Anda di halaman 1dari 4

PERSELISIHAN HASIL PEMILU DPR

1. Pemohon: menurut pasal 74 ayat (1) UU MK,yang menjadi pemohon dalam perkara PHPU
DPR adalah Partai Politik peserta pemilahan umum. Permohonan didasarkan kepada ketentuan
pasal 6 ayat (2),ayat (3),ayat (4) serta pasal 7 PMK Nomor 2 tahun 2018 tentang Pedoman
Beracara Dalam PHPU Anggota DPR,DPD,dan DPRD. Berikut penjelasan pasal-pasal tersebut:

Pasal 6 ayat 2,3,dan 4:

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam
Bahasa Indonesia yang ditanda tangani oleh Pemohon

(3) Dalam hal pengajuan permohonan, dikuasakan kepada kuasa hukum dan permohonan
tersebut ditandatangani oleh kuasa hukum

(4) Permohona sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) diajukan sebanyak 4 rangkap
yang salah satu rangkapnya asli

Pasal 7:

(1) Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dilakukan oleh DPP
Partai Politik peserta pemilu

(2) Pengajuan permohonan oleh DPP Partai Politik peserta pemilu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditandatangani oleh KETUM dan SEKJEN atau sebutan lainnya

Hal tersebut bertujuan agar para pemohon yang merupakan anggota partai politik atau pengurus
daerah dari partai politik tertentu tidak dapat secara langsung mengajukan permohonan tanpa
melalui pimpinan pusat partainya. Apabila hal tersebut tidak dipenuhi maka legal standing
pemohon akan dipertanyakan dan MK dapat memutuskan permohonan tidak dapat diterima.

2. Termohon: terkait termohon dalam PHPU diatur dalam pasal 3 ayat (2) PMK No 2 tahun
2018, yang menjadi termohon berdasarkan ketentuan tersebut adalah Komisi Pemilihan Umum
(KPU) yang merupakan lembaga penyelenggara pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan
mandiri

3. Pihak Terkait: pihak terkait dalam PHPU adalah orang yang berpendapat bahwa
kepentingannya terkait dengan permohonan pemohon. Berdasarkan ketentuan pasal 3 ayat (1)
dan ayat (2) PMK No 2 tahun 2018 menyatakan bahwa pihak terkait dalam PHPU DPR adalah
adalah partai politik peserta pemilu; perseorangan calon anggota DPR dalam satu partai politik
yang sama yang telah memperoleh persetujuan tertulis dari ketua umum dan sekertaris jenderal
dari parpol yang bersangkutan yang berkepentingan terhadap permohonan

4. Pemberi Keterangan: Dalam perubahan PMK Nomor 2 tahun 2018 terdapat istilah baru yaitu
“Pemberi Keterangan”, pihak yang menjadi pemberi keterangan yang dimaksud dalam pasal 29
PMK Nomor 2 tahun 2018 adalah Bawaslu dan/atau jajaranya secara berjenjang bertindak
sebagai pemberi keterangan dalam pemeriksaan perkara PHPU anggota DPR yang terkait dengan
permohonan yang diperiksa oleh Mahkamah Konstitusi

5. Objek Permohonan: pasal 5 PMK Nomor 2 tahun 2018 menyebutkan bahwa objek PHPU
DPR adalah keputusan KPU tentang penetapan perolehan suara hasil pemilu anggota DPR secara
nasional yang mempengaruhi perolehan kursi pemohon dan atau terpilihnya suatu calon anggota
DPR disuatu daerah pemilihan. Objectum litis permohonan adalah mengenai keberatan atas
perhitungan suara hasil pemilu anggota DPR yang ditetapkan secara nasional oleh KPU
berdasarkan keputusan KPU terkait penetapan dan pengumuman hasil pemilu DPR.

6. Tenggang Waktu PHPU DPR: menurut pasal 74 ayat (3) UU MK menyebutkan bahwa
permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3x24 jam sejak KPU
mengumumkan penetapan hasil pemilu secara nasional. Pasal 78 huruf b UU MK secara eksplisit
menentukan tenggang waktu putusan terkait dengan permohonan atas PHPU wajib diutus dalam
jangka waktu paling lambat 30 hari kerja sejak permohonan dicatat dalam buku registrasi perkara
konstitusi

7. Alat Bukti;

- surat atau tulisan

- keterangan para pihak

- keterangan saksi

- keterangan ahli

- keterangan pihak lain

- alat bukti dan atau

- petunjuk
8. Mekanisme Pemeriksaan:

- Sidang pemeriksaan pendahuluan;

a). Memeriksa kelengkapan dan kejelasan permohonan

b). Mengesahkan alat bukti pemohon

c). Dihadiri pemohon, termohon, pihak terkait, dan bawaslu

d). Ketidakhadiran pemohon mengakibatkan permohonan gugur

- Sidang pemeriksaan persidangan;

a). Memeriksa jawaban termohon, keterangan pihak terkait, dan keterangan bawaslu

b). Mengesahkan alat bukti

c). Memeriksa alat bukti, saksi, dan ahli

d). Ketidakhadiran pemohon dapat mengakibatkan permohonan tidak diterima

- Rapat permusyawaratan hakim;

a). Sidang tertutup (internal) oleh majelis hakim untuk mengambil putusan

b). Diikuti oleh 9 hakim MK atau sekurang-kurangnya 7 hakim

c). Putusan yang diambil melalui rapat permusyawaratan hakim tersebut dilakukan secara
musyawarah mufakat dengan terlebih dahulu mendengarkan pendapat hukum para hakim
konstitusi

d). Apabila dalam musyawarah mufakat tidak mendapati kesepakatan maka akan dilakukan
pengambilan keputusan melalui voting dan apabila setelah voting tetap tidak ditemukan
kesepakatan maka suara terakhir ketua rapat pleno hakim konstitusi menentukan putusan yang
dijatuhkan

- Sidang Pengucapan Putusan;

a). Dilaksanakan dalam sidang pleno terbuka untuk umum

b). Salinan putusan disampaikan kepada pihak (dalam hal sengketa PHPU DPR maka salinan
diberikan kepada DPR) dalam waktu 3 hari sejak pengucapan putusan
9. Putusan Mahkamah Konstitusi;

- Permohonan tidak dapat diterima (niet otvankelijk verklaard),apabila pemohon dan atau
permohonan tidak memenuhi syarat

- Permohonan dikabulkan apabila permohonan terbukti beralasan dan selanjutnya MK


membatalkan (void an initio) hasil perhitungan suara oleh KPU, serta menetapkan hasil
perhtungan yang benar

- Permohonan ditolak apabila permohonan terbukti tidak beralasan

Anda mungkin juga menyukai