN untuk selanjutnya pembinaan dan
pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, namun pembinaan dan pengelolaannya berdasarkan prinsip-
prinsip perusahaan yang sehat. Termasuk dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, yaitu meliputi pula proyek-proyek Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang dikelola oleh BUMN dan/atau piutang negara pada BUMN
yang dijadikan sebagai penyertaan modal negara.

10
Penutup
A. Kesimpulan
Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara

11
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan publik yang
memberi sumbangan bagi perkembangan ekonomi/pendapatan negara, perintis
kegiatan usaha dan penunjang kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan. Selain itu, BUMN juga merupakan alat untuk memupuk
keuntungan.BUMN dalam hal ini terdiri dari beberapa bentuk seperti Persero,
Perjan dan Perum.
Peranan BUMN dalam tata kelola ekonomi negara kita sering kali masih
diwarnai keraguan dalam penilaian mengenai peranan dan kontribusinya. Dari
satu pihak kita meletakkan harapan yang cukup besar mengenai apa yang dapat
dilakukan oleh BUMN, dengan memberikan pelopor dan pembina perusahaan
swasta, maupun sebagai pelaksana kebijaksanaan dalam pembangunan ekonomi,
dilain pihak kita masih sering mendengar bahwa BUMN tidak efisien, prestasinya
kurang memuaskan dan sebagainya. Menurut Riyanto (1992), fungsi dan peranan
BUMN di negara kita agak unik; di satu pihak dituntut sebagai badan usaha
pengemban kebijakan dan program-program pemerintah atau yang kita kenal
dengan kejutan sebagai agen pebangunan, dipihak lain harus tetap berfungsi
sebagai unit usaha komersial biasa dan mampu berjalan dan beroprasi berdasarkan
prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.
Pengawasan BUMN dilakukan oleh Komisaris dan Dewan Pengawas.
Komisaris adalah organ Persero yang bertugas melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan
Persero. Sedangkan Dewan Pengawas adalah organ Perum yang bertugas
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam
menjalankan kegiatan pengurusan Perum.
B. Saran
Sebagai Badan Usaha Milik Negara, sudah seharusnya BUMN memiliki
sistem yang terstruktur rapi dalam implementasi sehari-harinya. Untuk
meningkatkan kinerja BUMN sebenarnya mudah. perbaiki dulu Good Corporate
Governance (tata kelola yang baik), perbaiki mekanisme seleksi, perbaiki
mekanisme pengawasan terhadap BUMN, berikan remunerasi yang setimpal

12
berbasis kinerja, perbaiki management people-nya ke arah peningkatan
kualitasnya, dan melakukan benchmark dengan perusahaan yang sama, dengan
demikian perkembangan BUMN akan lebih cepat dan akan memberi dampak
yang positif bagi masyarakat.

Bibliography
Anoraga, Pandji. 1995. BUMN Swasta dan Koperasi: Tiga Pelaku
Ekonomi. (Jakarta: Pustaka Jaya)
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_usaha diakses tanggal 04 Desember
2017
Juajir, Sumardi, 2012, Hukum perusahaan transnasional dan franchise,
(Makasar: Arus Timur)
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara.

13
Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara.
Pedoman umum GOOD CORPORATE GOVERNANCE INDONESIA ;
(dikeluarkan oleh : Komite Nasional Kebijakan Governance: 2006)
Supramono, Gatot. 2014.Hukum Uang Di Indonesia (Bekasi: Gramata
Publishing)
Tjandra. W. Riawan, 2006, Hukum Keuangan Negara (Jakarta: Grasindo)
UU No. 19/2003 tentang BUMN
Zarkasyi, Moh. Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance: Pada
Perusahaan Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya. (Bandung:
Alfabeta)

14

Anda mungkin juga menyukai